Anda di halaman 1dari 25

PRESENTASI KASUS

ABORTUS

Pembimbing:
dr. Harjo Saksomo Bajuadji, SpOG, M. Kes
Disusun oleh:
Deby Ariandiny
NIM: 108103000024

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita
junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Saya ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak SMF Kebidanan dan
Kandungan, khususnya dr. Harjo Saksomo Bajuadji, SpOG, M. Kes selaku pembimbing
saya.
Saya sadari Presentasi Kasus mengenai Abortus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi saya yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran
bagi yang membacanya.
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah:6-7)

Jakarta, Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka
Definisi .......................................................................................................................
Etiologi .......................................................................................................................
Patogenesis .................................................................................................................
Klasifikasi ..................................................................................................................
Diagnosis ....................................................................................................................
Penatalaksanaan .........................................................................................................
Komplikasi .................................................................................................................
BAB III Ilustrasi Kasus
Identitas Pasien ..........................................................................................................
Anamnesis ..................................................................................................................
Pemeriksaan Fisik ......................................................................................................
Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................
Diagnosis ....................................................................................................................
Penatalaksanaan .........................................................................................................
Laporan AVM ............................................................................................................
Prognosis ....................................................................................................................
BAB IV Analisis Kasus .............................................................................................
Daftar Pustaka ............................................................................................................

2
3
4
5
5
8
8
14
16
17
18
18
20
21
23
23
23
23
24
26

BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
berlangsung dalam waktu 40 minggu. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
3

trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu


ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).
Pada umumnya, 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12%
kehamialn yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
Dari sisi obstetri, empat penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir
adalah perdarahan; infeksi dan sepsis; hipertensi dan preeklampsia/eklampsia; serta
persalinan macet (distosia).
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan
dengan kejadian abortus, kehamilan ektopik terganggu dan mola hidatidosa.
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu,
umumnya disebabkan keguguran. Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan
keguguran yang pada umumnya (60-80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang
ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala
perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembersaran uterus yang di atas normal,
pada umumnya disebabkan oleh mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda
dengan uji kehamilan yang tidak jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil)
dari usia kehamilan, dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan
ektopik.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum gestasi 20 minggu atau
dengan janin memiliki berat badan lahir kurang dari 500 gram.2, 3, 4
3.2. Etiologi
4

Lebih dari 80% abortus spontan terjadi pada 12 minggu pertama.2, 3

3.2.1. Faktor Janin2, 3


Abortus spontan dini sering memperlihatkan kelainan perkembangan
zigot, mudigah, janin, atau kadang, plasenta. Kelainan kromosom
merupakan penyebab utama.
-

Abortus Aneuploidi
Sekitar 95% kelainan kromosom disebabkan oleh
kesalahan gametogenesis ibu dan 5% disebabkan oleh
kesalahan gametogenesis ayah.
5

Abortus Euploidi
Janin

dengan

kromosom

normal

cenderung

mengalami abortus lebih bekangan daripada janin yang


mengalami aneuploidi.
3.2.2. Faktor Ibu2, 3
-

Infeksi.
Beberapa jenis organisme diduga berdampak pada kejadian abortus:1
Bakteri
-

Listeria monositogenes

Klamidia trakomatis

Ureaplasma urealitikum

Mikoplasma hominis

Bacterial vaginosis

Virus
-

Sitomegalovirus

Rubella

Herpes Simpleks Virus (HSV)

Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Parvovirus

Parasit
-

Toksoplasmosis gondii
6

Plasmodium falsiparum

Spirokaeta
-

Treponema pallidum

Penyakit Debilitas Kronik


Antara lain tuberkulosis dan karsinomatosis.

Kelainan Endokrin
Seperti hipotiroidisme dan diabetes mellitus.
Perempuan dengan diabetes yang dikelola dengan baik, risiko
abortus tidak lebih jelek jika dibandingkan perempuan tanpa
diabetes. Akan tetapi, perempuan diabetes dengan kadar HbA1c
tinggi pada trimester pertama, risiko abortus dan malformasi janin
meningkat signifikan. Diabetes mellitus jenis insulin-dependen
dengan control glukosa tidak adekuat, mempunyai peluang 2-3 kali
lipat mengalami abortus.1

Alkohol dan kafein.


Risiko ini berkaitan dengan frekuansi dan dosis.2,3

Radiasi.

Kontrasepsi.
Jika alat kontrasepsi dalam rahim tidak dapat mencegah kehamilan,
risiko abortus dan secara spesifik sbortus septik meningkat.2,3

Imunologis.

Trauma.

Defek Uterus dan Serviks.

3.2.3. Faktor Ayah2, 3


Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam
terjadinya keguguran. Yang jelas, kelainan kromosom pada sperma
dilaporkan berkaitan dengan abortus.
3.3. Patogenesis
Keguguran dini biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua
basalis dan disertai nekrosis jaringan sekitar. Dalam kasus ini, ovum terlepas,
7

dan hal ini merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi. 2, 3, 4, 5 Jika
kantong gestasi dibuka, sering dijumpai cairan mengelilingi janin kecil yang
telah mengalami maserasi atau mungkin juga tidak dijumpai janin yang disebut
Blighted Ovum.2, 3
3.4. Klasifikasi
3.4.1. Missed Abortion
Missed Abortion adalah kehamilan yang tertahan namun terdapat
kematian fetus. Penyebab kehamilan tersebut tidak keluar (tertahan) masih
belum diketahui. Hal ini mungkin disebabkan oleh progestogen yang dihasilkan
oleh plasenta tetap ada walaupun kadar esterogen turun, dimana kontraksi uterus
akan berkurang.4, 5
3.4.2. Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
Blighted

Ovum

atau

kehamilan

anembrionik

adalah

kegagalan

perkembangan embrio sehingga hanya terdapat kantong kehamilan, dengan atau


tanpa yolk sac.1,

Ada juga hipotesis lain yang menyatakan fetal pole

direabsorbsi sebelum diagnosis USG.4


Kelainan ini merupakan suatu kelainan yang baru terdeteksi setelah
berkembangnya ultrasonografi. Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini
akan berkembang terus walaupun tanpa adanya janin di dalamnya. Biasanya
sampai sekitar 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan. Sebelum alat USG
ditemukan, kelainan kehamilan ini mungkin banyak dianggap sebagai abortus
biasa.
Diagnosis kehamilan anembrionik ditegakkan pada usia kehamilan 7-8
minggu bila pada pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak
berkembang atau pada diameter 2,5 cm yang tidak disertai adanya gambaran
mudigah. Untuk itu, bila pada saat USG pertama kita mendapatkan gambaran
seperti itu perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak
dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur dan diameter kantong
gestasi sudah mencapai 25 mm maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan
anembrionik.
8

Pengelolaan kehamilan anembrionik dilakukan terminasi kehamilan


dengan dilatasi dan kuretase secara elektif.1
3.4.3. Abortus Spontan
3.4.3.1.

Abortus Iminens
Diagnosis abortus iminens diawali dengan keluhan
perdarahan per vagian pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan
sama sekali kecuali perdarahan per vagina. Ostium uteri masih
tertutup, besarnya uteri sesuai dengan umur kehamilan dan tes
kehamilan urin masih positif.1
Tidak ada terapi yang efektif untuk abortus iminens. Tirah
baring, sering dianjurkan, tidak mengubah perjalanannya.1,
Analgetik

dengan

mengurangi nyeri.2,

asetaminofen
3

dapat

diberikan

2, 3

untuk

Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak

berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesterone atau


derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.1
Biasanya dilakukan sonografi transvagina, pemeriksaan
serial kadar gonadotropin korion (hCG) serum, dan kadar
progesterone, yang digunakan tersendiri atau berkombinasi, untuk
memastikan apakah janin hidup dan berada di dalam uterus.2, 3
Pemeriksaan

USG

diperlukan

untuk

mengetahui

pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta


apakan sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran
biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur
kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan
janin

diperhatikan,

di samping

ada

tidaknya

hematoma

retroplasenta atau pembukaan servikalis.1


Wanita, dengan perdarahan abnormal atau nyeri panggul
dan kadar -hCG rendah, kehamilan ekstrauterus harus dijadikan
diagnosis banding.2, 3

3.4.3.2.

Abortus Insipiens
Abortus insipiens ditandai dengan serviks telah mendatar
dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering
dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan
serivks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai
dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih positif.
Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang
sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung
janin jelas walaupun mungkin sudah mulai tidak normal.
Biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya.
Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari dinding
uterus.1
Jika terjadi pengeluaran cairan mendadak pada kehamilan
dini sebelum nyeri, demam, atau perdarahan, pasien dapat
dianjurkan untuk beristirahat dan diobservasi. Setelah 48 jam,
tidak ada keluhan, dapat kembali melakukan aktivitas. Namun,
jika diikuti oleh perdarahan, nyeri, atau demam, harus dianggap
abortus insipien dan uterus dikosongkan.2, 3
Pengeloaan penderita harus memperhatikan keadaan
umum dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan
segera lakukan tindakan evakuasi hasil konsepsi disusul dengan
kuretase bila perdarahan banyak. Kalau perlu dilakukan evakuasi
dengan cara digital yag kemudian disusul dengan tindakan
keretase sambil diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan untuk
mencegah

terjadinya

perforasi

pada

dinding

uterus.

Pascatindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian


ureterotonika dan antibiotik.1
3.4.3.3.

Abortus Inkomplet

10

Perdarahan terjadi jika plasenta, secara keseluruhan atau


sebagian, terlepas dari uterus. pada abortus inkomplet, ostium
internum serviks membuka dan menjadi tempat lewatnya darah.
Janin dan plasenta mungkin seluruhnya tetap berada in utero atau
mungkin sebagian keluar melalui ostium yang berbuka.1, 2, 3
Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih
terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada ostium eksternum.
Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok
hemorragik sebelum sisa konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan
pasien harus diawasi keadaan umum dan mengatasi gangguan
hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan
keretase.
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan
diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur
kehamilan dam kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum
uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.1

3.4.3.4.

Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar
uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak
perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada

11

pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah
abortus.
Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus
ataupun pengobatan, biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik
bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak perlu diberikan.1

3.4.4. Abortus Diinduksi


Abortus yang diinduksi adalah pengakhiran secara medis atau
bedah kehamilan sebelum janin viable (mampu hidup).2, 3

3.4.4.1.

Abortus Medis
Tiga obat untuk abortus medis dini:
1. antiprogestin - Mifepriston
2. antimetabolit Metotreksat
3. prostaglandin - Misoprostol
Kontraindikasi untuk abortus medis adalah alergi spesifik
terhadap obat, adanya kontrasepsi dalam rahim, anemia berat,
12

koagulopati, penyakit medis signifikan (penyakit hati aktif,


penyakit kardiovaskular, kejang yang tidak terkontrol, penyakit
adrenal).2, 3

3.4.4.2.

Abortus Bedah
1. dilatasi dan kuretase
2. dilatasi dan evakuasi
3. dilatasi dan ekstraksi
Dilator Higroskopik

Dilator Hegar

3.4.5. Abortus Habituasi


Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut-turut.
Penyebab abortus habitualis selain faktor anatomis banyak yang
mengkaitkannya dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi
terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Bila
reaksi terhadap antigen ini rendah atau tidak ada, maka akan terjadi
abortus.
13

Salah satu penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensia


serviks yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban
untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester
pertama, dimana ostium serviks akan membuka (ikompeten) tanpa
disertai rasa mules/kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran
janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh trauma serviks pada
kehamilan sebelumnya.
Diagnosis inkompetensia serviks tidak sulit dengan anamnesis
yang cermat. Dengan inspekulo kita bisa menilai diameter kanalis
servikalis dan didapati selaput ketuban yang mulai menonjol pada saat
mulai memasuki trimester kedua. Diameter ini melebihi 8 mm.
Pengelolaan penderita inkompetensia serviks dianjurkan untuk
periksa hamil seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensia
serviks harus dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks
agar dapat menerima beban dengan berkembangnya umur kehamilan.
Operasi dilakukan pada umur kehamilan 12-14 minggu dengan cara
SHIRODKAR atau McDONALD dengan melingkari kanalis servikalis
dengan benang sutera/MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka
setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan.1
3.5. Diagnosis
3.5.1. Tanda dan Gejala4
-

Nyeri suprapubik, uterine cramping, dan atau dengan nyeri


punggung bawah.

Perdarahan pervaginam.

Dilatasi serviks.

Ekspulsi dari hasil konsepsi.

Hilangnya tanda-tanda kehamilan.

Kuantitatif -hCG tidak meningkat.

Abnormal USG.
(Kantong kehamilan yang kosong, fetus yang tidak terbentuk,
tidak adanya pertumbuhan fetus).
14

3.5.2. Laboratorium
Jika terjadi perdarahan yang signifikan, pasien dapat menjadi
anemis. Hitung jenis sel darah putih dan rasio sedimentasi meningkat
walaupun tidak terdapat infeksi.4
3.5.3. Tes Kehamilan
Penurunan atau peningkatan abnormal dari -hCG adalah
diagnosis dari kehamilan abnormal, baik blighted ovum, abortus spontan
atau kehamilan ektopik.4
3.5.4. Ultrasonografi
USG transvagina dapat membantu dalam mendokumentasikan
kehamilan intrauterina pada usia kehamilan 4-5 minggu. Denyut jantung
janin seharusnya dapat terlihat pada embrio > 5 mm atau pada embrio
kehamilan 5-6 minggu. USG berguna untuk menentukan kehamilan
viable atau miscarry.
Embrio atau fetus tanpa denyut jantung disebut sebagai missed
abortion sedangkan kantong kehamilan yang abnormal tanpa adanya
yolk sac ataupun embrio disebut sebagai blighted ovum. Sebagian besar
kehamilan gagal sebelum ibu mengeluhkan tandan atau gejala.4, 5

15

3.6. Penatalaksanaan
Keberhasilan dari managemen spontan aborsi bergantung pada diagnosis
dini. Setiap pasien harus dilakukan pemeriksaan fisik general dan anamnesis
lengkap. Laboratorium harus termasuk complete blood count, blood typing dan
kultur serviks untuk menentukan pathogen apabila terdapat infeksi.
Jika diagnosis abortus iminens sudah ditegakkan, dianjurkan tirah baring
dan istirahat pelviks walaupun keduanya tidak terbukti dapat mencegah abortus.
Prognosis baik ketika perdarahan dan atau nyeri sembuh.
Jika diagnosis abortus insipien atau abortus inkomplet ditegakkan,
evakuasi uterus dengan pembedahan harus dipertimbangkan. Perdarahan yang
signifikan ataupun hasil konsepsi tertahan biasanya memerlukan D&C;
Walaupun demikian, kasus dengan perdarahan yang minimal dapat menjadi
abortus komplet. Prognosis untuk ibu sangat baik jika jaringan yang tersisa
segera dievakuasi lengkap.
Jika diagnosis abortus komplet ditegakan, pasien harus diobservasi
perdarahan lebih lanjut. Hasil konsepsi harus di periksa. sama seperti abortus
iminens dan abortus inkomplet, prognosis untuk ibu sangat baik.
Jika abortus terjadi setelah trimester pertama, perawatan di rumah sakit
harus dipertimbangkan. Oxytocine membantu kontraksi uterus, mengurangi
kehilangan darah dan membantu ekspulsi dari bekuan darah dan jaringan. Ergot
preparations untuk kontraksi cerviks dan uterus, mungkin juga perlu diberikan
jika dibutuhkan. Sama seperti abortus pada trimester pertama, D&C dibutuhkan
jika perdarahan signifikan menetap atau hasil konsepsi tertahan.4
3.7. Komplikasi4
16

Perdarahan.

Sepsis.
Biasanya timbul oleh karena abortus diinduksi.

Infeksi.

Intrauterine synechia.

Infertilitas.

Perforasi.
Perforasi dinding uteri dapat terjadi saat D&C karena lunak dan batas
luar yang samar dan dapat disertai dengan cedera usus dan kandung kemih,
perdarahan, infeksi dan pembentukan fistula.

BAB III
ILUSTRASI KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. SS

Jenis Kelamin

: perempuan
17

II.

Umur

: 28 tahun

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Status Pernikahan

: menikah

Alamat

: Jl. Bintaro Permai III No. 48 - Bintaro

Pendidikan

: SMA

ANAMNESIS
a. KELUHAN UTAMA
Keluar darah dari kemaluan sejak 2 hari SMRS.
(Rujukan dari PKM Pesanggrahan dengan perdarahan per vagina sejak 2
hari SMRS).
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengaku hamil 3 bulan. Hari pertama haid terakhir
tanggal 13 Januari 2013. Taksiran persalinan tanggal 20 Oktober 2013.
Usia kehamilan sesuai dengan 9 minggu 3 hari.
Pasien ANC sebanyak 2x di PKM Pesanggrahan dengan bidan.
Selama ANC pasien tidak pernah menjalani pemeriksaan USG.
Saat ini, pasien mengeluhkan keluar darah dari kemaluan sejak 2
hari SMRS. Darah berwarna merah segar dan bergumpal. Pasien sudah
mengganti pembalut 4x dan terisi penuh. Keluhan juga disertai mulas.
Keluhan tidak disertai keluar jaringan seperti daging maupun nyeri perut
bawah dan panggul.
Selama kehamilan, pasien mengalami keputihan dan berbau
namun tidak gatal. Pasien tidak mual maupun muntah. Pasien tidak
mengalami gangguan BAK dan BAB. Pasien tidak pernah mengalami
trauma pada perut maupun kelamin, tidak berhubungan suami-istri dalam
minggu terakhir. Pasien tidak memiliki tekanan darah tinggi dan gula
darah tinggi. Pasien mengkonsumsi asam folat dan zat besi dari PKM.
Riwayat menstruasi

:
18

Pasien pertama kali menstruasi saat usia 12 tahun, lama haid 7


hari, ganti pembalut 2x/hari, nyeri haid tidak ada.
Riwayat pernikahan :
Pasien menikah 1 kali, usia pernikahan 5 tahun dan masih
menikah.
Riwayat persalinan

Pasien hamil kedua. Anak pertama lahir pada tahun 2008 di


rumah bersalin, 9 bulan, lahir normal, ditolong bidan, jenis kelamin lakilaki BL 2700 gr, saat ini keadaannya baik.
Riwayat KB

Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi.


c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, tekanan darah
tinggi, kencing manis dan alergi. Pasien tidak pernah menjalani rawat
inap dan operasi.
d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit asma,
tekanan darah tinggi, kencing manis dan alergi.
e. RIWAYAT KEBIASAAN DAN SOSIAL
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi jamu,
alkohol dan narkoba.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
a. Keadaan umum

: baik

b. Kesadaran

: compos mentis ; GCS: E4 M6 V5

c. Keadaan gizi

: baik

d. Tekanan darah

: 110/70 mmHg
19

e. Nadi

: 83 x/menit

f. Pernapasan

: 18 x/menit

g. Suhu

: 36,5oC

Pemeriksaan Kepala
Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,


pupil bulat isokor, 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+

Pemeriksaan Leher
JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra

Perkusi

: Batas kanan

Auskultasi

: ICS V parasternal line dekstra

Batas kiri

: ICS V midclavicula line sinistra

Pinggang jantung

: ICS III parasternal line sinistra

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan Paru
Inspeksi

: simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi

: vokal fremitus ka=ki

Perkusi

: sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi

: suara napas vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi

: datar

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

Perkusi

: timpani di seluruh lapangan abdomen

Auskultasi

: BU (+) normal

Pemeriksaan Ekstremitas
-

Atas

: akral hangat (+), edema (-)

Bawah

: akral hangat (+), edema (-)

Status Lokalis
Inspeksi

: V/U tenang, perdarahan aktif (-)


20

Inspekulo : portio licin, OUE tertutup, fl (+), flx (-)


VT

: Corpus uteri membesar ~ telur bebek, Nyeri Goyang Portio (-),


perimetrium lemas, Cavum Douglas tidak menonjol

RT
IV.

: tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. TEST PACK
Tanggal: 22/4/2013
Hasil : positif (+)
b. LABORATORIUM
Tanggal: 23/4/2013

Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
VER/HER/KHER/RDW
VER
HER
KHER
RDW
Urinalisa
Urobilinogen
Protein Urine
Berat Jenis
Bilirubin
Keton
Nitrit
pH
Lekosit
Darah/HB
Glukosa Urin/Reduksi
Warna
Kejernihan
Sediment Urin
Epitel
Lekosit
Eritrosit

Nilai Rujukan

Hasil

11,7-15,5 g/dl
33-45%
5,0-10,0 ribu/Ul
150-440 ribu/Ul
3,80-5,20 juta/Ul

12,3
36
8,7
212
3,66

80-100 fl
26-34 pg
32-36 g/dl
11,5-14,5 %

96,9
33,7
34,8
13,0

<1
Negative
1,005-1,030
Negative
Negative
Negative
4,8-7,4
Negative
Negative
Negative
Yellow
Clear

0,2
Negative
<=1,005
Negative
Negative
Negative
6,0
Negative
1+
Negative
Yellow
Clear

0-5/LPB
0-2/LPB

1+
3-5
10-15

21

Silinder
Kristal
Bakteri
Lain-lain

Negative
Negative
Negative
Negative

Negative
Negative
Negative
Negative

c. USG
Tanggal: 22/4/2013

Diameter gestational sac 4,13 cm ~ hamil 9 nminggu 4 hari. Tidak


tampak embryo. Tidak tampak massa di adnexa. Tidak tampak cairan
bebas.
V.

DIAGNOSIS
a. Diagnosis Kerja
Blighted Ovum pada G2P1 hamil 9 minggu 3 hari.
b. Diagnosis Banding
-

VI.

VII.

PENATALAKSANAAN
-

Rdx: observasi KU, TV dan perdarahan

Rth: laminaria 1 x 12 jam kuretase hisap (AVM)

Laporan AVM
Tanggal

: 23/4/2013

Jam dimulai

: 13.15 WIB
22

Jam selesai

: 13.30 WIB

Lama

: 15 menit

Laporan

:
1. pasien dalam posisi litotomi
2. a dan antisepsis
3. sondasi uterus AF 9 cm
4. berlangsung kuretase AVM
5. evaluasi jaringan 10 cc PA
6. perdarahan minimal

VIII.

PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

Ad sanationam

: bonam
BAB IV
ANALISA KASUS

Perempuan, 28 tahun, datang dengan keluar darah dari kemaluan sejak 2 hari
SMRS. Hal ini menunjukan perdarahan per vagina. Pasien mengaku hamil 3 bulan,
HPHT 13 Januari 2013, TP 20 Oktober 2013, usia kehamilan ~ 9 minggu 3 hari. Hal ini
menunjukan pasien hamil pada trimester pertama. Oleh karena itu, perempuan, 28
tahun, mengalami perdarahan per vagina pada kehamilan trimester pertama.
Perdarahan per vagina yang dapat terjadi pada kehamilan trimester pertama
antara lain abortus, kehamilan ektopik terganggu dan mola.
Pada anamnesis, keluhan keluar jaringan seperti daging tidak ada. Hal ini
menyatakan bahwa hasil konsepsi masih dalam kavum uteri atau tidak ada hasil
konsepsi dalam kavum uteri. Menurut definisi, abortus komplet adalah semua hasil
konsepsi telah dikeluarkan. Sedangkan abortus inkomplet adalah sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal di dalam uterus. Maka abortus komplet dan abortus inkomplet
dapat disingkirkan.
Keluhan nyeri perut dan panggul tidak ada. Kehamilan ektopik adalah
implantasi di tempat lain (selain di lapisan endometrium rongga uterus). Nyeri
23

merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Rasa nyeri mula-mula
terdapat pada satu sisi kemudian menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut
bawah. Perdarahan per vagina merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Maka kehamilan ektopik terganggu mungkin dapat disingkirkan.
Keluhan mual dan muntah berlebihan tidak ada. Mola hidatidosa adalah suatu
kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Perdarahan
merupakan gejala utama mola. Mual dan muntah, namun lebih hebat daripada
kehamilan biasa. Maka mola mungkin dapat disingkirkan.
Pemeriksaan fisik inspekulo didapatkan hasil portio licin, OUE tertutup, fl (-),
flx (+). Tanda dan gejala abortus insipiens adalah serviks telah mendatar dan ostium
uteri telah terbuka, hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran; uterus sesuai dengan usia kehamilan. Maka abortus insipiens dapat
disingkirkan.
Pemeriksaan fisik VT didapatkan hasil Corpus uteri membesar ~ telur bebek,
Nyeri Goyang Portio (-), perimetrium lemas, Cavum Douglas tidak menonjol.
Pemeriksaan vagina pada kehamilan ektopik terganggu terdapat nyeri goyang; kavum
Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan karena terisi oleh darah. Maka kehamilan
ektopik terganggu dapat disingkirkan.
Pemeriksaan test pack (22/4/2013) hasil positif. Hal ini menunjukan peningkatan
hCG yang membuktikan adanya kehamilan. Pemeriksaan USG (22/4/2013) didapatkan
diameter gestational sac 4,13 cm ~ hamil 9 minggu 4 hari. Data tersebut sesuai dengan
perhitungan HPHT pasien yaitu usia kehamilan 9 minggu 3 hari.
Tidak tampak embryo. Hal ini menunjukan tidak adanya hasil konsepsi. Abortus
iminens adalah perdarahan per vagina, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masik baik dalam kandungan. Maka abortus iminens dapat disingkirkan. Blighted ovum
adalah kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal walaupun
kantong gestasi tetap terbentuk. Di samping mudigah, yolk sac juga tidak ikut terbentuk.
Oleh karena itu, blighted ovum dapat ditegakkan.
Tidak tampak massa di adnexa. Tidak tampak cairan bebas. Pemeriksaan USG
pada kehamilan ektopik terganggu didapatkan gambaran uterus yang tidak ada kantong
gestasinya dan mendapatkan gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah di luar
24

uterus. Kavum uteri sering berisi caitran eksudat yang diproduksi oleh sel-sel desidua
yang disebut pseudogestational sac. Sering kali dijumpai massa tumor di daerah
adneksa. Maka kehamilan ektopik terganggu dapat disingkirkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono, Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2009.
2. F. Gary Cunningham dkk. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1. Jakarta: EGC.
2012.
3. F. Gary Cunningham et al. Williams Obstetrics 23rd Edition. United States of
Amecica: McGraw-Hill. 2010. (e-book).
4. Alan H DeCherney et al. Current Diagnosis and Treatments in Obstetrics and
Ginecology. McGraw-Hill. 2006. (e-book).
5. Ronald S. Gibbs et al. Danforths Obstetrics and Gynecology 10 th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. 2008. (e-book).

25

Anda mungkin juga menyukai