Laporan Kasus
Disusun Oleh
ACHMAD PERWIRA KEVIN
H1A010023
Pembimbing
dr. JULIAN FAMIL, Sp.B, FICS,FINACS
SMF BEDAH
RSUD BAYANGKARA BENGKULU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS BENGKULU
2014KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan sari pustaka tentang Hernia. Referat ini disusun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik pada bagian
Bedah di Rumah Sakit Umum Bayangkara Bengkulu.
Terimakasih banyak
selaku pembimbing dalam penyusunan makalah ini yang telah sabar dalam
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyusun makalah ini,
kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan curahan kasih sayang dan
segala dukunganya serta kepada rekan-rekan kepaniteraan klinik Bedah yang telah
membantu penyelesaian referat ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Penulis menyadari masih kurangnya pengetahuan, pemahaman dan
pengalaman penulis dalam penyusunan referat ini sehingga sari pustaka ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
kepada semua pihak agar penulis dapat menyusun sari pustaka lebih baik lagi di
lain waktu.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
pembaca.
Bengkulu,
Desember 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut, yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang
berulang atau berkelanjutan.1
Hernia inguinalis medialis terjadi sekitar 15% dari semua hernia
inguinalis. Hernia inguinalis medialis jarang terjadi pada perempuan dan sebagian
besar bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan
kelemahan dinding abdomen.1
Hernia inguinalis lateralis kira-kira 20 kali lebih sering pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan hampir sepertiganya bersifat bilateral. Hernia ini
lebih sering dijumpai pada sisi kanan (normalnya processus vaginalis dextra
mengalami obliterasi setelah processus vaginalis sinistra; testis dextra turun
setelah testis sinistra turun). Juga lebih sering dijumpai pada anak-anak dan
dewasa muda.1
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya
penyakit
yang
meninggikan
tekanan
intraabdomen
dan
BAB II
LAPORAN KASUS
: Tn. M
Umur
: 70 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Petani
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 9 Desember 2014
Tanggal Operasi
: 9 Desember 2014
Tanggal Keluar RS
: 10 Desember 2014
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 82 x/ menit
Pernafasan
: 20 x/menit
2.3.2 Kepala:
Normocephali
Rambut berwarna hitam
Tidak ada deformitas
2.3.3 Mata:
Conjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Pupil: isokor
Palpebra tidak edema
2.3.4 Telinga:
Daun telinga: Normal
Mukosa hidung
: Tidak hiperemis
2.3.8 Thorax:
Cor
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba 1 jari linea midklavikularis, ICS 5
P : Batas atas ICS 2 garis parasternal kiri
Batas kanan ICS 3-4 garis sternalis kanan
Batas Kiri ICS 5, 1 cm lateral garis midklavikularis kiri
A : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
I : Pergerakan nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Vocal fremitus sama pada kedua paru
P : Sonor pada seluruh lapangan paru
A : Suara nafas vesikuler di kedua paru, Rh -/-, Wh -/2.3.9 Abdomen:
I
: tampak tidak cembung, tidak terdapat pelebaran vena, dam steifung tidak
Edema
fisik didapatkan tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada status
lokalis di regio femur dextra terlihat ada benjolan berbentuk bulat, namun tidak
ditemukan tanda-tanda peradangan. Pada palpasi teraba benjolan / massa yang
kenyal timbul apabila pasien disuruh mengedan. Pada auskultasi tidak didapatkan
bising usus.
2.7 Rencana Terapi
1. Rencana Diagnosis : Pembedahan elektif
2. Rencana Terapi
a) Informed consent
b) Terapi cairan infus RL gtt XX/mnt
c) Pencegahan infeksi, cefotaxime Vial 2 x1 gram (IV)
f) Konsul Bedah
g) Konsul Anastesi
3. Initial Plan Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
diderita dan komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Menjelaskan mengenai tindakan yang akan dilakukan dan resikonya
2.8 Penatalaksanaan
1. Operatif : Hernioplasty
Operasi selesai pukul 20.00 WIB
2. Laporan operasi :
a. Posisi supine
b. Asepsis dan antiseptik prosedur
c. Insisi sesuai garis kulit di inguinal kiri
d. Buka fascia, identifikasi funikulus spermatikus
e. Cari kantong hernia
f. Buka kantong hernia
g. Lakukan herniotomy
h. Lakukan hernioplasty
i. Rawat pendarahan
j. Jahit luka operasi lapis demi lapis
k. Operasi selesai
3. Pengobatan umum :
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
4. Instruksi post operasi
a. Rawat
b. Apabila bising usus sudah terdengar dan flatus (+) pasien boleh
makan dan minum
c. Tidak boleh duduk sampai besok pagi
d. Imobilisasi (miring ka/ ki)
2.9 Follow Up
H+1 (10 Desember 2014)
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tekanan darah
: 130/80 mmHg
4. Nadi
: 78 x/ menit
5. Pernafasan
: 21 x/menit
6. Flatus
: (+)
7. Status generalis
a.Thorax
b.
Abdomen
: Timpani
c.Ekstermitas :
Akral biasa
Edema
d.
Status lokalis
Luka operasi tertutup verband, tidak ada rembesan darah, nyeri pada
luka bekas operasi (+).
2.10 Pengkajian
Dipikirkan hernia karena dari anamnesis didapatkan keluhan adanya benjolan
pada pangkal paha kanan yang muncul ketika penderita sedang berdiri atau
beraktivitas berat, dimana pada keadaan tersebut yang mengakibatkan
10
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
3.1.1 M. obliquus abdominis eksternus (MOAE)
Lembaran otot yang lebar, tipis dan berasal dari permukaan luar delapan
costae bagian bawah dan menyebar untuk berinsersio pada processus xiphoideus,
linea alba, crista pubica, tuberculum pubicum, dan separuh anterior crista iliaca.
Sebagian besar serabutnya berinsersio dengan perantaraan aponeurosis yang lebar.
Serabut paling posterior berjalan turun ke crista iliaca dan membentuk pinggir
posterior yang bebas.3
Suatu lubang berbentuk segitiga pada aponeurosis musculus obliquus externus
abdominis terdapat tepat di superior dan medial tuberculum pubicum. Lubang ini
dikenal sebagai anulus inguinalis superficialis. Funiculus spermaticus (atau
ligamentum teres uteri) melaui lubang ini dan membawa fascia spermatica externa
(atau selubung luar ligamentum teres uteri) dari pinggir-pinggir lubang. 1 Diantara
spina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum, pinggir bawah aponeurosis
melipat ke belakang untuk membentuk ligamentum inguinale. Bagian lateral
ujung posterior ligamentum inguinale merupakan origo sebagian musculus
obliquus internus abdominis dan musculus tranversus abdominis. Pada pinggir
inferior ligamentum inguinale yang membuat melekat fascia profunda tungkai atas
yaitu fascia lata.1,2
3.1.2 M. obliquus abdominis internus (MOAI)2,3
Otot yang terletak di profunda musculus obliquus externus abdominis, sebagian
besar serabutnya berjalan tegak lurus dengan serabut musculus obliquus externus
abdominis. Otot ini berasal dari fascia lumbalis, 2/3 anterior crista iliaca dan 2/3
lateral ligamentum inguinale. Serabut-serabut ototnya menyebar ke atas dan
depan. Otot ini berinsersio pada pinggir bawah tiga costae bagian bawah dan
cartilagines costalesnya, processus xiphoideus, linea alba dan symphysis pubica.
12
13
14
15
ke bawah dan medial sampai anulus inguinalis superficialis, yaitu suatu lubang
pada aponeurosis obliquus eksternus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar
dan tepat diatas ligamentum inguinale. Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral
oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia
tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.
Obliqus abdomminis eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m. Obliqus abdominis
eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
3.1.8.2 Kanalis Femoralis 2,3
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam
v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os
pubis dari ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh
sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati.
Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis.
16
lakunare (Gimbernat)
merupakan bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
e.
f.
serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah SIAS. 2,4
Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus,
dan konjoin tendon.
Spermatik kord pada
(1)
laki-laki,
ligamen
rotundum
(2)
pada
wanita.
17
g.
transversus abdominis)
Superior: tepi bawah m. obliquus internus dan m. transversus abdominis
Inferior
: Permukaan superior lig. inguinale dan lacunae
18
19
Trigonum Hasselbach2,6
Superolateral: vassa epigastrica inferior
Medial: tepi lateral m. rectus abdominis
Inferior: lig. Inguinale
Segitiga Grynfeltt (lumbar superior)6
Segitiga Grynfeltt (lumbar superior) dibatasi oleh tulang rusuk ke-12 superior
dan musculus obliquus internal yang anterior, dengan dasar segitiga ini terdiri
dari serat-serat otot kuadratus lumborum.
Segitiga Petit (segitiga lumbal inferior)6
Segitiga Petit (segitiga lumbal inferior) dibatasi oleh:
Posterior: Latissimus otot dorsi.
Anterior: otot miring eksternal.
Inferior: puncak iliaka.
Dengan dasar segitiga ini terdiri dari serat-serat dari musculus obliquus
internal dan musculus transversus abdominis.
Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai hernia direk
(medialis), sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum ini adalah hernia
indirek (hernia lateralis).
3.2 Hernia
3.2.1Definisi Hernia4
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia merupakan protrusi
atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari
dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
3.2.2 Epidemiologi 4,7
75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar lipatan
paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. 90% terjadi pada
pria dan 10% pada wanita. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct
yaitu 2:1.
3.2.3
Etiologi 4,7
20
a. Kongenital
1) Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu.
2) Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai
defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1
tahun) setelah lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
b. Didapat/ aquisital
Hernia aquisital adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek
bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
1) Annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia.
2) Peningkatan tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia
melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti batuk kronik, pekerjaan
mengangkat berat, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
3) Kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia meningkat
dengan bertambahnya umur.
4) Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya
yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak
yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
3.2.4
Bagian Hernia2
21
Deskripsi
melewati
Hubungan
Dibungkus
Onset
dengan vasa
oleh fascia
biasanya
epigastrica
spermatica
pada waktu
inferior
Lateral
Ya
Congenital
Hernia
Penonjolan
ingunalis
cincin
lateralis
biasanya
merupakan
pada waktu
kegagalan
penutupan
dewasa.
inguinal
dan
dan bisa
waktu
embrio
Hernia
ingunalis
menembus
medialis
dinding abdomen
fascia
Medial
Tidak
Dewasa
22
23
2) Hernia omentum
3.2.9
Menurut Penyebabnya
1) Hernia kongenital atau bawaan
2) Hernia traumatic
3) Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
24
Hernia inkarserata
25
3.2.11.2
Hernia Strangulata
Hernia strangulata jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta
mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan. 1
26
juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya pada:
femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia
ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan
strangulasi daripada hernia reponibel.1
Gambar 3.11 Hernia ireponibel1
3.3 Patofisiologi9
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat
defekasi, dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat.
3.4
Diagnosis1
27
3.4.9
Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada
waktu berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor
yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus
(obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi,
sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan ini.
3.4.10 Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi 1,7,9
a) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b) Hernia inguinal
2)
Teknik pemeriksaan :
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/ internus)
dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat
melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai skrotum.
28
Secara klinis, HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Finger Test
29
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Transluminasi (-)
Nyeri tekan pada Hernia inkarserata
3) Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulate, hipertimpani, terdengar pekak.
4) Auskultasi
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
5) Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship romberg (hernia
obturatoria).
3.4.11 Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
30
Tes
Urinalisis
untuk
menyingkirkan
adanya
masalah
dari
traktus
Diagnosis Banding9
1. Hidrokel: mempunyai batas tegas, iluminensi positif, dan tidak dapat
dimasukkan kembali. Testis tidak dapat diraba.
2. Limfadenopati inguinal: perhatikan apakah ada infeksi pada kaki se sisi.
3. Testis ektopik: testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
4. Lipoma: herniasi lemak properitoneal melalui cincin inguinalis.
5. Orkitis
3.6 Komplikasi 1
a. Hernia inkarserasi:
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual, muntah dan gejala obstruksi usus.
b. Hernia strangulasi:
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
3.7
Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi.
b. Operatif
1) Indikasi operasi:
Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara
operatif tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar
31
2) Macam Operasi:
Cito: hernia incerserata dan stranggulata
Urgen: penyebab tekanan irreponible, dapat ditunda tak boleh lama
Elektif: HIL, HIM, Hernia Femoralis
3) Herniotomi dan Hernioplasty
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan
pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk
menutup defek.
4) Teknik-Teknik Operasi Hernia
Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang
kantung dan memperbaiki dinding abdomen. Adapun teknik-teknik operasi
hernia ada beberapa cara, yaitu:
obliquus eksternus.
Halsted, menempatkan muskulus obliquus eksternus diantara cord
kebalikannya cara Bassini.
32
(fascia transversalis)
Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum
inguinalis lateral.
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi,
tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia
disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah
tegangan yang terjadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga
dapat terjadi nekrosis otot yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan
mengakibatkan kekambuhan.
2. Kelompok 2: Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah
33
rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
3. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah
prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek
hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang
baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1
persen. Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.
4. Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,
tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia
diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal
diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan
pembentukan fistel karena paparan usus terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau
total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan
trokar laparoskopik dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari
dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
34
3.8
Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit
pasca bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia
umumnya dapat diatasi.
BAB IV
KESIMPULAN
35
36
1. Syamsuhidayat, R, dan Wim de Jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi
revisi, EGC, Jakarta
2. Snell, Richard S. 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed.
6. EGC: Jakarta.