Anda di halaman 1dari 36

1

Laporan Kasus

HERNIA INGUINALIS MEDIALIS REPONIBLE

Disusun Oleh
ACHMAD PERWIRA KEVIN
H1A010023

Pembimbing
dr. JULIAN FAMIL, Sp.B, FICS,FINACS

SMF BEDAH
RSUD BAYANGKARA BENGKULU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS BENGKULU

2014KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan sari pustaka tentang Hernia. Referat ini disusun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik pada bagian
Bedah di Rumah Sakit Umum Bayangkara Bengkulu.
Terimakasih banyak

kepada dr. Julian Famil, Sp.B, FICS,FINACS

selaku pembimbing dalam penyusunan makalah ini yang telah sabar dalam
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyusun makalah ini,
kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan curahan kasih sayang dan
segala dukunganya serta kepada rekan-rekan kepaniteraan klinik Bedah yang telah
membantu penyelesaian referat ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Penulis menyadari masih kurangnya pengetahuan, pemahaman dan
pengalaman penulis dalam penyusunan referat ini sehingga sari pustaka ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
kepada semua pihak agar penulis dapat menyusun sari pustaka lebih baik lagi di
lain waktu.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
pembaca.

Bengkulu,

Desember 2014

Achmad Perwira Kevin

BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut, yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang
berulang atau berkelanjutan.1
Hernia inguinalis medialis terjadi sekitar 15% dari semua hernia
inguinalis. Hernia inguinalis medialis jarang terjadi pada perempuan dan sebagian
besar bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan
kelemahan dinding abdomen.1
Hernia inguinalis lateralis kira-kira 20 kali lebih sering pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan hampir sepertiganya bersifat bilateral. Hernia ini
lebih sering dijumpai pada sisi kanan (normalnya processus vaginalis dextra
mengalami obliterasi setelah processus vaginalis sinistra; testis dextra turun
setelah testis sinistra turun). Juga lebih sering dijumpai pada anak-anak dan
dewasa muda.1
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya

penyakit

yang

meninggikan

tekanan

intraabdomen

dan

berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.2


Diagnosis hernia dapat ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat
direposisi, atau, jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan
jelas disebelah cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui annulus
eksternus.2

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama

: Tn. M

Umur

: 70 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Jl. Panca Multi, Bengkulu Tengah

Agama

: Islam

Tanggal masuk RS

: 9 Desember 2014

Tanggal Operasi

: 9 Desember 2014

Tanggal Keluar RS

: 10 Desember 2014

2.2 DATA SUBJEKTIF


2.2.1 Anamnesis:
Telah dilakukan Autoanamnesa pada tanggal 8 Desember 2014. Pukul 15.00
WIB.
2.2.2 Keluhan Utama:
Benjolan pada pangkal paha kanan yang hilang timbul sejak 2 bulan yang
lalu.
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):
Sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan adanya benjolan yang hilang
timbul pada paha atas kanan. Benjolan berbentuk bulat, sebesar kelereng, tidak
semakin membesar. Benjolan timbul ketika berdiri, batuk, bersin, atau mengedan
dan menghilang setelah berbaring, tidak ada nyeri.

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):


Pasien menyatakan belum pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya.
Penyakit asma disangkal, Alergi obat dan makanan juga disangkal dan pasien
tidak pernah operasi sebelumnya.
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):
Pasien menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama.
2.2.5 Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang petani, sehari-hari biasa bekerja berat dan mengangkat beban,
berobat dengan BPJS.
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Status generalis: 9 Desember 2014
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 82 x/ menit

Pernafasan

: 20 x/menit

2.3.2 Kepala:
Normocephali
Rambut berwarna hitam
Tidak ada deformitas
2.3.3 Mata:
Conjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Pupil: isokor
Palpebra tidak edema
2.3.4 Telinga:
Daun telinga: Normal

Tidak ada secret/ pendarahan


2.3.5 Hidung:
Septum

: Terletak ditengah dan simetris

Mukosa hidung

: Tidak hiperemis

Tidak terdapat deformitas


Tidak terdapat sekret/ perdarahan
2.3.6 Leher:
Dalam batas normal, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak
ditengah
2.3.7 Kelenjar Gatah Bening:
Leher
Axilla
Inguinal

: Tidak teraba membesar


: Tidak teraba mebesar
: Tidak teraba membesar

2.3.8 Thorax:
Cor
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba 1 jari linea midklavikularis, ICS 5
P : Batas atas ICS 2 garis parasternal kiri
Batas kanan ICS 3-4 garis sternalis kanan
Batas Kiri ICS 5, 1 cm lateral garis midklavikularis kiri
A : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
I : Pergerakan nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Vocal fremitus sama pada kedua paru
P : Sonor pada seluruh lapangan paru
A : Suara nafas vesikuler di kedua paru, Rh -/-, Wh -/2.3.9 Abdomen:
I

: tampak tidak cembung, tidak terdapat pelebaran vena, dam steifung tidak

ada, dam contour tidak ada


P : Supel, nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), benjolan (-)
P : Timpani, nyeri ketok (-), Shifting dullness (-)
A : Bising usus (+) normal 6x/menit
2.3.10 Punggung:
Tidak terdapat kelainan bentuk tulang pada punggung pasien

Tidak terdapat skoliosis, lordosis, kifosis


Tidak terdapat nyeri pada perabaan vertebra
2.3.11 Ekstermitas:
Akral biasa

Edema

2.3.12 Status Lokalis:


Regio femur dekstra
Inspeksi
Dengan mengedan atau batuk tampak ada massa yang keluar pada pangkal
paha kanan bentuk bulat seperti kelereng, warna kulit sama seperti kulit di
sekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
Palpasi
Teraba massa di regio femur dextra superior, permukaan rata, kenyal,
masih dapat dimasukkan, batas atas tidak jelas, transluminasi (-), mobile dan
tidak nyeri.
Auskultasi
Bising usus: (+)
2.4 Pemeriksaan Tambahan
2.4.1 Laboratorium:
Hb
: 12,6 g/dl
Waktu Pendarahan : 200 (1-6 menit)
Waktu Pembekuan : 315 (2-6 menit)
GDS
: 98,5
2.4.2 Finger test :
Teraba tekanan pada sisi medial pada jari telunjuk
2.5 Diagnosa Kerja
Hernia Inguinalis Medialis Dextra Reponible
2.6 Resume
Pasien laki-laki berusia 70 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan
merasa ada benjolan yang hilang timbul. Pasien mengaku sejak 2 bulan yang lalu
merasakan ada benjolan di pangkal paha kanan yang timbul saat beraktivitas,
batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Benjolan tidak
menimbulkan rasa nyeri. Pasien tidak ada riwayat asma, alergi. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada status
lokalis di regio femur dextra terlihat ada benjolan berbentuk bulat, namun tidak
ditemukan tanda-tanda peradangan. Pada palpasi teraba benjolan / massa yang
kenyal timbul apabila pasien disuruh mengedan. Pada auskultasi tidak didapatkan
bising usus.
2.7 Rencana Terapi
1. Rencana Diagnosis : Pembedahan elektif
2. Rencana Terapi
a) Informed consent
b) Terapi cairan infus RL gtt XX/mnt
c) Pencegahan infeksi, cefotaxime Vial 2 x1 gram (IV)
f) Konsul Bedah
g) Konsul Anastesi
3. Initial Plan Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
diderita dan komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Menjelaskan mengenai tindakan yang akan dilakukan dan resikonya
2.8 Penatalaksanaan
1. Operatif : Hernioplasty
Operasi selesai pukul 20.00 WIB
2. Laporan operasi :
a. Posisi supine
b. Asepsis dan antiseptik prosedur
c. Insisi sesuai garis kulit di inguinal kiri
d. Buka fascia, identifikasi funikulus spermatikus
e. Cari kantong hernia
f. Buka kantong hernia
g. Lakukan herniotomy
h. Lakukan hernioplasty
i. Rawat pendarahan
j. Jahit luka operasi lapis demi lapis
k. Operasi selesai
3. Pengobatan umum :
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
4. Instruksi post operasi
a. Rawat
b. Apabila bising usus sudah terdengar dan flatus (+) pasien boleh
makan dan minum
c. Tidak boleh duduk sampai besok pagi
d. Imobilisasi (miring ka/ ki)

2.9 Follow Up
H+1 (10 Desember 2014)
1. Keadaan umum

: Baik

2. Kesadaran

: Compos mentis

3. Tekanan darah

: 130/80 mmHg

4. Nadi

: 78 x/ menit

5. Pernafasan

: 21 x/menit

6. Flatus

: (+)

7. Status generalis
a.Thorax
b.

: Cor/ Pulmo DBN

Abdomen

: tidak tampak cembung, tampak luka diverban

: Supel, nyeri tekan (-)

: Timpani

: Bising usus (+) normal

c.Ekstermitas :
Akral biasa

Edema

d.

Status lokalis
Luka operasi tertutup verband, tidak ada rembesan darah, nyeri pada
luka bekas operasi (+).

2.10 Pengkajian
Dipikirkan hernia karena dari anamnesis didapatkan keluhan adanya benjolan
pada pangkal paha kanan yang muncul ketika penderita sedang berdiri atau
beraktivitas berat, dimana pada keadaan tersebut yang mengakibatkan

10

peningkatan tekananan intraabdomen akan membuat isi abdomen (ileum) masuk


ke dalam kanalis inguinalis yang mengakibatkan timbulnya benjolan pada regio
inguinalis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan berbentuk bulat
sebesar kelereng pada pangkal paha kanan, tidak ada warna kemerahan, nyeri
tekan tidak ada. Benjolan menghilang ketika pasien berbaring dan muncul
kembali ketika pasien mengejan atau berdiri.
Dipikirkan hernia inguinalis medialis dextra dikarenakan pada pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan/massa berbentuk bulat pada pangkal paha kanan. Pada
saat dilakukan finger test, teraba adanya massa yang menekan pada sisi jari.
Termasuk dalam hernia yang repondible karena benjolan dapat hilang atau
dimasukkan lagi ke dalam rongga abdomen serta tidak adanya nyeri..
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan abdomen datar, teraba benjolan
dengan permukaan halus, konsistensi lunak, dan berbentuk bulat pada regio femur
dextra superior, tidak tampak ada eritema dan nyeri tekan (-). Bising usus (+) dan
perkusi timpani.
Dilakukan tindakan hernioplasti karena dengan dilakukannya tindakan
hernioplasti dapat memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Bila defek cukup besar atau
terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene,
prolene mesh atau marleks untuk menutup defek. Pada pasien ini, dengan usia tua,
produksi kolagen untuk otot semakin berkurang, sehingga kemungkinan
terjadinya residif sangat besar.

11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
3.1.1 M. obliquus abdominis eksternus (MOAE)
Lembaran otot yang lebar, tipis dan berasal dari permukaan luar delapan
costae bagian bawah dan menyebar untuk berinsersio pada processus xiphoideus,
linea alba, crista pubica, tuberculum pubicum, dan separuh anterior crista iliaca.
Sebagian besar serabutnya berinsersio dengan perantaraan aponeurosis yang lebar.
Serabut paling posterior berjalan turun ke crista iliaca dan membentuk pinggir
posterior yang bebas.3
Suatu lubang berbentuk segitiga pada aponeurosis musculus obliquus externus
abdominis terdapat tepat di superior dan medial tuberculum pubicum. Lubang ini
dikenal sebagai anulus inguinalis superficialis. Funiculus spermaticus (atau
ligamentum teres uteri) melaui lubang ini dan membawa fascia spermatica externa
(atau selubung luar ligamentum teres uteri) dari pinggir-pinggir lubang. 1 Diantara
spina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum, pinggir bawah aponeurosis
melipat ke belakang untuk membentuk ligamentum inguinale. Bagian lateral
ujung posterior ligamentum inguinale merupakan origo sebagian musculus
obliquus internus abdominis dan musculus tranversus abdominis. Pada pinggir
inferior ligamentum inguinale yang membuat melekat fascia profunda tungkai atas
yaitu fascia lata.1,2
3.1.2 M. obliquus abdominis internus (MOAI)2,3
Otot yang terletak di profunda musculus obliquus externus abdominis, sebagian
besar serabutnya berjalan tegak lurus dengan serabut musculus obliquus externus
abdominis. Otot ini berasal dari fascia lumbalis, 2/3 anterior crista iliaca dan 2/3
lateral ligamentum inguinale. Serabut-serabut ototnya menyebar ke atas dan
depan. Otot ini berinsersio pada pinggir bawah tiga costae bagian bawah dan
cartilagines costalesnya, processus xiphoideus, linea alba dan symphysis pubica.

12

Musculus obliquus internus abdominis mempunyai pinggir bawah yang


bebas dan melengkung di atas funiculus spermaticus (atau ligamentum teres uteri)
dan kemudian berjalan turun di belakangnya untuk melekat pada crista pubica dan
pecten ossis pubis. Dekat insersionya, serabut tendon yang terbawah bergabung
dengan serabut-serabut yang sama dari musculus tranversus abdominis
membentuk tendo conjuntivus. Tendo conjunctivus di medial melekat pada linea
alba, tetapi mempunyai pinggir lateral yang bebas.2,3
Saat funiculus spermaticus (atau ligamentum teres uteri) berjalan di bawah
pinggir bawah M.obliquus abdominis internus, organ tersebut membawa sebagian
serabut otot yang dinamakan musculus cremaster. Fascia cremasterica adalah
istilah yang dipergunakan untuk menyatakan musculus cremaster dan fascianya.
3.1.3 M. transversus abdominis (MTA)2
Otot yang terletak di bawah MOAI. Otot ini berasal dari permukaan dalam
cartilago costa terbawah, fascia lumbalis, 2/3 anterior crista iliaca, dan 1/3 lateral
lig. Inguinal dan akan berinsertio pada proc. Xiphoideus, linea alba, dan
symphisis pubis.
3.1.4 M. rectus abdominis (MRA)2,3
Otot panjang yang kuat dan terbentang sepanjang seluruh dinding anterior
abdomen. Otot ini lebih besar di atas dan terletak dekat dengan garis tengah,
dipisahkan dari sisi lainnya oleh linea alba. Musculus rectus abdominis berasal
dari dua origo, dari depan symphysis pubica dan crista pubica. Musculus rectus
abdominis dibungkus oleh aponeurosis musculus obliquus externus abdominis,
musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis yang
membentuk vagina musculi recti abdominis. Otot ini berinsertio di cartilage
costae V, VI, XII dan procesus xiphoideus.
3.1.5 M. Pyramidalis 2,3
Tidak semua orang memiliki otot ini. Otot ini berasal dr permukaan anterior
pubis dan berinsertio di line alba. Otot ini terletak di depan bagian bawah
Musculus Rectus Abdominis.

13

3.1.6 Vagina Musculi Recti Abdominis3


Sarung fibrosa panjang yang membungkus musculus rectus abdominis dan
musculus pyramidalis. Vagina musculi recti abdominis terutama dibentuk oleh
aponeurosis ketiga otot lateral abdomen. vagina musculi recti abdominis dibagi
menjadi tiga tingkat.2,3
1. Diatas arcus costalis, lamina anterior dibentuk oleh aponeurosis musculus
obliquus externus abdominis. Lamina posterior dibentuk oleh dinding
thorax yaitu cartilagines costales V, VI, VII dan spatium intercostale.
2. Diantara arcus costalis dan setinggi spina iliaca anterior superior,
aponeurosis musculus obliqus internus abdominis membelah untuk
membungkus musculus rectus abdominis, aponeurosis musculus obliquus
internus abdominis langsung di depan otot dan aponeurosis musculus
tranversus abdominis langsung terletak di belakang otot.
3. Diantara spina iliaca anterior superior dan pubis, aponeurosis ketiga otot
membentuk lamina anterior. Dinding posterior tidak ada dan musculus
rectus abdominis berhubungan langsung dengan fascia transversalis.

Vagina Musculi Recti Abdominis

14

3.1.7 Fasia 2,3


Jaringan lemak akan semakin ke profundus semakin memadat sehingga
akhirnya akan tampak menyerupai selaput yang bersiFat collagenous. Jaringan
subkutan dibagi 2 :
1. Pars superfisialis
Pars superfisialis dibagi menjadi jaringan lemak superfisialis yang disebut
fasia campers (panniculus adiposus), lapisan membranasea yang terletak di
anterior abdomen sebagai fascia scarpa (stratum membranosum) dan lapisan
membranasea pada peritoneum disebut fascia colles. Panniculus adiposus
berhubungan dengan lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan
mungkin sangat tebal (3 inci) atau lebih pada pasien obesitas Lapisan lemak
akan menghilang pada dinding toraks dan disebelah lateral linea aksilaris
media. Stratum membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas,
tempat lapisan ini melanjut sebagai fascia superficialis di daerah punggung
dan thorax, berturut-turut. Di bagian inferior, stratum membranosum berjalan
di depan paha dan disini bersatu dengan fascia profunda pada satu jari di
bawah ligamentum inguinale.
2. Pars profunda
Pada dinding anterior abdomen, fasia profunda semata-mata merupakan
lapisan tipis jaringan areolar yang menutupi otot-otot profunda terletak tepat
di sebelah profunda stratum membranosum fascia superficialis
3.1.8

Regio Inguinalis 2,3

3.1.8.1 Kanalis inguinalis


Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki,
saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis
ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum
teres uteri yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain itu, saluran
ini dilewati oleh nervus ileoinguinalis baik pada laki-laki maupun perempuan.
Kanalis inguinalis panjangnya sekitar 4 cm pada orang dewasa dan terbentang
dari anulus inguinalis profundus, suatu lubang pada fascia transversalis, berjalan

15

ke bawah dan medial sampai anulus inguinalis superficialis, yaitu suatu lubang
pada aponeurosis obliquus eksternus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar
dan tepat diatas ligamentum inguinale. Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral
oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia
tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.
Obliqus abdomminis eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m. Obliqus abdominis
eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
3.1.8.2 Kanalis Femoralis 2,3
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam
v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os
pubis dari ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh
sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati.
Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis.

Gambar : Aspek posterior dan dinding anterolateral abdomen

3.1.9 Regio Inguinal2

16

Inguinal dibentuk dari lapisan:


a. Kulit (kutis)
b. Jaringan subkutis (Campers dan Scarpas) yang berisikan lemak
Fascia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus
(Scarpa). Bagian superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke
sekitar penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus
meluas dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).
c. Innominate fascia (Gallaudet): lapisan ini merupakan lapisan superfisial dari
d.

fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.


Aponeurosis m. obliquus eksternus
Aponeurosis m. obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan yaitu
superfisial dan profunda. Bersama dengan aponeurosis otot obliqus internus
dan transversus abdominis, mereka membentuk sarung rektus dan akhirnya
linea alba. Aponeurosis obliqus eksternus menjadi batas superfisial dari
kanalis inguinalis. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk
ligamentum inguinale (Poupart) merupakan penebalan bagian bawah dari
aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Lig.

lakunare (Gimbernat)

merupakan bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
e.

f.

serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah SIAS. 2,4
Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus,
dan konjoin tendon.
Spermatik kord pada

(1)

laki-laki,

ligamen

rotundum

(2)

pada

wanita.

17

Gambar 3.2 Spermatic cord (1) dan Ligamentum Rotundum (2)

g.

Fascia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum


pectinea (Cooper), iliopubic tract, dan fasia transversalis. Fascia transversalis
dianggap sebagai satu kelanjutan dari otot transversalis dan aponeurosisnya.
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk
oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik fiksasi yang

penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.2


h. Preperitoneal space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, limfatik, pembuluh darah
dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah
nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. Nervus cutaneous
femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus
femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan
dibawah fascia iliaca dan melalui perlekatan sebelah lateral ligamentum
inguinale pada SIAS.1
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 atau
kadang dari L3. Ia turun di depan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital
dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam
sedangkancabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri.
Ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari caudal ke cepal dan
medial ke lateral ke cincin interna inguinal. Jaringan lemak dan limfatik
ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi.
i. Peritoneum
j. Annulus inginalis internus dan eksternus
3.1.11 Kanalis Inguinalis2,5
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang
4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding yang membatasi
kanalis inguinalis adalah:

Anterior: aponeurosis muskulus obliquus eksternus


Posterior: fascia transversus
Medial: conjoint tendon (gabungan tendo m. obliquus internus dan m.

transversus abdominis)
Superior: tepi bawah m. obliquus internus dan m. transversus abdominis
Inferior
: Permukaan superior lig. inguinale dan lacunae

18

Gambar: Canalis Inguinalis4

Gambar: Batas kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum


uterus. Isi kanalis inguinalis adalah funiculus spermaticus, A dan V spermatica, N.
ilioinguinal, daan N. Iliofemoral. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat
otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus
genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis.
3.1.12 Anatomi Trigonum

19

Trigonum Hasselbach2,6
Superolateral: vassa epigastrica inferior
Medial: tepi lateral m. rectus abdominis
Inferior: lig. Inguinale
Segitiga Grynfeltt (lumbar superior)6
Segitiga Grynfeltt (lumbar superior) dibatasi oleh tulang rusuk ke-12 superior
dan musculus obliquus internal yang anterior, dengan dasar segitiga ini terdiri
dari serat-serat otot kuadratus lumborum.
Segitiga Petit (segitiga lumbal inferior)6
Segitiga Petit (segitiga lumbal inferior) dibatasi oleh:
Posterior: Latissimus otot dorsi.
Anterior: otot miring eksternal.
Inferior: puncak iliaka.
Dengan dasar segitiga ini terdiri dari serat-serat dari musculus obliquus
internal dan musculus transversus abdominis.
Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai hernia direk
(medialis), sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum ini adalah hernia
indirek (hernia lateralis).
3.2 Hernia
3.2.1Definisi Hernia4
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia merupakan protrusi
atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari
dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
3.2.2 Epidemiologi 4,7
75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar lipatan
paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. 90% terjadi pada
pria dan 10% pada wanita. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct
yaitu 2:1.
3.2.3

Etiologi 4,7

Penyebab terjadinya hernia adalah:

20

a. Kongenital
1) Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu.
2) Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai
defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1
tahun) setelah lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
b. Didapat/ aquisital
Hernia aquisital adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek
bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
1) Annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia.
2) Peningkatan tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia
melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti batuk kronik, pekerjaan
mengangkat berat, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
3) Kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia meningkat
dengan bertambahnya umur.
4) Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya
yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak
yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
3.2.4

Bagian Hernia2

a. Kantong hernia. Pada hernia abdominalis, kantong hernia berupa peritoneum


parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional,
hernia adiposa, hernia internalis.
b. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong
hernia.

21

d. Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia

Gambar 3.5 Bagian Hernia

3.2.5 Jenis Hernia1,7


Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis/ hernia indirect
keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Hernia ingunalis lateralis
pintu keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior.
Tabel 3.1 Perbedaan HIL dan HIM
Tipe

Deskripsi

melewati

Hubungan

Dibungkus

Onset

dengan vasa

oleh fascia

biasanya

epigastrica

spermatica

pada waktu

inferior
Lateral

Ya

Congenital

Hernia

Penonjolan

ingunalis

cincin

lateralis

biasanya

merupakan

pada waktu

kegagalan

penutupan

dewasa.

inguinal

dan

dan bisa

cincin ingunalis interna


pada

waktu

embrio

Hernia

setelah penurunan testis


Keluarnya
langsung

ingunalis

menembus

medialis

dinding abdomen

fascia

Medial

Tidak

Dewasa

22

3.2.6 Hernia Inguinalis Lateralis3,8


Penyebab munculnya hernia inguinalis lateralis (hernia indirek) adalah
adanya kantong hernia pada prosesus vaginalis akibat kegagalan obliterasi
prosessus vaginalis.
Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang terjadi di regio
inguinal, dimana hernia ini keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak di lateral pembuluh epigastrika inferior,
kemudian masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang maka akan
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.
Manifestasi klinis:
Umumnya pasien mengatakan adanya benjolan di lipat paha atau kemaluan.
Benjolan tersebut dapat mengecil atau menghilang pada waktu tidur, dan bila
beraktivitas, mengejan, atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien
berdiri dapat timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat timbul nyeri.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien dapat
disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila terdapat
hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus
diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta
berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intraabdominal, lalu
skrotum diangkat perlahan-lahan.
Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa. melalui
skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti
fasikulus spermatikus sampai ke annulus inguinalis internus. Pada keadaan normal
jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah
ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung jari
maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedang bila menyentuh sisi jari maka
diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis.

23

3.2.7 Hernia inguinalis medialis


Hernia inguinalis medialis adalah hernia yang melalui dinding inguinal
posteromedial dari vasa epigastrika inferior didaerah yang dibatasi segitiga
Hasselbach. Batas-batas trigonum hasselbach yaitu kaudal merupakan ligamentum
inguinal, lateral merupakan arteri epigastrika inferior, dan medial adalah tepi
lateral muskulus rektus abdominis.
Manifestasi klinis:
Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna
yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi irreponibilis. Hernia ini disebut
direk karena langsung menuju annulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
annulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan
timbul benjolan.
Bila jari dimasukkan dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan
dinding belakang. Bila pasien disuruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan
ujung jari dengan mudah dapat meraba ligamentum cooper pada ramus superior
tulang pubis.
3.2.8 Menurut Isinya
1)

Hernia usus halus

2) Hernia omentum
3.2.9

Menurut Penyebabnya
1) Hernia kongenital atau bawaan
2) Hernia traumatic
3) Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.

3.2.10 Menurut Arah Hernia :

24

1) Hernia eksterna (menonjolnya ke arah luar)


a) Hernia inguinalis
b) Hernia femoralis
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di lipat paha di bawah
ligamentum inguinale, di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum
pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus,
sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau
karena penderita gemuk. Hernia ini masuk melalui annulus femoralis ke
dalam kanalis femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.1
c) Hernia umbilicalis
d) Hernia Obturatoria
e) Hernia Lumbalis
f) Hernia Perineal
2) Hernia interna (isi hernia masuk ke dalam rongga lain), misalnya hernia
diafragmatica, hernia epiploica winslowi, hernia bursa omentalis.
3.2.11 Menurut Keadaannya
3.2.11.1

Hernia inkarserata

Hernia inkarserata apabila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali


kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis merupakan hernia irreponibel yang sudah disertai
tanda-tanda ileus obstruktif. Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama
kelamaan dapat terjadi strangulasi.1

25

Gambar 3.8 Hernia inkarserata1

3.2.11.2

Hernia Strangulata

Hernia strangulata jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta
mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan. 1

Gambar 3.9 Hernia Strangulata1

3.2.12 Menurut Sifatnya


3.2.12.1 Hernia reponibel
Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya
menetap. Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila
disokong gaya gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.1

Gambar 3.10 Hernia reponibel1

3.2.12.2 Hernia irreponibel


Hernia irreponibel adalah adalah bila isi kantung hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat

26

juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya pada:
femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia
ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan
strangulasi daripada hernia reponibel.1
Gambar 3.11 Hernia ireponibel1

3.3 Patofisiologi9
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat
defekasi, dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat.

3.4

Diagnosis1

27

3.4.9

Anamnesis

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada
waktu berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor
yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus
(obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi,
sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan ini.
3.4.10 Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi 1,7,9
a) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b) Hernia inguinal

2)

Lateralis: muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari

lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.


Medialis: tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis: benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis: benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika: benjolan di linea alba.
Hernia umbilikal: benjolan diumbilikal.
Hernia perineum: benjolan di perineum.
Palpasi

Teknik pemeriksaan :
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/ internus)
dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat
melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai skrotum.

28

Secara klinis, HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Finger Test

Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal


inguinal.

Penderita disuruh batuk:

Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

2. Pemeriksaan Ziemen Test

Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan terlebih dahulu Hernia


kanan diperiksa dengan tangan kanan.

Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

jari ke 4 : Hernia Femoralis.

29

3. Pemeriksaan Thumb Test

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Transluminasi (-)
Nyeri tekan pada Hernia inkarserata
3) Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulate, hipertimpani, terdengar pekak.
4) Auskultasi
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
5) Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship romberg (hernia
obturatoria).
3.4.11 Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:

Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.


Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.

30

Tes

Urinalisis

untuk

menyingkirkan

adanya

masalah

dari

traktus

genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.


3.5

Diagnosis Banding9
1. Hidrokel: mempunyai batas tegas, iluminensi positif, dan tidak dapat
dimasukkan kembali. Testis tidak dapat diraba.
2. Limfadenopati inguinal: perhatikan apakah ada infeksi pada kaki se sisi.
3. Testis ektopik: testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
4. Lipoma: herniasi lemak properitoneal melalui cincin inguinalis.
5. Orkitis

3.6 Komplikasi 1
a. Hernia inkarserasi:
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual, muntah dan gejala obstruksi usus.
b. Hernia strangulasi:
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik

3.7

Adanya gangguan sistemik pada usus

Penatalaksanaan

a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi.
b. Operatif
1) Indikasi operasi:
Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara
operatif tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar

31

terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat


pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan

rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.


Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada
keadaan inkarserata dan strangulasi.

2) Macam Operasi:
Cito: hernia incerserata dan stranggulata
Urgen: penyebab tekanan irreponible, dapat ditunda tak boleh lama
Elektif: HIL, HIM, Hernia Femoralis
3) Herniotomi dan Hernioplasty
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan
pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk
menutup defek.
4) Teknik-Teknik Operasi Hernia
Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang
kantung dan memperbaiki dinding abdomen. Adapun teknik-teknik operasi
hernia ada beberapa cara, yaitu:

Marcy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi


kantungnya.melewati ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin

interna. Lebih sering digunakan pada anak-anak.


Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara
conjoint tendon didekatkan dengan ligamentum Pouparts dan spermatic
cord diposisikan seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus

obliquus eksternus.
Halsted, menempatkan muskulus obliquus eksternus diantara cord
kebalikannya cara Bassini.

32

Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint


tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.4,11

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat dikelompokkan


dalam 4 kategori utama5:
1. Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan membebaskan
funnikulus spermatikus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi
kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia diligasi dan dasar
kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :
Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis

inguinalis hingga ke cincin eksternal.


Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia
indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk

mencari hernia direct.


Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis

(fascia transversalis)
Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum

inguinalis lateral.
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi,
tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia
disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah
tegangan yang terjadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga
dapat terjadi nekrosis otot yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan
mengakibatkan kekambuhan.
2. Kelompok 2: Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah

33

rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
3. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah
prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek
hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang
baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1
persen. Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.

Gambar 3.12 Setelah pemasangan Mesh 4

4. Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,
tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia
diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal
diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan
pembentukan fistel karena paparan usus terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau
total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan
trokar laparoskopik dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari
dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan

34

peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik langsung


yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya,
usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.

3.8

Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong

hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit
pasca bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia
umumnya dapat diatasi.

BAB IV
KESIMPULAN

35

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah


appendicitis. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/ hernia
inguinalis directa/ hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/
hernia indirecta/ hernia obliqua. Hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya
lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Penyebab terjadinya hernia yaitu kongenital dan didapat, secara kongenital
bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu,
pada saat dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir
akan terjadi melalui defek tersebut. faktor yang didapat yaitu bukan disebabkan
karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami
manusia, antara lain: Annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia, peningkatan tekanan intraabdomen
kronik yang dapat mendorong isi hernia melewati annulus internus yang cukup
lebar, seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat berat, hipertrofi prostad,
konstipasi dan asites, kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden
hernia meningkat dengan bertambahnya umur dan konstitusi tubuh.
Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya yang sedikit,
sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak yang banyak
sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong. Komplikasi yang terjadi
yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi penanganan segera
adalah dengan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

36

1. Syamsuhidayat, R, dan Wim de Jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi
revisi, EGC, Jakarta
2. Snell, Richard S. 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed.
6. EGC: Jakarta.

3. Moore, dkk. 2007. Essential Clinical Anatomy. 3rd Edition. University of


Toronto. Faculty of Medicine.
4. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill
5. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. on 1st January 2011 Available at
http://www.webmed.com
6. Kaufman MS, Stead LG, Stead SM, Mishira N (2009). First aid for the
surgery clerkship. Second edition. p.189-199.Mc-Graw Hill : New York
7. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.
8. Cuschieri, dkk. 2003. Clinical Surgery, 2nd Edition. Australia. Blackwell
Science.
9. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingots Abdominal Operation.
Volume 1. Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai