Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Judul Penelitian
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK

PAIR

SHARE

TERHADAP

PEMAHAMAN

KONSEP

MATEMATIS
(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Smp N 3 Ketapang
Mengenai Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel)
B. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau
konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran deduktif yang
membutuhkan

pemahaman

secara

bertahap

dan

berurutan.

Dalam

pembelajaran matematika di sekolah, aspek-aspek pemahaman suatu konsep


termasuk pemahaman rumus dan aplikasinya merupakan hal yang sangat
penting yang harus dimiliki siswa. Sehingga salah satu tujuan mata pelajaran
matematika di sekolah yang dijelaskan dalam Standar Isi Mata Pelajaran
Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah berbunyi
agar siswa mampu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2003: 2).
Menurut Zulaiha (2006: 19), hasil belajar yang dinilai dalam mata
pelajaran

matematika

ada

tiga

aspek.

Ketiga

aspek

itu

adalah pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan


masalah.
Sedangkan menurut Skemp dan Pollatsek (Sumarmo, 1987: 24) terdapat
dua jenis pemahaman konsep, yaitu pemahaman instrumental dan
pemahaman rasional. Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai
pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal
dalam melakukan perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional
termuat satu skema atau strukstur yang dapat digunakan pada penyelesaian
masalah yang lebih luas. Suatu ide, fakta, atau prosedur matematika dapat
dipahami sepenuhnya jika dikaitkan dengan jaringan dari sejumlah kekuatan
koneksi.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang biasa
kita lihat sehari-hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah siswa, biasanya
antara 30-40 siswa di dalam sebuah ruangan. Dalam kondisi seperti ini,
kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut kecepatan, kesulitan
dan minat belajar sukar untuk diperhatikan oleh guru. Karena Guru sangat
mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya
materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar
dan lain-lain sepenuhnya ada ditangan guru.
Dalam proses pembelajaran langsung yang digunakan cenderung
metode ceramah dan tanya jawab bervariasi. Pembelajaran langsung akan
memberi kemudahan bagi guru dalam mengorganisasi materi pelajaran,
karena dalam pembelajaran langsung ini secara umum materi pelajarannya

akan seragam diserap oleh siswa. Proses pembelajaran langsung ini dapat
membentuk kemampuan siswa dalam menyimak atau mendengarkan,
membentuk kemampuan dalam mendengarkan dan kemampuan dalam
bertanya. Akan tetapi selama pembelajaran langsung itu berlangsung siswa
harus mengerjakan dua hal yaitu mendengarkan dan membuat catatan, hal ini
sangat menyulitkan siswa karena konsentrasi siswa akan terpecah sehingga
siswa tersebut tidak fokus dengan apa yang disampaikan oleh guru,
pemahaman konsep pada materi SPLDV ditandai dengan kemampuan siswa
dalam menjelaskan definisi dan bentuk persamaan dari SPLDV. Melalui
pemahaman konsep SPLDV sisw tidak hanya sekedar menghafal proses
penggunaan metode formal seperti grafik, subsitusi, eliminasi bahkan
campuran tetapi dapat mengaplikasikan konsep metode forml secara tepat
dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan SPLDV.
Rendahnya pemahaman siswa terhadap sebuah konsep diduga
disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar, perhatian terhadap matematika,
gangguan kelas besar, partisipasi aktif siswa, dan kemandirian belajar siswa.
Hal ini tentunya tidak terlepas dari masalah pengajaran yang dilakukan oleh
guru.
Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif dan bekerja sama dengan siswa lainnya dalam kegiatan
belajar mengajar adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula,

seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain. Lie
(Wena,

2010:

189)

mengatakan

bahwa

pembelajaran

kooperatif

dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih


bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Walaupun dalam
pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama,
yaitu pengajar dan teman belajar lain.
Model pembelajaran Think Pair Share yang dikembangkan oleh Anita
Lie merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang
memberikan siswa kesempatan untuk berbagi dengan yang lain, mengajar
serta diajar oleh sesama siswa yang menjadi bagian penting dalam proses
belajar dan sosial yang berkesinambungan. Melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share ini diharapkan dapat membuat siswa lebih
aktif serta lebih terampil dalam mengembangkan kecakapan komunikasinya
(Lie,

2002:56).

Menurut Alhadi

(Mayasari

Fitra,

2006:41)

model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas


belajar, sikap dan hasil belajar siswa. Cara ini merupakan upaya yang sangat
baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok.
Berdasarkan fakta-rakta yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share terhadap pemahaman konsep matematika dalam sistem
persamaan linear dua variabel pada siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah umum
dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh penerapan

model

pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap pemahaman konsep


matematis dalam Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada Siswa Kelas
VIII SMP N 3 Ketapang ?
Adapun sub-sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagaimanakah pemahaman konsep matematis siswa pada materi


Sistem Persamaan Linear Dua Variabel setelah diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share ?

2.

Bagaimanakah pemahaman konsep matematis siswa pada materi


sistem persamaan linear dua variabel setelah diajar menggunakan model
pembelajaran langsung?

3.

Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis

dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share lebih


baik dari model pembelajaran langsung pada materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel ?
4.

Bagaimanakah respon siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang setelah


diberikan pembelajar menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share ?

D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan

langsung terhadap pemahaman konsep matematis siswa pada materi Sistem


Persamaan Linear Dua Variabel.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa pada materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel setelah diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share.
2. Untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa pada materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel setelah diajar menggunakan model
pembelajaran langsung.
3. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan
model pembelajaran langsung pada materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel.
4. Untuk mengetahui Respon siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang saat
pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share itu berlangsung.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi terhadap pembelajaran matematika yaitu dengan penggunaan
model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan model
pembelajaran langsung dapat membantu siswa dalam memahami konsep
matematis pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, pengajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan langsung

diharapkan dapat membantu memahami konsep-konsep matematis yang


sifatnya abstrak serta membuat suasana belajar yang menyenangkan.
b. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman
dalam melakukan analisis kebutuhan, mengembangkan instrumen dan
strategi pembelajaran serta mempersiapkan diri dalam mengantisipasi
masalah-masalah yang akan dihadapi nanti saat terjun kedunia
pendidikan.
c. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
d. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan pembanding atau dikembangkan lebih lanjut serta sebagai
referensi terhadap penelitian yang relevan dengan permasalahan yang
sejenis.

F. Ruang Lingkup Penelitian


1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi


atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
Sugiyono (2010: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
1) Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
2) Penggunaan model pembelajaran langsung
b. Variabel Terikat

Variabel yang muncul sebagai akibat dari penyebab disebut


variabel terikat. Hadari Nawawi (2007: 61) mengatakan bahwa
variabel terikat adalah sejumlah gejala atau unsur yang muncul karena
dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas.
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep matematis siswa yang dilihat melalui skor tes
setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Tipe Think Pair Share dan model pembelajaran langsung.

c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat
tidak dipengaruhi faktor luar yang tidak diteliti, Sugiyono (2010: 64).
Variabel kontrol dalam penelitian ini antara lain:
1) Jumlah jam mengajar yaitu 2 x 40 menit dalam 2 kali pertemuan;
2) Guru yang mengajar yaitu peneliti;
3) Materi yang diajarkan yaitu Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Definisi Operasional
a. Penerapan

Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perihal


mempraktekkan penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share dan model pembelajaran langsung.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share


Penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian
ini adalah proses pembelajaran yang berlangsung dengan situasi
pembelajaran yang dirancang dengan membentuk kelompok-kelompok
kecil minimal berjumlah 2 siswa (teman sebangku) dengan
kemampuan

heterogen.

Kemampuan

anggota

kelompok

yang

heterogen tersebut ditentukan berdasarkan nilai ulangan harian pada


bab sebelumnya. Anggota kelompok akan saling berinteraksi dan
bekerja sama dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Model Pembelajaran Langsung
Penggunaan model pembelajaran langsung yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang melibatkan guru

secara aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dengan


mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Model
pembelajaran langsung ini biasa digunakan oleh guru matematika SMP
N 3 Ketapang.
d. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman konsep matematis siswa ini diukur dengan tes
kemampuan pemahaman konsep. Adapun indikator yang dapat
digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

pemahaman

konsep

(verbal)

bentuk

matematis dalam penelitian ini adalah :


1) Mengubah

suatu

bentuk

representasi

ke

representasi lain (simbol).


2) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
3) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
e. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Konsep matematika yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah konsep-konsep pada materi sistem persamaan linear dua
variabel yang dipelajari di SMP/Mts dikelas VIII semester I pada bab
IV. Sub pokok bahasan yang meliputi penyelesaian dan penerapan
sistem persamaan linear dua variabel.

f. Respon Siswa

Yang dimaksud Respon dalam penelitian ini adalah tanggapan


siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share.

G. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share lebih baik dari model pembelajaran langsung pada
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran
Mills (Suprijono, 2010: 46) berpendapat bahwa model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model

merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang


diperoleh dari beberapa sistem.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, kurikulum, dan lainlain, Joyce (Trianto, 2007:5). Selanjutnya Joyce mengatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
Menurut Arends (Suprijono, 2010: 46), model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran,

tahap-tahap

pembelajaran,

dan

dalam

pengelolaan

kegiatan
kelas.

pembelajaran,

Model

lingkungan

pembelajaran

dapat

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur


sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta
didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Menurut Sanjaya (2010: 242) pembelajaran kooperatif merupakan


model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/ tim kecil,
yaitu antara empat sampai enam orang yang

mempunyai latar belakang

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda


(heterogen).Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok
akan

memperoleh

penghargaan

(reward),

jika

kelompok

mampu

menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.


Dikatakan pula oleh Sanjaya (2010: 246) bahwa terdapat empat prinsip
dasar pembelajaran kooperatif, yaitu : prinsip ketergantungan (positive
interdependence), tanggung jawab perseorangan (individual accountability),
interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), serta partisipasi dan
komunikasi (participation communication).
Menurut Lie (2010: 38) ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
dalam

pengelolaan

kelas

model

pembelajaran

kooperatif,

yaitu

pengelompokan, semangat pembelajaran kooperatif, dan penataan ruang


kelas. Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan dan dijadikan pijakan dasar
oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas.Tanpa
memperhatikan masalah tersebut, tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif sulit
tercapai.
ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk
dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur
kegiatan cooperative learning. Think Pair Share memberikan waktu kepada

para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini
adalah optimalisasi partisipasi siswa.
1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share
Menurut

Spencer Kagan ( Fi tra Mayasari, 2008:12)Strategi

Think Pair Share yang dikembangkan oleh Spencer Kagan terdiri dari tiga
tahap yaitu:
a. Tahap 1 : Thingking (Berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu
yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk
memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat.
b. Tahap 2 : Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan
dengan siswa lain untuk dapat mendiskusikan apa yang telah
dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan
dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi
ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru
memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.
c. Tahap 3 : Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir ini, guru meminta
pasangan siswa untuk membentuk kelompok yang lebih besar untuk
berbagi yang tentang apa yang telah mereka pelajari dan seterusnya
sampai seluruh kelas.
Howard (2006) mengemukakan terdapat lima langkah utama dalam
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, langkah-langkah tersebut
ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think PairShare
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
-

Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu


untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah

Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai


oleh siswa

Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui


kegiatan demonstrasi

Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS)


kepada seluruh siswa

Tahap 1
Pendahuluan

Tahap 2
Think

Tahap 3
Pair
Tahap4

Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu

Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya

Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai


jawaban tugas yang telah dikerjakan

Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk


berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas
dengan dipandu oleh guru.

Siswa dinilai secara individu dan kelompok

Share
Tahap 5
Penghargaan

Sumber : Suprijono (2010:65)


2. Kelebihan dan KekuranganModel Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share
Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan. Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif menurut
Fogarty dan Robin (1996) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar
Think Pair Share mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:

a. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,


b. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi
pelajaran,
c. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat
sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata
kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah
kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12).Sedangkan menurut
Lie (2010: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang
terdiri dari 2 orang siswa) adalah:
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
b. Lebih sedikit ide yang muncul, dan
c. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
C. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran yang akan dibahas selanjutnya adalah model
pembelajaran langsung. Pengajaran langsung yang juga dikenal dengan
sebutan active teaching (pengajaran aktif) atau whole class teaching
(pengajaran seluruh kelas) mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat
aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada murid-muridnya dengan
mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas (Muijs, 2008: 41).
Sedangkan menurut Arends (2001:3) model pembelajaran langsung adalah
sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari

keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah demilangkah.


Teori pendukung pembelajaran langsung adalah teori behaviorisme dan
teori belajar social,Suprijono (2010: 47).Berdasarkan kedua teori tersebut,
pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Jika
behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus-respons bersifat
mekanis, maka teori belajar sosial beraksentuasi pada perubahan perilaku
bersifat organis melalui peniruan.
Modeling

adalah

pendekatan

utama

dalam

pembelajaran

langsung.Modeling berarti mendemonstrasikan suatu prosedur kepada peserta


didik.Modeling mengikuti urut-urutan berikut.
1. Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil
belajar.
2. Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki
peserta didik.
3. Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara
yang jelas, terstruktur, dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa
yang dikerjakannya setelah setiap langkah selesai dikerjakan.
4. Peserta didik perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan
kemudian menirukannya.
Pembelajaran langsung dengan pendekatan modeling membutuhkan
penguasaan sepenuhnya terhadap apa yang dibelajarkan (dimodelkan) dan
memerlukan latihan sebelum

menyampaikannya di kelas. Guru harus

kompeten terhadap perilaku yang hendak dimodelkan dalam pembelajaran.


Tanpa kompetensi itu modeling tidak akan efektif.
Modeling efektif juga menuntut peserta didik mempunyai atensi dan
motivasi terhadap perilaku yang dimodelkan. Tanpa hal tersebut proses
observasional lainnya yang dibutuhkan dalam pembelajaran langsung dengan
modeling tidak akan berjalan optimal. Proses yang dimaksud adalah retensi
dan reproduksi.
Atensi adalah peserta didik memperhatikan aspek-aspek kritis dari apa
yang akan dipelajari. Atensi adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan
sumber daya mental.Salah satu keahlian penting dalam memperhatikan adalah
seleksi.Atensi bersifat seleksi karena sumber daya otak terbatas.Pada
umumnya peserta didik memusatkan perhatian pada objek materi atau
perilaku model yang lebih menarik.Untuk menarik perhatian peserta didik,
guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan
pokok materi atau bergaya dengan gesture tersendiri ketika memberikan
contoh perilaku tertentu.
Retensi adalah peserta didik menyimpan atau mengingat perilaku yang
dimodelkan. Retensi adalah mempertahankan atau menyimpan informasi
terkait dengan kerangka waktu peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam
menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang
dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan
label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.

Reproduksi merupakan upaya merekonstruksi citra mental dari


informasi.Pengkonstruksian ini terjadi oada elaborasi informasi.Elaborasi
adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian.Reproduksi
merupakan upaya peserta didik mereproduksi atau melakukan seperti yang
dimodelkan.Pada tahap ini segala bayangan atau citra mental maupun kodekode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah
tersimpan dalam memori peserta didik itu diproduksi kembali.Untuk
mengidentifikasi tingkat penguasaan peserta didik, guru dapat menyuruh
peserta didik membuat atau melakukan kembali hal-hal yang telah mereka
serap.
Pembelajaran langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan
prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai
keterampilan.Pembelajaran langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua
hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik
dan penguasaan keterampilan.
Tujuan utama model pembelajaran langsung adalah memaksimalkan
penggunaan waktu belajar siswa, Aunurrahman (Noermala Nova, 2011: 30).
Sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya ketuntasan muatan
akademik dan keterampilan, meningkatnya kemampuan siswa.Sedangkan
dampak pengiring (nurturant effect) meningkatnya percaya diri siswa.
Widaningsih, Dedeh (2010:151) Ciri-ciri Pembelajaran Langsung
adalah sebagai berikut :
1.

Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.

2.

Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

3.

Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung


berlangsung dan berhasilnya pengajaran.

1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung


Pembelajaran langsung memil ik i
yang s istematis
harus

di lakukan

untuk mengetahui
oleh

guru

atau

pembelajaran langsung tersebut

pola urutan kegiatan


kegiatan-kegiatan yang
peserta

didik,

agar

ter laksana dengan baik.

Adpun s intaks model pembelajaran langsung sebagai ber ikut.

Fase

Tabel 2.2
Langkah-langkah Pembelajaran Langsung
Perilaku guru

Fase 1 : Establishing set

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

Menyampaikan tujuan dan

informasi latar belakang

mempersiapkan peserta didik

pelajaran, mempersiapkan peserta

Fase 2 : Demonstrating

didik untuk belajar


Mendemonstrasikan keterampilan

Mendemonstrasikan pengetahuan

yang benar, menyajikan informasi

atau keterampilan
Fase 3 : Guided practice

tahap demi tahap


Merencanakan dan memberi

Membimbing pelatihan
Fase 4 : Feed back

pelatihan awal
Mengecek apakah peserta didik

Mengecek pemahaman dan

telah berhasil melakukan tugas

memberikan umpan balik

dengan baik, memberi umpan

Fase 5 : Extended practice

balik
Mempersiapkan kesempatan

Memberikan kesempatan untuk

melakukan pelatihan lanjutan

pelatihan lanjutan dan penerapan

dengan perhatian khusus pada

konsep

penerapan situasi lebih kompleks


dalam kehidupan sehari-hari
Sumber: Suprijono (2010: 50)

Dalam modelpembelajaran langsung, yang terutama harus diingat


oleh pengajar yaitu kemampuan, daya tangkap, dan pemahaman siswa
berbeda-beda.Inilah

yang

menjadi

masalah

bagi

pengajar

dalam

menentukan kecepatan mengajar ditentukan oleh pengajar sendiri tanpa


memperhitungkan perbedaan kemampuan siswa.
2. Kelebihan

dan

Kekurangan

Model

Pembelajaran

Langsung
Adapunkelebihandan

kekurangan

model

pembelajaran

Menurut Sanjaya (2007: 189) yaitu;


a. Kelebihan model pembelajaran langsung
1) Dengan model pembelajaran guru bisa mengontrol urutan
dan keluasan mater i pembelajaran, dengan demikian guru
dapat mengetahui sampai sejauh mana s iswa menguasai
bahan pela jaran yang disampaikan .
2) Model pembelajaran langsung dianggap sangat efekt i f
apabi la mater i

pela jaran yang harus dikuasai

s iswa

cukup luas, sementara i tu waktu yang dimi l ik i untuk


bela jar terbatas.
3) Melalui model pembelajaran langsung sela in s iswa dapat
mendengar

melalui

(kul iah)

tentang

suatu

mater i

pela jaran, juga sekal igus s iswa dapat melihat (melalui


pelaksanaan demonstras i)
4) Keuntungan la in adalah model pembelajaran langsung bisa
digunakan untuk jumlah s iswa dan ukuran kelas besar.
b. Kekurangan Model Pengajaran Langsung
Menurut Sanjaya (2007: 189) ada t iga hal kekurangan
model pembelajaran langsung yaitu;
1) Hanya untuk kemampuan mendengar dan menyimak yang
baik. Maksudnya model pengajaran langsung hanya dapat
ber langsung

dengan

baik

apabi la

s iswa

memil ik i

kemampuan menyimak dan mendengar yang baik.


2) Tidak

dapat

Maksudnya

melayani

t idak

perbedaan

mungkin

dapat

kemampuan
melayani

s iswa.

perbedaan

kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, bakat serta


perbedaan gaya bela jar.
3) Hanya menekankan pada komunikasi satu arah (one-way
communicat ion) . Maksudnya komunikasi model pengajaran
langsung lebih

banyak ter jadi

communicat ion) ,

maka

pemahaman

s iswa

akan

satu arah (one-way

kesempatan
mater i

untuk

mengontrol

pembelajaran

sangat

terbatas pula disamping i tu, komunikasi satu arah bisa


mengakibatkan pengetahuan yang dimi l ik i
terbatas pada apa yang diber ikan.

s iswa akan

D. Pemahaman Konsep Matematis


Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta
didik mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang
diketahuinya. Dalam hal ini, peserta didik tidak hanya hafal secara verbalistis,
tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan (Sukiman,
2012:57). Sedangkan, menurut Sudijono (2011:50) pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat.
Pemahaman konsep menurut Skemp (Afat, 2013:28) terbagi atas dua
bagian pemahaman yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman
relasional. Pemahaman instrumental merupakan kemampuan seseorang
menggunakan prosedur matematik untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa
mengetahui mengapa prosedur itu dapat digunakan, siswa tidak menyadari
mengapa ia menggunakan suatu aturan tertentu dalam menyelesaikan suatu
masalah (rules without reason). Kemampuan pemahaman instrumental belum
dapat

sepenuhnya dikatakan sebagai kemampuan pemahaman konsep.

Pemahaman relasional merupakan kemampuan menggunakan suatu aturan


dengan penuh kesadaran mengapa ia menggunakan aturan tersebut (knowing
what to doand why). Jadi, pemahaman instrumental adalah pemahaman yang
dihafal dan tanpa melalui proses berpikir, sedangkan pemahaman relasional
adalah keterkaitan banyak ide yang sudah ada sebelumnya dalam diri

seseorang yang membentuk jaringan berbagai konsep, sehingga siswa dapat


menerapkan konsep yang diketahuinya pada situasi lain.
Pemahaman relasional memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyesuaikan metode yang dipelajari dalam menyelesaikan tugas yang
jarang dapat diselesaikan dengan pemahaman instrumental. Siswa yang
memiliki kemampuan pemahaman relasional mereka dapat membangun
pengetahuan dari pengalaman yang mereka miliki, interaksi sosial dan
negosiasi dengan teman-temannya, hal ini akan lebih mudah bagi siswa untuk
mengingat metode dan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Kelebihan dari pemahaman relasional sekurang-kurangnya ada empat yaitu,
lebih mudah disesuaikan untuk meyelesaikan tugas yang baru, lebih mudah
untuk mengingat kembali, dapat menjadi tujuan yang efektif dalam diri
sendiri, dan memiliki skema yang dapat diperluas.
Pemahaman instrumental dan pemahaman relasional keduanya tidak
dapat dipisahkan, evaluasi yang dibuat oleh guru masih cukup banyak hanya
mengukur kemampuan pemahaman instrumental saja, terlihat dari soal-soal
yang diberikan kepada siswa lebih banyak dapat diselesaikan dengan rumus
meski siswa itu sebenarnya tidak mengerti mengapa penyelesaian soal
tersebut dapat dilakukan dengan rumus yang ia gunakan, yang lebih
memprihatinkan adalah lembaga bimbingan belajar yang setiap harinya siswa
diberikan rumus-rumus cepat yang mana siswa tidak tahu mengapa ia harus
menggunakannya.Pemahaman terhadap konsep merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses belajar dan memecahkan masalah, baik dalam

proses belajar itu sendiri maupun dalam kehidupan nyata. Kemampuan


memahami konsep menjadi landasan untuk berpikir dalam menyelesaikan
persoalan.Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Dahar
(Suhidartinih, 2010:22).
NCTM ( Febrianto, 2012:17) mengemukakan bahwa pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap konsep matematis dapat dilihat dari kemampuan
siswa dalam :
1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tertulis.
2. Mengidentifikasi membuat contoh dan bukan contoh.
3. Menggunakan
model,
diagram
dan
symbol-simbol
untuk
mempresentasikan suatu konsep.
4. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk representasi lain.
5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang
menentukan suatu konsep.
7. Membandingkan dan membedakan konsep.
Menurut Ruseffendi(2005: 35) konsep dalam matematika adalah ide
atau gagasan yang memungkinkan kita untuk mengelompokan tanda (objek)
kedalam contoh. Atau dapat diartikan bahwa konsep matematika abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengelompokan (mengklasifikasikan) objek atau
kejadian.Konsep dapat dipelajari definisi atau pengamatan langsung seperti
melihat, mendengar, mendiskusikan, dan memikirkan tentang kebenaran
contoh. Sedangkan, Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa dalam
belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan
kepada konsep-konsep atau struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang
diajarkan.

Penguasaan konsep sangat Penting, karena dengan menguasai konsep


akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Penguasaan konsep
merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mengidentifikasikan
atau menjelaskan suatu bagian informasi dengan kata-kata sendiri. Sejalan
dengan hal tersebut, pemahaman konsep menurut Patria (Febrianto, 2012:18)
adalah :
kemampuan siswa yang
berupa penguasaan sejumlah materi
pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah
konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk
lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu
mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang
dimilikinya.
Pada

peraturan

Dirjen

Dikdasmen

Depdiknas

Nomor

506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 menguraikan bahwa


indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :
1. Menyatakan ulang sebuah konsep
2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya.
3. Member contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu.
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
Wardhani (Febrianto, 2012 19).
Berdasarkan beberapa pendapat di atasdapat disimpulkan bahwa
indikatoryang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep
dalam penelitian ini, adalah :
4) Mengubah suatu bentuk representasi (verbal) ke bentuk representasilain
(simbol).

5) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.


6) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Adapun penilaian pada pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui
sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep matematis yang
telah diterima siswa dalam pembelajaran.
E. Uraian Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Satu di antara materi Matematika, materi SPLDV dapat juga diajarkan
dengan menggunakan masalah yang berhubungan dengan keseharian siswa.
Berikut adalah penjelasan mengenai SPLDV. Tetapi, sebelum memasuki
tentang SPLDV, terlebih dahulu dijelaskan mengenai persamaan linear.
Sebuah garis yang terletak pada bidang xy dapat dinyatakan secara aljabar
dalam suatu persamaan berbentuk: a1x + a2y = b, dengan a1, a2, b merupakan
konstanta real, serta a1 dan a2 tidak nol. Persamaan semacam ini disebut
persamaan linear dengan variabel x dan y. Secara umum, persamaan linear
(linear equation) didefinisikan dengan n variabel x1, x2, , xn sebagai
persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a1x1 + a2x2 + + anxn = b,
dimana a1, a2, , an dan b merupakan konstanta real. Variabel-variabel dalam
persamaan linear sering kali disebut sebagai faktor-faktor yang tidak diketahui
(unknows) (Rorres, 2004 : 2). Dalam penelitian ini, persamaan linear yang
digunakan adalah persamaan linear dua variabel yaitu persamaan linear yang
memuat dua variabel.
1. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

SPLDV adalah persamaan yang memiliki dua buah persamaan linear


dua variabel.Penyelesaian SPLDV dapat ditentukan dengan mencari nilai
variabel yang memenuhi kedua persamaan linear dua variabel.Dan
Terdapat banyak jenis solusi dalam menjawab suatu permasalahan.
Banyaknya jenis solusi dalam menjawab suatu permasalahan akan
menunjukan tingkat pemahaman seseorang terhadap pemecahan masalah
yang dihadapi. Siswa yang dapat menjawab atau menyelesaikan masalah
secara benar dengan lebih dari satu cara, lebih memahami masalah tersebut
dibandingkan siswa lain yang hanya dapat menjawab dengan satu cara.
Secara logis, karena siswa yang dapat memecahkan dengan banyak cara
memiliki kesempatan untuk menguji kebenaran suatu jawaban dengan cara
yang lain. Meskipun demikian, kelaziman pengembangan banyak solusi
pada siswa belum maksimal dikembangkan oleh Hudiono (Sri Muharni
2010:42). Berikut cara-cara penyelesaian permasalahan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV)
2. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
a. Metode grafik
Grafik untuk persamaan linear dua variabel berbentuk garis
lurus.Bagaimanadengan SPLDV?Ingat, SPLDV terdiri atas dua buah
persamaan dua variabel,berarti SPLDV digambarkan berupa dua buah
garis lurus.Penyelesaiandapat ditentukan dengan menentukan titik

potong kedua garis lurus tersebut.Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan


dan pelajari Contoh berikut :
Gunakan metode grafik, tentukanlah penyelesaian SPLDV berikut.
x+y=2
3x + y = 6
Jawab:
Langkah pertama, menentukan titik potong terhadap sumbu x dan
sumbu y padamasing-masing persamaan linear dua variabel.
a) Persamaan x + y = 2
Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0.
x+y=2
x+0=2
x=2
Diperoleh x + y = 2 dan y = 0, maka diperoleh titik potong
dengan sumbu xdititik (2, 0).
Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0.
x+y=2
0+y=2
y=2
Diperoleh x = 0 dan y = 2, maka diperoleh titik potong

dengan sumbu y (0, 2).


b) Persamaan 3x + y = 6
Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0.

3x + y = 6
3x+ 0 = 6
3x = 6
x=2
Diperoleh x = 2 dan y = 0 maka diperoleh titik potong
dengan sumbu xdititik (2, 0).
Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0.
3x + y = 6
3(0) + y = 6
y=6
Diperoleh x = 0 dan y = 6 maka diperoleh titik potong dengan

sumbu ydititik (0, 6).


Langkah kedua, gambarkan ke dalam bidang koordinat Cartesius.
b)

Persamaan x + y = 2 memiliki titik potong sumbu di (2, 0) dan


(0,2)

c)

Persamaan 3x + y = 6 memiliki titik potong sumbu di (2, 0) dan


(0,6)

d)

Perhatikan grafik berikut.

Langkah ketiga, tentukan himpunan penyelesaian SPLDV berikut.


Perhatikan gambar tersebut, titik potong antara garis x + y = 2 dan
3x + y = 6 adalah (2, 0) Jadi, Hp = {(2, 0)}
(Nuniek Avianti Agus, 2008: 77)

b. Metode subtitusi
Penyelesaian SPLDV menggunakan metode substitusi dilakukan
dengan cara menyatakan salah satu variabel dalam bentuk variabel yang
lain kemudian nilai variabel tersebut menggantikan variabel yang sama
dalam persamaan yang lain. Adapun langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk menentukan Contoh berikut :
Gunakan metode substitusi untuk menentukan penyelesaian SPLDV
berikut.
x + 5y = 13
2x y = 4
Jawab:
1) Langkah pertama, tuliskan masing-masing persamaan dalam bentuk
persamaan (1) dan (2).
x + 5y = 13 (1)

2x y = 4 (2)
2) Langkah kedua, pilih salah satu persamaan, misalkan persamaan
(2).Kemudian, nyatakan salah satu variabelnya dalam bentuk
variabel yang lain.
x + 5y = 13
x = 13 5y (3)
3) Langkah ketiga, nilai variabel x pada persamaan (3) menggantikan
variabel x pada persamaan (2).
2x y = 4
2 (13 5y) y = 4
26 10y y = 4
10 y= 4 26
11y = 22
y = 2 (4)
4) Langkah keempat, nilai y pada persamaan (4) menggantikan variabel
y pada salah satu persamaan awal, misalkan persamaan (2).
2x y = 4
2x 2 = 4
2x = 4 + 2
2x = 6
x = 3 (5)

5) Langkah kelima, menentukan penyelesaian SPLDV tersebut. Dari


persamaan (4) dan (5) diperoleh nilai x = 3 dan y = 2. Jadi, diperoleh
Hp = {(3, 2)}
(Nuniek Avianti Agus, 2008: 80)
c. Metode eliminasi
Berbeda dengan metode substitusi yang mengganti variabel,
metode eliminasi justru menghilangkan salah satu variabel untuk dapat
menentukan nilai variabel yang lain. Dengan demikian, koefisien salah
satu variabel yangakan dihilangkan haruslah sama atau dibuat
sama.Agar lebih jelas, perhatikanlah contoh berikut :
Gunakan metode eliminasi untuk menentukan penyelesaian SPLDV
berikut.
x+y=1
2x -y = 4
Jawab:
Langkah pertama, menghilangkan salah satu variabel dari SPLDV
tersebut. Misalkan variabel xyang akan dihilangkan maka kedua
persamaan harus dikurangkan.
1) Mencari nilai y ;
x+ y=1
2 x y=4

x2 2 x +2 y=2
x1 2 x y=4
3 y=2

y=

2
3

2) Mencari nilai x;
x+ y=1
2 x y=4 +

3x
x=

5
5
3

jadi , Himpunan Penyelesaiannya adalah

{53 , 32 }

3. Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dalam


kehidupan sehari-hari.
Dalam

kehidupan

permasalahanyang

dapat

sehari-hari,

banyak

dipecahkan

sekali

menggunakan

permasalahanSPLDV.Pada

umumnya, permasalahan tersebut berkaitan dengan masalah aritmetika


sosial.Misalnya, menentukanharga satuan barang, menentukan panjang
atau lebar sebidang tanah, danlain sebagainya.Agar lebih jelas, perhatikan
contoh berikut :
1. Umur Sani 7 tahun lebih tua dari umur Ari. Sedangkan jumlah umur
mereka adalah 43 tahun. Tentukanlah:
a. model matematika dari soal tersebut,
b. umur masing-masing.
Jawab:

1) Misalkan: umur Sani = x tahun


umur Ari = y tahun
maka dapat dituliskan:
x=7+y
x y= 7
x + y = 43
Diperoleh model matematika:
x y= 7
x + y = 43
2) Untuk menghitung umur masing-masing, tentukan SPLDV
tersebut.Dengan menggunakan metode eleminasi, diperoleh:
Menghitung variabel x
x y=7
x+ y=43

2 y=36
y=18

Menghilangkan Variabel y
x y=7
x+ y=43+

2 x =50
x=25

Menentukan nilai x dan y

Dari uraian tersebut, diperoleh:


x = umur Sani = 25 tahun
y = umur Ari = 18 tahun
(Nuniek Avianti Agus, 2008: 84)
2. Harga sebuah buku tulis dan sebuah buku gambar Rp8.000,00.
Sedangkan harga dua buku tulis dan sebuah buku gambar Rp11.000,00.
Tentukanlah:
a. model matematika dari soal tersebut,
b. harga satuan dari buku tulis dan buku gambar,
c. harga dari 5 buku tulis dan 4 buku gambar.
Jawab:
1) Misalkan: harga buku tulis = x
harga buku gambar = y
Dapat dituliskan:
x + y = 8.000 dan

2x + y = 11.000

Diperoleh model matematika:


x + y = 8.000
2x + y = 11.000
2) Untuk menentukan harga satuan, tentukan penyelesaian dari SPLDV
tersebut.
Misalkan, dengan menggunakan metode grafik diperoleh:
Ubah SPLDV dalam suatu bentuksederhana x + y = 8 dan
11 dalam ribuan rupiah.

2x + y =

Menentukan titik potong dengan sumbu x dan sumbu y untuk


masing-masingpersamaan.
x+y=8
a) Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0.
x+y=8
x + (0) = 8
x=8
Diperoleh titik potong dengan sumbu x di titik (8, 0).
b) Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0
x+y=8
0+y=8
y=8
Diperoleh titik potong dengan sumbu y di titik (0, 8).

2x + y = 11
a) Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0.
2x + y = 11
2x+ 0 = 11
2x = 11
x = 5,5
Diperoleh titik potong dengan sumbu x di titik (5, 5,
0).
b) Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0.
2x + y = 11
2 0 + y = 11
0 + y = 11

y = 11
Diperoleh titik potong dengan sumbu y dititik (0, 11)
c) Gambarlah dalam bidang koordinat Cartesius Persamaan x + y = 8
memiliki titik potong dengan sumbu x dan y masing-masing di
titik (8, 0) dan (0, 8). Persamaan 2x + y = 11 memiliki titik potong
dengan sumbu x dan y masing-masing di titik (5,5, 0) dan (0, 11).

d) Menentukan penyelesaian SPLDV.


Dari gambar terlihat bahwa titik potong kedua garis tersebut
adalah (3, 5).Ini menunjukkan bahwa nilai x (dalam ribuan
rupiah) adalah 3, sedangkannilai y (dalam ribuan rupiah) adalah
Jadi, harga satuan buku tulis adalah Rp5.000,00 dan harga sebuah
bukugambar adalah Rp5.000,00.
Harga dari 5 buku tulis dan 4 buku gambar adalah:
5x + 4y = 5 3.000 + 4 5.000
= 15.000 + 20.000

= 35.000
Jadi, harga dari 5 buku tulis dan 4 buku gambar
adalah Rp35.000,00
(Nuniek Avianti Agus, 2008: 86)
Dalam penelitian ini, dibatasi menggunakan cara Grafik, Subtitusi,
dan eliminasi dan dilanjutkan dengan penyelesaian berbentuk simbolik
yaitu menggunakan gabungan eliminasi dan substitusi dengan berdasarkan
pertimbangan waktu dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga cara tersebut
memiliki

kelebihan

yaitu

mempermudah

dalam

menyelesaikan

permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode, Bentuk dan Rancangan Penelitian


1. Metode Penelitian
Sugiyono (2008:6), mengatakan bahwa metode penelitian adalah
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu,
sehingga pada gilirannya digunakan untuk memahami, memecahkan,
mengantisipasi masalah dalam bidang penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Menurut Nawawi (2007: 88), metode eksperimen adalah

prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan


sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh
variabel lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan langsung terhadap
pemahaman konsep matematis dalam Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel pada siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang.
2. Bentuk dan Rancangan Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 3) secara umum metode penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen
dengan bentuk quasi experimental design.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
posttest only control design dengan rancangan sebagai berikut.
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Kelas

Perlakuan

Posttest

Eksperimen

X1

kontrol

X2

Keterangan :
T=Posttest
X1= Pengajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share
X2= Pengajaran menggunakan model pembelajaran langsung
Sugiyono (2010:112)

Penentuan kelas eksperimendan kelas kontrol dilakukan dengan cara


dilihat dari nilai ulangan bab sebelumnya, dimana kemampuan awal kedua
kelompok tersebut sama . Setelah diberikan perlakuan kedua kelompok
tersebut diberikan posttest dengan instrumen yang sama. Jika antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol hasilnya berbeda, maka satu-satunya
penyebab yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut adalah perlakuan
yang berbeda.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populas i adalah keseluruhan objek penel i t ian yang dapat
terdir i dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
geja la-geja la ni la i test atau perist iwa-perist iwa sebagai
sumber data yang memil ik i karekter ist ik tertentu didalam
suatu penel i t ian.Nawawi (2005:141).
Sugiyono berpendapat bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek atau subjek yang akan menjadi kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. (Buchari Alma, 2009 : 54 )
Populas i

dalam penel i t ian in i

adalah seluruh s iswa

kelasVI I I SMP N 3 Ketapang pada tahun ajaran 2014/2015.


2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dar i populasi untuk mewaki l i
seluruh

populasi

yang

akan

dite l i t i

(Ar ikunto,1993:104).Sebelum

memil ih

secara

acak

kelas

digunakan

dalam

di lakukan uj i keseimbangan pada dua kelas.


Teknik

pengambi lan

sampel

yang

penel i t ian in i adalah sampl ing jenuh.Sampling jenuh merupakan


teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai
sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus (Yudi, 2011:65). Sampel
dalam penelitian ini adalah kelas VIII A dan VIII B.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran adalah cara pengumpulan data yang
bers i fat

kuant i tat i f ,untuk

mengetahui

t ingkat

atau

derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma tertentu


pula sebagai satuan ukur yang re levan.

Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk


mengetahui pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share dan model pembelajaran langsung yang dilakukan dengan
pemberian skor terhadap hasil posttest.

Adapun perhitungan ni la i sebagai ber ikut :

Nilai=

Skor yang diperolehSiswa


100
Skor Maksimal
(Asep dkk,

2009:

130)
b. Teknik komunikasi tak langsung
Teknik

komunikasitak

langsung

adalah

cara

pengumpulan data dimana peneliti tidak melakukan kontak


pembicaraan langsung dengan sumber data namun
melalui suatu media atau perantara, Namawi (1987:22).
Teknik komunikasi tak langsung dalam penelitian ini
adalah

pengumpulan

data

penelitian

dengan

menggunakan angket, dengan tujuan untuk mengetahui


tanggapan atau respon siswa terhadap penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam materi
Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Tes Hasil Belajar
Test adalah cara atau prosedur

yang dapat digunakan

atau per lu ditempuh dalam rangka pengukuran dan peni la ian


dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas-tugas
yang

berupa

pertanyaan

atau

perintah

yang

harus

diker jakan oleh testee (s iswa), sehingga dapat dihasi lkan


ni la i yang melambangkan t ingkah laku atau prestas i testee
(s iswa) dan ni la i tersebut akan dibandingkan dengan ni la i
testee

yang

la innya

atau

dibandingkan

dengan

ni la i

standar tertentu, Anas (2007:67) .


Alat yang digunakan untuk teknik pengukuran adalah
tes hasi l bela jar dimana jenis tes yang digunakan adalah
tes essay ( uraian) sebanyak 5 soal . Dip i l ihnya tes essay
karena tes essay memil ik i kelebihan sepert i apa yang
dikemukakan Sudjana (1987:112) bahwa:
1) Dapat

mengukur

kesanggupan

berpik ir

s iswa

sampai

kelengkapan yang t inggi sepert i yang diper lukan dalam


merumuskan kesimpulan dar i pergert ian.
2) Dapat mengukur kesangupan berpik ir s iswa untuk menjawab
pertanyaan dengan kata mereka sendir i .
3) Memberikan

kemungkinan

kepada

guru

untuk

langsung

meni la i proses berpik ir masing-masing s iswa.


Salah satu langkah yang ditempuh untuk menyusun tes
hasi l belajar dalam penel i t ian in i adalah :
1) Membuat

kis i - kis i

kur ikulum 2013


2) Penul isan butir soal

soal

dengan

berpendoman

pada

3) Membuat kunci jawaban dan pendoman penskoran


Dalam tes hasi l bela jar untuk mendapatkan hasi l yang
baik harus memenuhi val id i tas dan reabi l i tas.
1) Val id i tas Tes
Validasi adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan suatu instrumen.Jenis validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi.
a) Validitas isi
Suatu alat evaluasi, artinya ketetapan alat tersebut ditinjau
dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi yang dipakai
sebagai

alat

evaluasi

tersebut

juga

merupakan

sampel

representative dari pengetahuan yang harus dikuasai.


Arikunto (2005: 65) menegaskan bahwa sebuah tes
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusustertentu
yang sejajar dengan materi atau pelajaran yang diajarkan.
Hal-hal yang divalidasi berkitan dengan instrumen
penelitian, diantaranya adalah:
(1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
(2) Kisi-kisi soal.
(3) Kesesuaian soal tes dengan kisi-kisi soal.
(4) Kesesuaian kunci jawaban dan pedoman penskoran dengan
soal tes.
(5) Penggunaan bahasa dalam soal tes.
(6) Ketetapan soal tes dengan aspek yang hendak diukur.
b) Validitas empiric

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya


sesuai dengan kriterium, dalam arti memilki kesejajaran antara

hasil tes tersebut dengan kriterium (Arikunto, 2007:69).Oleh


karena

itu

proses

pengujiannya

dilakukan

dengan

cara

mengkorelasikan nilai tes yang akan divalidasikan dengan nilai


kemampuan siswa yang akan dijadikan kriterium. Semakin tinggi
indeks korelasi yang didapatkan berarti semakin tinggi kesahihan
tes tersebut.Untuk menghitung validitas butir soal dapat
menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan angka
kasar sebagai berikut:
Rumus koefisien korelasi:
r xy =

N XY ( X )( Y )

[ N X ( X ) ][ N Y ( Y ) ]
2

Keterangan :
N
= Banyaknya siswa uji coba
X
Y

r xy

= Skor tiap butir soal


= Skor total tiap siswa uji coba
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y
(Arikunto, 2009:75)

Selanjutnya (Arikunto, 2009:75) mengemukakan


interpretasi nilai

r xy

bahwa

dapat dikategorikan dalam tabel 3.3

berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Validitas Instrumen
Koefisien Validitas
0,80 < rXY 1,00

Kriteria
Sangat tinggi

0,60 < rXY 0,80

Tinggi

0,40 < rXY 0,60


0,20 < rXY 0,40

Sedang

0,00 < rXY 0,20

Sangat rendah
Arikunto (2005:72)

Rendah

2) Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabel tidaknya soal tes yang akan
digunakan, maka hasil uji coba akan dihitung untuk mengetahui
koefesien reliabilitas. Perhitungan reliabilitas tes akan digunakan
rumus alpha. Digunakan rumus alpha ini dengan alasan karena soal
yang digunakan tidak menggunakan skor 0 (nol) dan 1 (satu) untuk
tiap butir soal, tetapi skor tiap butir soal lebih dari 1 (satu).
Rumus alpha yang akan digunakan dalam penelitian ini,
sebagai berikut:

[ ][

n
s
r 11 =
1 2 i
n1
st

Keterangan:
r 11
= reliabilitas tes
n
= banyaknya butir soal
2
si = jumlah varians tiap butir soal
= varians skor total
s 2t
Sedangkan rumus varians adalah:
2

2
t

S=

( x )
N

Keterangan:
= varians yang dicari
S 2t
2
( x ) = kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa

x2
N

= jumlah skor yang diperoleh siswa


= julmah subjek

Untuk mengetahui tingkat korelasi data menggunakan tabel


sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Reabilitas Instrumen
Reabilitas
0 r 11 0,20
0,20< r 11 0,40
0,40< r 11 0,70
0,70< r 11 0,90
0,90< r 11 1,00

Kriteria
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

3) Indeks Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan
persamaan:
IK=

X
SMI

Keterangan :
IK
= indeks kesukaran
X
= rata-rata skor setiap butir soal
SMI
= skor maksimal ideal
Indeks kesukarandiklasifikasikan seperti tabel berikut:
Tabel 3.6
Kriteria Indek Kesukaran
Indeks Soal
IK=0,00
0,00< IK 0,30
0,30<IK 0,70
0,70< IK <1,00
IK=1,00

Kriteria
soal terlalu sukar
soal sukar
soal sedang
soal mudah
soal terlalu mudah
Budiman (Febri, 2012:49)

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan item tes untuk


membedakan peserta pandai dan peserta yang kurang pandai.
Kemampuan peserta tes menyelesaikan suatu soal dengan benar
memberikan gambaran akan kepandaiannya yang tentu saja berbeda
dengan peserta yang tidak mampu menjawabnya dengan benar.
Rumus untuk mendari daya pembeda adalah :
DP=

A X B
X
SMI

Keterangan :
DP
= daya pembeda
X A
= rata-rata skor kelompok atas
X B
= rata-rata skor kelompok bawah
SMI
= skor maksimal ideal
Budiman (Febri, 2012:50)
Adapun Kriteria indeks daya pembeda seperti tabel berikut:
Tabel 3.8
Kriteria Daya Pembeda
Indeks DP
0,70< DP 1,00
0,40< DP 0,70
0,20< DP 0,40
0,00< DP 0,20
DP 0,00

Kriteria
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat jelek
Suherman (Febri, 2012:50)

b. Angket
Untuk

teknik

komunikasi

digunakan

angket

respon

tak

siswa.

langsung

Menurut

akan

Subagyo

(2004:55) pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun

secara kronologis dari yang umum mengarah pada yang


khusus untuk diberikan kepada responden/informan yang
umumnya merupakan daftar pertanyaan yang lazimnya
disebut angket (kuesioner).
Angket yang digunakan adalah angket tertutup.
Angket tertutup adalah angket yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi
bisa langsung memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Angket

ini

diberikan

setelah

siswa

mendapatkan

perlakuan. Tujuannya adalah untuk mengetahui respon


siswa terhadap pembelajaran yang telah diterapkan
yaitu pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Adapun angket respon dalam penel i t ian in i adalah
berbentuk pertanyaan yang memil ik i t iga jenis tanggapan,
yaitu senang dan t idak senang, setuju dan t idak setuju,
kemudian bertambah dan t idak bertambah.
D. Prosedur penelitian
1.

Rancangan percobaan
Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
(1) Mengurus surat izin dari fakultas
(2) Melakukan praririset di SMP N 3 Ketapang
(3) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan silabus.

(4) Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes hasil belajar


(berupa kisi-kisi soal posttest, soal posttest, kunci jawaban dan
pedoman penskoran soal posttest).
(5) Validitas perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
(6) Merevisi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
berdasarkan validasi isi.
(7) Melakukan uji coba instrumen penelitian.
(8) Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian untuk
mengambil keputusan penerimaan soal.
b. Tahap Pelaksanaan
(1) Menentukan dua kelas sampel menggunakan sampling jenuh
(2) Mengundi kedua kelas sampel untuk

eksperimen dan kelas

kontrol
(3) Memberikan perlakuan pada kedua kelas, yaitu:
(a) Untuk kelas eksperimen, memberikan pembelajaran materi
permintaan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share .
(b) Untuk kelas kontrol, memberikan pembelajaran materi
dengan pembelajaran langsung.
(4) Memberikan post test kepada siswa berupa soal uraian untuk
melihat kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
c. Tahap Akhir
(1) Menganalisa data hasil penelitian.

(2) Menarik kesimpulan.


(3) Penyusunan laporan.

E. Teknik Analisis Data


Sesuai dengan tujuan penelitian maka data yang diperoleh dari hasil tes
tertulis berbentuk esai dianalisis sebagai berikut.
1. Untuk menjawab sub masalah nomor 1dan 2 yaitu Tes kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dilakukan setelah perlakuan
diberikan posttest. Untuk melihat pemahaman konsep matematis siswa
pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan oleh peneliti, Skor total posttest siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol akan dianalisis secara kuantitatif,
dengan mengunakan rumus rata-rata (mean) :
x =

x
n

Keterangan :
x = Rata-rata
x= Jumlah Skor
n= Jumlah Siswa

Setelah skor siswa dihitung, selanjutnya skor tersebut dikonversikan


dalam bentuk rata-rata nilai dengan menggunakan rumus:
nilai ( x )=

x
100
skor maksimal

Dengan criteria:
Tabel 3.11

Kriteria Pemahaman Konsep


Rentang nilai
66,68 x 100
33,34 x 66,67
0 x 33,33

Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
(Arikunto,2004:18-19)

2. Untuk menjawab sub masalah nomor 3 dan

akan dianalisis dengan

menggunakan Uji perbedaan rata-rata posttest dilakukan guna melihat


perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata (uji hipotesis) terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Prasyarat
1) Uji normalitas
Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji chi
square ( 2 ) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Mencari rata-rata ( x )
b) Mencari standar deviasi ( SD )
c) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi
sebagai berikut :
Kelas
Interval

Batas Kelas
(BK)

Keterangan :

Z Batas
Kelas (Z)

Luas Z Batas
Kelas (L)

Oi

Ei

( OiEi )2
Ei

(1) Kelas interval diperoleh dari skor terendah ditambah


panjang kelas interval (P)
P=

J
K

Dimana :
J =Jangkauan(skor tertenggi-skor terendah)
K =Banyaknya kelas interval (K=1+3,3 log n, dengan
n=banyaknya siswa )
(2) Batas kelas (bk1= skor terendah 0,5 dan bk2 = bk1 +
panjang kelas )
(3) Z batas kelas dengan rumus :
Z=

bk x
sd

(4) Luas Z tabel dihitung dengan menggunakan daftar Z


(5) Frekuensi Ekspetasi (Ei)= n luas Z tabel
(6) Frekuensi Observasi (Oi) yaitu banyaknya data yang
termasuk pada kelas interval
d) Menghitung nilai
2=

2 (chi kuadrat hitung) dengan rumus :

( OiEi )2
Ei

e) Menentukan derajat bebas dengan rumus db=K 3


f) Menentukan nilai

2 tabel dengan rumus

tabel = 2 (1 ) ( db )

g) Menentukan normalitas:
Jika

Jika

hitung

2 tabel

hitung

2 tabel

, maka populasi berdistribusi normal


maka populasi tidak berdistribusi normal.

2) Uji homogenitas
Uji

ini

dilakukan

jika

data

posttest

berdistribusi

normal.Secara umum langkah-langkah uji homogenitas sebagai


berikut.
a) Mencari nilai F dengan rumus:
F =

Vb
Vk

dengan:

Vb = var ians besar

Vk = var ians keci l


b) Menentukan derajat kebebasan (db)
db1 = n1 1, derajat kebebasan pembilang
db2 = n2 1, derajat kebebasan penyebut
dengann1 = ukuran sampel yang varians besarnya
n2 = ukuran sampel yang variansnya kecil
c) Menentukan F tabel dengan taraf kesalahan = 5 % atau 0,05
Ftabel =F ( )

db 1
db 2

( )

d) Menarik kesimpulan
Jika Fhitung < Ftabel,maka kedua varians tersebut homogen dan
jika sebaliknya maka kedua varians tidak homogen.
3) Uji Hipotesis
Jika data posttest kedua kelompok eksperimen normal dan
homogen maka digunakan statistik parametrik, yaitu uji t.
a) Uji t (independent samples t test)
Langkah-langkah uji t secara umum adalah sebagai berikut.

(1) Menentukan hipotesis statistik (hipotesis nol dan hipotesis


alternatif)
H 0= Pemahaman

konsep

matematis

siswa

yang

memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe


think pair share kurang dari atau tidak lebih baik
dengan model pembelajaran langsung dalam materi
sistem persamaan linear dua variabel.
H a= Pemahaman konsep matematis

siswa

yang

memperoleh model pembelajaran langsung lebih baik


daripada model pembelajaran langsung dalam materi
sistem persamaan linear dua variabel.
Melakukan perhitungan dengan rumus :
t=

x1 x2
dsg

1 1

n 1 n2

Keterangan:
x 1
=
skor
rata-rata
kelompok
eksperimen
x 2
= skor rata-rata kelompok kontrol
n1
= jumlah sampel pada kelompok
eksperimen
n2
= jumlah sampel pada kelompok
kontrol
dsg= standar deviasi gabungan
(2) Menarik kesimpulan
Kriteria pengambilan keputusan:

ha ditolak jika t 1 1 <t <t 11


2

dengan

1
1
2

didapat

dari distribusi t dengan db = ( n1n22 ). Adapun nilai

yang digunakan adalah 0,05 (5%).

3. Untuk menjawab sub masalah nomor 4 akan dianalisi dengan


menggunakan

presentase

respon

siswa

terhadap

kegiatan

model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Rumus :

X=

n
100
N

Keterangan :
X = hasil persen
n = jumlah alternatif jawaban
N = jumlah respon
Dengan kriteria :
0,00 % - 33,33 %
33,34 % - 66,67 %
66,68 % - 100,00 %

kurang
cukup
baik
( Ali, 1989 : 18 )

Anda mungkin juga menyukai