Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya,
peredarannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, reaksi dengan lingkungan, termasuk
dengan makhluk-makhluk hidup. Karena perkembangan yang begitu cepat, hidrologi
telah menjadi ilmu dasar dari Pengelolaan Sumber Daya Air

yang merupakan

pengembangan dan penggunaan sumber daya air secara terencana. Banyak proyek di
dunia dilakukan dengan terlebih dahulu melaksanakan survei kondisi-kondisi
hidrologi

yang

cukup.

Survei-survei

tersebut

meliputi

prosedur-prosedur

pengumpulan data lapangan sampai pemrosesan data dan karena itu menghasilkan
data sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
Pada dasarnya, hidrologi adalah suatu ilmu yang bersifat menafsirkan.
Melalkukan percobaan dibatasi oleh ukuran kejadian alam, yang diteliti sesederhana
mungkin dengan akibat yang bersifat khusus. Persyaratan mendasarnya berupa data
yang diamati dan diukur menegenai sei pencurahan, pelimpasan, penelusan,
pengaliran sungai, penguapan dan seterusnya.
Dengan

demikian

mahasiswa

Universitas

Andi

Djemma

Palopo

melaksanakan praktek perkerasan jalan raya agar mengerti dan jelas bagaimana
membangun jalan raya yang baik dan benar.

B. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui definisi dan pengertian hidrologi dan semua bidang ilmu dan
hal-hal yang berkaitan dengan hidrologi.

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan hidrologi?


2. Apa sajakah ruang lingkup hidrologi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hidrologi
Hidrologi termasuk salah satu cabang ilmu geografi (ilmu bumi). Secara
harafiah hidrologi berasal dari bahasa Yunani, yakni hydro dan loge. Hydro
berarti sesuatu yang berhubungan dengan air dan loge berarti pengetahuan. Jadi
hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang secara khusus mempelajari tentang kejadian,
perputaran dan penyebaran air di atmosfir dan permukaan bumi serta di bawah
permukaan bumi. Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk
transformasi antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah
permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan
penyimpan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.
Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan
ilmu lain, seperti meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah,
dan hidrolika.
Menurut The International Association of Scientific Hydrology, hidrologi
dapat dibagi menjadi:
1. Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface
streams).
2. Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau.

3. Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah


permukaan tanah (mempelajari air tanah groundwater).
4. Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju.
5. Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema
yang ada diantara hidrologi dan meteorologi.
B. Daur Hidrologi
Menurut E.M. Wilson (1993), yang dimaksud dengan daur hidrologi adalah
gerakan air yang berdaur dari lautan ke atmosfir kemudian jatuh sebagai curahan ke
bumi tempat air itu berkumpul.
Proses-proses dalam Siklus Air, adalah sebagai berikut:
1. Penguapan, yaitu proses perubahan air menjadi uap air dengan bantuan energi
panas dari sinar matahari.
2. Transpirasi, yaitu proses penguapan air yang terjadi melalui tumbuhan.
3. Kondensasi, yaitu proses perubahan uap air menjadi tetes-tetes air yang sangat
kecil (pengembunan).
4. Transportasi, yaitu proses pengangkutan awan/uap air oleh angin menuju
ke daerah tertentu yang akan kejatuhan hujan.
5. Hujan, yaitu proses jatuhnya tetes-tetes air besar (tumpukan tetes-tetes air
kecil hasil kondensasi) sampai ke permukaan bumi.
6. Infiltrasi, yaitu gerakan air hujan menembus permukaan tanah kemudian
masuk ke dalam tanah (Peresapan).
4

7. Perkolasi, yaitu proses penyaringan air melalui pori-pori halus tanah sehingga
air dapat meresap dalam tanah (Peresapan)
8. Aliran Air Dalam Tanah, yaitu air hujan yang meresap ke dalam tanah dan
mengalir di atas lapisan kedap air sampai muncul kembali di permukaan
tanah sebagai mata air, atau mengalir hingga ke laut.
9. Aliran Air Permukaan, yaitu air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah
melainkan menggenang atau mengalir di permukaan tanah.
C. Istilah dalam hidrologi
1. Presipitasi
Presipitasi adalah istilah umum dari semua bentuk air yang jatuh ke permukaan,
bentuk ini bisa berupa butiran-butiran es, salju dan cairan air. Untuk daerah tropik seperti
Indonesia, bentuk presipitasi adalah pada umumnya berbentuk cairan dan biasa disebut
hujan. Hujan berasal dari perpadatan dan kondensasi uap, yang selalu ada dalam atmosfir.
Gerakan udara atau angin mempunyai saham besar dalam pembentukan hujan, berdasarkan
atas gerakan udara ini hujan dapat dibagi dalam :
a.

Hujan (presipitasi) convective ialah presipitation yang disebabkan oleh naiknya udara
panas, lapisan udara naik ini kemudian bergerak ke daerah yang lebih dingin (terjadi
perpadatan dan kondensasi) dan terjadi hujan.

b.

Hujan (presipitasi) cyclonic, berasal dari naiknya udara terpusatkan dalam daerah
dengan tekanan rendah.

c.

Hujan (presipitasi) orografic, ini disebabkan oleh udara naik terkena rintangan rintangan antara lain gunung-gunung.
5

Presipitasi termasuk faktor pengontrol yang mudah diamati dalam sirkulasi


hidrologi pada suatu DAS (Daerah Pengaliran Sungai/Catchment Area). Seorang
perencana/hidrologist harus dapat menentukan variasi karakteristik hujan di suatu
DAS, dari hasil pengumpulan, perhitungan / analisa data, serta dapat menentukan
bagaimana pengukurannya maupun cara menganalisa data hasil pengukuran. Karena
selain tergantung pada data yang tersedia, maka kebutuhan akan data hujan
tergantung pula pada kebutuhan lebih lanjut, apakah akan seteliti data harian, bulanan
atau harus data tahunan.
Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi :
Adanya uap air di Atmosphere
Faktor-faktor meteorologis
Lokasi daerah, sehubungan dengan sistim sirkulasi secara umum
Rintangan yang disebabkan oleh gunung-gunung dan lain - lain.
a. Alat Pengukur Hujan
Data-data tinggi hujan atau besarnya curah hujan hanya bisa
ditentukan dengan pengukuran langsung dengan alat pengukur hujan atau juga
disebut takaran hujan rain gauge.
1) Alat pengukur/penakar hujan biasa.
2) Alat pengukur/penakar hujan automatis (automatic rain-gauge/recorder)

Istilah presipitasi selanjutnya, hanya diartikan sebagai jumlah air hujan


yang terukur/ tertampung dalam alat pencatat hujan. Satuan hujan dalam : mm
atau inch.
Tujuan pengukuran yaitu untuk mengukur banyaknya dan intensitas
hujan yang turun pada permukaan datar tanpa memperhatikan adanya
infiltrasi, pengaliran atau penguapan.
1) Alat penakar hujan biasa
Pada dasarnya alat ini terdiri dari : corong dengan diameter tertentu
(umumnya 8") diperlengkapi dengan cincin bibir tajam agar ada batas yang
tajam antara air yang masuk dalam corong dan yang tidak diukur, cincin
bibir terbuat dari lembaga atau kuningan agar tidak mudah berkarat,
dengan adanya pipa pada corong, diharapkan kemungkinan penguapan
dapat di perkecil dan dapat diabaikan dalam menentukan tinggi hujan.
Botol penampung air hujan, penopang corong dan sebuah gelas ukur. Tiap
hari / pagi hari, corong penangkap hujan diangkat, botol diambill dan
diganti yang kosong. Air di dalam botol penampung diukur dengan
memakai gelas ukur, untuk mengukur jumlah hujan yang dinyatakan dalam
mm atau (inch) tiap 1 hari atau 24 jam, misalnya h = 15 mm/24 jam.
Sebelum pengukuran dilakukan harus sudah mempunyai data
komulatif sebelumnya (hujan kumulatif untuk periode 24 jam).

Sedangkan untuk berbagai keperluan dan analisa dibutuhkan intensitas


hujan yang terjadi dalam satuan waktu tertentu (mm/jam).
2) Alat Penakar Hujan Automatik
Ada 3 (tiga) tipe alat perekam hujan automatis adalah :
Weighing bucket rain-gauge
Float type rain gauge
Tipping bucket rain gauge
Alat perekam hujan ini, dapat dipakai juga untuk menentukan
kecepatan atau kederasan hujan untuk suatu jangka waktu pendek.
Prinsip kerja :
a) Bucket atau cawan atau tempat penampungan air diletakkan di atas
pegas yang dapat bergerak turun apabila dibebani (air hujan).
b) Pinsil atau alat tulis dikaitkan pada bucket dan dihubungkan dengan
gulungan kertas grafik.
c) Gulungan kertas grafis dapat selalu berputar dari tenaga baterai/accu.
d) Bila terjadi hujan, bucket akan bergerak turun karena beban air dan
pinsil akan menggores kertas grafis sehingga membentuk garis gratis
turun sesuai dengan tingkat kederasan hujan.
e) Intensitas hujan adalah perbandingan antara tinggi hujan dengan waktu
hujan.

2. Infiltrasi dan Perkolasi


Infiltrasi adalah perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah.
Kebalikan dari infiltrasi adalah rembesan (seepage).
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh, yang terletak
di antara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Daya
infiltrasi f adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, yang ditentukan
oleh kondisi permukaan, termasuk lapisan atas tanah. Besarnya daya infiltrasi f
dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Daya perkolasi p adalah laju perkolasi
maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah
dalam zona tidak jenuh, yang terletak di antara permukaan tanah dengan
permukaan air tanah.
Tanah akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar, dengan daya
perkolasinya kecil, jika lapisan atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang mempunyai
permeabilitas tinggi dan lapisan bawahnya terdiri dari lapisan tanah liat yang
relatif kedap air. Sedangkan tanah akan menghasilkan daya infiltrasi yang kecil
dengan daya perkolasinya tinggi, jika lapisan atasnya terdiri dari lapisan kedap air
dan lapisan bawahnya tiris.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah :
1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh
2. Kelembaban tanah
9

3. Pemampatan oleh curah hujan


4. Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus
5. Pemampatan oleh orang dan hewan
6. Struktur tanah
7. Tumbuh-tumbuhan
8. Udara yang terdapat dalam tanah
b. Penentuan Kapasitas Infiltrasi
Untuk penentuan kapasitas infiltrasi dapat digunakan cara dengan
menggunakan alat ukur infiltrasi dan cara dengan menggunakan analisa dari
hidrograf. Cara yang pertama adalah cara mengukur laju infiltrasi. Air
dituangkan pada suatu bidang pengujian yang kecil dengan menggunakan alat
ukur infiltrasi. Cara ini hanya cocok untuk pengujian perbandingan yang
dilaksanakan dengan membatasi beberapa buah factor yang mempengaruhi
kapasitas infiltrasi.Untuk cara kedua, jika terdapat data yang teliti mengenai
variasi intensitas curah hujan dan data yang kontinu dari limpasan yang terjadi,
maka kapasitas infiltrasi dapat diperoleh dengan ketelitian yang cukup tinggi.
Dengan kapasitas infiltrasi yang diperoleh ini, maka hidrograf dari dari
limpasan yang disebabkan oleh suatu curah hujan yang terjadi pada kondisi
yang sama dalam daerah pengaliran itu dapat ditentukan dengan ketelitian yang
baik.

10

3. Curah Hujan
Faktor-faktor yang menentukan besarnya curah hujan rata-rata tahunan di suatu
tempat :
a. garis lintang
b. posisi dan luas daerah
c. jarak dari pantai
d. suhu laut
e. efek geografis
f. altitude/ketinggian
Latitude berhubungan dengan sirkulasi atmosfer. Di equator terdapat
tekanan rendah sedangkan radiasi matahari memanasi udara secara intensif yang
menyebabkan udara mengembang dan naik ke atas. Angin yang mengandung
lembab panas bertemu di suatu daerah dan mengakibatkan terjadinya hujan.
1) 30 arah utara dan selatan, terdapat tekanan tinggi yang menyebabkan
udara kering dan panas menurun sehingga curah hujannya rendah,
2) 35 - 65 arah utara dan selatan, udara dingin kering dari kutub
menimbulkan hujan tipe frontal dan menyebabkan hujan lebat,
3) 65 ke kutub, angin kutub kering bertambah banyak sehingga
menyebabkan berkurangnya hujan.

11

a. Distribusi Curah Hujan menurut Waktu


Jatuhnya hujan terjadi menurut suatu pola dan suatu siklus tertentu.
Terkadang mengalami penyimpangan pada pola itu tetapi kembali lagi pada pola
yang teratur. Data curah hujan yang tersedia umumnya tidak cukup panjang untuk
menyatakan fluktuasi- fluktuasi jangka panjang sedang

variasi-variasi jangka

pendek adalah demikian tak teratur sehingga terdapat banyak siklus. Dengan
adanya variasi-variasi ini dikenal adanya variasi musiman. Distribusi hujan
menurut variasi musiman ini bisa terjadi hujan konfektif, hujan orografik dan
hujan cyclonic.
a)

Hujan konfektif adalah hujan yang disebabkan oleh naiknya udara panas ke
tempat yang lebih dingin.

b) Hujan orografik adalah hujan yang disebabkan oleh naiknya udara karena
ada rintangan berupa pegunungan.
c)

Hujan cyclonic adalah hujan yang disebabkan oleh naiknya udara yang
terpusatkan di suatu daerah dengan tekanan rendah.

b. Distribusi Curah Hujan Wilayah/Daerah (regional distribution)


Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di
seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm.

12

c. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah rata-rata dari hujan yang lamanya sama dengan
lama waktu konsentrasi (tc) dengan masa ulang tertentu. Atau dapat dikatakan intensitas
curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu tertentu
dimana air tersebut berkonsentrasi. Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan
aliran dari titik terjauh ke suatu tempat tertentu.

4. Limpasan Permukaan
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Limpasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan dibagi dalam dua kelompok,
yakni elemen-elemen meteorologi dan elemen-elemen daerah pengaliran.
1. Elemen-elemen meteorologi
a) Jenis presipitasi, tergantung pada jenis presipitasi yakni hujan atau
salju.
b) Intensitas

curah hujan, pengaruh

intensitas

curah hujan pada

limpasan permukaan tergantung dari kapasitas infiltrasi.


c) Lamanya curah hujan.
d) Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran.
e) Arah pergerakan curah hujan.
f)

Curah hujan dan kelembaban udara.

g) Kondisi meteorologi lainnya.


13

2.

Elemen daerah pengaliran


a) Kondisi penggunaan lahan/tanah.
b) Daerah pengaliran, semakin besar daerah pengaliran, makin lama
limpasan itu mencapai tempat titik pengamatan/pengukuran.
c) Kondisi topografi dalam daerah pengaliran.
d) Jenis tanah.

b.

Daerah Aliran Sungai


Daerah

Aliran

Sungai

(DAS)

(catchment,

basin,

watershed)

merupakan daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai


yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang
berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan
berdasar air air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai
dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian.
Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan
dan dibatasi oleh titik kontrol, yang umumnya merupakan stasiun hidrometri.
Memperhatikan hal tersebut berarti sebuah DAS dapat merupakan bagian dari
DAS lain.
5. Air Tanah
1. Pengertian air tanah
Air tanah adalah air yang terkandung dalam pori-pori atau retak-retak
tanah/batuan di bawah permukaan tanah.
14

Aliran air tanah pada lapisan pembawa air tersebut mengalir dari
tempat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi ke arah yang lebih
rendah.

Muka

air

tanah

bebas umumnya mengikuti kenampakan dari

permukaan tanah (topografi).


Beberapa istilah tentang Air Tanah :
Aquifer adalah suatu lapisan tanah/formasi

batuan pembawa

air

tanah. Lapisan tanah/batuan tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga dapat


menyimpan air dalam jumlah yang signifikan. Misalkan : lapisan pasir,
kerikil, batu pasir, batu gamping yang mempunyai rekah-rekah.
Lapisan kedap air adalah formasi batuan yang bisa menyimpan air
tanah tetapi tidak dapat mengalirkan air tanah dalam jumlah yang berarti.
Misalkan : lempung, lumpur, fur halus.
Aquifuge

adalah

formasi

batuan

kebal

air

yang

tidak

mengandung dan mengalirkan air tanah. Misalkan : batu granit dan batu beku.
Hidrogeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air tanah dan
menekankan pada geologi.
Geohidrologi

adalah

ilmu

yang

mempelajari

air tanah

yang

menekankan pada hidrologi.


2.

Zona-Zona Dalam Air Tanah


Pada prinsip air di bawah permukaan tanah terdapat 2 zona yakni :
a. Zona Aerasi (Zone of Aeration)
15

Zone ini tidak jenuh air, dimana rekah-rekah tanah tidak seluruhnya terisi
air tapi terisi udara. Dalam zone ini terdapat sirkulasi antara air dan
udara. Zone ini terbagi dalam 3 zone yakni :
1)

Soil water zone

: zone ini tidak jenuh

kecuali mendapat air hujan/ irigasi dan


merupakan zone perakaran.
2)

Intermediate Zone

terletak di bawah

soil water zone dan di atas zone kapiler.


3)

Capilary Zone

: terletak di atas water

table. Kenaikan air terjadi secara kapiler (gaya


kohesi).
b. Zone Jenuh Air (Zone of Saturation)
Terletak di bawah zone of aeration yang dilalui oleh water table dan lapisan
ini menunjukkan

adanya tekanan udara. Air dalam zone inilah yang

dinamakan air tanah.


3. Mata Air
Mata air adalah aliran air tanah yang terkonsentrasi

dan keluar /

muncul di permukaan tanah. Bentuk lain keluarnya air tanah ke permukaan


sebagai aliran tetapi tidak terkonsentrasi disebut rembesan. Air tanah juga
muncul disebabkan adanya permukaan tanah yang terpotong secara tiba-tiba
yang mungkin disebabkan gempa tektonik.
16

a. Mata Air dibedakan Menurut Konstansinya :


1) Parrenial Spring : apabila debit mengalir sepanjang tahun.
2) Intermitten Spring : apabila aliran debit tidak sepanjang tahun. Pada
musim hujan air muncul karena adanya imbuhan (recharge) sehingga
water table naik.
3) Periodic Spring : mata air jenis ini sangat terpengaruh hujan. Apabila
hujan turun sesaat kemudian air mengalir dan selanjutnya debit mata air
mengecil bahkan tidak mengalir lagi.
Di dalam pengembangan pengelolaan mata air maka perlu diteliti
apakah jenis kontansi debit airnya termasuk diantaranya.
b. Klasifikasi Mata Air menurut Terbentuknya/Kejadiannya
1) Mata air yang mengalir dari formasi permeable tipis
2) Mata air yang terbentuk oleh karena muka air tanah (water table)
berpotongan dengan permukaan tanah (depression spring). Mata air
ini mengalir pada lapisan permeable tebal.
3) Mata

air yang terbentuk karena patahan/retakan

bidang pelapisan dari permeable dan impermeable.

formasi pada
Muncul keluar

sebagai mata air artesis.


4) Mata air yang terbentuk dan mengalir dari saluran/pipa yang terbentuk
dan mengalir dari saluran yang terbentuk dari rekahan pada batuan
impermeable.
17

5) Mata air yang muncul dan mengalir melalui saluran / pipa alam yang
terbentuk oleh lava.
c. Pengukuran Potensi Mata Air
Pemanfaatan air tanah yang muncul sebagai mata air ini dapat
dimanfaatkan untuk air minum, pertanian, perikanan maupun industri. Perlu
diperhatikan dalam hal kualitas karena mineral air tanah lebih pekat daripada
air permukaan.
1) Volumetri yaitu pengukuran debit berdasarkan jumlah volume per
satuan waktu. Biasanya debit yang diukur kecil, aliran mengucur dari
tebing dan ditampung di ember dan diukur waktunya.
2) Pelampung

: pengukuran

ini pada aliran dan yang diukur adalah

kecepatan permukaan. Sehingga kalau mencari debit aliran dicari dahulu


kecepatan rata- rata.
3) Currentmeter : alat ini untuk mengukur arus/kecepatan pada kedalaman
yang bisa diatur.
6. Throughfall, Crown drip dan Steamflow
Hujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di
lantai hutan melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan
intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip.
Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow
dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.
18

7. Intersepsi
Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk
daun maupun batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang
akhirnya segera menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan
(terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon
(kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia
utara sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada
tajuk daun bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon.
Intersepsi akan mengurangi hujan yang menjadi run off.
8. Runoff
Runoffadalah

bagian

curahan

hujan

(curah

hujan

dikurangi

evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai
karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan
(sub surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river
discharge) dan volume runoff.
9. Erosi
1. Erosivitas daerah aliran sungai
Suatu model parametrik untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah
telah dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1965, 1978) yang
19

dikenal dengan the Universal Soil Loss Equation (USLE)

adalah suatu

model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi jangka panjang
dari erosi lembar (sheet erosion) termasuk di dalamnya erosi alur (gully
erosion) pada suatu keadaan tertentu.
Dengan menggunakan persamaan USLE dapat diprediksi laju ratarata erosi dari suatu bidang tanah tertentu, pada suatu kecuraman lereng dan
dengan

pola hujan tertentu, untuk setiap macam

pertanaman

dan

tindakan pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang sedang atau yang


mungkin dapat dilakukan. Persamaan yang dipergunakan mengelompokkan
berbagai parameter fisik (dan pengelolaan) yang mempengaruhi laju erosi ke
dalam enam parameter utama. Persamaan USLE yang diusulkan adalah sebagai
berikut :
A

R.K.L.S.C.P

Dengan:
A

= adalah banyaknya tanah yang tererosi dalam [ton per hektar per tahun]

= adalah faktor curah hujan dan aliran permukaan (erosivitas hujan), yaitu
jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi
hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30) tahunan

= adalah faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan
(R) untuk suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu

20

petak percobaan yang panjangnya 72,6 ft (22,1m) dan terletak pada


lereng 9 % tanpa tanaman.
L

= adalah faktor Panjang lereng, yaitu perbandingan

antara besarnya

erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari
tanah dengan panjang lereng 72,6 ft (22,1 m) di bawah keadaan yang
identik.
S

= adalah faktor kecuraman

lereng yaitu perbandingan

antara besarnya

erosi yang terjadi dari suatu bidang tanah dengan kecuraman lereng
tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9 % di bawah
keadaan yang identik
C

= adalah

faktor

vegetasi

yaitu perbandingan

penutup

tanah

antara besarnya

dan pengelolaan tanaman,

erosi dari suatu bidang

tanah

dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap


besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman.
P

= adalah

tindakan-tindakan

khusus

konservasi

tanah,

yaitu

perbandingan antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakukan


tindakan konservasi khusus (seperti pengolahan tanah menurut kontur,
penanaman dalam stripping atau terras), terhadap besarnya erosi dari
tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik.
2. Nilai Indeks Erosivitas Hujan
Pada persamaan USLE, nilai

yang merupakan daya perusak


21

hujan atau erosivitas hujan tahunan dapat dihitung dari data curah hujan
yang didapat dari penakar hujan otomatis, atau dari data hujan biasa R adalah
faktor fisik hujan yang menyebabkan timbulnya prosses erosi baik erosi
permukaan, erosi alur atau erosi tebing. Faktor fisik hujan yang dapat
menimbulkan erosi disebut erosivitas hujan.
Erosivitas hujan besarnya merupakan fungsi dari energi kinetik total
hujan dengan intensitas hujan maksimal selama 30 menit dengan satuan
[ton/ha/cm hujan]. Dalam satu kejadian hujan, energi kinetiknya dapat
dihitung sebagai berikut :
E = 14,374 R1,075
Dimana :
E = energi kinetik dalam [ton/ha/cm hujan]
R

= intensitas hujan dalam [cm/jam]

22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hidrologi merupakan ilmu yang sangat luas ruang lingkupnya dan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup
2. Istilah yang berkaitan dengan hidrologi antara lain presipitasi, infiltrasi dan
perkolasi, intensitas curah hujan, limpasan permukaan, air tanah, Throughfall,
Crown drip, Steamflow, intersepsi, runoff, serta erosi.
B. Saran
Dengan demikian pentingnya ilmu hidtologi ini, sebaiknya banyak
dilakukan kajian mendalam mengenai hidrologi untuk mendapatkan manfaat yang
lebih besar.

23

Anda mungkin juga menyukai