Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(OAINS/NSAID)
Nur Triastuti*, Donni Indra Kusuma**
ABSTRACK : Currently anti inflammatory drugs non-steroid or NSAID are
widely used, can be as analgesic, anti-inflamatory, and as an anti-pyretic. This
drugs can decrease pain simptomaticly, the most widely prescribed drugs
worldwide and being the drugs of first choice other inflammatory pain. There is
many kind NSAID that we knaw, like aspirin, parasetamol, ibuprofen, mefenamic
acid, endometasin, diklofenak, piroksikan and nemosulide. Every kind of NSAID
has its advantage and dis advantage for that beneficial actions and side effects.
That beneficial actions and harmful side effects of NSAID can be associated with
its mechanism of action.
Keywords : NSAIDs, COX-1, COX-2 inhibitors, Anti-inflammatory, Analgesic,
antipyretic
ABSTRAK : Saat ini obat-obat anti inflamasi non-steroid atau AINS banyak
sekali digunakan, dapat sebagai anti-nyeri, anti-inflamasi, dan sebagai anti-piretik.
Obat dari golongan ini sangat ampuh untuk mengurangi nyeri secara simtomatis,
paling luas peresepannya dan menjadi pilihan pertama dalam pengobatan nyeri
inflamasi. Terdapat beragam jenis AINS yang dikenal, seperti aspirin,
parasetamol, ibufrofen, asam mefenamat, indometasin, diklofenak, piroksikam
dan nimesulide. Dari berbagai macam obat AINS, masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan yang terlihat pada efek terapi dan efek samping yang
ditimbulkan. Efek terapi dan efek samping AINS berhubungan dengan mekanisme
kerja sediaan ini.
Kata kunci : OAINS, COX-1, COX-2 selektif, Anti-inflamasi, Anti-nyeri, Antipiretik.
PENDAHULUAN
Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi non steroid (AINS)
merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkakn dan juga
digunakan tanpa resep dokter. Obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan
dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini sering disebut
juga sebagai obat mirip aspirin. (aspirin like drugs).(1)
Klasifikasi kimiawi AINS, tidak banyak manfaat kliniknya, karena ada
AINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya ada
obat AINS yang berbeda subgolonga tetapi memiliki sifat serupa. Klasifikasi yang
lebih bermanfaat untuk diterapkan di klinik ialah berdasarkan selektivitas
terhadap siklooksigenase (COX). Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir
ini memberi penjelasan mengapa kelompok heterogen tersebut memiliki
kesamaan efek terapi dan efek samping. Ternyata sebagian besar efek terapi dan
efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin.(1)
Pada makalah ini penulis akan menguraikan tentang obat anti inflamasi
non steroid mulai dari cara kerja farmakodinamik, farmakokinetik, sampai efek
samping yang mungkin ditimbulkan dari obat tersebut.
ISOFORM COX
Pada awal tahun 90-an ditemukan bahwa enzim siklooksigenase terdapat dalam
dua bentuk (isoform) yaitu siklooksigenasi-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2
(COX-2). Kedua isoform berbeda distribusinya pada jaringan dan juga memiliki
fungsi regulasi yang berbeda. COX-1 merupakan enzim konstitutif yang
mengkatalisis pembentukakn prostanoid regulatoris pada berbagai jaringan,
terutama pada selaput lendir traktus gastrointestinal, gunjal, platelet, dan epitel
pembuluh darah. Bertolak belakang dengan COX-1, COX-2 tidak konstitutif
tetapi dapat diinduksi, antara lain apabila ada stimuli radang, mitogenesis atau
onkogenesis. Setelah stimuli tersebut lalu terbentuk prostanoid yang merupakan
mediator nyeri dan radang. Penemuan ini mengarah kepada hipotesis bahwa
COX-2
sel normal)
Dibentuk hanya dalam sel khusus (EX
digunakan
tubuh
- Prostaglandin menstimulasi
peradangan
fungsi Menghasilkan prostaglandin untuk respon
Dihambat OAINS
Hidroperoksid
Fosfolipid
Dihambat kotikorosteroidd
Prostasiklin
Asam arakidonat
Tromboksan A2
Hidroperoksid
Endoperok
Sebagian besar efek terapi dan efek samping NSAID berdasarkan atas
penghambatan biosintesis prostaglandin (PG). Pada saat sel mengalami kerusakan,
sendiri tidak bersifat kemotaktik, tetapi produk lain dari asam arakidonat yakni
leukotrien B4 merupakan zat kemotaktik yang sangat poten. OBat mirip aspirin
tidak menghambat sistem lipoksigenase yang menghasilkan leukotrien sehingga
golongan obat ini tidak menekan migrasi sel. Walaupun demikian pada dosis
tinggi terlihat juga penghambatan migrasi sel tanpa memepengaruhi enzim
lipoksigenase. Obat yang menghambat biosintesis PG maupun leukotrien
diharapkan akan lebih poten menekan proses inflamasi. (1)
NYERI
PG hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
inflamasi.
PG dihambat oleh
golongan obat ini, dan bukannya blokade langsung pada reseptor PG. (1)
DEMAM
Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas. Alat
pengatur suhu btubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam keseimbangan
ini terganggu tetapi dapat ditembangkan ke normal oleh obat mirip aspirin. Ada
bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pelepasan
suatu zat pirogen endogen atau sitokin misalnya leukotrien-1 (IL-1) yang memacu
pelepasan PG yang berlebihan didaerah preoptik hipotalamus. Selain itu PGE 2
terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau
disuntikkan ke daerah hipotalamus. Obat mirip-aspirin menekan efek zat pirogen
endogen dengan menghambat sintesis PG. Demam yang timbul akibat pemberian
PG tidak dipengearuhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain misalnya
latihan fisik. (1)
B. FARMAKODINAMIK
Asam arakidonat merupakan konstituen diet pada manusia, sebagai salah
satu senyawa yang kehadirannya bersama diet asam linoleat. Asam arakidonat
sendiri oleh membrane sel akan diesterifikasikan menjadi bentuk fosfolipid dan
lainnya berupa kompleks lipid. Dalam keadaan bebas tetapi dengan konsentrasi
yang sangat kecil asam ini berada di dalam sel. Pada biosintesis eikosanoid, asam
arakidonat akan dibebaskan dari sel penyimpanan lipid oleh asil hidrolase besar
kecilnya pembebasan tergantung dari kebutuhan enzim pensintesis eikosanoid.
Kebutuhan ini ditentukan dari seberapa besar respons yang diberikan terhadap
stimuli penyebab radang.(5)
Asam asetilsalisilat (aspirin)
sebagai
prototip
nonsteroidal
anti-
oksifenbutazon,
antipirin,
arninopirin.
(3)
Turunan
para-
terhaddap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala,
mialgia, athralgia, dan nyeri lain yang berasal dari integument, juga efektif
terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek anlagesiknya jauh lebih
lemah daripada efek anlagesik opiat. Tetapi berbeda dengan opiat, obat miripaspirin tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping
sentral yang merugikan. Obat mirip-aspirin hanya merubah persepsi meodalitas
sensorik nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain. Nyeri akibat terpotongnya saraf
aferen, tidak teratasi dengan obat mirip-aspirin. Sebaliknya nyeri kronis
pascapembedahan dapat diatasi oelh obat ini. (1)
EFEK ANTIPIRETIK. Sebagai antipiretik, obat mirip-aspirin akan menurunkan
suhu badan hanya pada keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini
memperlihatkan efek antipiretik
antipiretik kerena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama.
Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai
antipiretik atas alasan tersebut. (1)
EFEK ANTI-INFLAMASI. Kebanyakan obat mirip-aspirin, terutama yang baru,
lebih
dimanfaatkan
sebagai
anti-inflamasi
pada
pengobatan
kelainan
10
dalam pemberian OAINS adalah interaksi obat tersebut dengan warfarin dimana
ketika dikombinasi dengan nonselektif
11
D. EFEK SAMPING
Efek samping yag paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau
tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan
saluran cerna. Beratnya efek samping ini berbeda pada masing-masing obat. Dua
mekanisme terjadinya iritasi lambung adalah: (1) iritasi yang bersifat lokal yang
menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan menyebabkan
kerusakan jaringan; (2) iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik
melalui hambatan biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua prostaglandin ini banyak
ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung
dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektif. Mekanisme
kedua ini terjadi pada pemberian parenteral.(1)
Efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan
biosintesis tromboksan A2 dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan. Efek
ini
dimanfaatkan
untuk
terapi
profilaksis
trombo-emboli.
Obat
yang
12
Piro
xica
m
Indo
met
Prefer
haci
ential
nly
Ibup
Diclof
Acet
rofe
enac
osal
n
Melox
COX
icam
keto
Etod
IB
Nime
rola
olac
COX
COX
Prefer
sulde
c
Kete
ential
-2
-1
e
Dual
ly
sse
sele
sele
COX
COX-2
COX-1
ctiv
ctiv
select
select
inhi
e
e
ive
ive
bitor
inhibi
inhibi Anti-Inflammatory
inhi
inhi
>>>> tor
tor
bitor
bitor
Analgesic >>>>
KESIMPULAN
OAINS biasanya digunakan pada stadium nyeri yang lebih lanjut dari nyeri akut
dan untuk pengobatan pada sindrom nyeri kronis dengan menghambat seluruh
aktivitas jalur siklooksigenase sehingga tidak mensintesis prostaglandin yang
berperan menimbulkan nyeri melalui mekanisme baik perifer maupun sentral.
Terdapat 2 jenis enzim siklooksigenase, yaitu siklo oksigenase-1 (COX-1) dan
siklo oksigenase-2 (COX-2). COX-1 merupakan house keeping enzyme yang
mempunyai
fungsi
fisiologik
atau
homeostasis. Aktivasi
COX-1 akan
platelet. Sementara COX-2 kebanyakan tidak dapat dideteksi pada sebagian besar
jaringan dalam kondisi fisiologis normal namun selama inflamasi.
Penghambatan kerja COX-1 dan COX-2 didasarkan pada mekanisme inflamasi
yang dicetuskan oleh enzim tersebut dimana efek antiinflamasi dari OAINS
terutama dihubungkan dengan penghambatan COX-2. OAINS tradisional akan
menghambat kerja kEdua isoenzim sehingga terjadi penghambatan COX-1 yang
malah menimbulkan efek samping OAINS sehingga OAINS yang banyak
digunakan sekarang ini adalah OAINS yang selektif terhadap COX-2 saja.
Apabila diberikan penghambat selective COX-2 inhibitor maka tidak akan
13
14