Pert 2
Pert 2
NIM
: 1391661005
standar etika yang tinggi diterapkan, (5) keterbatasan riset diungkapkan secara terus
terang, (6) analisis yang memadai untuk kebutuhan pengambil keputusan, (7) temuan
disajikan tanpa ambigu, (8) kesimpulan dibenarkan, dan (9) pengalaman periset
direfleksikan.
ETIKA DALAM RISET BISNIS
Etika adalah norma atau standar perilaku yang menuntut pilihan moral mengenai
perilaku kita dan hubungan kita dengan orang lain. Tujuan etika dalam riset adalah
untuk memastikan bahwa tak serorang pun dibahayakan atau menderita kerugian akibat
aktivitas riset. Riset harus didesain agar peserta tidak banyak menderita bahaya fisik,
ketidaknyamanan, kesakitan, rasa malu atau kehilangan privasi. Ada tiga pedoman yang
harus diikuti periset: (1) menjelaskan manfaat studi, (2) menjelaskan hak dan
perlindungan peserta, dan (3) memperoleh persetujuan berdasarkan informasi.
Ada etika yang harus diingat saat berurusan dengan klien atau sponsor riset.
Pertama, kerahasiaan, dimana periset yang etis memberikan hak kepada sponsor untuk
meminta dan menerima kerahasiaan diantara mereka dan periset. Kedua, hak atas riset
yang bermutu, dimana periset yang etis memperlengkapi sponsor dengan desain riset
yang diperlukan untuk mengatasi pertanyaan manajerial. Ketiga, etika sponsor, dimana
periset yang etis akan memperlihatkan data secara objektif walaupun sponsor lebih
suka hasil tertentu.
Tanggung jawab periset yang lain adalah keamanan mereka dan tim mereka.
Dalam hal keamanan, periset bertanggung jawab mendesain proyek agar semua
pewawancara, penyurvei, pelaku eksperimen atau observasi aman terlindungi. Dalam
hal perilaku etis asisten, periset harus menuntut kepatuhan etis dari anggota tim (asisten)
dimana mereka harus dilatih dan disupervisi dengan baik. Terakhir, dalam hal
perlindungan anonimitas, periset dan asisten harus melindungi kerahasiaan informasi
sponsor dan anonimitas peserta.
Banyak perusahaan, asosiasi professional dan universitas memiliki kode etik.
Kode yang efektif harus bersifat: (1) regulatif, (2) melindungi kepentingan umum dan
profesi yang dilayani oleh kode yang bersangkutan, (3) spesifik untuk perilaku tertentu,
dan (4) dapat dilaksanakan.
Variabel adalah simbol dari suatu kejadian, tindakan, karakteristik, sifat khusus atau
atribut yang dapat diukur dan dikatagorikan. Variabel dapat digolongkan menjadi
variabel bebas, terikat, moderat, luar dan intervensi. Konsep dan konstruk digunakan
pada tingkat teoritis, sedangkan variabel pada tingkat empiris.
Proposisi adalah pernyataan tentang fenomena yang dapat diamati dan dapat
dinilai benar atau salah. Ketika proposisi dirumuskan untuk pengujian empiris, disebut
hipotesis. Hipotesis dapat digolongkan menjadi hipotesis deskriptif, relasional,
korelasional dan penjelas (sebab akibat). Syarat hipotesis yang kuat adalah memadai
untuk mencapai tujuannya, dapat diuji, serta lebih baik daripada pesaingnya. Konsep,
definisi dan proposisi yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena
disebut teori. Teori berbeda dengan hipotesis. Teori cenderung kompleks, abstrak, dan
melibatkan banya variabel. Sedangkan hipotesis cenderung lebih sederhana dengan
variabel terbatas dan hanya melibatkan kejadian-kejadian konkret. Model adalah analogi
atau representasi dari aspek suatu sistem atau dari sistem secara keseluruhan. Model
berbeda dengan teori. Dalam riset bisnis terdapat tiga model, yaitu model deskriptif
(untuk sistem yang kompleks), prediktif (meramalkan kejadian masa depan) dan
normatif (sebagai kontrol).