Anda di halaman 1dari 4

Nama

: Ida Ayu Gayatri

NIM

: 1391661005

RISET DALAM BISNIS


Riset bisnis adalah penyelidikan sistematis yang memberikan informasi untuk
menuntun keputusan manajemen. Selain riset bisnis, manajer mempunyai akses ke
informasi lain, yaitu sumber pendukung keputusan dan intelijen bisnis. Untuk
memahami hubungannya dengan riset bisnis, penting untuk memahami bagaimana
informasi menggerakkan keputusan yang berhubungan dengan misi, sasaran, strategi
dan taktik organisasi.
Tidak semua manajemen memakai riset bisnis sebagai pedoman dalam membuat
keputusan, sehingga muncullah hierarki pengambil keputusan berbasis informasi yang
terdiri dari tiga lapisan. Lapisan atas, organisasi memandang riset sebagai langkah
mendasar dalam setiap usaha baru (setiap keputusan dituntun oleh riset bisnis). Lapisan
tengah, terdapat pengambilan keputusan yang secara berkala mengandalkan riset (hanya
beberapa keputusan berdasarkan riset). Lapisan bawah, manajer lebih menggunakan
pengalaman masa lalu atau naluri dan intuisi daripada riset (keputusannya didukung
data sekunder).
Struktur industri riset dapat dijelaskan dalam pengertian pemasok riset internal
dan ekternal. Pemasok riset internal, berkisar dari pengoperasian satu orang sampai staf
kecil yang mengerjakan beberapa survei atau studi kualitatif hingga divisi berstaf besar.
Pemasok riset eksternal, terdiri dari perusahaan layanan penuh (periset sesuai pesanan
dan periset metodologi pemilik), dan perusahaan riset bidang khusus (penyedia data
sindikasi, periset omnibus, biro komunikasi, konsultan dan asosiasi perdagangan).
Riset yang baik akan menghasilkan data yang dapat dipercaya yang diperoleh
dari praktek yang dijalankan secara professional, serta dapat digunakan secara andal
untuk pengambil keputusan dengan mengikuti standar metode ilmiah. Sedangkan riset
yang buruk, direncanakan dan dijalankan dengan ceroboh yang menghasilkan data yang
tidak dapat digunakan untuk mengurangi resiko pengambilan keputusan. Ada beberapa
karakteristik yang mendefinisikan metode ilmiah: (1) tujuan yang didefinisikan secara
jelas, (2) proses riset yang dirinci, (3) desain riset direncanakan secara tuntas, (4)

standar etika yang tinggi diterapkan, (5) keterbatasan riset diungkapkan secara terus
terang, (6) analisis yang memadai untuk kebutuhan pengambil keputusan, (7) temuan
disajikan tanpa ambigu, (8) kesimpulan dibenarkan, dan (9) pengalaman periset
direfleksikan.
ETIKA DALAM RISET BISNIS
Etika adalah norma atau standar perilaku yang menuntut pilihan moral mengenai
perilaku kita dan hubungan kita dengan orang lain. Tujuan etika dalam riset adalah
untuk memastikan bahwa tak serorang pun dibahayakan atau menderita kerugian akibat
aktivitas riset. Riset harus didesain agar peserta tidak banyak menderita bahaya fisik,
ketidaknyamanan, kesakitan, rasa malu atau kehilangan privasi. Ada tiga pedoman yang
harus diikuti periset: (1) menjelaskan manfaat studi, (2) menjelaskan hak dan
perlindungan peserta, dan (3) memperoleh persetujuan berdasarkan informasi.
Ada etika yang harus diingat saat berurusan dengan klien atau sponsor riset.
Pertama, kerahasiaan, dimana periset yang etis memberikan hak kepada sponsor untuk
meminta dan menerima kerahasiaan diantara mereka dan periset. Kedua, hak atas riset
yang bermutu, dimana periset yang etis memperlengkapi sponsor dengan desain riset
yang diperlukan untuk mengatasi pertanyaan manajerial. Ketiga, etika sponsor, dimana
periset yang etis akan memperlihatkan data secara objektif walaupun sponsor lebih
suka hasil tertentu.
Tanggung jawab periset yang lain adalah keamanan mereka dan tim mereka.
Dalam hal keamanan, periset bertanggung jawab mendesain proyek agar semua
pewawancara, penyurvei, pelaku eksperimen atau observasi aman terlindungi. Dalam
hal perilaku etis asisten, periset harus menuntut kepatuhan etis dari anggota tim (asisten)
dimana mereka harus dilatih dan disupervisi dengan baik. Terakhir, dalam hal
perlindungan anonimitas, periset dan asisten harus melindungi kerahasiaan informasi
sponsor dan anonimitas peserta.
Banyak perusahaan, asosiasi professional dan universitas memiliki kode etik.
Kode yang efektif harus bersifat: (1) regulatif, (2) melindungi kepentingan umum dan
profesi yang dilayani oleh kode yang bersangkutan, (3) spesifik untuk perilaku tertentu,
dan (4) dapat dilaksanakan.

BERPIKIR SEPERTI PERISET


Riset bisnis yang baik berdasarkan penalaran yang logis. Periset yang cakap
dan manajer yang lihai sama-sama mempraktekkan kebiasaan berpikir sesuai penalaran
yang logis. Metode ilmiah yang diterapkan dalam riset bisnis, menuntun pendekatan
kita terhadap pemecahan masalah. Metode ilmiah digambarkan sebagai aktivitas
pemecahan masalah pada sebuah puzzle, dimana bagi periset, puzzle adalah masalah
yang dapat diatasi dan dipecahkan melaui proses penalaran.
Setiap kita berpikir sesuai penalaran yang logis, kita akan mengkomunikasikan
maksud kita, baik berupa eksposisi maupun argument, dalam bahasa sehari-hari atu
berupa simbol. Ada dua jenis argument yang sangat penting dalam riset, yaitu deduksi
dan induksi. Deduksi adalah bentuk argument yang dimaksudkan untuk mendapatkan
kesimpulan, dimana kesimpulannya harus sejalan dengan alasan yang diberikan.
Kesimpulan yang dihasilkan deduksi sedikit banyak sudah terkandung didalam
premisnya. Sedangkan induksi, kita menarik kesimpulan dari satu atau lebih fakta atau
potongan bukti tertentu. Kesimpulannya menjelaskan fakta, dan fakta tersebut
mendukung kesimpulan. Meskipun deduksi dan induksi berbeda secara radikal, namun
mereka digunakan bersama-sama dalam riset. Induksi terjadi ketika kita mengobservasi
fakta dan mengajukan pertanyaan. Untuk jawaban pertanyaan tersebut, maka kita
mengajukan hipotesis. Hipotesis yang masuk akal dapat menjelaskan fakta dari
pertanyaan tadi. Proses yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah
deduksi.
Ketika kita melakukan riset, kita berusaha untuk mengetahui apa saja yang
diperlukan untuk mengerti, menjelaskan dan meramalkan fenomena sehingga
menimbulkan banyak pertanyaan. Ada beberapa bahasa riset yang dapat membantu
dalam memecahkan masalah tersebut. Konsep adalah kumpulan makna atau
karakteristik yang diterima secara umum dan berhubungan dengan kejadian, objek,
kondisi, situasi dan prilaku tertentu. Konsep menjadi landasan untuk mengertikan dan
mengkomunikasikan informasi mengenai objek dan kejadian. Konstruk adalah ide
abstrak yang diciptakan khusus untuk riset tertentu dan/atau tujuan pengembangan teori.
Definisi membantu mengurangi bahaya saat terjadi kebingungan mengenai makna
konsep yang dapat merusak manfaat studi riset yang tidak disadari periset atau klien.
Periset berhadapan dengan dua jenis definisi, yaitu definisi kamus dan operasional.

Variabel adalah simbol dari suatu kejadian, tindakan, karakteristik, sifat khusus atau
atribut yang dapat diukur dan dikatagorikan. Variabel dapat digolongkan menjadi
variabel bebas, terikat, moderat, luar dan intervensi. Konsep dan konstruk digunakan
pada tingkat teoritis, sedangkan variabel pada tingkat empiris.
Proposisi adalah pernyataan tentang fenomena yang dapat diamati dan dapat
dinilai benar atau salah. Ketika proposisi dirumuskan untuk pengujian empiris, disebut
hipotesis. Hipotesis dapat digolongkan menjadi hipotesis deskriptif, relasional,
korelasional dan penjelas (sebab akibat). Syarat hipotesis yang kuat adalah memadai
untuk mencapai tujuannya, dapat diuji, serta lebih baik daripada pesaingnya. Konsep,
definisi dan proposisi yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena
disebut teori. Teori berbeda dengan hipotesis. Teori cenderung kompleks, abstrak, dan
melibatkan banya variabel. Sedangkan hipotesis cenderung lebih sederhana dengan
variabel terbatas dan hanya melibatkan kejadian-kejadian konkret. Model adalah analogi
atau representasi dari aspek suatu sistem atau dari sistem secara keseluruhan. Model
berbeda dengan teori. Dalam riset bisnis terdapat tiga model, yaitu model deskriptif
(untuk sistem yang kompleks), prediktif (meramalkan kejadian masa depan) dan
normatif (sebagai kontrol).

Anda mungkin juga menyukai