Anda di halaman 1dari 61

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alcohol. ( Elizabeth J. Corwin. 2000 : 573 )

Hepatitis virus merupakan infesi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang merupakan kumpulan peruahan klinis,
biokimia, serta seluler yang khas. ( Brunner & Suddarth. 2001 : 1169 )

Hepatitis adalah infeksi virus pada hati yang berhubungan dengan manifestasi
klinik berspektrum luas dari infeksi tanpa gejala, melalui hepatitis ikterik
sampai nekrosis hati. ( Sandra M. Nettina. 2001 : 248 )

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditimbulkan bahwa
penyakit Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan
infeksi sistemik oleh virus atau oleh toksin termasuk alcohol yang
berhubungan dengan manifestasi klinik berspektrum luas dari infeksi tanpa
gejala, melalui

hepatitis ikterik sampai nekrosis hati yang menghasilkan

kumpulan erubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas.

B. Etiologi menurut
Penyebab hepatitis adalah virus hepatitis yang dibagi menjadi:
1. Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) yang merupakan
virus RNA dari famili enterovirus yang berdiameter 27 nm.
2. Hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang merupakan
virus DNA yang berkulit ganda yang berukuran 42 nm.
3. Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) yang merupakan
virus RNA kecil terbungkus lemak yang berdiameter sekitar 30 sampai
60 nm.
4. Hepatitis D, disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV) yang merupakan
virus RNA detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B yang
berdiameter 35 nm.
5. Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV) yang merupakan
virus RNA rantai tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter
kurang lebih 32 sampai 34 nm.
6. Hepatitis F, Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para
pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah.
7. Hepatitis g adalah Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi
bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan
hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah jarum suntik.

C. Patofisiologi hepatitis B
1. Proses perjalanan penyakit
Virus hepatitis menganggu fungsi liver sambil terus beranak
pinak di sel sel liver. Akibat gangguan ini, sistem kekebalan tubuh
bekerja untuk memerangi virus tersebut. Dalam proses itu, bisa terjadi
kerusakan yang berujung pada pandangan liver.
Perubahan morfologik pada hati seringkali serupa untuk berbagai virus
yang berlainan. Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati tampak
normal, tetapi kadang kadang sedikit edema, membesar dan
berwarna seperti empedu. Secara histologik, terjadi asuhan hepato
selular menjadi kacau, cidera dan nekrosis sel hati, serta peradangan
perifer. Perubahan ini reversibel sempurna bila fase akut penyakit
mereda pada beberapa kasus nekrosis submasif atau masif dapat
mengakibatkan gagal hati yang berat dan kematian.
2. Manifestasi klinik
Infeksi virus hepatitis dapat bervariasi mulai dari gagal hati berat
sampai hepatitis anikterik subklinis. Yang terakhir ini lebih sering
ditemukan pada infeksi HAV, dan seringkali mngira menderita flu.
Infeksi HBV biasanya lebih berat dibandingkan HAV, dan insiden
nekrosis masif dan payah hati berat lebih sering terjadi.
Gejala-gejala prodormal timbul pada semua penderita dan dapat
berlangsung selama satu minggu atau lebih sebelum timbul ikterus
(meskipun tidak semua pasien akan mengalami ikterus) yang dibagi
dalam tiga stadium:

a. Stadium pra ikterik


Pada stadium ini berlangsung selama 4-7 hari klien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, mual dan muntah, demam, nyeri pada otot,
dan nyeri di perut kanan atas, urine menjadi lebih coklat.
b. Stadium ikterik
Stadium ini berlangsung selama 3-6 minggu, ikterik mula-mula
terlihat pada sklera. Kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhankeluhan berkurang tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah,
tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan
nyeri tekan.
c. Stadium post 1 (rekovalensi)
Pada stadium ini ikterik mereda, warna urin dan tinja normal lagi,
penyembuhan pada anak lebih cepat dari orang dewasa yaitu pada
akhir bulan kedua karena penyebab yang biasanya berbeda.
Banyak pasien mengalami atralgia, artritis, urtikaria, dan ruam kulit
sementara. Terkadang dapat terjadi glomerulonefritis. Manifestasi
ekstra hepatik dari hepatitis virus ini dapat menyerupai sindrom
penyakit serum dan dapat disebabkan oleh kompleks imun yang
beredar dalam sirkulasi.

10

3. Komplikasi
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan
penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien memperlihatkan
kemunduran klinis yang cepat, adapun komplikasi yang dapat terjadi
pada klien hepatitis adalah ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan
hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik
toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkim hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

D. Penatalaksanaan Medis hepatitis B


1. Aktivitas / istirahat
Tirah baring selama fase akut dianjurkan hingga pasien bebas dari
ikterus. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala
mereda dan tes fungsi hati kembali normal, untuk itu beri istirahat
secara bertahap pada masa penyemnuhan.
2. Diit
Berikan makanan dalam porsi kecil namun sering, dengan dianjurkan
diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, yang ternyata cocok untuk
selera pasien yang mengalami anoreksia. Jika pasien mual, muntah,
dan tidak nafsu makan, berikan infus glukosa. Dan jika nafsu makan
pasien mulai membaik, berikan makanan cukup kalori (30 35) kal/kg
BB) dan tinggi protein yang dapat mempercepat penyembuhan dan
tentunya cukup mengandung vitamin dan mineral.

11

3. Obat-obatan
a. Obat modern
Terapi / obat-obatan dilanjutkan seminimal mungkin terutama
obat-obatan yang bersifat toksik hati, misalnya sedatif. Beri obatobatan

yang bersifat

melindungi hati, berikan antibiotik,

kortikostiroid ( tetapi tidak membantu penyembuhan hepatitis


akut), antiemetik (bila diperlukan/ bila perlu sekali) dan vitamin K
pada kasus kecenderungan perdarahan.

b. Obat tradisional
Obat tradisional yang digunakan biasanya berupa tanaman/terapi
herbal. Adapun tanaman yang dinilai ada hubunganya dan
bermanfaat

terhadap

pengendalian

gejala

dan

bahkan

penyembuhan hepatitis adalah:


1) Kunyit
Khasiat: obat hepatitis terutama karena mampu merangsang
dan menjaga kekebalan. Kunyit juga bagus untuk pengumpulan
darah.
2) Temulawak
Khasiat: dalam kaitanya dengan hepatitis, temulawak sangat
efektif karena mampu melawan inflamasi. Tanaman ini juga
diketahui bisa menurunkan SGOT dan SGPT, keduanya
berkadar tinggi pada mereka yang menderita hepatitis
(terutama hepatitis B)

12

3) Tapak Liman
Khasiat: manfaat tapak liman untuk hepatitis terutama karena
kemampuanya untuk mencegah dan menghilangkan radang dan
pembangkalan, serta menetralkan racun. Asites juga bisa
dibantu dikurangi oleh tanaman ini.
4) Daun sendok
Khasiat: dalam kaitanya dengan hepatitis, tanaman ini mampu
mengurangi radang dan melancarkan kencing (berguna untuk
membuang asites)
5) Sambiloto
Khasiat: salah satu senyawa sambiloto berkhasiat melindungi
liver, selain itu tanaman ini juga membantu mencegah
perdangan dan melancarkan buang air kecil.
Di luar tanaman diatas, masih banyak tanaman lainya yang bisa
dimanfaatkan untuk mengobati hepatitis. Umumnya tanaman-tanaman
tersebut disajikan dengan cara direbus untuk diambil airnya. Banyak
juga yang ditumbuk dan dijadikan ramuan untuk kemudian dicampur
dengan air dan diminum. Intinya ekstrak setiap tanaman diambil
dengan cara dicampur dengan air dan diminum.

13

E. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien dengan
menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan proses keperawatan tanpa
mengabaikan bio, psiko, dan kultur sebagai kesatuan yang utuh dan adapun
asuhan keperawatan yang digunakan yaitu melalui tahap pengkajian,
diagnose keperawata, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi. (Doengoes, E. Marlynn, et. al,2000)
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise umum.
2. Sirkulasi
Tanda: bradikardia (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera,
kulit, membran mukosa.
3. Eliminasi
Gejala: urin gelap, diare/konstipasi (feces warna tanah liat)
4. Makanan/cairan
Gejala: hilang nafsu makan, penurunan berat badan atau meningkat
(edema) dan mual muntah
5. Neurosensori
Tanda: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis
6. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran atas, mialgia,
atralgia, sakit kepala dan gatal (pluritus)
7. Pernafasan

14

Gejala: tidak minat merokok (perokok)


8. Keamanan
Gejala: adanya tranfusi darah/produk darah
Tanda: demam, urtikaria, eritema tak braturan, ekserbasi jerawat,
angioma jaring-jaring, eritema palmir, ginekomastia, splenomegali dan
pembesaran nodus servikal posterior.
9. Seksualitas
Gejala: pola hidup/ perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh
homoseksual aktif/biseksual pada wanita)
10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau
toksin (makanan terkontaminasi, air, serum, alat bedah atau darah) ;
pembawa (sistomatik atau asimtonatik) ; adanya prosedur bedah
dengan anestesia haloten; terpajan pada kimia toksik (contoh karbon
tetraklorida, vinil klorida) obat resep (contoh sulkonamid, fenotiazid,
isomazid).
11. Pemeriksaan penunjang
a. Tes fungsi hati

: abnormal (4-10 x dari normal)

b. AST SGOT ALT SGPT : awalnya meningkat, dapat meningkat


1- 2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
c. Darah lengkap

:SDM menurun sehubungan dengan

penurunan hidup (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan


perdarahan.

15

d. Leukopenia

:trombositopenia

mungkin

ada

(splenomgali)
e. Diferensial darah lengkap :

leukositosis,

monositosis,

limfosit

atipikal, dan sel plasma.


f. Alkali fosfatase

: agak meningkat (kecuali ada kolestasis

berat)
g. Feces

: warna tanah liat, steatoria (penurunan

fungsi hati)
h. Albumin serum

: menurun

i. Gula darah

:hiperglikemia/hipoglikemia (gangguan

fungsi hati).
j. Anti HAV Igm

: positif pada tipe A

k. HbsAg

: dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe

A)
l. Masa protrombin

: mungkin memanjang (disfungsi hati)

m. Bilirubin serum

: di atas 2,5 mg/ 100 ml (bila di atas 200

mg/ml,

prognosis

buruk

mungkin

berhubungan

dengan

peningkatan nekrosis seluler)


n. Tes eksresi BSP

: kadar darah meningkat

o. Biopsi hati

: menunjukkan diagnosis dan luasnya

nekrosis.
p. Skan hati
kerusakan parenkim.

: membantu dalam perkiraan beratnya

16

q. Urinalisa

peninggian

kadar

bilirubin;

protein/hematuria dapat terjadi.

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah langkah langkah untuk menganalisa data klien untuk
mendapatkan identifikasi masalah klien baik potensial maupun aktual;
informasi faktor yang berperan atau menjadi penyebab masalah klien; dan
informasi pola koping atau kekuatan klien dalam mempertahankan
keadaanya.
Diagnosa keperawatan merupakan tahap akhir dari pengkajian. Setelah
data terkumpul melalui pengkajian, data tersebut di analisa dan di
interpretasikan sehingga menjadi masalah keperawatan, berdasarkan
respon klien terhadap kebutuhan dasarnya yang terganggu baik yang
aktual maupun potensial yang memerlukan tindakan oleh perawat yang
berwenang dan kompeten.
Menurut Marilynn E Doengoes terdapat 7 diagnosa keperawatan pada
klien dengan hepatitis, anatara lain:
1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang tidak adekuat
3. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output yang berlebihan.
4. Harga diri; rendah situasional berhubungan dengan perasaan negatif
terhadap tubuh.

17

5. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak


adekuat.
6. Resiko terjadinya integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
akumulasi gram empedu dalam jaringan.
7. Kurang

pengetahuan

tentang

perawatan

penderita

hepatitis

berhubungan dengan kurangnya informasi.

G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah tindakan untuk membangun/membuat
prioritas tindakan, mencatat tujuan dan hasil akhir yang diharapkan dan
membuat strategi untuk menilai atau mengevaluasi tujuan dan hasil yang
diharapkan, serta memilih intervensi yang akan dilakukan dan
mengkomunikasikan perencanaan keperawatan.
Untuk mencapai tujuan di atas maka rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


klien

mampu melakukan aktivitas kembali.

Kriteria hasil : menunjukkan tekhnik/perilaku yang memampukan


kembali melakukan aktivitas. Melaporkan kemampuan
peningkatan toleransi aktivitas.

18

Rencana Tindakan

a. Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan lingkungan


tenang dan batasi pengunjung sesuai keperluan.
Rasional

: meningkatkan istirahat dan ketenangan serta

menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.


b. Ubah posisi dengan sering (berikan perawatan kulit yang
baik).
Rasional

meningkatkan

meminimalkan

tekanan

fungsi

pada

pernafasan

area

tertentu

dan
untuk

menurunkan resiko kerusakan jaringan.


c. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
Rasional

: memungkinkan periode tambahan istirahat

tanpa gangguan.
d. Tingkatkan

aktivitas

sesuai

toleransi;

bantu

klien

melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.


Rasional

tirah

baring

lama

dapat

menurunkan

kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas


yang menganggu periode istirahat.
e. Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress (contoh:
relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi) dan
berikan aktivitas hiburan yang tepat (contoh: menonton
TV, radio, membaca).

19

Rasional
energi,

: meningkatkan relaksasi dan penghematan


memusatkan

kembali

perhatian

dan

dapat

meningkatkan koping.
f. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran
hati.
Rasional

: menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi

penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program


terapi.
g. Kolaborasi untuk pemberian antidot atau bantu dalam
prosedur

sesuai

indikasi

(contoh:

lavase,

katarsis,

hiperventilasi) tergantung pada pemajanan.


Rasional

: membuang agen penyebab pada hepatitis

toksik dapat membatasi derajat kerusakan jaringan.


h. Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi (sedatif,
agen anti ansietas, contoh: diazepam; lorazepam).
Rasional

: membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.

i. Awasi kadar enzim hati.


Rasional

: membantu menentukan kadar aktivitas tepat,

sebagai peningkatan prematur pada potensial resiko


berulang.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

nutrisi terpenuhi.

20

Kriteria Hasil : menunjukkan perilaku pola hidup untuk meningkatkan


/ mempertahankan berat badan yang sesuai. Menunjukkan peningkatan
berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan
bebas tanda malnutrisi.
Rencana Tindakan

a. Observasi tanda-tanda vital.


Rasional : untuk mengetahui keadaaan umum klien.
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien
anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang hari,
membuat masukan makanan yang paling sulit pada sore hari.
c. Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan
nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
e. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen
berat sepanjang hari.
Rasional : bahan ini merupakan ekstra kalori yang dapat lebih
mudah dicerna/toleran bila makanan lain tidak.

21

f. Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein
sesuai toleransi
Rasional : berguna untuk membuat program diet untuk
memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak bervariasi
tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan perlunya
pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Pembatasan protein
di indikasikan pada penyakit berat (contoh hepatitis kronis) karena
akumulasi prosuk akhir metabolisme protein dapat mencetuskan
hepatik ensefalopati.
g. Awasi glukosa darah
Rasional : hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan
perubahan diet/pmberian insulin.
h. Berikan obat sesuai indikasi, seperti:
1) Antiemetik, contoh metalopramide (reglan); trimetobenzomid
(tigan)
Rasional : diberikan setengah jam sebelum makan, dapat
menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
2) Antasida, (contoh : mylanta, titralac)
Rasional :

kerja

pada

asam

gaster

dapat

menurunkan

iritasi/resiko perdarahan.
3) vitamin, contoh B Complek, C, tambahan diet lain sesuai
indikasi.

22

Rasional : memperbaiki kekurangan dan membantu proses


penyembuhan.
4) terapi steroid, contoh prednison (deltasone) tunggal atau
kombinasi dengan azatoprin (imuran).
Rasional : steroid dikontra indikasikan karena meningkatkan
resiko berulang/terjadinya heptitis kronis pada pasien dengan
hepatitis virus. Namun, efek antiflamasi mungkin berguna pada
hepatitis aktif kronis (khususnya idiopetik) untuk menurunkan
mual/muntah dan memampukan pasien untuk mengkonsumsi
makanan dan cairan.
i. Berikan

tambahan

makanan/nutrisi

dukungan

total

bila

dibutuhkan.
Rasional : mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila
tanda kekurangan terjadi/gejala memanjang.
3. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output yang berlebihan.
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

intake dan output cairan seimbang.


Kriteria Hasil : tanda-tanda vital stabil, turgor kulit baik, pengisian
kapiler nadi perifer kuat, dan haluaran urine individu sesuai.
Rencana Tindakan

a. Awasi masukan dan haluan, bandingkan dengan berat badan


harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.

23

Rasional :

memberikan

informasi

tentang

kebutuhan

penggantian/efek terapi.
b. Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit
dan membran mukosa.
Rasional : indikator volume sirkulasi/perfusi
c. Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen
sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan kemungkinan perdarahan ke dalam
jaringan.
d. Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut
untuk sikat gigi.
Rasional : menghindari trauma dan perdarahan gusi.
e. Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria/melena, ekimosis,
perdarahan terus menerus dari gusi/bekas injeksi.
Rasional : kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi
memanjang bila absorbsi vitamin K terganggu pada traktus GI dan
sintesis protrombin menurun karena mempengaruhi hati.
f. Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Nat, Albumin, dan waktu
pembekuan.
Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi
natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan
edema. Defisit pada pembekuan potensial beresiko perdarahan.
g. Berikan cairan IV (biasanya glukosa) elektrolit.
Rasional : memberikan terapi cairan dan penggantian elektrolit.

24

4. Harga diri; rendah situasional berhubungan dengan perasaan negatif


terhadap tubuh.
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

tidak terjadi depresi, perilaku merusak diri.


Kriteria Hasil : klien mampu mengidentifikasi perasaan dan metode
untuk koping terhadap presepsi diri negatif.
Rencana Tindakan

a. Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar. Dorong


diskusi perasaan/masalah.
Rasional : penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling
percaya.
b. Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup (penggunaan
alkohol/praktek seksual).
Rasional : pasien merasa marah/kesal dan menyalahkan diri,
penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
c. Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional : periode penyembuhan mungkin lama (lebih dari 6
bulan)
d.

Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat.


Rasional : masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan
peran fungsi pasien pada keluarga/pnyembuhan lama.

e. Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.

25

Rasional : memampukan pasien untuk menggunakan waktu dan


energi pada cara konstruktif yang meningkatkan harga diri dan
meminimalkan cemas dan depresi.

5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak


adekuat.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi
tidak terjadi.
Kriteria Hasil : menunjukkan tekhnik, melakukan perubahan pola
hidup untuk menghindari infeksi/transmisi ke orang lain.
Rencana Tindakan

a. Lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasan.


Rasional : mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
b. Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : pasien terpajan terhadap proses infeksi, potensial
resiko komplikasi sekunder.
c. Jelaskan prosedur isolasi pada pasien / orang terdekat.
Rasional : pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka
sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan
stigma.
d. Berikan informasi tentang adanya gama globulin, ISG, HBIG,
vaksin hepatitis B melalui Departermen Kesehatan atau dokter
keluarga.

26

Rasional : efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang


yang terpajan, atau tergantung tipe hepatitis dan periode intubasi.

6. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan


dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

tidak terjadi kerusakan integritas kulit / jaringan.


Kriteria hasil : menunjukkan jaringan / kulit utuh, bebas ekskoriasi.
Melaporkan tak ada / penurunan pruiritas / lecet.
Rencana tindakan

a. Gunakan air mandi dingin, hindari sabun alkali. Berikan minyak


kalamin sesuai indikasi.
Rasional : mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan
penghilang gatal.
b. Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila
tidak terkontrol.
Rasional : menurunkan potensial cedera kulit.
c. Berikan massage pada waktu tidur.
Rasional : bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan
menurunkan iritasi kulit.
d. Hindari komentar tentang penilaian pasien.
Rasional : meminimalkan stress psikologis sehubungan dengan
perubahan kulit.

27

7. Kurang

pengetahuan

tentang

perawatan

penderita

hepatitis

berhubungan dengan kurangnya informasi.


Tujuan

: setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan

klien memahami tentang perawatan dan kebutuhan pengobatan pasien


hepatitis.
Kriteria hasil :

menyatakan pemahaman

proses

penyakit

dan

pengobatan. Melakukan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.


Rencana tindakan

a. Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan, kemungkinan


pilihan pengobatan.
Rasional : mengidentifikasi area kekurangan dan pengetahuan /
salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan
informasi tambahan sesuai keperluan.
b. Berikan informasi khusus tentang pencegahan / penularan
penyakit.
Rasional : kebutuhan / rekomendasi akan bervariasi karena tipe
hepatitis (agen penyebab) dan situasi individu.
c. Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya.
Rasional : perubahan pada pemasukan makanan/ cairan dapat
mengakibatkan konstipasi.
d. Diskusikan efek samping bahaya minum obat yang dijual bebas.
Rasional : beberapa obat merupakan toksik untuk hati, dan
menyebabkan efek kumulatif toksik / hepatitis kronis.

28

e. Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6 12 bulan


minimal atau lebih lama sesuai toleransi individu.
Rasional : meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi
pemulihan.

H. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah
disusun. Pinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan
komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan pada pasien.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara independent,
dependent dan interdependent. Tindakan independent yaitu suatu kegiatan
yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainya. Tindakan dependent adalah tindakan yang
berhubungan

dengan

pelaksanaan

tindakan

medis.

Tindakan

interdependent adalah suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama


dengan tenaga kesehatan lainya.
Selama

perawat

melakukan

tindakan

keperawatan

maka

akan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut: menjalankan dan mengaplikasikan


perencanaan yang telah dibuat, melanjutkan pengumpulan data dan
memodifikasikan perencanaan yang mungkin dapat dilakukan dan
mendokumentasikanya.

29

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalah penilaian terhadap tujuan dan hasil yang diharapkan
tercapai pada klien berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Hasil dari
evaluasi ini akan menentukan apakah perencanaan dilanjutkan, dilakukan
modifikasi, atau dihentikan. Pada tahap evaluasi ini perawat akan
mengikuti hal-hal sebagai berikut: menilai atau mengukur pencapaian
tujuan dan hasil yang diharapkan, mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pencpaian tujuan dan
memodifikasi perencanaan keperawatan bila memungkinkan.

30

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.

Pengkajian
Pada laporan kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnose medis hepatitis, yang mulai dirawat sejak
tanggal 10 juni 2010 dengan nomer register 22 05 63 yang dirawat di ruang
Mawar Rumah Sakit Hospital Cinere Depok. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 13 juni 2010.
1.

Identitas Klien
Klien berinisial Tn, H, berusia 30 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama
islam, pendidikan SMU, status perkawinan sudah menikah, pekerjaan
pegawai Swasta, bahasa yang digunakan klien sehari-hari adalah
bahasa Indonesia, alamat klien di Jln. Abus Meruyung Rt 03 Rw 03
No 18 Limo, Depok. Sumber biaya pribadi, sumber informasi dari
klien dan tenaga kesehatan yang bertugas pada saat pengkajian.

2.

Resume klien
Klien Tn. H, usia 30 tahun, datang Ke rumah sakit Hospital Cinere
melalui IGD tanggal 10 juni 2010 dengan keluhan demam sejak 7 hari
sebelum masuk rumah sakit, mual, muntah, nafsu makan berkurang,
nyeri pada ulu hati. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital TD: 130/80 mmHg, Nadi: 80x/mnit, S: 36 c, pernafasan:
20x/mnit. Infus Asering dipasang 20 tetes/menit. Pemeriksaan darah

31

dengan hasil hemoglobin: 13,7 g/dl, (N : L = 13 16 g/dl) hematokrit:


39 % (N: L= 40-48%), Leukosit: 6000 u/l (N: L = 5000 10000/ul),
trombosit: 270.000 /ul (N: 150.000-450.000 / ul), SGOT/AST: 71,6 (L:
<48, P: <32), SGPT/ALT : 133,4 (L : <41, P : <31), protein total : 6,8
(6,0 8,7 mg/dl), hitung jenis leukosit ; basofil : 1 (0,1%), Eosinofil : (N : 1-3 %), Segmen : 77 (50 70 %), Limfosit : 15 (N : 20 40 %),
Monosit : 8 (N: 2-3 %), laju endap darah : 47 (N : < 15 mm/jam),
Albumin : 3,8 (N : 3,5 5,2 g/dl), Bilirubin total: 0,73 (<1,5 mg/dl).
Bilirubin direk: 0,20 (N : < 0,5 mg/dl), Bilirubin indirek : 0,47 (N :
<1,0 mg/dl), HbsAg : + (positif). Kemudian pasien dipindahkan ke
ruang Mawar pada pukul 15.20 WIB dengan keadaan umum ringan,
kesadaran compos mentis, masalah keperawatan yang timbul dari data
diatas adalah: gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, gangguan rasa nyaman nyeri. Tindakan mandiri keperawatan
yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan
mengobservasi tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan),
sedangkan tindakan kolaborasi yaitu memberikan terapi Asering 20
tetes per menit. evaluasi sampai tanggal 11 juni 2011 klien masih
mengeluh nyeri dibagian ulu hati, klien tampak meringis kesakitan,
skala nyeri 3. Gangguan rasa nyaman : nyeri belum teratasi.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan bahwa keluhan
utama yang dirasakan saat ini adalah mual, tidak nafsu makan, nyeri

32

pada ulu hati, klien menanyakan tentang penyakit nya. Timbulnya


keluhan secara bertahap selama 7 hari sebelum masuk rumah sakit.
Untuk mengatasinya klien berobat ke Rumah Sakit.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan bahwa sebelumnya klien pernah dirawat di
Rumah Sakit karena sakit demam berdarah pada tahun 2005.
c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan).

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara, klien tinggal


bersama dengan kedua orang tua dan adik nya di Jl. Abus
meruyung No 36 Depok.

33

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi


factor resiko.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang menjadi
factor resiko.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Orang terdekat klien saat ini adalah ibunya, interaksi dalam keluarga;
pola komunikasi baik, pembuatan keputusan dalam keluarga yaitu
kepala keluarga (bapak), klien tidak pernah mengikuti kegiatan
kemasyarakatan apapun. Dampak penyakit klien terhadap keluarga,
keluarga menjadi cemas, masalah yang mempengaruhi klien tidak
ada. Mekanisme koping terhadap stress yaitu dengan cara
mendengarkan musik atau tidur.
Presepsi klien terhadap penyakitnya; hal yang sangat dipikirkan saat
ini adalah ingin cepat sembuh, harapan setelah menjalani perawatan
dapat menjalani aktivitas seperti biasa, perubahan yang dirasakan
setelah jatuh sakit berat badan berkurang, system nilai kepercayaan:
nilai-nilai yang bertentangan dengan keluhan tidak ada, aktivitas
agama/kepercayaan yang dilakukan adalah sholat 5 waktu, kondisi
lingkungan rumah: klien mengatakan rumahnya bersih, pencahayaan
baik, sinar matahari cukup, dan udara segar dengan ventilasi yang
baik.

34

Pola kebiasaan sehari-hari :


1) Pola nutrisi
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien makan 3x
sehari, nafsu makan baik, jenis makanan nasi, lauk pauk, sayur
dan buah, klien tidak memilih-milih makanan, juga tidak ada
alergi terhadap makanan. Berat badan 63 kg dan tinggi badan 165
cm.
Setelah masuk Rumah Sakit klien mengatakan bahwa kurang
nafsu makan, klien hanya menghabiskan makanan setengah porsi
makanan yang disajikan, berat badan 60 kg, tinggi badan 165 cm.
2) Pola eliminasi
a) Bak: klien mengatakan bahwa sebelum sakit frekuensi Bak
yaitu 4-5 x sehari, warna kuning pekat, dan tidak ada keluhan
saat bak. Sesudah sakit frekuensi Bak klien 3-4 x sehari warna
kuning pekat dan tidak ada keluhan saat bak.
b) Bab: klien mengatakan sebelum dan sesudah sakit tidak ada
keluhan saat Bab, dengan frekuensi 1x / hari.
3) Pola personal hygiene
Klien mengatakan sebelum sakit mandi 2x/ hari, menggunakan
sabun, menggosok gigi 3x/ hari, menggunakan pasta gigi setiap
hari dan sebelum tidur, cuci rambut 2x/ minggu dengan shampoo,
sesudah sakit klien mandi 1x / hari, dan cuci rambut 2x/ minggu
dengan shampoo, klien menggosok gigi 2x/ hari menggunakan
pasta gigi setiap pagi dan sebelum tidur.

35

4) Pola istirahat dan tidur


Klien mengatakan sebelum sakit tidak ada keluhan dalam tidur,
klien tidur kurang lebih 6-8 jam / hari ditambah tidur siang kurang
lebih 2 jam/ hari. Sesudah sakit klien mengatakan tidak ada
keluhan dalam tidur, klien tidur kurang lebih 8-9 jam / hari
ditambah tidur siang kurang lebih 3 jam/ hari.
5) Pola aktivitas/ latihan
Klien mengatakan sebelum sakit mengikuti olahraga bermain bola
selam 1x / minggu.setelah sakit klien mengatakan tidak mengikuti
kegiatan olahraga .
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi klien
Sebelum sakit Klien mengatakan tidak merokok dan tidak pernah
mengkonsumsi

minum-minuman

keras

dan

obat-obatan

psikotropika.setelah sakit klien mengatakan juga tidak pernah


merokok dan minum-minuman keras.

4. Pengkajian fisik
a.

Pemeriksaan fisik umum


Keadaan umum fisik klien yaitu berat badan klien sebelum sakit 63 kg,
dan sesudah sakit menjadi 60 kg dengan tinggi badan 165 cm. tekanan
darah klien 130/80 mmHg, nadi 80x/ mnit, S: 36 c, pernafasan:
20x/mnit. Keadaan umum klien ringan, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening.

36

b.

Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva normal / merah muda, kornea normal, sclera
ikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi
penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, tidak menggunakan
kacamata, lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.

c.

Sistem pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga normal, tidak ada cairan di
telinga, tidak ada rasa penuh di telinga, fungsi pendengaran baik, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.

d. Sistem wicara
Klien tidak mengalami kesulitan dalam berbicara.
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih, klien tidak sesak, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan, dengan frekuensi pernafasan 20x / mnit irama teratur, tidak
ada batuk, suara nafas normal.
f. Sistem kardiovaskuler
1.

Sirkulasi peripher
Nadi 80 x / mnit, irama teratur, tekanan darah 130/80 mmHg, tidak
ada distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri, temperatur
hangat, tidak ada edema.

2.

Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical

, irama teratur, kelainan bunyi jantung

tidak terdapat, sakit pada daerah dada tidak ada.

37

g. Sistem hematologi
Tidak pucat dan tidak ada perdarahan.
h. Sistem syaraf pusat
Tingkat kesadaran compos mentis, tidak mengalami peningkatan
tekanan intracranial, tidak mengalami kejang, pelo dan lainya. GCS: 15
: E: 4 M: 6 V: 5
i.

Sistem pencernaan
Keadaan mulut, gigi tidak caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak
ada stomatitis, lidah bersih, saliva normal, klien mengatakan mual,
kurang nafsu makan, nyeri daerah ulu hati, kebiasaan bab 1x/ hari, tidak
ada diare, warna feces kuning kecoklatan, dengan konsistensi setengah
padat, tidak ada konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.

j.

Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, tidak
ada polidipsi, poliphagi, maupun poliuri dan klien tidak menderita luka
ganggren.

k.

Sistem urogenital
Bak: 4-5x / hari, terkontrol, jumlah 1500 ml / 24 jam, warna kuning
pekat, tidak ada ketegangan pada kandung kemih, tidak ada keluhan
sakit pinggang.

l.

Sistem integument
Turgor kulit baik, temperature kulit 36 c, warna kulit kemerahan,
kedaan kulit baik, tidak ada luka, tidak ada kelainan kulit, kondisi
daerah pemasangan infuse baik, keadaan rambut baik.

38

m. Sistem muskuloskeletal
Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, klien tidak
mengalami sakit pada tulang, sendi dan kulit, tidak ada fraktur, keadaan
tonus otot baik, kekuatan otot

n.

5 5 5 5

5 5 5 5

5 5 5 5

5 5 55

Data tambahan
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya dan saat
perawat bertanya tentang pengertan hepatitis klien tidak dapat
menjawab.

5.

Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal 10 juni 2011
hemoglobin: 13,7 g/dl, (N : L = 13 16 g/dl) hematokrit: 39 % (N: L= 4048%), Leukosit: 6000 u/l (N: L = 5000 10000/ul), trombosit: 270.000 /ul
(N: 150.000-450.000 / ul), SGOT/AST: 71,6 (L: <48, P: <32), SGPT/ALT :
133,4 (L : <41, P : <31), protein total : 6,8 (6,0 8,7 mg/dl), hitung jenis
leukosit ; basofil : 1 (0,1%), Eosinofil : - (N : 1-3 %), Segmen : 77 (50 70
%), Limfosit : 15 (N : 20 40 %), Monosit : 8 (N: 2-3 %), laju endap darah :
47 (N : < 15 mm/jam), Albumin : 3,8 (N : 3,5 5,2 g/dl), Bilirubin total:
0,73 (<1,5 mg/dl). Bilirubin direk: 0,20 (N : < 0,5 mg/dl), Bilirubin indirek :
0,47 (N : <1,0 mg/dl), HbsAg : + (positif).

39

6.

Penatalaksanaan
Infuse asering 20 tetes / menit, lesichol 3x 300 mg (tab), enzyplex 3x 1 (tab),
hepa Q 3x1 (tab), sistenol 3x1 (tab), profilas 2x1 (tab), cendantron tiap kolf
4mg,

7. DATA FOKUS
Tanggal 13 juni 2011
Nama klien / umur

: Tn. H / 30 tahun

Ruang

: Mawar

Data Subyektif
Klien mengatakan nafsu makan berkurang, klien mengatakan mual, klien
mengatakan porsi makanan yang dihabiskan hanya setengah porsi, klien
mengatakan nyeri pada ulu hati, klien mengatakan tangan kanan terpasang
infuse asering 20 tetes per menit pada tanggal 10 juni 2011, klien mengatakan
tidak tahu tentang penyakitnya dan kurang mengerti mengenai penyebab
penyakitnya, klien mengatakan berat badan sebelum sakit 63 kg, berat badan
sesudah sakit 60 kg.
Data Obyektif:
Keadaan umum klien ringan, kesadaran compos mentis, klien terlihat
memegang perut sambil meringgis, klien terlihat menghabiskan makan
setengah porsi, klien terlihat terpasang IVFD asering 20 tetes per menit di
tangan kanan, tidak tampak tanda-tanda infeksi atau phlebitis pada daerah
pemasangan infus.

40

8. ANALISA DATA
No
1.

Data
Data Subyektif:
a. Klien mengatakan
mual
b. Klien mengatakan
nafsu makan

Masalah
Resiko

Etiologi

terjadinya

Anoreksia

gangguan
pemenuhan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan tubuh

berkurang

Data Obyektif:
a. Klien makan
tampak habis
porsi
b. BB sebelum sakit :
63 kg
BB setelah sakit : 60
kg
c. Hasil Lab : Hb :
14 gr/dL

Data subyektif:
a. Klien mengatakan
nyeri di bagian
ulu hati

Ganggguan
nyaman
(akut)

rasa
:

nyeri

Distensi
epigastrium

41

Data Obyektif:
a. Klien tampak
meringgis sambil
memegang perut
b. Skala nyeri : 5
c. Klien
meringis

tampak
kesakitan

dan

sambil

memegang perutnya
sebelah kiri bagian
bawah

Data Subyektif:
a. Klien mengatakan

Resiko
infeksi

terjadinya

Masuknya
mikro

tangan kiri

organisme

terpasang IVFD

melalui

sejak tanggal 10

insersi

juni 2011 dan

pemasangan

jenis cairan

infus

asering tetesan 20
TPM

42

Data Obyektif:
a. Klien terlihat
terpasang IVFD
asering 20 TPM ,
tidak terdapat
tanda infeksi /
plebitis, pada
daerah
pemasangan infus
4

Data Subyektif:
a. Klien mengatakan
kurang mengerti
mengenai
penyakitnya
Data obyektif:
a. Klien terlihat
binggung saat
ditanya oleh
perawat tentang
penyakitnya.

Kurang pengetahuan

Kurangnya

tentang penyakitnya

informasi

43

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia.
Tanggal ditemukan

: 13 juni 2011

Tanggal teratasi

: masalah teratasi sebagian

Nama perawat

: Pravita

2. Nyeri akut berhubungan dengan Distensi epigastrium


Tanggal ditemukan

: 13 juni 2011

Tanggal teratasi

: masalah teratasi sebagian

Nama perawat

: Pravita

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan Masuknya mikro


organisme pathogen melalui insersi pemasangan infus
Tanggal ditemukan

: 13 juni 2011

Tanggal teratasi

:14 juni 2011

Nama perawat

: Pravita

4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan Kurang


informasi
Tanggal ditemukan

: 13 juni 2011

Tanggal teratasi

: 14 juni 2011

Nama Perawat

: Pravita

44

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia ditandai dengan :
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mual
b. Klien mengatakan nafsu makan menurun
Data objektif :
a. Klien tampak makan habis porsi
b. BB sebelum sakit : 63 kg
c. BB setelah sakit : 60 kg
d. Hasil Lab : Hb : 14 gr/dL

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan bertambah
b. Mual dan muntah berkurang
c. Makan habis 1 porsi
d. Berat badan bertambah secara bertahap
Rencana tindakan :
a. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya.

45

b. Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering


Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat
c. Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan asam
lambung
Rasional : mengurangi pemberian asam lambung yang dapat menyebabkan
mual dan muntah.
d. Tanyakan pada klien tentang makanan yang disukai atau tidak disukai.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetic dan antibiotic
Rasional : menghilangkan mual.
f. Kolaborasi dengan dokter ahli gizi
Menentukan diit makanan yang tepat.

Pelaksanaan :
Tanggal 13 Juni 2011
Pukul 08.00 mengkaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan, hasil klien
mengatakan nafsu makan menurun karena adanya peningkatan asam lambung;
pukul 09.30 menanyakan makanan yang disukai dan tidak disukai oleh klien,
hasil klien mengatakan suka makanan apa saja; pukul 11.30 memberikan makan
siang (dilakukan oleh tim), hasil klien makan habis porsi; memberikan obat
klien, syrup impepsa 15 ml diberikan dan diminum. Pukul 18.00 memberikan
obat antasid (dilakukan oleh tim), hasil panso diberikan 40 gr; pukul 19.00
memberikan makan malam (dilakukan oleh tim), hasil klien makan habis
porsi; pukul 19.30 memberikan obat kien (dilakukan oleh tim), hasil syrup
impepsa 15 ml diberikan dan diminum; hasil klien puasa sejak pukul 22.00;

46

pukul 22.30-05.00 klien istirahat dengan tenang; pukul 08.00 memberikan


makan, hasil klien makan habis 1 porsi dan klien tidak tampak mual saat makan.

Tanggal 14 Juni 2011


Pukul 08.30 memberikan obat antacid, hasil panso 40 gr diberikan lewat IV, hasil
klien merasa sedikit nyaman setelah diberikan obat; pukul 10.00 memberikan
makan, hasil klien makan habis 1 porsi dan klien tidak tampak mual saat makan.
Pukul 18.00 memberikan makan (dilakukan oleh tim), hasil klien makan habis 1
porsi, pukul 18.30 memberikan obat klien (dilakukan oleh tim), hasil syrup
impepsa 15 ml diberikan dan diminum oleh klien, sedangkan injeksi panso 40 gr
dihentikan; pukul 21.00-05.30 klien istirahat dengan tenang; pukul 06.00
memberikan makan klien (dilakukan oleh tim), hasil klien makan habis 1 porsi.

Evaluasi :
Tanggal 14 Juni 2011, pukul 08.00
S : Klien mengatakan nafsu makan menurun karena peningkatan asam lambung
O : Klien makan habis porsi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
a. Kaji factor penyebab klien tidak nafsu makan,
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik atau antasid, dan
c. Kolaborasi dengan dokter ahli gizi

47

Tanggal 15 Juni 2011, pukul 08.00


S : Klien mengatakan nafsu makan sudah membaik karena sudah diberikan obat
untuk mual
O : Klien tampak menghabiskan makanannya 1 porsi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan distensi


abdomen ditandai dengan :
Data subjektif :
a. Klien mengatakan nyeri pada ulu hati sebelah kanan bagian atas
Data objektif :
a. Klien tampak meringis kesakitan dan sambil memegang perutnya
b. Skala nyeri : 5
c. Klien tampak gelisah
d. Klien tampak mencari posisi yang nyaman saat nyeri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


masalah gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Rasa nyeri berkurang
b. Keadaan klien tampak rileks
c. Skala nyeri : 0

48

d. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR : 16-20
x/mnt, S : 36-37 oC)
Rencana tindakan :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri
Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan untuk
memilih intervensi.
b. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
c. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : menurunkan rasa nyeri.
d. Ajarkan teknik manajemen nyeri
Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi
rasa nyeri
e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri sedang sampai berat.

Pelaksanaan :
Tanggal 13 Juni 2011
Pukul 08.00 mengobservasi TTV, hasil : TD 120/80 mmHg, Nadi 80 x/mnt, RR
20 x/mnt, Suhu 36 oC; pukul 11.00 mengkaji skala nyeri, hasil skala nyeri 5 dan
hilang timbul; pukul 13.00 memberikan posisi yang nyaman, hasil posisi kepala
klien 15o dengan posisi tubuh sim, mengajarkan teknik relaksasi dengan tarik
nafas dalam, hasil klien istirahat dengan tenang; pukul 13.30 memberikan obat
klien spasmium 1 tablet, hasil obat diminum oleh klien; pukul 15.00 mengkaji

49

skala nyeri (dilakukan oleh tim) dengan hasil klien mengatakan nyeri pada ulu
hati dan klien tampak sakit sedang; pukul 16.00 mengkaji TTV (dilakukan oleh
tim) dengan hasil TD : 120/80 mmHg, Nadi 84 x/mnt, Suhu 36 oC; pukul 18.00
memberikan obat klien (dilakukan oleh tim), hasil obat spasmium 1 tablet
diberikan dan diminum oleh klien; pukul 21.00 mengkaji skala nyeri (dilakukan
oleh tim) dengan hasil klien mengatakan nyeri pada perutnya, klien tampak
meringis dengan skala nyeri 6; pukul 22.00-05.00 klien istirahat, hasil klien
istirahat dengan tenang; pukul 05.30 mengkaji TTV (dilakukan oleh tim) klien
dengan hasil TD 120/80 mmHg, Nadi 80 x/mnt, suhu 36 oC; pukul 06.00-08.00
klien istirahat.

Tanggal 14 Juni 2011


Pukul 08.00, mengkaji TTV (dilakukan oleh tim) dengan hasil TD : 120/80
mmHg, Nadi 84 x/mnt, Suhu 36 oC; Pukul 10.00 mengkaji skala nyeri klien
dengan hasil klien mengatakan nyeri menurun dengan skala nyeri 2; pukul 12.00
memberikan obat klien, hasil spasmium 1 tablet diberikan, hasil klien minum
obatnya; pukul 15.00 mengkaji skala nyeri (dilakukan oleh tim) dengan hasil
klien mengatakan nyeri pada ulu hati dengan skala nyeri 4; pukul 18.00
memberikan obat klien (dilakukan oleh tim), spasmium 1 tablet diberikan, hasil
klien minum obatnya; pukul 19.00 mengkaji TTV klien (dilakukan oleh tim)
dengan hasil TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/mnt, suhu 36,3 oC; pukul 20.00-05.00
klien istirahat dengan tenang; pukul 05.30 mengkaji TTV klien dengan hasil TD
120/80 mmHg, nadi 80 x/mnt, suhu 36 oC; 06.00 memberikan obat klien

50

(dilakukan oleh tim), hasil spasmium 1 tablet diberikan; pukul 06.00-09.00 klien
istirahat.

Tanggal 15 Juni 2011


Pukul 09.00 mengkaji skala nyeri dengan hasil klien mengatakan nyeri sudah
menurun dan klien mengatakan nyeri sudah jarang muncul; pukul 12.00
memberikan obat klien, hasil spasmium 1 tablet diberikan dan diminum dan obat
dihentikan; Pukul 15.00 mengkaji skala nyeri (dilakukan oleh tim) dengan hasil
klien mengatakan nyeri sudah tidak ada; pukul 19.00 mengkaji TTV klien
(dilakukan oleh tim) dengan hasil TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/mnt, suhu 36 oC;
pukul 20.00-05.30 klien istirahat dengan tenang

Evaluasi :
Tanggal 14 Juni 2011, pukul 08.00
S : Klien mengatakan nyeri pada perutnya sebelah kiri dan Klien mengatakan
nyeri hilang timbul
O : Klien tampak meringis kesakitan dan skala nyeri : 6, hasil TTV : TD 110/70
mmHg, Nadi 80 x/mnt, suhu 36 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri
b. Observasi TTV, dan
c. kolaborasi dalam pemberian antacid

51

Tanggal 15 Juni 2011, pukul 08.00


S : Klien mengatakan nyeri padaulu hati sebelah kanan atas.
O : Klien terlihat sakit sedang, skala nyeri : 4, hasil TTV : TD 100/70 mmHg,
nadi 80 x/mnt, suhu 36 oC
A : Tujuan tercapai sebagian, Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri,
b. Observasi TTV, dan
c. Kolaborasi dalam pemberian antasid

Tanggal 16 Juni 2011, pukul 08.00


S : Klien mengatakan nyeri sudah jarang muncul
O : Skala nyeri 0, hasil TTV : TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/mnt, suhu 36,3 oC
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan Masuknya mikro organisme


pathogen melalui insersi pemasangan infuse.
Data Subyektif

: Klien mengatakan tangan kiri terpasang IVFD sejak


tanggal 10 juni 2011 dan jenis cairan asering tetesan 20
TPM

Data Obyektif

: Klien terlihat terpasang IVFD asering 20 TPM, tidak


terdapat tanda-tanda infeksi/phlebitis pada daerah
pemasangan infus.

52

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


Infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil

: Menunjukan tehnik, melakukan perubahan pola hidup


Untuk menghindari infeksi / trnasmisi ke orang lain.

Rencana Keperawatan

a.

Lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasan

b.

Awasi/btasi pengunjang sesuai indikasi

c.

Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat

d.

Berikan informasi tentang adanya gama globulin, ISG, HBIG, vaksin


hepatitis Amelalui Depertemen Kesehatan atau Dokter keluarga.

Pelaskanaan :
Tanggal 13 Juni 2011
Pukul 10.30 WIB mengobservasi tanda-tanda infeksi, Hasil : tidak ada
phlebitis dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Melakukan perawatan infuse
1x24 jam dengan tehnik aspetik antiseptik.
Evaluasi

:-

: Tidak ada tanda-tanda terdapat infeksi

: Masalah teratasi

: Intervensi dihentikan

53

4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya


informasi.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
Data objektif :
a. Klien tampak memikirkan penyakitnya
b. Klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit diharapkan


klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
a. Klien mengerti tentang penyakitnya
b. Pengetahuan klien bertambah
Rencana Tindakan :
a. Beri penkes tentang penyakitnya
Rasional : membantu individu dan keluarga untuk menggunakan gaya hidup
yang baik.
b. Berikan kesempatan pada klien untuk menanyakan hal yang ingin diketahui
berhubungan dengan penyakit yang dideritanya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat mengontrol
masalah kesehatan.
c. Berikan kesempatan pada klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
diberikan perawat
Rasional : mengidentifikasi keberhasilan penkes.

54

d. Lakukan evaluasi
Rasional : melihat apakah penkes berhasil atau tidak.

Pelaksanaan :
Tanggal 13 Juni 2011
Pukul 10.30 mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, hasil klien masih
terlihat bingung tentang penyakitnya; Pukul 11.00 memberikan penkes tentang
penyakitnya, hasil klien mengerti tentang penyakitnya; memberikan kesempatan
pada klien untuk bertanya, hasil klien menanyakan penyebab penyakitnya;
memberikan kesempatan pada klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
telah diberikan, hasil klien mengatakan pengertian gastritis, penyebab gastritis,
dan pencegahan gastritis; Pukul 11.30 melakukan evaluasi, hasil klien tampak
tidak bingung lagi dan klien mampu menyebutkan kembali penjelasan yang telah
diberikan.

Evaluasi :
Tanggal 13 Juni 2011, pukul 12.00
S : Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya
O : Klien mampu menyebutkan kembali penjelasan yang telah diberikan
A : Masalah teratasi
P : Intervesi dihentikan

55

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis ingin membahas kesenjangan antara asuhan


keperawatan secara teoritis dengan asuhan keperawatan pada klien Tn. H
dengan diagnose medis hepatitis A di ruang Mawar Rumah Sakit Hospital
Puri Cinere, Depok. Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 juni 2011. Pada
bab ini juga dikemukakan tentang factor pendukung, factor penghambat serta
solusi pemecahan masalah.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan tanggal 13 juni 2011 dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil
pengkajian yang didapatkan, penulis menemukan kesenjangan antara teori
dan kasusTn. H yaitu data yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada
Tn. H yaitu pada manifestasi klinik tidak ditemukan adanya nyeri pada
otot, dan sakit kepala. Hal ini disebabkan karena pada obat analgetik
(parasetamol) yang tujuanya untuk menghilangkan rasa nyeri klien.
Kemudian juga tidak ditemukan adanya ikterik, urin menjadi lebih coklat,
tinja berwarna kelabu atau kuning muda, atralgia, arthritis, urtikaria, ruam
kulit, hati membesar, dan nyeri tekan. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan kadar bilirubin, namun kadar bilirubin pada Tn. H tidak
mengalami peningkatan (bilirubin: 0,73 ; N: < 1,5 mg/dl)sedangkan data
yang ditemukan pada Tn. H tetapi tidak terdapat pada teori yaitu adanya

56

penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, terjadi karena intake


makanan tidak adekuat berkaitan dengan adanya mual, dan kurang
pengetahuan klien mengenai penyakit yang diderita disebabkan oleh
kurang informasi.
Pada pemeriksaan penunjang pada Tn H hanya dilakukan pemeriksaan
SGOT / SGPT yang menunjukkan peningkatan, darah lengkap, feses,
albumin serum, HbsAg dengan hasil positif (+) dan bilirubinserum.
Sedangkan data lain yang terdapat dalam pemeriksaan penunjang pada
teoritis yang tidak terdapat pada kasus tidak dilakukan karena tidak dari
pemeriksaan HbsAg telah ditemukan adanya virus hepatitis yang hasilnya
adalah positif, yang menunujukkan adanya virus hepatitis B. sehingga dari
pemeriksaan tersebut sudah menunjang klien Tn H
Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada kasus Tn H sudah sesuai
dengan teoritis, hanya saja dalam penatalaksanaan terapi obat-obatan
tradisional tidak dilakukan oleh penulis karena adanya keterbatasan
waktu, namun demikian penulis tetap memberikan penyuluhan tentang
obat-obatan tradisional pada klien sebagai informasi untuk menambah
pengetahuan klien. Pada terapi obat modern, vitamin K tidak diberikan
pada klien karena klien tidak mengalami pendarahan.
Faktor pendukung yang penulis rasakan adalah adanya kerja sama yang
baik antara penulis, klien dan keluarga serta perawata ruangan maupun
tenaga kesehatan lainnya. Faktor penghambat yang penulis temukan
adalah keterbatasan penulis mengenai kurangnya pengetahuan dan
pemahaman konsep hepatitis. Alternatife pemecahan masalah yang

57

dilakukan dengan membaca banyak referensi serta berkonsultasi pada


teman, perawata ruangan dan pembimbing institusi.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut teori Marylin E Doengoes, ada tujuh diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada hepatitis, namun penulis hanya menemukan 4 diagnosa
yang terdapat pada klien. Adapun diagnosa keperawatan yang ada pada
teori tetapi tidak terdapat pada Tn H yaitu resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
dikarenakan pada klien tidak terdapat output yang berlebih (klien tidak
mengalami diare, perdarahan dan tidak ditemukan adanya asites), harga
diri ; rendah situasional berhubungan dengan perasaan negatif terhadap
tubuh, dikarenakan klien cukup percaya diri dan klien mampu
mengidentifikasi perasaaan dan metode untuk koping terhadap persepsi
diri negatif. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, diagnosa ini tidak ditemukan
dikarenakan pada klien tidak ditemukan data-data yang dapat menunjang
dan mengarah pada diagnosa tersebut, resiko tinggi terhadap integritas
kulit atau jaringan berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan. Tidak ditemukan pada kasus disebabkan karena pada klien tidak
didapati adanya kadar bilirubin (kadar bilirubin pada klien : 0.73 N : <1.5
mg/dl ).

58

Faktor pendukung adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan
klien, perawat ruangan, serta tenaga kesehatan lainnya dalam membantu
mendapatkan yang mempermudah dalam membuat diagnosa keperawatan.
Disamping itu, banyaknya referensi yang berhubungan dengan hepatitis.
Factor penghambat yaitu kurang aktualnya data-data penunjang seperti
hasil labratorium yang tidak dilakukan pemeriksaan ulang dan kurang
efisiensinya penulis pada saat mengelompokkan data yang ada pada klien
dalam menegakkan diagnose keperawatan, hal ini disebabkan karena
adanya keterbatasan kemampuan dari penulis sendiri. Alternative dengan
mencari data-data

yang menunjang dalam penegakkan diagnose

keperawatan dan membaca banyak referensi serta berkonsultasi pada


teman, perawat ruangan dan pembimbing institusi.

C. Perencanaan keperawatan
Dalam pembuatan rencana tindakan keperawatan penulis membuat
rencana asuhan keperawatan disesuaikan dengan yang ada pada teori
berdasarkan kondisi klien/kebutuhan utama klien. Adapun prioritas
masalah pada Tn. H dibuat menurut kebutuhan dasar Hirarki Maslow.
Setelah

prioritas

masalah

ditetapkan

maka

selanjutnya

adalah

merumuskan tujuan. Rasionalisasi penetapan tujuan dan criteria hasil


yang penulis tetapkan adalah tujuan sesuai dengan teori SMART. Dengan
teori tersebut diharapkan hasil yang diinginkan tercapai, dan juga
tindakan yang akan dilakukan tidak menyimpang dari masalah
keperawatan yang ada, sehingga tindakan menjadi efektif, efisien dan

59

langsung tertuju pada pemecahan masalah. Langkah terakhir dalam tahap


perencanaan adalah menentukan rencana tindakan.
Diagnosa 1 : gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi
abdomen.
Diagnosa keperawatan ini, penulis tetapkan pada prioritas pertama karena
pada klien mengeluh nyeri pada perut sebelah kiri bagian bawah dengan
skala nyeri 3 apabila tidak ditangani terlebih dahulu skala nyeri akan
bertambah. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan nyeri hilang dengan rencana tindakan yang akan dilakukan
yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, berikan posisi yang
nyaman, ajarkan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam dan kolaborasi
dalam pemberian analgetik.
Diagnosa 2 : resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Diagnosa keperawatan ini, penulis tempatkan pada prioritas kedua karena
pada klien mengalami masalah pencernaan seperti mual dan nafsu makan
yang menurun, apabila tidak ditangani intake klien berkurang. Tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi
klien terpenuhi. Kriteria hasil yang diharapkan mual tidak ada dan nafsu
makan membaik dengan makan habis 1 porsi. Rencana tindakan yang
dilakukan yaitu beri makanan lunak, beri makan sedikit tapi sering, hindari
makanan yang dapat merangsang lambung, dan kolaborasi dalam pemberian
obat antasid.

60

D. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
keadaan klien dan rencana keperawatan yang telah disusun. Semua tindakan
di dokumentasikan

dalam catatan keperawatan dan dalam tindakan

keperawatan dapat dilakukan semua pada Tn. H meskipun adanya beberapa


hambatan. Namun semua itu dapat diatasi dikarenakan klien sangat
kooperatif dan perawat ruangan yang berpartisipasi dalam memberikan
informasi tentang tindakan keperawatan pada klien serta pembimbing
institusi yang selalu memberikan masukan yang sangat berarti bagi penulis.

Tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah


disusun. Namun ada beberapa perbedaan dalam penulisan kata seperti kata
beri diubah menjadi anjurkan , hal ini dikarenakan klien masih dapat
melakukan aktivitas tanpa bantuan. Jadi peran perawat disini hanya sebatas
menganjurkan.
Faktor pendukung yang dirasakan penulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yaitu adanya kerjasama yang baik antara klien, keluarga,
perawat ruangan serta tenaga kesehatan lainya. Sedangkan faktor
penghambat yang dirasakan penulis yaitu perencanaan yang telah disusun
oleh penulis yang sudah sesuai dengan konsep teoritis tersebut pada
kenyataanya tidak dapat dilakukan karena adanya permintaan dari klien
untuk pulang secara paksa dan permintaan tersebut diizinkan oleh dokter
yang bertugas pada hari itu. Sehingga adanya keterbatasan waktu dalam
setiap pelaksanakan tindakan keperawatan, yang hanya dapat penulis lakukan

61

dalam waktu 2 x 24 jam. Sedangkan waktu yang efisien dalam pencapaian


tujuan pada tinjauan kasus 3 x 24 jam. Alternatif pemecahan masalah yang
penulis lakukan yaitu dengan cara mengkonsultasikanya kepada pembimbing
institusi.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana pada
evauasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan perawatan dapat tercapai.
Bentuk evaluasi terbagi dua, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah yang dilakukan pada setiap akhir melakukan tindakan
keperawatan sedangkan evaluasi hasil akan memberikan arah apakah rencana
tindakan dihentikan, dimodifikasi atau dilanjutkan. Evaluasi hasil ini dicatat
dan dapat dilihat pada catatan perkembangan yang meliputi aspek subjektif,
objektif, analisa dan planning.
Asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.H yaitu ada 4 diagnosa
keperawatan. Diantaranya ada 2 diagnosa yang tujuanya teratasi, 1 tujuannya
teratasi sebagian, 1 diagnosa yang tujuanya belum teratasi. Diagnosa yang
tujuanya teratasi yaitu Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
Masuknya mikro organisme pathogen melalui insersi pemasangan infus,
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi, ini teratasi karena klien yang kooperatif dalam bertanya mengenai
penyakitnya dan selama asuhan keperawatan dalam waktu 2

x24

jam

tersebut penulis selalu mencoba berusaha untuk menjelaskan kepada klien


tentang penyakit yang dideritanya. Sehingga setelah penulis memberikan

62

penyuluhan kepada klien yang hanya dalam waktu 20 menit sebelum klien
pulang ke rumah, klien langsung dapat mengerti penjelasan yang
disampaikan penulis dibuktikan dengan: klien mengatakan sudah mengerti
tentang penyakitnya. Dibuktikan dengan: klien menjelaskan pengertian
penyakit hepatitis (hepatitis itu peradangan yang terjadi pada hati yang
disebabkan oleh virus), klien dapat menjelaskan penyakit hepatitis (penyebab
hepatitis adalah virus).
Faktor pendukung dalam semua tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan sehingga mempermudah dalam mengevaluasi eberhasilan tujuan
tersbut. Adapun faktor penghambat yang ditemukan adalah adanya
keterbatasan waktu dikarenakan adanya permintaan dari klien untuk pulang
secara paksa dan permintaan dari klien untuk pulang secara paksa dan
permintaan dari klien untuk pulang secara paksa dan permintaan tersebut
diizinkan oleh dokter yang bertugas pada hari itu. Sehingga solusi yang
penulis lakukan adalah dengan memberikan penyuluhan kepada klien yang
dimaksudkan untuk memberi tambahan pengetahuan mengenai perawatan
pada penderita hepatitis.

63

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menguraikan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. H
dengan hepatitis di ruang Mawar Rumah sakit Hospital Cinere sejak tanggal
13 juni 2011, penulis telah memberikan gambaran secara nyata dalam
merawat pasien dengan hepatitis, serta memecahkan masalah yang timbul
dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi. Maka pada kesempatan ini penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
Pada saat pengkajian yaitu tahap pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik data yang didapat serta tanda dan
gejala yang ditemukan yaitu mual, nafsu makan berkurang, nyeri pada ulu
hati, berat badan menurun, klien mengatakan kurang mengerti tentang
penyakitnya. Pemeriksaan darah dengan hasil : hemoglobin: 16,7 g/dl,
hematokrit: 51 %, Leukosit: 6000 u/l, trombosit: 270.000 /ul.
Dari hasil pengkajian didapat masalah keperawatan yang muncul pada klien
dengan hepatitis sebagian besar sesuai dengan teori. Yang merupakan
prioritas utama masalah keperawatan pada klien tersebut adalah nyeri akut
berhubungan dengan distensi abdomen. Dan diagnosa lainya yang ditemukan
adalah resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
resiko terjadinya infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakitnya.

64

Pada tahap rencana tindakan keperawatan disusun berdasarkan SMART, yang


bertujuan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada klien dimana dalam
penyusunanya penulis melibatkan perawat ruangan dan klien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sangat dibutuhkan kerja sama yang
baik dengan perawat ruangan, tim kesehatan lain, klien dan keluarga klien,
agar rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dapat dilaksanakan
secara berkesinambungan sesuai dengan perencanaan dan sesuai dengan
tujuan pada asuhan keperawatan yang diberikan pada klien.
B. Saran
Guna mencapai keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan hepatitis di masa yang akan datang saran dari penulis adalah;
Bagi mahasiswa D III keperawatan khususnya Akper UPN Veteran Jakrta,
agar lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.

65

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Linda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylinn E,( 2002). Rencana Asuhan Kepearawatan Medikal Bedah.


Volume 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.

Syamsuhidayat, R. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Tucker, Susan Martin, dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

66

Anda mungkin juga menyukai