Artikel ini ditulis tanggal 28 Januari 2007 manakala banyak pesawat mengalami kecelakaan
fatal di Indonesia
Sistim Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara
Sehubungan dengan berbagai musibah transportasi, khususnya kecelakaan pesawat udara
komersial pada awal tahun 2007 telah menjadi pembicaraan hangat di segala lapisan masyarakat
di Indonesia, bahkan menjadi salah satu pusat perhatian dan keprihatinan Presiden Republik
Indonesia.
Berbagai berita yang berkembang dalam media cetak dan elektronik menunjukkan gejala yang
mengkhawatirkan sebagai akibat kesimpang-siuran arus informasi yang bersifat spekulatif, hal
mana dapat meresahkan masyarakat serta menghambat upaya perbaikan dalam mencari solusi
sistim transportasi publik, khususnya angkutan udara.
Pada dasarnya, sesuai statistic industri transportasi mencatat bahwa transportasi udara adalah
moda transportasi yang paling aman sampai saat ini. Hal mana diatur secara ketat secara
internasional sebagaimana disebut dalam International Civil Aviation Organization (ICAO)
Annex 1 s/d Annex 18 yang secara universal pula diatur oleh setiap negara, yang dalam hal di
Indonesia diatur melalui Civil Aviation Safety Regulations (CASR) Part 1 s/d 830 belum
termasuk berbagai Circular (Edaran).
Keselamatan dan keamanan menjadi persyaratan utama dalam industri transportasi udara yang
harus ditaati dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh setiap maskapai. Namun, persyaratan
keselamatan dan keamanan penerbangan dalam sebuah maskapai juga berkaitan sangat erat
dengan sistim keselamatan dan keamanan di pihak otorita penerbangan sipil, bandar udara,
pengatur lalu-lintas udara, ground handling, bengkel perawatan pesawat, badan meteorologi, dan
menyangkut pemahaman masyarakat yang dalam hal ini diwakili para pengguna jasa transportasi
udara. Sehingga sistim keselamatan dan keamanan industri penerbangan menjadi sangat unik,
karena sangat tergantung dengan budaya keselamatan dan keamanan sebuah bangsa secara
keseluruhan.
Salah satu elemen keselamatan yang tidak diatur secara langsung adalah persyaratan keselamatan
dan keamanan bagi para pengguna jasa penerbangan. Ketentuan ini mengenai ini, biasanya
diberlakukan oleh otorita penerbangan sipil melalui masing-masing maskapai atau bandar udara.
Contoh mengenai ketentuan ini misalnya; penggunaan hand phone di dalam pesawat terbang,
pembatasan berat dan ukuran bagasi kabin, ketentuan barang berbahaya, dst.
Dengan demikian, sesungguhnya sistim keselamatan dan keamanan penerbangan telah disusun
secara rinci dan sedemikian menyeluruh. Ketaatan dalam melaksanakan sistim keselamatan dan
keamanan penerbangan secara sungguh-sungguh, bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah atau operator penerbangan semata, namun menuntut tanggung jawab bersama
seluruh unsur terkait, termasuk pengguna jasa penerbangan itu sendiri.
Sebuah pesawat terbang diproduksi dengan sangat aman yang dilengkapi berbagai mekanisme
sistim peralatan dan cadangan yang berlapis-lapis serta dioperasikan melalui prosedur kerja yang
sangat rinci demi menghindari terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, sebuah kecelakaan
pesawat terbang sipil selalu melibatkan berbagai macam penyebab yang kait mengkait atau tidak
ada factor tunggal sebagai penyebab kecelakaan.
Memahami rekonstruksi kecelakaan pesawat terbang dapat dibagi dari berbagai factor penyebab:
1. Last Defense Failure: merupakan metode kerja atau sistim peralatan yang telah disusun
demikian rupa guna mencegah terjadinya kecelakaan pesawat.
2. Front Line Failures: Melalui pelatihan yang berkesinambungan maka diharapkan
mereka mampu mengendalikan peralatan kerja (pesawat) dalam situasi rutin atau kondisi
darurat secara handal. Kelalaian menjalankan tugas secara baik dan benar dapat
dimasukkan pada kategori ini. Hal yang sama berlaku untuk para petugas lapangan yang
lain, misalnya: awak kabin, petugas lalu-lintas udara, petugas check-in counter, petugas
muatan, petugas pemberangkatan pesawat, dsb.
3. Predetermine Contributing Factors: Situasi atau kondisi yang kurang menguntungkan
dalam rangka pengoperasian pesawat terbang secara aman. Misalnya; prosedur yang
kurang lengkap, cuaca buruk, informasi cuaca yang kurang akurat, fasilitas bandara,
kerusakan salah satu sistim atau peralatan pesawat terbang, mengantuk, tekanan mental,
masalah rumah tangga, kurang pengalaman, dsb.
4. Supervisory Failures: kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh manajemen atau
para atasan langsung. Hal mana berlaku pula untuk para atasan pada setiap elemen sistim
keselamatan dan keamanan penerbangan. Misalnya; lemahnya fungsi control,
memberikan perintah yang melanggar ketentuan penerbangan, pelatihan yang kurang
memenuhi persyaratan, kurang kompeten pada bidang kerjanya, dsb.
5. Top Management Failures: kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh top
management atau para atasan tertinggi dalam tiap elemen sistim keselamatan dan
keamanan penerbangan dalam menentukan kebijakan tertinggi. Jika menyangkut otorita
penerbangan sipil maka dapat dikelompokkan dari para Kepala Bidang, Direktorat,
Direktur Jenderal, Menteri bahkan Presiden. Jika elemen maskapai maka termasuk CEO,
Direktur, Kepala Dinas, dst. Pengelompokan Top Management sangat tergantung dari
karakteristik organisasi masing-masing. Kelalaian yang umumnya terjadi adalah ketidak
sesuaian pada; Alokasi anggaran kerja, kebijakan awal, pemotongan biaya perawatan,
pemotongan biaya pelatihan, atau bahkan rendahnya komitmen terhadap aspek
keselamatan dan keamanan secara umum sebagai kurangnya pengetahuan atau wujud
kekurang pedulian, dsb.
Melalui penjelasan di atas, maka kecelakaan sebuah pesawat selalu melibatkan berbagai tindak
kelalaian atau kerusakan yang ditambah dengan factor penunjang tertentu dan bersamaan itu
pertahaan terakhir gagal dilaksanakan atau dioperasikan.
Sebagaimana diatur dalam ICAO Annex 13 tentang Aircraft Accident Investigation, maka tujuan
utama dari proses investigasi kecelakaan pesawat semata-mata hanya dutujukan untuk
memahami penyebab kecelakaan sehingga dapat dipergunakan untuk menyusun langkah-langkah
perbaikan dalam rangka menghindari kejadian serupa terulang atau mengurangi dampak secara
maksimal bila kejadian serupa terulang. Hasil investigasi kecelakaan pesawat terbang tidak boleh
dipergunakan sebagai dasar hukuman atau tuntutan hukum.
Sehingga mencari penyebab kecelakaan pesawat terbang tidak dapat disederhanakan dengan
hanya mencari human error sebagaimana sering disebut-sebut. Dalam industri penerbangan,
human error diartikan sebagai kelalaian manusia (bukan kesalahan) mengingat tidak ada
kecelakaan pesawat terbang yang terjadi sebagai akibat unsur kesengajaan. Tingkat kelalaian
yang paling sederhana adalah lupa (lapse), lalu salah tindak (slip), selanjutnya kesalahan atau
kekeliruan baik pemahaman atau tindakan (mistake) dan pelanggaran (violation). Tiga kelalaian
pertama biasanya tidak dilandasi oleh factor kesengajaan, sedangkan pelanggaran lebih
cenderung dilandasi oleh factor kesengajaan. Oleh karena itu, membicarakan human error dalam
kaitan kecelakaan pesawat seyogyanya ditinjau secara menyeluruh dari human error setiap
elemen atau factor pemicu kecelakaan pada setiap tingkatan, dan bukan semata-mata
mengkonotasikan dengan pilot error atau mechanic error dst.
Selanjutnya, semua ketentuan penerbangan disusun berdasarkan pemikiran positip dimana
ketentuan-ketentuan tersebut disusun tanpa mempertimbangkan akan adanya niat untuk
dilanggar. Hal mana sangat berbeda dengan ketentuan hukum yang biasa dikenal (hukum pidana
atau perdata) yang cenderung disusun untuk tujuan menghukum dengan tujuan untuk
mendapatkan efek jera. Apalagi jika menilik lebih dalam pengertian error dalam dunia
penerbangan, sangat berbeda dengan error dalam bidang hukum. Kelalaian dalam bidang
hukum dipandang sebagai tindak pelanggaran mengingat pelanggaran hukum senantiasa diawali
dengan sebuah motif atau niat, sedangkan lalai dalam pengertian penerbangan, cenderung
dipandang sebagai diluar kesengajaan.
Sebagai akibat perbedaan pengertian ini, maka justru tidak akan meyelesaikan persoalan jika
pelaku atau saksi kecelakaan pesawat dihukum, apalagi dipandang sebagai tindak kriminal.
Sebagaimana diatur dalam ICAO Annex 13 tersebut, hanya ada beberapa Negara di dunia yang
menerapkan hukuman kriminal terhadap pelaku tindak kecelakaan pesawat terbang, misalnya
negara Jepang (itupun sepengetahuan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa cq ICAO) sehingga
untuk itu, kepolisian Negara tersebut dibekali pemahaman yang memadai tentang seluk beluk
industri penerbangan. Kesimpulannya, melakukan penuntutan hukum kepada para pelaku
kecelakaan pesawat terbang hanya akan menyelesaikan persoalan yang tampak di permukaan
saja, padahal justru yang diharapkan adalah terjadinya perubahan secara sistimatis dan
menyeluruh terhadap sistim keselamatan dan keamanan penerbangan dengan harapan kejadian
serupa tidak terulang dikemudian hari.
Terlepas berbagai kesangsian yang berkembang, maka sesuai ICAO Annex 13 tersebut, satusatunya badan yang berwenang menyelidiki kecelakaan transportasi umum, termasuk pesawat
terbang komersial di Indonesia adalah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT),
sehingga memang terasa ganjil jika kita mendengar ada pelaku kecelakaan pesawat terbang di
periksa dan di penjara oleh pihak berwajib, barangkali hanya terjadi di Indonesia tanpa
sepengetahuan PBB.
Sedangkan satu-satunya badan yang berwenang untuk melakukan pencarian dan penyelamatan
korban kecelakaan transportasi umum di Indonesia adalah Badan Search and Rescue Nasional
(Basarnas) dengan dibantu berbagai unsur instansi atau kemasyarakatan yang ada.
Di Indonesia, tercatat lebih dari 34 juta penumpang pesawat udara komersial menikmati moda
transportasi ini ke berbagai kota tujuan dan industri penerbangan telah membukukan lebih dari
360.000 tinggal landas yang dilalui dengan selamat oleh berbagai maskapai penerbangan
nasional pada tahun 2006. Hal mana sangat menunjang perekonomian nasional secara luas.
Terlepas dari berbagai kekurangan atau ketidak sempurnaan yang ada, maka dipandang perlu
agar para pihak menghentikan silang pendapat seputar kecelakaan transportasi umum yang
memperkeruh suasana dengan pemberian informasi yang kurang akurat atau berspekulasi tentang
penyebab kecelakaan. Hal mana justru sangat merugikan masyarakat umum dan mempersulit
proses perbaikan ke depan, serta dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap
transportasi udara yang pada gilirannya dapat mempengaruhi ekonomi dan ketahanan nasional
pada umumnya.
Contoh ke 222
Sebagaimana transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu
sebagai unsur penunjang (servicing sector) dan unsur pendorong (promoting sector). Peran
transportasi udara sebagai unsur penunjang dapat dilihat dari kemampuannya menyediakan jasa
transportasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lain, sekaligus juga
berperan dalam menggerakan dinamika pembangunan.
Pendapat selama ini yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan
transportasi udara sangat besar, saat ini sudah terjawab dengan munculnya maskapai maskapai
baru yang menawarkan layanan transportasi udara yang prima dengan harga yang sangat
kompetitif. Malahan apabila dilihat dari teori ekonomi fakta yang muncul bisa sebaliknya. Hal
ini dikarenakan transportasi udara khususnya pesawat terbang mampu memberikan nilai tambah
berupa kecepatan, sehingga memungkinkan peredaran uang yang lebih cepat dan tentunya hal ini
berarti penekanan biaya produksi.
Sedangkan sebagai unsur pendorong, transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa
transportasi yang efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah dan
pulau-pulau terpencil. Tersedianya transportasi yang dapat menjangkau daerah pelosok termasuk
yang ada di perbatasan sudah pasti dapat memicu produktivitas penduduk setempat, sehingga
akhirnya akan meningkatkan penghasilan seluruh rakyat dan tentunya juga pendapatan
pemerintah.
Rentang wilayah negara mengharuskan penanganan moda transportasi angkutan darat, laut dan
udara secara terpadu untuk mewujudkan sistem angkutan nasional yang andal, efektif dan
efisien. Setiap moda angkutan memiliki karakter khas, keunggulan dan kelemahannya. Moda
transportasi darat, laut dan udara harus menjadi kesatuan sistem agar dapat menjawab tujuan
perangkutan, yakni melayani perpindahan atau mobilisasi orang dan barang dari satu tempat ke
tempat lain.
Untuk menjawab tantangan itu, disusun Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang bertujuan
mewujudkan perangkutan yang andal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang sekaligus
menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa,
membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung
pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan peningkatan
hubungan internasional. Maka dari itu, di ciptakan lah transportasi yang dapat beroperasi dengan
cepat yaitu transportasi udara, salah satunya peswat terbang. Transportasi udara adalah alat
transportasi yang dioperasikan di udara dari satu tempat ke tempat yang lain baik tempat yang
dekat maupun tempat yang jauh dengan proses yang cepat.
1. B. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara
teoritis, makalah ini dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pengangkutan
udara dan hukum perlindungan konsumen. Sedangkan secara praktis makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan pengangkutan
udara niaga, antara lain :
Kalangan akademisi dapat dijadikan bahan informasi awal dalam melakukan penelitian
dan pengkajian yang lebih mendalam
Penulis sendiri adalah menambah wawasan keilmuan, terutama pada bidang transportasi
udara
1. C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. menganalis bagaimana penggunaan e-business di dalam industri penerbangan terutama di
indonesia dengan mengambil studi kasus pada PT Garuda Indonesia, Tbk.
2. Mengidentifikasi kontribusi atau manfaat e-business bagi PT Garuda Indonesia, Tbk
dalam menjalankan bisnisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Proses Bisnis Lintas Fungsi pada PT Garuda Indonesia, Tbk
Pada awal dekade tahu 1990, pemakaian internet secara umum mendorong timbulnya sebuah
konsep baru yang disebut dengan elektronik bisnis atau e-business dan e-commerce. Kalakota
dan Robinson dalam Aisyah 2010 menyatakan bahwa e-commerce mengacu pada penjualan
produk dan layanan melalui web, sementara e-business adalah transformasi dari kunci bisnis
proses perusahaan melalui penggunaan teknologi internet. Sebagai contoh dari e-business yaitu
penerapan Enterprise Resource Planning, Customer Relationship Management, Supply Chain
Management, dan Human Resources Management. Dalam hal ini, perusahaan menerapkan ebusiness karena pada dasarnya konsumen adalah pencari harga, kenyamanan, layanan terbaik
bagi mereka sehingga perusahaan yang dapat survive adalah perusahaan yang mampu merespon
dengan baik keinginan dan harapan pelanggannya.
Garuda Indonesia merupakan perusahaan yang berorientasi pada kepuasan konsumen yang
menerapkan penambahan value pada produk dan serangkaian kegiatan perusahaan. Untuk
menunjang proses pengelolaan pelanggan dan bisnis perusahaan, Garuda Indonesia telah
membuat website sebagai sarana pendukung bisnis. Pada tahun 2008 Garuda Indonesia juga
meluncurkan produk baru yaitu e-travel, sebuah situs yang dirancang untuk mengakomodasi
keinginan konsumen secara lebih ringkas dan menarik dalam web perusahaan. Internet telah
merubah cara pandang orang dalam melakukan bisnis dan bagaimana cara perusahaan
berkomunikasi dengan pelanggan dan menawarkan kepada pelanggan tentang berbagai layanan
dan keuntungan yang mampu diberikan perusahaan.
Proses bisnis pada Garuda Indonesia telah menerapkan teknologi informasi yang
mengembangkan sistem lintas fungsi perusahaan, yakni dengan cara pemasangan software
tertentu yang sesuai dengan berbagai divisi yang ada yakni mulai dari bidang produksi service
dan jasa layanan, Procurement perusahaan, Research and Development (R&D) atau
Enggineering dan Marketing perusahaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada masingmasing divisi saling berhubungan satu sama lain sehingga dalam pelaksanaannya saling
terintegrasi.
Proses pengembangan produk baru dalam Garuda Indonesia dalam hal ini pada industri
penerbangan domestik dimulai dari kegiatan market research meliputi analisis industri dan
harapan pasar. Analisis industri dalam hal ini dilakukan terlebih dahulu untuk persaingan usaha
dalam industri penerbangan domestik. Analisis harapan pelanggan juga dilakukan untuk
mengetahui apa yang sebenarnya diharapkan dan diinginkan pelanggan saat menggunakan jasa
Garuda Indonesia. Kemudian Garuda Indonesia melakukan serangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk menguji keterterimaan produknya di pasar dengan sebelumnya merancang desain layanan
dan sarana apa saja yang dibutuhkan. Analisis terhadap seluruh komponen tersebut tentu saja
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan.
Sehingga gap yang terjadi dapat diketahui lebih awal sehingga strategi yang diterapkan oleh
perusahaan berjalan tepat sasaran. Sebagai contoh yaitu ketika Garuda Indonesia meluncurkan
produk service penerbangan domestik baru dengan konsep low cost carrier yaitu Citilink.
Garuda Indonesia yang dikenal sebagai maskapai dengan Full Service Carrier-nya merespon
harapan pasar dengan juga meluncurkan produk service baru di sektor low cost carrier.
Perusahaan sebelumnya telah menganalisa peta persaingan dalam industri penerbangan, analisis
harapan konsumen serta preferensi konsumen. Sebagaian besar maskapai penerbangan bergerak
di sektor low cost carrier yaitu fasilitas jasa layanan yang minimal namun sesuai dengan
kebutuhan dari target pasar perusahaan.
Tabel 3. Maskapai Penerbangan Domestik yang Beroperasi Di Indonesia
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Garuda Indonesia harus mampu melihat titik kunci pertemuan antara apa yang diharapkan oleh
pelanggan dengan produk yang disediakan perusahaan melalui website perusahaan. Isi atau
content website atau media lainnya seperti flyer yang ditampilkan harus dapat menjadi
komunikator perusahaan agar hubungan antara perusahaan dan pelanggan semakin erat karena
sebenarnya menjaga loyalitas pelanggan yang telah memakai produk dan jasa perusahaan akan
lebih membutuhkan biaya dibandingkan dengan menemukan pelanggan baru. CRM berkaitan
dengan kegiatan penjualan terpadu, marketing dan strategi pelayanan kepada pelanggan.. Melalui
CRM Garuda Indonesia menggunakan jaringan pelanggan yang ada saat ini untuk meningkatan
pendapatan perusahaan, memperoleh informasi yang lengkap untuk memberikan layanan prima,
dan sekaligus memperkenalkan channel procedures yang konsisten.
CRM PT Garuda Indonesia, Tbk dilakukan untuk membina dan menjaga hubungan antara
pelanggan dengan pihak manajemen. Secara lebih jauh, pemahaman yang mendalam terhadap
pelanggan akan mampu menghasilkan respon yang cepat terhadap perubahan preferensi
konsumen sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan perusahaan. Selain itu CRM di
Garuda Indonesia bermanfaat untuk memperoleh informasi yang dapat dibagikan kepada partner
bisnis perusahaan.
Untuk mendukung CRM, Garuda Indonesia senantiasa memberikan frequent-flyer dalam dua
bahasa yang berisi tentang informasi-informasi terkini perusahaan kepada pelanggan yang loyal
melalui email. Hal ini selain bersifat apresiasi juga bersifat marketing dan pengelolaan loyalitas
pelanggan. Kegiatan yang berhubungan dengan CRM pada perusahaan ini adalah dengan
penggunaan sistem informasi (website) yang bisa diakses oleh semua kalangan tanpa batas,
mulai dari penyediaan informasi perusahaan, produk, forum diskusi antara pelanggan dengan
pihak manajemen sampai pada proses pemesanan.
Gambar 7. Frequent-flyer Garuda Indonesia
Aplikasi CRM antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Contact and Account Management
Manajemen kontak dan akun pada PT Garuda Indonesia, Tbk dilakukan dengan penggunaan
database, website (meliputi email, facebook, telepon dan faksimile (yang sudah tertera di
website)
1. Sales
Penjualan tiket Garuda Indonesia dilakukan via internet, berhubungan dengan pelanggan (secara
langsung maupun tidak) baik dalam skala personal maupun corporat.
1. Marketing and fulfillment
Pemasaran dan pemenuhan pemesanan tiket perusahaan ini bisa dilakukan melalui web atau
dengan promosi di media massa, baik cetak (koran, selebaran) maupun elektronik (website,
telepon, email, faksimile) serta melalui jaringan kemitraan perusahaan.
1. Customer service and Support
Layanan dan dukungan untuk pelanggan juga telah disediakan oleh PT Garuda Indonesia, Tbk
yakni melaui forum diskusi pada website http://www.garuda-indonesia.com dan call center
Garuda Indonesia.
1. Retention and Loyalty Program
Program retensi dan loyalitas yang diterapkan pada PT Garuda Indonesia, Tbk adalah dengan
memberikan frequent flyer yang berisi mengenai informasi-informasi terkini tentang perusahaan
kepada para pelanggan yang senantiasa loyal menggunakan jasa perusahaan.
II.
E-Precurement dalam Supply Chain Management System PT Garuda
Indonesia, Tbk
Dari semua hubungan e-business yang dilakukan oleh Garuda Indonesia, transaksi B2B (bisnis
ke bisnis) menghasilkan nilai bisnis yang paling tinggi, maka Garuda Indonesia memutuskan
untuk mengembangkan kinerja operasional dalam proses pembelian dengan menerapkan e-
procurement system. Layanan e-procurement menyediakan metode bisnis yang modern dan
praktik komersial dari sektor swasta dan pemerintah dan merupakan teknik baru yang
dihasilkan dari kemampuan internet dalam memberikan peluang untuk penghematan biaya
bagi kedua pemasok dalam melakukan transaksi bisnis maupun kontrak bisnis. Garuda
Indonesia memilih para pemasoknya dengan mempertimbangkan daya saing, fleksibilitas, dan
inovasi yang dilakukan oleh pemasok sehingga dari program e-procurement ini sendiri
mengindikasikan adanya supplier database system yang dimiliki oleh Garuda Indonesia.
E-procurement telah membantu Garuda Indonesia dalam menjalin kesepakatan kontrak,
meningkatkan komunikasi dengan pemasok terkait dengan proses pembelian, dan juga
membantu Garuda Indonesia dalam mengeliminasi eksternalitas yang bersifat negatif. Website
Garuda Indonesia yaitu garuda-indonesia.com menyediakan link ke Garuda Indonesia eprocurement (www.eproc.garuda-indonesia.com). Situs ini berisi mengenai berita, pengadaan,
pendaftaran pemasok, login, dan bagaimana cara menghubungi perusahaan. Situs ini berisi
informasi penting secara komprehensif seperti kebijakan vendor, pertanyaan yang sering muncul
dalam proses bisnis B-B, pendaftaran vendor, dan kontak untuk online pengadaan.
Kekurangan yang masih muncul pada program e-procurement ini yaitu di setiap halaman berisi
pilihan bahasa yang berbeda. Misalnya, pada halaman pengadaan didukung dalam dua bahasa,
sedangkan halaman yang lainnya masih dalam satu bahasa. Hal ini akan mengurang peluang
akses dari pihak asing untuk dapat berkolaborasi dengan bisnis yang dijalankan oleh Garuda
Indonesia
III.
E-commerce dalam Partners Relationship Management PT Garuda
Indonesia, Tbk
Brand Garuda Indonesia mengembangkan dua jenis e-Commerce, yaitu Business to Business dan
Business to Customer. B2B dilakukan Garuda dengan menyediakan Coporate Online dan
Agency Online, sedangkan B2C dilakukan dengan personnal online booking.
Fitur e-Commerce untuk brand Garuda Indonesia sangat lengkap bila dibandingkan dengan fitur
e-Commerce dari brand maskapai penerbangan lainnya. Garuda Indonesia menawarkan eCommerce terpadu yang disebut dengan 28 Customer Touch Points yang memungkinkan
calon/penumpang Garuda Indonesia mengakses service online dari before flying sampai after
arrival yang disediakan melalui web. Fitur-fitur tersebut sangat jelas dan mudah dimengerti.
Beberapa fitur tersebut adalah:
Book Flight
Calon penumpang Garuda Indonesi dapat melakukan pemesana tiket secara online melalu web.
Terdapat beberapa pilihan yang harus diputuskan oleh calon penumpang, antara lain kota asal
dan kota tujuan penerbangan, tanggal keberangkatan dan kepulangan, jenis tiket apakah one-way
atau return, kelas penerbangan, dan jumlah penumpang dewasa serta anak-anak.
Check In secara online ini sangat berguna sekali bagi konsumen yang misalnya memiliki waktu
terbatas untuk menunggu antrian check in secara manual di bandara. Dengan adanya check in
online akan sangat meningkatkan efisiensi waktu bagi konsumen, sekaligus kenyamanan tanpa
mengantri secara manual. Di check in secara online, konsumen juga dapat memilih tempat duduk
sesuai dengan kelas penerbangan yang telah dibayar. Bagi Garuda Indonesia sendiri, proses ini
sangat menguntungkan, karena selain meningkatkan proses layanan kepada pelanggannya, crew
Garuda dapat langsung mengetahui ketersediaan bangku yang belum terisi, dan pelayanan di
bandara menjadi lebih efisien karena sudah terdapat tiket elektronik.
Dengan adanya jadwal dan tarif untuk setiap rute yang diperbarui setiap hari akan memudahkan
calon penumpang untuk menyesuaikan waktu penerbangan yang akan dilakukan dan pembayaran
yang akan dilakukan.
e-Payment
e-Payment memudahkan calon penumpang Garuda Indonesia untuk pembelian tiket secara
online lewat web Garuda Indonesia. Setelah melakukan reservasi, calon penumpang Garuda
Indonesia akan menerima booking code dan 13 digit payment code. Untuk pembayaran melalui
kartu kredir Visa atau Master Card, calon penumpang dapat langsung menelepon call center
Garuda di 08041807807 atau (021) 23519999 lalu menyebutkan 16 digit nomer kartu kredit
sebaga otorisasi pembayaran. e-Payment dapat juga dilakukan menggunakan ATM dari berbagai
bank, antara lain BCA, BNI, Bank Mandiri, Bank Niaga, Lippo Bank, Permata Bank, BRI dan
BII; Telehone Banking dari Bank Mandiri, BNI and BCA; Mobile Banking dari Bank Mandiri,
BCA dan Permata Bank; Internet Banking dari Bank Mandiri, BCA, BNI dan Lippo Bank.
Garuda Indonesia melalui web-nya, juga melakukan promosi atas produk layanan yang
dimilkinya. Promosi ini sangat ditunjang dengan adanya pengembangan touch point, dimana
calon penumpang yang akan membeli tiket Garuda Indonesia akan merasakan bagaimana
dilayani secara online, mulai dari proses reservasi, pembayaran, memperoleh tiket, check-in,
sampai kedatangan. Dimana Garuda Indonesia mampu menyajikan lokasi-lokasi terbaik untuk
tempat pariwisata di kota tujuan penerbangan yang dipilih calon penumpangnya sekaligus
fasilitas hotel dan transportasi yang dapat dipilih sesampainya di kota tujuan.
Corporate/Agency Online
Suatu perusahaan yang akan masuk ke B2B dengan Garuda Indonesia diwajibkan mengisi data
perusahaan secara online. Bagi perusahaan partner bisnis garuda Indonesia keuntungan
bertransaksi B2B dengan Garuda Indonesia adalah:
Special Corporate Fares dengan diskon yang atraktif baik untuk kelas penerbangan
bisnis dan ekonomi.
Priority waiting list
Incentives awarding
Pembelian dan pemesanan tiket melalui berbagai cara dengan menyebutkan corporate
memberhip, yaitu GA Sales Office, Corporate Online Payment, Corporate Online Booking dan
Corporate appointed Travel Agencies Sebagai bentuk CRM, Garuda Indonesia membuat
microsite yang ditujukan khusus untuk penegang kartu Garuda Frequent Flyer.
IV.
Unit SDM melakukan transformasi peran dan fungsinya agar menciptakan nilai tambah sejalan
dengan strategi bisnis perusahaan. Transformasi SDM dimulai di tahun 2008 dengan
meluncurkan beberapa inisiatif program diantaranya yaitu penentuan penempatan para karyawan
berdasarkan level organisasi dan tingkat pendidikan, termasuk di dalamnya penataan organisasi
yang efisien dan efektif agar dapat memudahkan proses penerjemahan visi, misi dan sasaran
bisnis kepada seluruh pihak internal. Knowledge Based Management dilakukan di unit ini
sehingga perencanaan sumberdaya manusia dapat diimplementasikan dengan tepat.
Program e-Recruitment Garuda Indonesia tidak hanya mencakup tools publish vacant position,
namun juga seluruh proses administrasi dan pencatatannya. Sistem ini telah diterapkan sejak
bulan September 2010 dengan merekrut posisi Awak Kabin, untuk selanjutnya digunakan untuk
posisi lainnya seperti Penerbang dan para profesional. Dalam bidang rekrutmen pekerja atau
karyawan, perusahaan juga menyadari pentingnya rekrutmen yang baik di tengah persaingan
yang demikian ketat dalam memperebutkan sumber daya manusia yang handal. Untuk itu faktor
penyajian informasi, penyediaan proses dan kecepatan waktu menjadi penting artinya dalam
memperoleh karyawan berkualitas sesuai kebutuhan perusahaan.
Untuk mengoptimalkan SDM, perusahaan juga telah memetakan potensi SDM dan
mengalokasikan pada fungsi organisasi yang tepat (unit bisnis maupun grup Perusahaan). Selain
itu, Garuda juga terus berupaya menyempurnakan pengelolaan karir sehingga lebih mudah
memetakan pegawai potensial dalam talent pool (grup Perusahaan). Sistem pembelajaran elearning juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM perusahaan. Sementara itu, sejalan
dengan strategi bisnis, Perusahaan berupaya menyempurnakan Human Capital Manual (HCM)
yang mengatur tentang kebijakan SDM, organisasi, rekrutmen dan seleksi, mutasi antar unit
maupun antar perusahaan dalam grup, sistem penilaian kinerja, pengembangan karir serta
kompensasi dalam Human Resources Management System sehingga menghasilkan SDM yang
kompetitif, inovatif dan memiliki integritas tinggi sesuai sasaran pencapaian bisnis perusahaan
Selain program tersebut di atas, dalam upaya menciptakan tenaga terampil dan profesional yang
diproyeksikan untuk menduduki jabatan tertentu di masa depan, Perusahaan membuka program
rekrutmen jalur khusus yaitu Program Management Trainee. Program ini bertujuan untuk
menyiapkan tenaga potensial yang diharapkan mampu menciptakan perubahan dalam pola kerja,
suasana kerja dan komitmen kerja yang tinggi. Melalui Program Management Trainee ini,
Perusahaan juga memastikan ketersediaan kandidat suksesi yang kompeten dan berkualitas.
V.
Enterprise resource planning PT Garuda Indonesia, Tbk merupakan sebuah kerangka kerja
perusahaan secara menyeluruh yang berhubungan dengan pemrosesan pesanan penjualan tiket,
manajemen dan pengendalian atau maintenance unit pesawat, perencanaan produksi dan
distribusi jasa perusahaan, serta keuangan perusahaan. Garuda indonesia sendiri tentunya telah
menerapkan software khusus dalam merancang ERP perusahaan. Fungsi ERP dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. a.
Perencaanan produksi
Pada proses produksi jasa perusahaan ini telah didukung dengan perencanaan kebutuhan bahan
baku perusahaan secara keseluruhan.
1. b.
Logistik terintegrasi
Kegiatan operasional perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak adanya logistik yang
terintegrasi yakni mulai dari yang berhubungan dengan produksi jasa layanan hingga kepada
produk turunan perusahaan.
1. c. Akuntasi dan keuangan
Semua dana untuk kegiatan operasional PT Garuda Indonesia, Tbk haruslah dibukukan dalam
sebuah laporan keuangan tiap bulannya maupun tahunan. Pencatatan tersebut perlu dilakukan
untuk mengetahui tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan dana. Serta merupakan proses
evaluasi manajemen untuk kedepannya. Pencatatan itu disimpan dalam bentuk database yang
sistematis dan jelas, akan tetapi dalam hal ini database hanya bisa diakses oleh pihak-pihak
tertentu untuk menghindari user dalam penyalahgunaan data.
1. d.
Kegiatan operasional PT Garuda Indonesia, Tbk tidak bisa berjalan dengan baik tanpa
ketersediaan pekerja dan kualitas dari pekerja tersebut. Oleh karena itu perencanaan sumberdaya
manusia secara tepat perlu dilakukan oleh perusahaan.
1. e.
Proses distribusi, penjualan dan pemesanan tiket PT Garuda Indonesia, Tbk didukung oleh
sistem informasi bisnis perusahaan yang didukung dengan kegiatan e-commerce perusahaan baik
itu sistem brokerage, affiliate, maupun manufacture.
BAB III
STUDI KASUS
1. A. Electronic Business System
E-business adalah praktek pelaksanaan dan pengelolaan proses bisnis utama seperti perancangan
produk, pengelolaan pasokan bahan baku, manufaktur, penjualan, pemenuhan pesanan, dan
penyediaan servis melalui penggunaan teknologi komunikasi, komputer, dan data yang telah
terkomputerisasi (Alter, 2002). Pada prinsipnya e-business mengacu pada lingkungan yang lebih
luas dan mencakup pelayanan customer, kolaborasi dengan mitra bisnis dan transaksi elektronik
internal dalam sebuah organisasi (Anastasia, 2004).
Sejarah adanya e-business muncul setelah era internet. Akan tetapi istilah e-business pertama kali
dipopulerkan oleh IBM sekitar sepuluh tahun yang lalu. E-business dapat menjadi aset yang
strategis dan menjadi keunggulan suatu perusahaan jika mampu dimanfaatkan dengan baik.
Sebuah perusahaan harus mampu melakukan transformasi proses bisnis yang mereka lakukan
agar dapat memanfaatkan e-business dengan baik. Secara umum keuntungan yang tinggi akan
diperoleh jika e-business yang dimiliki dapat terkait secara langsung dan membentuk komunitas
dengan konsumen, rekan kerja, dan suppliers.
Selain itu dalam implementasi marketing perusahaan, kegiatan yang meliputi transaksi
bisnis antara perusahaan yang satu dengan yang lain telah berkembang dengan E-commerce.
Korelasi hubungan terjadi antara perusahaan dengan pelanggan, atau antara perusahaan dengan
institusi yang bergerak dalam pelayanan publik. Jika diklasifikan, sistem e-commerce terbagi
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Electronic markets (EMs) yaitu sistem informasi antar organisasi yang menyajikan
fasiltas-fasilitas bagi para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi mengenai produk
dan service yang ditawarkan.
1. Electronic Data Interchange (EDI) yaitu sarana untuk mengefisiensikan
pertukaran data transaksi-transaksi reguler yang berulang dalam jumlah besar
antara organisasi-organisasi komersial. Secara formal EDI didefinisikan oleh
International Data Exchange Asociation (IDEA) sebagai transfer data tersruktur
dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan dari satu sistem
komputer ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media elektronik.
2. Internet Commerce yaitu penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi
Source: Adapted from Mohan Sawhney and Jeff Zabin, Seven Steps to Nirvana: Strategic
Insights into e-Business Transformation (New York: McGraw-Hill,2001), p. 175.
1. C. Customer Relationship Management
CRM menggunakan teknologi informasi untuk menciptakan cross-functional enterprise
system yang mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses layanan pelanggan dalam bidang
penjualan, pemasaran, dan layanan produk atau jasa berkaitan dengan perusahaan. Sistem CRM
juga menciptakan IT framework yang menghubungkan semua proses dengan bisnis operasional
perusahaan (OBrien, 2002).
1. D. Enterprise Resource Planning
Dhewanto dan Falahah (2007) mendeskripsikan ERP sebagai sebuah konsep untuk
merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas
organisasi tersebut.
1. E.
Supply Chain Management adalah sebuah proses dimana produk diciptakan dan
disampaikan kepada konsumen. Dari sudut struktural, sebuah Supply Chain Management
merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan dimana organisasi mempertahankan dengan
partner bisnis untuk memperoleh bahan baku, produksi dan menyampaikannya kepada konsumen
(Kalakota, 2001).
E-Supply Chain Management adalah suatu konsep manajemen dimana perusahaan
berusaha memanfaatkan teknologi internet untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja
perusahaan, terutama yang berhubungan dengan sistem pemasok bahan baku atau sumber daya
yang dibutuhkan dalam proses produksi (Indrajit dan Djokopranoto, 2003).
BAB IV
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Penerapan e-business pada PT Garuda Indonesia, Tbk telah terintegrasi dengan cukup baik. Hal
ini dilihat melalui arsitektur aplikasi perusahaan yang memberikan kerangka kerja konseptual
yang menghubungkan antar proses dan interface dari aplikasi e-business.
Bila kita identifikasi sesuai dengan arsitektur aplikasi e-business perusahaan, maka disana kita
akan melihat Garuda Indonesia memberikan kerangka kerja konseptual yang menghubungkan
antar proses dan interface dari aplikasi e-business yaitu mulai dari bagaimana customer
Cnth 333
Dalam hidup ini, manusia akan sering mengalami perpindahan tempat dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan wahana atau digerakkan oleh mesin, yang disebut dengan
transportasi. Semua manusia melakukan kegiatan perjalanan. Perjalanan tersbut bisa dilaklukan
melalui jalur darat, laut dan udara.
Namun, pada zaman sekarang transportasi udara sudah semakin berkembang pesat.
Pertumbuhan global tidak akan memiliki arti sama sekali, bahkan nyaris menjadi sulit
berkembang tanpa terselenggaranya sistem angkutan udara yang baik.
Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk
memakaiya. Selain memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat
transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.
Persaingan dalam banyak hal, terutama dibidang pembangunan ekonomi global ternyata
telah merangsang para ilmuwan untuk menyediakan sistem transportasi yang dapat melayaninya.
Kemudian terjadilah perlombaan besasr-besaran dalam teknologi penerbangan.
Sebagai negara berkembang dan terdiri dari banyak pulau yang membentang dari Sabang
sampai Merauke, dan banyaknya antusiasme masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia
merupakan Negara yang sangat berpotensi kedepannya dalam pengembangan jasa angkutan
udara, dimana angkutan udara dapat menjangkau daerah-daerah terpencil sekaligus, dan juga
dapat menghemat banyak waktu dalam perjalanan dibanding dengan sarana transportasi lain
seperti darat dan laut. Selain itu transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai unsur
penunjang (Servicing sector) dan unsur pendorong (Promoting sector). Peran transportasi udara
sebagai unsur penunjang dapat dilihat dari kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang
efektif dan efisien untuk memenuhi sektor lain, sekaligus juga berperan dalam menggerakkan
dinamika pembangunan.
Dengan banyaknya peminat dalam penggunaan transportasi udara, pihak-pihak yang
terkait seperti perusahaan penerbangan, dan penyedia layanan penerbangan yaitu bandar udara
melakukan berbagai langkah dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan yang semakin meningkat
dari masa ke masa.
Bandar udara merupakan sebuah sistem karena terdiri atas komponen-komponen yang
saling berinteraksi dan saling menunjang satu sama lain yang menghasilkan suatu produk jasa
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam aktivitasnya. Komponen-komponen bandar udara
terdiri atas pengelolaan bandar udara, pengelolaan perusahaan angkutan udara, dan pemenuhan
kebutuhan jasa angkutan udara.
Pengelolaan perusahaan bandar udara dan kebutuhan pengguna jasa angkutan udara
dapat menciptakan kesesuaian kebutuhan pengguna dalam penerbangan dengan karakteristik
penerbangan dalam hal penyediaan fasilitas
memperhitungkan pelayanan sisi udara dan pelayanan sisi darat akan diperoleh rencana investasi
yang berdampak pada penapata bandar udara.
Penyediaan fasilitas dan pemberian jasa pelayanan pada setiap pengguna terminal bandar
udara merupakan produk yang dihasilkan untuk dijual kepada konsumen penggua jasa dan
layanan tersebu yang akan mengakibatkan adanya timbal balik yang berdampak pada
penerimaan atau atau pendapatan bandar udara. Pendapatan bandar udara sendiri dipengaruhi
oleh pasang surut kegiatan ekonomi dunia. Hal itu mengacu pada kemampuan konsumen dalam
dalam memberikan andil pada pendapatan bandar udara melelui penggunaan jasa layanan
angkutan udara.
Selama ini banyak orang menilai tentang bagai mana dan siapa yang mengelola bandarabandara tersebut dalam dunia penerbangan. Mungkin di indonesia ini ada dua pihak yang
mengatur atau yang mengelola dalam hal pengelolaan bandar udara yaitu bandar udara yang
dikelola oleh BUMN atau komersial dan bandar udara yang dikelola oleh TNI AU.
Pada umunya bandar udara tidak hanya bermasalah dalam hal pengelolaannya tetapi
pelayanan dan kepuasan pelanggan haruslah diutamakan. Oleh karena itu banyak pihak
neranggapan kalo semua babndara yang dikelola TNI AU atau yang lainnya sama aja tetapi
pelayanan yang harus diutamakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bandar Udara
Bandar udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan
mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun
bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan
penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara
adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang
diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan
pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan
udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".
Selain itu bandar udara juga memiliki fungsi yang sama dalam hal pengoperasiannya,
seperti contoh bandar udara yang dikelola oleh BUMN dan bandar udara yang dikelola oleh TNI
AU.
2.2. Fasilitas Bandar Udara
Fasilitas bandara ini terdapat beberapa hal di dalamnya salah satunya adalah runway.
Semua komponen fasilitas bandar udara memiliki suatu fungsi yang berbeda-beda namun
memiliki tujuan yang sama dan saling menunjang satu dengan yang lainnya.
Kebanyakan fasilitas bandar udara diartikan sebagai fasilitas yang menunjang dalam
keberhasilan pengoperasian penerbangannya namun pada akhirnya semua dilakukan demi untuk
mewujudkan pengoperasian yang aman sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam dunia
penerbangan.
Keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama dalam menjalankan pengoperasiannya
hal itu dikarenakan demi mewujudkan
serta
keselamatan,
keamanan,
kelancaran,
dan
kenyamanan
di
bandar
udara;
dan
kenyamanan
Menjamin
terpeliharanya
pelestarian
di
bandar
lingkungan
udara;
bandar
udara;
udara
yang
dianggap
tidak
dapat
diselesaikan
oleh
instansi
lainnya;
Melaporkan kepada pimpinan tertingginya dalam hal pejabat instansi di bandar udara, melalaikan
tugas dan tanggungjawabnya serta mengabaikan dan/atau tidak menjalankan kebijakan dan
peraturan
yang
ada
di
bandar
udara;
dan
misalnya:
tingkat
muatan
penumpang
dan/atau
barang
maksimum.
Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur kinerja pengelolaan /
manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan bandara tersebut.
c. Definisi andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan pelayanan sesuai
dengan penawaran atau janji-nya dan harapan/ tuntutan konsumen.
Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundangundangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan jadwal dan ada kepastian.
3. Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan baik
eksternal maupun internal, terwujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.
Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini memiliki peran
yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari negara lain.
Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam
setiap negara ini sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena setiap
waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang dan pergi ke atau dari sebuah bandar
udara baik dari dalam maupun luar negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data
barang angkutan berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi
aktivitas
ekonomi.
Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang mutlak dan wajib
dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam kegiatan yang berlangsung
dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus
sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas,
efisien, dan andal. Dimana dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai
kualitasnya dengan standar internasional.
Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai transportasi udara,
dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun manusia yang aman, efektif, dan
efisien sesuai standar yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu sangat dituntut adanya
kebijakan umum yang sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling
efisien, efektif dan andal dalam pengelolaannya.
2.4. Perbedaan Badara komersial dan Bandar Udara yang Dikelola oleh TNI AU
Dalam percakapan umum sering terdengar istilah bandara, lapter, dan lanud. Ketiga
istilah itu memang menunjuk pada sebuah fasilitas atau instalasi yang berkaitan dengan dunia
penerbangan. Lalu, apa sih sebenarnya perbedaannya?
Mari kita simak apa itu beda tiga istilah tersebut. Secara praktis, kita coba merujuk saja
pada Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Oh ya, sekadar pengingat
Undang-Undang ini merupakan revisi dari UU Penerbangan sebelumnya (UU Nomor 15 Tahun
1992). Jika dirunut lebih jauh, UU Penerbangan ini juga merupakan turunan dari dari Ordonansi
Bandar Udara (sering disingkat sebagai bandara) adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara
mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.
Pangkalan Udara (sering disingkat sebagai lanud) adalah kawasan di daratan dan/atau di
perairan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan
untuk kegiatan lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan
negara oleh Tentara Nasional Indonesia.
Nah, jelas, istilah bandar udara dan pangkalan udara sebenarnya merujuk pada area atau
fasilitas yang sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya apakah untuk kepentingan
penerbangan sipil atau penerbangan militer. Bandar Udara adalah istilah yang umumnya
dipergunakan untuk kegiatan penerbangan sipil (civil aviation), sedangkan pangkalan udara
adalah istilah yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan penerbangan militer (pertahanan
negara).
Permasalahannya, terkadang menjadi rancu karena ada beberapa bandara dan lanud itu
sebenarnya merupakan satu obyek atau area yang sama. Bedanya hanyalah pada kepentingan
untuk kepentingan penerbangan militer dan penerbangan sipil, yang secara fisik tampak pada
lokasi parkir pesawat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan terminal
penumpangnya berikut aksesnya ke moda transportasi lainnya. Contohnya adalah Lanud Halim
Perdanakusuma milik TNI AU yang juga dipergunakan sebagai bandar udara untuk penerbangan
sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
Lanud Adisutjipto Yogyakarta dan Lanud Adisumarmo Surakarta, keduanya merupakan
pangkalan udara untuk penerbangan militer TNI AU dan di dalamnya juga dipergunakan untuk
melayani penerbangan sipil sehingga juga disebut Bandara Adisutjipto dan Bandara Adisumarmo
yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Lanud Ahmad Yani Semarang merupakan
pangkalan militer untuk penerbangan TNI AD, dan di dalamnya juga dipergunakan untuk
melayani penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Demikian pula
Lanud Juanda Surabaya sejatinya merupakan pangkalan militer TNI AL. Fasilitas terbangun di
sebelah utara runway merupakan fasilitas atau bangunan untuk penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Bandara-bandara yang berada di kawasan
pangkalan udara tersebut sering disebut sebagai civil enclave airport (kurang lebih berarti bandar
udara sipil dalam kawasan militer).
Sebaliknya kegiatan penerbangan militer yang menumpang pada bandar udara sipil disebut
military enclave airport. Contohnya adalah Bandara Sepinggan Balikpapan dan Bandara Juwata
Tarakan. Di kedua bandara tersebut terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan
militer.
Beberapa bandar udara di Indonesia juga dibuat dan dioperasikan secara murni sebagai
bandar udara untuk melayani penerbangan sipil. Contohnya adalah: Bandara Soekarno-Hatta
Jakarta, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (terminal baru dan airside area yang baru), dan
beberapa bandar udara lainnya. Lantas, untuk penerbangan dinas kepolisian itu termasuk
penerbangan militer atau penerbangan sipil? Sesuai dengan UU Penerbangan tersebut,
penerbangan selain kepentingan pertahanan negara pada dasarnya mengacu dan tunduk pada
otoritas penerbangan sipil sehingga penerbangan dinas kepolisian termasuk sebagai penerbangan
sipil. Selain itu, dalam UU Kepolisian yang baru pun sebenarnya didefinisikan dengan jelas
bahwa kepolisian merupakan institusi sipil dan status personil kepolisian adalah termasuk
sebagai pegawai negeri sipil.
Istilah Lapangan Terbang (Lapter) memang tidak dikenal dalam Undang Undang
Penerbangan di Indonesia. Lapangan terbang nampaknya merupakan terjemahan dari kata
airfield. Dalam beberapa referensi terkait, istilah lapangan terbang ini merujuk pada suatu
wilayah daratan dan perairan yang digunakan sebagai tempat mendarat dan lepas landas pesawat
udara, termasuk naik turun penumpang dan bongkar-muat barang. Tetapi fasilitas yang terdapat
di lapangan terbang pada umumnya hanya fasilitas-fasilitas pokok untuk menunjang
penerbangan dan tidak selengkap seperti di sebuah bandar udara. Pada beberapa bandar udara
khusus yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan tambang atau kehutanan, sering
dipergunakan istilah lapangan terbang tersebut.
Istilah pelabuhan udara rupanya dalam era sejarah terdahulu pernah menjadi istilah
standar dari bandar udara. Pada era terdahulu memang ada Direktorat Pelabuhan Udara dan
unit organisasi Pelabuhan Udara. Pelabuhan udara nampaknya merupakan terjemahan dari kata
asing airport, sebagaimana Pelabuhan adalah terjemahan dari kata asing port yang merujuk pada
Pelabuhan Laut.
Sayangnya, pada Bagian atau Jurusan atau Departemen Teknik Sipil Transportasi di
beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta rupanya masih mempergunakan istilah
Perencanaan Lapangan Terbang atau Perencanaan Pelabuhan Udara untuk bagian dari mata
kuliahnya. Nampaknya menjadi sesuatu yang khas di negeri ini, dunia praktisi tampaknya selalu
selangkah di muka dibandingkan dunia pendidikan dan penelitian.
Pada dasarnya semua pengelolaan bandar udara adalah memiliki tujuan yang sama yaitu
dalam hal penanganannya dalam memberikan kepuasan pada pelanggan untuk mendapatkan
pangsa pasar yang ada demi memajukan pendapatan bandar udara tersebut.
Ada beberapa hal yang menjadikan sebuah bandar udara melakukan perombakan yang
disebabkan oleh beberapa hal yaitu salah satunya adalah masalah pengelolaan bandar udara.
BUMN merupakan salah satu badan yang banyak memegang pengelolaan bandar udara di
indonesia kemudian yang sisanya adalah dikelola oleh TNI AU atau ikut campur dalam
pengelolaannya. Pasti semua itu memberikakn dampak dalam kinerja bandara tersebut entah itu
dari segi sistem kerja atau cara dalam memajukan bandar udara tersebut.
Pada dasarnya bandar udara yang dikelola oleh TNI AU adalah berawal dari bandara
tersebut yang awal mula digunakan dalam hal pengkhususan TNI AU, namun dengan
berembangnya zaman bandara semakin berubah dengan memberikan andil komersial di
dalamnya yang dianggap menguntungkan dalam segi pendapatan bandar udara tersebut, seperti
bandar udara yang ada di malang dan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
pengelolaan bandara perlu perencanaan dan komunikasi yang intens kepadamasyarakat,
pekerja, perusahaan-perusahaan dalam industri penerbangan dankekuatan politik. Sementara itu,
pihak
yang
privatisasijuga
romantisme
kontra
perlu
lokal
berpikir
dan
menutup
lebih
mata
dan
jernih
akan
pesimistis
dan
tidak
rendahnya
hanya
kualitas
terhadap
terjebak
pelayanan
pada
publik
fasilitas umum.
Pelibatan swasta sebenarnya dapat dilakukan melalui beberapa skema. Operations and
management contractdengan penguasaan kontrak manajemen dan leasing bandar udara selama
periodeyang disepakati. Kemudian operations and management contract with major
capitalexpenditure, yaitu penguasaan kontrak manajemen dan leasing Bandar udara selama
periode waktu tertentu disertai konsesi. Konsesi itu bergantung padakesepakatannya, apakah itu
build-transfer-opcrate,
bnild-leasc-operate,
danbnild-rehabilitate-operate-transftr
contracts.
Kedua kesepakatan itu tidakmemengaruhi kepemilikan pemerintah terhadap aset bandar udara
yang dimiliki. Olehkarena itu, tipe kerja sama tersebut, terutama operations and
managementcontract with major capital expenditure, paling banyak direalisasikan dalamkerja
sama pemerintah dan swasta dalam pengelolaan badar udara.
Maka sebenarnya pengelolaan dilakukan demi untuk memajukan bandar udara tersebut
mungkin dengan cara yang berbeda diantara keduanya dengan menerapkan sistem yang berbeda
pula di dalamnya.
3.2. Saran
Sebaiknya pengelolaan bandar udara dilakukan dengan tujuan yang sama yaitu untuk
memajukan bandar udara tersebut dengan memberikan pelayanan yang maksimal pada
pelanggannya bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan individu di dalamnya.
Maka sudah sepantasnya pemerintah ikut serta dalam mengontrol pergerakan semua
bandar udara yang ada di indonesia dengan cara memberikan arahan pada semua otoritas
pengelola bandar udara dan memberikan jaminan yang maksimal dalam pergerakan ke depannya.
3.3. Sumber
Berdasarkan data yang kami peroleh di atas ada beberapa sumber yang menjadi acuan
dalam pengerjaan tugas ini diantaranya adalah sebagai berikut :
Novalfaraichi.blogspot.com
CONTOH 4444
Keselamatan Penerbangan
BAB I
PENYELENGGARAAN
TRANSPORTASI
dan
keselamatan
penerbangan,
keteraturan
dan
keberlanjutan
melakukan
revisi
Penerbangan/CASR
Peraturan
untuk
Pemerintah
memasukkan
dan
Peraturan
persyaratan
Sistem
BAB II
Program Keselamatan Nasional
a. Peraturan keselamatan penerbangan;
Terkait dengan keamanan dan keselamatan penerbangan di Indonesia,
Pemerintah telah menetapkan peraturan perundang-undangan antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan;
b. PP Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;
c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2002 tentang Civil Aviation
Safety Regulation (CASR) part 135;
d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2002 tentang Civil Aviation
Safety Regulation (CASR) part 121;
e. Peraturan Menteri Perhubungan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan
keamanan penerbangan;
f.
a. Airspace Utilization
b. Aircraft Operation
c. Airport Development
b. Sasaran keselamatan penerbangan;
a) Target kinerja keselamatan penerbangan,
b) Indikator kinerja keselamatan penerbangan, dan
c) Pengukuran pencapaian keselamatan penerbangan
c. Sistem pelaporan keselamatan penerbangan;
d. Analisis data dan pertukaran informasi keselamatan penerbangan (safety data
analysis and exchange);
e. Kegiatan investigasi kecelakaan dan kejadian Penerbangan (accident and incident
investigation);
f. Promosi keselamatan penerbangan (safety promotion);
g. Pengawasan keselamatan penerbangan (safety Oversight); dan
a.
Audit;
b.
Inspeksi;
c.
Pengamatan (surveillance);
d.
Pemantauan (monitoring).
Pengawasan Keselamatan Perhubungan dilaksanakan oleh suatu unit
PELAKSANAAN
PENGAWASAN
KESELAMATAN
satu untuk orang tua dan anak-anak, dan untuk bayi. Demi keselamatan anda,
diharapkan untuk selalu mengenakan sabuk pengaman sewaktu anda duduk dan
sewaktu lampu tanda kenakan sabuk pengaman dinyalakan.
Di sini akan diinformasikan bagaimana cara keluar dari pesawat, pintu mana saja
yang dapat digunakan, lokasi rakit keselamatan, dan juga bagaimana jika terdapat
asap di dalam kabin, yaitu dengan membungkuk dan mengikuti lampu yang ada di
lantai yang mengarah keluar dari pesawat. Setelah semua informasi keselamatan
diberikan maka ada baiknya juga jika kita sebagai penumpang untuk mengetahui
tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk mendukungnya, berikut diantaranya:
3. Melipat meja yang terbuka pada saat lepas landas, mendarat, dan jika tidak
digunakan pada saat penerbangan. Mengapa? Seperti penjelasan pada nomor dua,
meja yang terbuka dapat memperlambat proses evakuasi.
4. Menurunkan sandaran tangan. Mengapa? Sandaran tangan sangat membantu pada
saat terjadi goncangan yang secara tiba-tiba dan bersifat keras. Seperti turbulensi
atau
5. Membuka penutup jendela pada saat lepas landas dan mendarat.
6. Menon-aktifkan alat-alat elektronik seperti MP3, laptop, CD, handphone,dan lainlainnya. Selain dikarenakan akan memancarkan sinyal yang dapat mengganggu
alat-alat navigasi di dalam kokpit, jika ada tanda dan sinyal evakuasi, dapat
dipastikan anda tidak dapat mendengar dengan jelas.Tambahan: anda dapat
menggunakan alat-alat tersebut setelah lepas landas dan lampu tanda kenakan
sabuk
pengaman
dipadamkan.
Jika
menggunakan
handphone,
dapat
menggunakannya dalam flight mode dan harus di non-aktifkan kembali pada saat
akan mendarat. Pastinya anda juga tidak diharapkan untuk merokok selama
penerbangan. Jika tertangkap, maka ada sanksi atau hukumannya.
Jika terbang pada malam hari atau pagi hari dan masih gelap, pada beberapa
maskapai ada yang menggelapkan lampu kabin atau bahkan memadamkan
semuanya. Hal ini berhubungan dengan adaptasi mata terhadap gelap terang.
Kesimpulan: Hal-hal yang kita sebagai penumpang mungkin merepotkan atau
berlebihan terhadap perlakuan yang didapat percayalah, bahwa keselamatan dalam
penerbangan merupakan syarat dan alasan utama. Penting bagi kita untuk tahu,
menaati, dan mendukung upaya keamanan dan keselamatan bagi kita sendiri dan
sesama.
Personel Penerbangan yang terkait dengan keselamatan :
a.
pesawat udara.
b. Personel Navigasi Penerbangan, yaitu personel yang terkait dengan pelaksanaan
pengoperasian ndan pemeliharaan fasilitas Navigasi Penerbangan.
c. Personel Bandar Udara, yaitu personel yang terkait dengan pelaksanaan
pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas Bandar Udara.
Ketiga personel tersebut harus memiliki lisensi yang sah dan sertifikasi yang masih
berlaku.
Ada 3 unsur yang memberikan kontribusi pada keselamatan
penerbangan
1. Pesawat terbang itu sendiri, bagaimana peswat terbang itu di desain, dan dirawat.
2. Sistem Penerbangan Negara, airport, jalur lalu lintas udara, dan air traffic controls.
3. Airlines flight operations yang berkaitan dengan pengendalian dan pengoperasian
pesawat di airlines.
Dengan demikian tanggung jawab regulator penerbangan suatu negara
adalah memastikan keselamatan penerbangan pada tingkat yang tertinggi pada
ketiga unsur tersebut. Itulah sebabnya ketika terjadi kecelakaan beruntun awal
2007 lalu, FAA menjatuhkan penilaiannya kepada regulator atau otoritas
penerbangan Indonesia, bukan kepada maskapai penerbangannya.
Keselamatan dalam sebuah penerbangan sipil sangatlah tergantung pula
pada keamanan dari Bandar udara yang memberangkatkan pesawat tersebut.
Mengingat banyaknya ancaman dari tindakan gangguan melawan hokum baik saat
pesawat di darat maupun di udara. Juga instalansi pendukung lainnya di sebuah
Bandar udara.
Dengan menimbang berbagai alasan tersebut,maka organisasi penerbangan
dunia yang termasuk di dalam PBB yang di sebut ICAO mengeluarkan beberapa
aturan untuk menjaga keamanan serta keselamatan sebuah penerbangan juga
bandar udara sipil dari tindakan melawan hukum.Pada pembentukan dari ICAO
tersebut pada tahun 1944 di Chicago lahir beberapa lampiran/ Annex dari Annex 1
s/d Annex 18.Dimana keamanan sendiri diatur dalam Annex 17 dan Annex 18.
Annex 17 mengatur tentang tata cara pengamanan penerbangan sipil dari tindakan
gangguan melawan hukum.Dan Annex 18 sendiri mengatur tata cara pengangkutan
bahan dan/atau barang berbahaya yang diangkut menggunakan pesawat udara
sipil.Di negara kita sendiri mengacu pula terhadap aturan aturan tersebut yang di
atur pula di berbagai Undang Undang mulai dari UU No2 thn 1976,UU No 1 thn
2009 yg merupakan revisi dari UU No.15 thn 1992 yang mengatur tentang
Penerbangan.Yang di dalamnya mengatur tentang penerbangan sipil di dalam
negeri,mulai
dari
standar
keamanan
dan
keselamatan
sebuah
pesawat
diselesaikan karena ini murni kesalahan dari maskapai tersebut yang tidak
ditemukan di maskapai lainnya.
Sistem Manajemen keselamatan Penyedia Jasa Penerbangan :
A. Kebijakan dan sasaran keselamatan;
B. Manajemen risiko keselamatan;
C. Jaminan keselamatan; dan
D. Promosi keselamatan.
Budaya Keselamatan Penerbangan
Menetapkan kebijakan dan program budaya tindakan keselamatan, keterbukaan,
komunikasi, serta penilaian dan penghargaan terhadap tindakan keselamatan
penerbangan.
Titik titik rawan dari pengoperasian penerbangan
a.
Air crew
Semua crew yang bekerja di dalam suatu penerbangan harus mempunyai surat ijin
atau lisensi keahlian, tujuannya agar dia mengetahui barang atau hal apa saja yang
harus di lakukan agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
b.
Gate check
Tidak semua orang dapat masuk ke dalam bandara atau terminal, karena Setiap
orang yang masuk harus ada boarding pass
c.
Catering
e. Refueling
Merupakan titik rawan yang dapat terjadi kriminal, karena di dalam pengisian fuel
bisa saja ada celah atau orang yang tidak bertanggung jawab memasukan berupa
zat atau cairan yang dapat meledakan pesawat.
f. Checked baggage
Bagasi yang disimpan di dalam kargo, bisa saja berisi bahan-bahan berbahaya.
Yang dapat menyebabkan kerusakan kepada cargo lainnya.
g. Ground staff
Ground staff yang bekerja di lapangan, antara lain cargo, teknik baik penumpang
maupun staff harus juga di waspadai atau dicegah dengan suatu alat ex-ray,
WTMD( walk through metal detector ), dan HHMD ( hand held metal detector )
h.
1) Penumpang, awak pesawat udara dan bagasi harus diperiksa sebelum memasuki
daerah steril dan sisi udara
2) Penumpang harus melapor pada Perusahaan angkutan udara
3) Nama dalam tiket harus sama dengan identitas penumpang
4) Penumpang transit dan transfer dilakukan pemeriksaan
5) Kabandara atau Adbandara dapat melakukan pemeriksaan di dalam pesawat udara
6) Batas waktu check-in 30 menit sebelum jadwal keberangkatan
7) Daerah check-in merupakan daerah terbatas yang harus dijaga petugas
Jalur yang menghubungkan daerah chek-in dengan sisi udara harus dilengkapi
pintu dan dikunci saat tidak dipergunakan
-
Pintu lalu lintas petugas harus dijaga petugas sekuriti dan dikunci apabila tidak
dipergunakan
Bagasi harus diperiksa sebelum diserahkan di tempat check-in (KM 14/1989 Ps. 3)
Bagasi yang ditolak dengan alasan keamanan penerbangan tidak dibenarkan untuk
diangkut(KM 14/1989 Ps.5)
Senjata api, senjata tajam serta benda lain yang dapat dipakai sebagai alat untuk
mengancam atau memaksakan kehendak dilarang dimasukkan atau ditempatkan di
dalam kabin pesawat udara (KM14 Ps. 6)
Kargo dan kiriman pos harus diperiksa sebelum dimasukkan ke gudang atau
pesawat udara (KM 14/1989 Ps.7)
dilakukan
pemeriksaan
kepada
semua
airport
service
personels
mengantisipasi ada yang teroris yang menyamar menjadi cleaning service yang
dapat menyebabkan keadaan sekitar berbahaya.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Udara
Nomor : SKEP / 100 / XI / 1985 tentang Peraturan Tata Tertib Bandar Udara,
siapapun dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengganggu ketertiban umum,
keamanan dan keselamatan penerbangan di Bandar Udara, yang berupa:
1. Permainan layang layang.
2. Perjudian dalam bentuk apapun.
3. Perbuatan tidak susila.
4. Mabuk atau pemakaian bahan narkotika.
5. Gangguan dalam bentuk apapun termasuk jual beli tiket secara tidak sah /
liar ( calo ).
6. Penggembalaan ternak.
7. Berjalan atau melintasi Bandar Udara selain dijalan, jalur atau bagian jalur lalu
lintas yang telah ditentukan ataupun Unsur unsur pengamanan adalah:
1. Peralatan pengamanan adalah barang / alat yang digunakan untuk mengamankan
sesuatu.
2. Petugas pengamanan adalah personil bandar udara atau personil pesawat udara
yang bersertifikat dan bertugas untuk melakukan pengamanan penerbangan sipil
Tugas unit pengamanan / petugas pengamanan bandar udara : Unit pengamanan
bandar udara memiliki tugas untuk memelihara, melindungi dan mengamankan
manusia dan material secara fisik dari segala bentuk ancaman keamanan yang
ditimbulkan oleh manusia dan barang di daerah lingkungan kerja bandar udara.
Fungsi unit pengamanan / petugas pengamanan bandar udara :
Mengawasi dan memeriksa tanda pengenal / pas orang dan kendaraan yang
mempunyai hubungan ke / dari daerah steril dan kawasan sisi udara ( air side )
lainnya, terutama di sekitar pesawat udara.
Menjaga instalasi / bangunan penting seperti : VIP Room, gedung listrik, tempat
penampungan air / pompa air, fasilitas alat bantu navigasi udara ( lampu landasan,
stasiun pemancar / penerima, DVOR, NDB, ILS, Radar, dll ), fasilitas bahan bakar
minyak pesawat udara, dll.
Membina hubungan yang erat dengan instansi instansi lain yang terkait di bandar
udara ( misalnya : perusahaan angkutan udara, POLRI, Imigrasi, Bea & Cukai,
Karantina, dll)
Selalu melakukan koordinasi dengan pihak yang berwenang atas perencanaan bandar
udara sehingga semua aspek yang menyangkut pengamanan penerbangan
mendapat perhatian dalam setiap perencanaan / desain / renovasi bangunan dan
fasilitas bandar udara.
Dalam hal ini, Pemerintah juga memegang peranan penting. Salah satunya dengan
memperbaiki infrastruktur penerbangan. Seperti bangunan, struktur, lampu
aerodrome, landasan pacu, kendaraan, fasilitas radar, komunikasi, situs web dan
lain-lain.
4. serta faktor alam.
tahu
bahayanya burung
bagi
pesawat
terbang
dapat
melihat
pada
Ancaman yang paling utama pada kasus bird strike adalah pada pesawat jet.
Maksud pesawat jet di sini adalah pesawat turbojet ataupun jet (ramjet, dll) pada
umumnya. Tidak seperti mobil yang mesinnya tertutup rapi, pada pesawat jet,
bagian depan mesin pesawat terbuka untuk menyedot udara untuk pembakaran.
Benda-benda yang tidak diinginkan bisa tersedot dan merusak bagian dalam mesin
pesawat. Benda-benda ini disebut FOD (Foreign Object Damage).
UPAYA MENANGGULANGINYA
Untuk mengusir burung di beberapa bandar udara di luar negeri mereka
memasang perangkat pengusir burung. Cara kerjanya adalah dengan pengeras
suara yang menghasilkan suara pemangsa burung-burung yang ada di sekitar
bandar udara. Dengan suara ini diharapkan burung-burung akan menyangka ada
bahaya pemangsa di dekat mereka dan akan pergi ke tempat lain untuk
menghindari pemangsanya tersebut.
Bandar udara tanpa perangkat canggih pun melakukan pengusiran burung
dengan cara konvensional, biasanya dengan menembakkan senapan dengan suara
yang keras untuk menakut-nakuti burung. Padahal suara pesawatpun sudah cukup
keras untuk mengusir burung. Tapi karena biasanya suara pesawat terdengar
setelah pesawat lewat maka pengusiran burung harus dilakukan sebelum pesawat
lewat untuk lepas landas atau mendarat.
Cara lain untuk mengusir burung adalah dengan burung pemangsa (falcon
dll), lampu, pyrotechnics (semacam kembang api), pesawat radio-controlled,
lasers, anjing dan lain-lain.
TNO, sebuah institut penelitian di Belanda telah berhasil mengembangkan
ROBIN (Radar Observation of Bird Intensity) untuk Royal Netherlands
Airforce. ROBIN adalah hampir real-time monitoring system untuk memantau
pergerakan burung terbang. ROBIN mengenali kumpulan burung dari radar
systems yang besar. Informasi ini digunakan untuk penerbang AU Belanda sewaktu
lepas landas dan mendarat. Tabrakan pesawat militer Belanda dengan burung
berhasil dikurangi sampai 50 % dengan sistem ini. Sayangnya belum ada sistem
yang sama yang digunakan oleh sipil.
BAHAYA LAIN
Selain burung, binatang lain juga bisa membahayakan penerbangan jika
mereka ada dan dibiarkan berlalu lalang di bandar udara pada waktu pesawatlepas
landas. Pada waktu mendarat, menabrak binatang di landas pacu mungkin tidak
terlalu membahayakan, biarpun dapat membuat kerugian yang sangat besar.
Kejadian yang cukup besar pernah terjadi di Indonesia adalah sebuah pesawat
B737 yang menabrak seekor kerbau di bandar udara Aceh beberapa tahun lalu.
Selain binatang, ternyata manusia juga bisa menyebabkan FOD pada saat
pesawat terbang. Yaitu dengan menerbangkan layang-layang di sekitar jalur lepas
landas dan pendaratan pesawat. Biarpun tidak bisa terbang tinggi, layang-layang
jika dimainkan tepat di jalur pendaratan pesawat atau jalur lepas landas
mempunyai efek bahaya yang sama dengan burung pada kasus bird strike.