NIM
: F03111035
Jembatan Air
Baru-baru ini para ilmuwan fisika telah berhasil menemukan suatu penemuan baru, yaitu
jembatan yang terbuat dari air. Jembatan cair ini dibuat oleh tim peneliti dari Austria yang
mencoba menunjukkan (mendemonstrasikan) sebuah cara baru untuk membuat jembatan yang
memanfaatkan zat cair. Pada pecobaan ini, para ilmuwan berhasil mendemonstrasikan jembatan
yang dibangun dari air murni yang telah didistilasi/penyulingan (suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap) sebanyak tiga kali.
Kemudian, mereka bisa membuat air menjadi terhubung antara dua bejana yang berbeda
layaknya jembatan dengan celah sepanjang 2,5 cm selama 45 menit. Hebat! Air dapat terhindar
dari pengaruh gravitasi.
Penyebab utama terjadinya fenomena ini adalah karena adanya listrik bertegangan tinggi.
Langkah kerja para peneliti adalah sebagai berikut. Pertama, mereka memasukkan air murni ke
dalam dua buah gelas kaca yang masing-masing telah dipasangi sepasang elektroda. Kemudian,
kedua gelas kaca tersebut diletakkan dengan jarak 2,5 cm. Selanjutnya, pada sepasang elektroda
tadi, di alirkan tegangan listrik sebesar 25.000 volt. Hanya dengan menggunakan waktu
seperseribu detik, air langsung menuju ke tepian gelas dengan secepat kilat dan melompat
melewati celah di antara kedua gelas kaca tersebut.
Jika dilihat dari sisi kimiawinya, air merupakan suatu senyawa yang tersusun dari dua
unsur yaitu Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Hidrogen di sini merupakan senyawa yang
bermuatan positif dan oksigen bemuatan negatif. Selanjutnya, pada genangan air murni ini
dipengaruhi oleh medan listrik yang membuat muatan-muatan tersebut membentuk sebuah
barisan yang berjejer dengan teratur dan saling berkaitan atau bergandengan. Lalu, semua atom
hidrogen akan tertarik ke elektroda yang bermuatan negatif dan semua atom oksigen akan
tertarik ke elektroda yang bermuatan positif.
Ternyata, teori ini sudah lama diketahui hanya saja belum pernah di uji cobakan. Untuk
menguji hipotesis ini, para peneliti menggunakan sebatang kaca yang kemudian diberi muatan
listrik tegangan tinggi. Hasilnya adalah jembatan cair tecipta yang awalnya mendatar menjadi
melengkung.
Untuk mengukur variasi kepadatan pada cairan di sepanjang jembatan cair tersebut, tim
peneliti menggunakan metode optik yang biasa dikenal dengan visualisasi Schlieren. Dalam
metode ini, setiap berkas cahaya akan dilewatkan secara tegak lurus mengarah ke jembatan cair.
Kemudian dilewatkan juga pada tepian tajam silet sebelum cahaya sampai pada detektor cahaya.
Hasilnya, jika nilai kepadatan cairan pada sepanjang jembatan itu seragam (sama), maka semua
berkas cahaya itu akan dilewatkan pada tepian silet dan tertangkap oleh detektor. Akan tetapi,
apabila nilai kepadatannya bervariasi, maka dari variasi itu sendiri akan membelokkan dan
mengganggu jalan sebagian berkas cahaya yang lewat. Sehingga, akumulasi berkas cahaya yang
ditangkap detektor menjadi berkurang.
Dari penerapan metode ini, didapatkan bahwa pada jembatan cair memiliki kepadatan
cairan yang bervariasi, dimana pada bagian dalam jembatan lebih padat dibandingkan dengan
sisi luarnya. Selain itu, ketidakberagaman cairan ini tidak statis, melainkan mengalir dari gelas
yang satu ke gelas yang lain.
Melihat penemuan ini memang sangat menakjubkan, hanya saja belum bisa dikatakan
berdaya guna apalagi efisien. Jembatan ini harus selalu terhindar dari debu dan partikel lain, dan
untuk menghindari itu, maka dibutuhkan listrik yang semakin tinggi. Tentu saja, resikonya juga
akan semakin tinggi.
Sumber: (http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakfenomena&1250896527)