Anda di halaman 1dari 33

BAB II

DASAR TEORI
2.1

Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan


Menurut Suwardjono (2009, p.65) laporan keuangan merupakan media
komunikasi dan pertanggungjawaban antara perusahaan dan para pemiliknya atau
pihak lainnya. Laporan keuangan dihasilkan melalui sistem akuntansi yang
diselenggarkan oleh suatu perusahaan. Laporan keuangan akan memberikan data
keuangan yang relevan kepada pemilik atau pihak lain berdasarkan sistem
akuntansi yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Baridwan (2010, p.17)
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, atau
suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun
buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen
dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu
laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain
yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Kieso, Weygandt dan Warfield (2008, p.2) juga menjelaskan laporan
keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan kepada pihakpihak di luar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang
dikuantifikasi dalam nilai moneter.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah media komunikasi yang berupa ringkasan dari suatu proses pencatatan
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan
yang dapat dijadikan sebagai alat untuk untuk pengambilan keputusan. Laporan
keuangan tersebut juga dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu
sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

2.1.2

Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Mengenai tujuan laporan keuangan dapat kita lihat dari beberapa pendapat.
Menurut PSAK No.1 (2012, p.3) tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam
pembuatan keputusan ekonomi
Sedangkan menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2008, p.5) tujuan
pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi
keputusan investasi dan kredit, informasi yang berguna dalam menilai arus kas
masa depan, dan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap
sumber daya tersebut. Dapat dijelaskan bahwa laporan keuangan digunakan
sebagai bahan penilaian dan pengambilan keputusan investasi serta memberikan
informasi tentang sumber daya perusahaan yang dimiliki perusahaan.
Warren, Reeve dan Fees (2006, p.27) juga menjelaskan laporan keungan
dapat untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk
memperkirakan hasil operasi serta arus kas di masa depan. Dapat dijelaskan
bahwa laporan keuangan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan di masa depan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulan bahwa tujuan dari laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi pengguna untuk pengambilan keputusan berupa keputusan
investasi, kredit, informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan
informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya
tersebut.
2.1.3

Komponen Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang lengkap dapat dilihat dalam PSAK No.1 (2012, p.6)

yang terdiri dari komponen-komponen berikut ini :


a.
b.
c.
d.
e.

Laporan posisi keuangan (neraca),


Laporan laba rugi komprehensif,
Laporan perubahan ekuitas,
Laporan arus kas,
Catatan atas laporan keuangan,

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif.

Politeknik Aceh

Komponen-komponen dari laporan keuangan di atas dapat di jelaskan


sebagai berikut :
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Menurut PSAK No.1 (2012, p.10) laporan posisi keuangan adalah suatu
laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities), dan modal
sendiri (owners equity).
2 Laporan laba Rugi Komprehensif
Menurut PSAK No.1 (2012, p.15) laporan laba rugi komprehensif
merupakan suatu laporan sitematis yang menyajikan seluruh pos pendapatan
dan beban yang diakui dalam satu periode. Laporan laba rugi komprehensif
perusahaan disajikan sedemikian rupa yang mengambarkan berbagai unsur
kinerja keuangan selama suatu periode tertentu.
3 Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut Soemarso (2004, p.54) laporan perubahan ekuitas adalah ikhtisar
tentang perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi selama jangka waktu
tertentu. Informasi yang terdapat laporan perubahan ekuitas dapat menjawab
pertanyaan mengenai pertambahan modal perusahaan serta sebab-sebabnya.
2. Laporan Arus Kas
Menurut Baridwan (2010,p.40) laporan arus kas adalah laporan yang
menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas
yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan dan kegiatan usaha pada
suatu periode.
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 (2012, p.8) catatan atas laporan keuangan adalah
catatan yang disajikan secara sistematis untuk menghasilkan informasi dasar
penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan serta memberikan informasi yang relevan untuk
memahami laporan keuangan .
2.2

Analisis Laporan Keuangan

Politeknik Aceh

Analisis keuangan sangat bergantung pada laporan keuangan. Laporan


keuangan diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan
digabungkan dengan informasi yang lain, seperti informasi kinerja, kondisi
ekonomi, bisa memberikan gambaran lebih baik mengenai prospek dan resiko
perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang.
Menurut Harahap (2013, p.190) analisis laporan keuangan adalah suatu
proses menguraikan pos-pos pada laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil. Proses tersebut berguna untuk melihat makna antara satu dengan yang
lain yang bersifat signifikan baik antara data kuntitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Wild, Subramanyam dan Halsey (2008, p.3)
menjelaskan analisis laporan keuangan adalah
aplikasi dari alat dan teknik dan teknik analisis untuk laporan keuangan
bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi
dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan
keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat , tebakan, dan intuisi
dalam pengambilan keputusan. Analisis ini tidak mengurangi perlunya
penilaian ahli, namun menyediakan dasar yang sistematis dan efektif untuk
analisis bisnis
Kasmir (2008, p.66) juga menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan
adalah analisis yang memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki peusahaan. Dengan mengetahui kelemahan tersebut, manajemen akan
dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang
dimiliki harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan suatu teknik dalam menguraikan pos-pos laporan keuangan
menjadi unit informasi yang lebih kecil untuk melihat makna antara satu dengan
yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan juga dapar memberikan
informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan, dengan
mengetahui kelemahan dan kekuatan tersebut manajemen dapat memperbaiki
kelemahan dan mempertahankan kekuatan tersebut.

Politeknik Aceh

10

2.2.1

Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Ada beberapa tujuan analisis laporan keuangan yang dijelaskan oleh Kasmir
(2009, p.68) yaitu :
a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik aset, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode tertentu,
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan,
c. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini,
d. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak,
e. Untuk digunakan sebagai pembanding dengaan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai,
Harahap (2013, p.132) juga menjelaskan beberapa tujuan analisa laporan
keuangan diantaranya :
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas dan dalam mengenai
laporan keuangan,
b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu
laporan keuangan,
c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan,
d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun dengan informasi yang
diperoleh dari luar perusahaan,
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang dapat melahirkan teori-teori yang
terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating),
f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan berupa penilaian prestasi perusahaan, proyeksi keuangan
perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan pada masa lalu dan masa
kini,
g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis,
h. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain atau
dengan industri normal,

Politeknik Aceh

11

i. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan,


baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan di masa yang akan
datang,
j. Dapat memprediksi potensi yang mungkin dialami perusahaan di masa
yang akan datang.

.2.2

Kelemahan Analisis Laporan Keuangan


Analisa laporan keuangan memiliki beberapa kelemahan. Harahap (2013,

p.203) menjelaskan beberapa kelemahan yaitu :


a. Analisa laporan keuangan bergantung pada laporan keuangan, oleh
karena itu kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar
kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
b. Objek analisa laporan keuangan hanya laporan keuangan. Angka-angka
di dalam laporan keuangan tidak cukup untuk menilai suatu laporan
keuangan tetapi harus melihat juga aspek lainnya seperti tujuan
perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya
manajemen dan budaya masyarakat.
c. Objek analisis data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi
ini berbeda dengan kondisi masa depan.
d. Terdapat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab
perbedaan angka jika dilakukan perbandingan dengan perusahaan lain
misalnya :
a) Prinsip Akuntansi,
b) Ukuran Perusahaan,
c) Jenis Industri,
d) Periode Laporan,
e) Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi,
f) Jenis perusahaan profit motive atau non profit motive.

2.3

Analisis Time-Series
Analisis Time-Series (rangkaian waktu) adalah suatu pendekatan

metodologis struktural di mana ketergantungan statistikal sementara dalam suatu


kumpulan data yang dapat diperiksa. Nilai-nilai masa lalu dari satu kumpulan data
digunakan untuk memberikan petunjuk sehubungan dengan kemungkinan
realisasi kumpulan data yang sama di masa depan. (Belkaoui , 2007, p.125)

Politeknik Aceh

12

Adapun penjelasan Harahap (2013, p.243) mengenai analisis Time-series


Technique yaitu proses pengkonversian angka-angka yang terdapat pada laporan
keuangan beberapa tahun (time series) dengan angka indeks yang memiliki tahun
dasar, sehingga analis dapat melihat perkembangan, posisi, dan kemajuan
perusahaan dalam rentan waktu tertentu.
Foster (1986) mengemukakan dalam Harahap (2013, p.215) beberapa teknik
analisis yang tergolong di dalam Time-series Technique adalah sebagai berikut :
1) Analisis tren (Trend Statement),
2) Analisis dalam persentase per komponen (Common Size Statement),
3) Analisis Rasio (Ratio Analysis).
Berdasarkan penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa analisis Time-Series
Technique adalah suatu pendekatan metodologis struktural dalam proses
pengkonversian angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan beberapa
tahun untuk memberikan petunjuk sehubungan perkembangan, posisi dan
kemajuan perusahaan dalam rentan tertentu. Teknik analisis yang tergolong
didalam Time-Series Technique adalah analisis tren, analisis common size dan
analisis rasio.
2.3.1 Analisis Common Size
Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2008, p.392) analisis vertikal
(vertical analysis), juga disebut analisis ukuran umum (common sizeanalysis),
adalah sebuah teknik untuk mengevaluasi data laporan keuangan yang
menyatakan setiap pos dalam sebuah laporan keuangan sebagai persentase dari
jumlah dasar.
Hanafi dan Halim (2009, p.70) menjelaskan analisis common size disusun
dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan rugi-laba dan neraca
menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan rugi-laba) atau dari total
aktiva (untuk neraca). Cara semacam ini memudahkan pembacaan data-data
keuangan untuk beberapa periode.
Kasmir (2013, p.249) juga menjelaskan analisis common size menggunakan
pola menyederhanakan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan.

Politeknik Aceh

13

Proses ini juga memerlukan angka dasar yang diterapkan sebagai dasar
perhitungan angka konversi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis common
size atau analisis vertical adalah analisis yang digunakan untuk mengevaluasi data
laporan keuangan dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan rugilaba dan neraca menjadi proporsi atau persentase. Analisis ini menggunakan pola
menyederhanakan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan. Proses ini
juga memerlukan angka sadar yang diterapkan sebagai dasar perhitungan angka
konversi.
Berikut rumus untuk menghitung persentase proporsi pada neraca :
Masingmasing
pos dalamneraca
100 =
...................................................................................................................(2.1)
Total Aset

Berikut rumus untuk menghitung persentase proporsi pada laporan laba-rugi :


Masingmasing
...................................................................................................................(2.2)
pos dalamlaporanlaba rugi
100 =
Penjualanbersih

Politeknik Aceh

14

Berikut
adalah disajikan bentuk neraca dan laporan laba rugi persentase per komponen
(common-size).

Politeknik Aceh

15

Sumber: Kasmir (2009, p.84)

Politeknik Aceh

16

Sumber: Kasmir (2009, p.87)


Berikut Penjelasan dari tabel 2.1 dan tabel 2.2 di atas.
1. Antara Persediaan Barang Dagang dengan Total Aktiva
Persediaan Barang Dagang
100
Total Aktiva
Rp 420
100 =14
Rp 3.000
Ini berarti bahwa 14% dari total aktiva merupakan persediaan barang dagang.
Artinya setiap Rp 100,00 total aktiva terdiri atas Rp 14,00 persediaan akhir barang
dagangan.
2. Antara Utang Dagang dan Total Utang dan Modal Sendiri (Total Passiva).
Utang Dagang
100
Total Passiva
Rp 750
100 =25
Rp 3.000
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diartinya bahwa 25% dari total utang
dan modal sendiri (total passiva) merupakan utang dagang. Dengan kata lain
setiap Rp 100,00 total passiva terdiri dari Rp 25,00 utang dagang.

3. Antara Harga Pokok Penjualan dengan Penjualan Neto.


Harga Pokok Penjualan
100
Penjualan Neto
Rp 1.400
100 =46
Rp 2600
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diartikan bahwa harga pokok penjualan
tahun 2001 menunjukkan 46% dari penjualan neto. Dengan kata lain setiap Rp
100,00 penjualan neto terdiri Rp 46,00 harga pokok penjualan.

Politeknik Aceh

17

4. Antara Biaya Penjualan dengan Penjualan Neto


Biaya Penjualan
100
Penjualan Neto
Rp 500
100 =19
Rp 2.600
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diartikan bahwa biaya penjualan tahun
2001 menunjukkan 19% dari penjualan neto. Dengan kata lain setiap Rp100,00
penjualan neto terdiri Rp 19,00 harga pokok penjualan.
Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk pos-pos yang lain.
2.3.2 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2008, p.104) analisis rasio keuangan yaitu :
Kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan.
Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu
periode maupun beberapa periode.
Sedangkan menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2008, p.395) analisis
rasio menyatakan hubungan di antara pos-pos tertentu dari data laporan keuangan.
Sebuah rasio (ratio) menyatakan hubungan matematika antara satu kuantitas
dengan kuantitas yang lainnya. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk
persentase, tingkat, dan proporsi sederhana.
Harahap (2013, p.297) juga menjelaskan angka yang didapatkan dalam
analisis rasio keuangan adalah hasil dari satu laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio
keuangan ini hanya menyerderhanakan informasi yang menggambarkan hubungan
antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan tersebut dapat
ternilai secara cepat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, analisis rasio
keuangan adalah suatu kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya yang
dinyatakan dalam bentuk persentase, tingkat, dan proporsi sederhana. Kemudian

Politeknik Aceh

18

angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode


maupun beberapa periode.
2.3.1.1 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan menurut Harahap
(2013, p.298) yaitu :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan,
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit,
3. Dapat mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain,
4. Sangat

bermanfaat

untuk

bahan

dalam

mengisi

model-model

pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score),


5. Menstandarisir size perusahaan,
6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time
series,
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
2.3.1.1.3.2

Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan.

Di samping keunggulan yang dimiliki, analisis rasio keuangan juga


memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari agar tidak salah dalam
penggunaanya.
Adapun keterbatasan analisis rasio keuangan menurut Harahap (2013,
p.298) yaitu:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya,

Politeknik Aceh

19

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga


menjadi keterbatasan teknik seperti ini seperti,
a. Bahan pelindung rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung
taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjective,
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar,
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio,
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda,
3. Jika tidak menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio,
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron,
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi
yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan
bisa menimbulkan kesalahan.

2.3.3.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan


Adapun jenis-jenis rasio keuangan menurut Kasmir (2009, p.105)
diantaranya:
1. Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2009, p.130) rasio likuiditas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan dengan
membandingkan komponen yang ada di neraca sebagai penilaian untuk
beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan
dari waktu ke waktu.
Sedangkan menurut Hanafi, dan Halim (2009, p.77) rasio likuiditas
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas
jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif
terhadap hutang lancarnya.

Politeknik Aceh

20

Harahap (2013, p.301) juga menjelaskan bahwa rasio likuiditas dapat


menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio
likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya
suatu perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
hutang lancarnya sebagai penilaian untuk beberapa periode sehingga
terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Politeknik Aceh

21

Untuk
menjelaskan rasio-rasio tersebut disajikan pula contoh sedehana dari
neraca dan laporan laba rugi PT Yumiko Maharani, Tbk.

Politeknik Aceh

22

Sumber: Kasmir (2008, p.111)

Politeknik Aceh

23

Politeknik Aceh

24

Sumber: Kasmir (2008, p.111)


Berikut adalah jenis-jenis rasio likuiditas beserta penjelasan dan
contohnya:
a) Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Kasmir (2009, p.134) rasio lancar (current ratio)
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva
lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang
segera jatuh tempo.
Berikut rumus untuk menghitung rasio lancar :
Aktiva Lancar
Rasio Lancar=
Utang lancar
..............................................................................................(2.3)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingannya semakin
tinggi pula kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini dapat berbentuk berapa kali atau dalam
persentase. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% ini berarti bahwa
aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar akan
aman jika berada di atas 1 atau di atas 100%. Artinya aktiva lancar
harus jauh di atas jumlah utang lancar.
Contoh:
Rasio Lancar=

Rp1.640
=2,18 kali(dibulatkan 2,2 kali)
Rp750

Politeknik Aceh

25

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 2,2 kali utang lancar.


Dengan kata lain setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 2,2 rupiah
aktiva lancar atau 2,2 : 1 antara aktiva lancar dengan utang lancar.
b) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Menurut Kasmir (2009, p136) rasio cepat atau quick ratio
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang
jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
persediaan.
Berikut rumus untuk menghitung rasio cepat :
Aktiva Lancar Persediaan

Rasio Cepat =
.............................................................................
(2.4)
Utanglancar

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva yang paling likuid


mampu menutupi utang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik
pula. Rasio ini tidak harus 100% atau 1:1.
Dari perhitungan rasio lancar, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap Rp. 1,- kewajiban lancar akan dijamin dengan sebesar Rp. ,aktiva yang paling lancar.
Contoh:
Rasio Cepat =

Rp 1.640Rp 250
=2,52 kali
Rp 750

Artinya jumlah aktiva aktiva yang paling lancar sebanyak 2,52


kali utang lancar. Dengan kata lain setiap 1 rupiah utang lancar
dijamin oleh 2,52 rupiah aktiva yang paling lancar lancar.
c) Rasio Kas (Cash Ratio)
Menurut Kasmir (2009, p.138) rasio kas (cash ratio) adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kas yang
tersedia untuk membayar utang lancar. Ketersediaan uang kas dapat

Politeknik Aceh

26

ditunjukkan dari tersedia dana kas atau yang setara kas seperti
rekening giro atau tabungan di bank.
Berikut rumus untuk menghitung rasio kas :
Kas atau setara kas

Rasio Kas=
.................................................................................
(2.5)
Utang lancar
Rasio ini menunjukkan kemampuan porsi kas yang dapat
menutupi utang lancar. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utangutang jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik pula.
Contoh:
Rasio Kas=

Artinya

Rp 250+ Rp350
=80
Rp750

kemampuan

perusahan

menutupi

utang

lancar

menggunakan kas atau setara kas sebesar 80%. Dengan kata lain
setiap Rp 1 kas atau setara kas dapat dijamin oleh Rp 0,8 utang lancar.
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Menurut Kasmir (2009, p. 165) rasio solvabilitas adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai
oleh utang. Secara garis besar dikatakan bahwa rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila perusahaan dilikuidasi.
Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2009, p.81) rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan peruahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang
total utangnya lebih besar dari total asetnya dalah perusahaan yang
tidak solvabel.
Harahap (2013, p.303) menjelaskan bahwa rasio solvabilitas
kemampuan

perusahaan

panjangnya

atau

dalam

membayar

kewajiban-kewajibannya

kewajiban
apabila

jangka

perusahaan

Politeknik Aceh

27

dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya


jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang.
Berdasarkan penjelasan beberapa pendapat di atas bisa diambil
kesimpulan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan
dilikuidasi. Rasio ini juga dapat untuk mengukur sejauh mana
perusahaan dibiayai oleh utang.
Berikut adalah jenis-jenis rasio solvabilitas beserta penjelasan
dan rumusnya :
1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Menurut Kasmir (2009, p.156) dept to asset ratio adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Berikut rumus untuk menghitung debt to asset ratio :
Total Utang
Debt......................................................................
Asset Ratio=
100
(2.6)
Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh
aktiva. Apabila rasionya tinggi, pendanaan dengan utang semakin
banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu
menutupi utang tersebut dengan aktiva yang ada. Rasio ini
menunjukkan bahwa xx% aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Contoh:
Debt Asset Ratio=

Rp 2.050
100 =49
Rp 4.200

Rasio ini menunjukkan bahwa 49% pendanaan perusahaan


dibiayai dengan utang untuk tahun 2005. Artinya, bahwa setiap Rp

Politeknik Aceh

28

100 pendanaan perusahaan, Rp 49 dibiayai dengan utang dan Rp 51


disediakan melalui modal.
2) Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2009, p.157) debt to equity ratio atau rasio
utang atas modal adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini di cari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
dengan pemilik perusahaan.
Berikut rumus untuk menghitung debt to equity ratio :
Debt Equity Ratio=

Total Utang
100
Total Modal

...................................................................... (2.7)

Rasio ini menggambarkan sejauhmana modal pemilik dapat


menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini
semakin baik.
Bagi pihak kreditur, semakin besar rasio ini, semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang akan
ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.
Contoh:
Debt Equity Ratio=

Rp 2.050
100 =91
Rp 2.250

Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan dibiayai oleh utang


sebanyak 91%. Artinya rasio ini menujukkan bahwa setiap Rp 100
modal dibiayai oleh utang sebesar Rp 91.
3) Time Interest Earned
Menurut Kasmir (2009, p.166) time interest earned adalah rasio
yang digunakan untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini

Politeknik Aceh

29

juga disebut sebagai rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan


perusahaan untuk membayar beban bunga.
Berikut rumus untuk menghitung time interest ratio :
EBIT
Time Interest Earned=
Beban Bunga
..................................................................................(2.8)
Rasio ini menunjukkan berapa kali beban bunga dapat
dibayarkan dari laba sebelum bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio
ini, semakin besar pula kemungkinan perusahaan dapat membayar
bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh
tambahan pinjaman baru dari kreditur. Demikian pula sebaliknya
apabila rasionya rendah, semakin rendah pula kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
Contoh:
Time Interest Earned=

Rp 1.800
=10 Kali
Rp 180

Artinya perusahaan dapat membayar beban bunga 10 kali dari


laba sebelum pajak dan bunga. Dengan kata lain tingkat kemampuan
perusahaan dalam membayar beban bunga sebesar 10 kali.

3. Rasio Aktivitas (Activity Rasio)


Menurut Kasmir (2009, p.172) rasio aktivitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktivanya atau dapat juga dikatakan rasio ini digunakan
untuk tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Sedangkan menurut Harahap (2013, p.308) rasio aktivitas adalah
rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian dan kegiatan lainnya.

Politeknik Aceh

30

Hanafi dan Halim (2009, p.78) juga menjelaskan bahwa rasio


aktivitas melihat pada beberapa aset kemudian menentukan beberapa
tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu.
Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan
mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada
aktiva lain yang lebih produktif.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dikatakan rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan unuk mengukur
tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang
dimilikinya (aktiva) untuk menjalankan operasi perusahaan baik
dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Aktivitas
yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan
semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva lain yang
lebih produktif
Berikut adalah jenis-jenis rasio aktivitas beserta penjelasan dan
rumusnya :
1) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Menurut Kasmir (2009, p.176) perputaran piutang adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan atau
perputaran piutang selama satu periode .

Berikut rumus untuk menghitung perputaran piutang :


Penjualan Kredit
Perputaran
Piutang=
................................................................................(2.9)
Piutang

Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang.


Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa
kegiatan penagihan piutang berjalan cepat dan tentunya kondisi ini
baik untuk perusahaan. Sebaliknya jika rasio rendah ada over
investment dalam piutang.

Politeknik Aceh

31

Contoh:
Perputaran Piutang=

Rp5.950
=12 kali
Rp550

Artinya perputaran piutang tahun 2005 adalah 12 kali. Dengan


kata lain penagihan piutang yang dilakukan pihak manajemen kepada
pelanggan selama 12 kali.
Bagi para kreditur perlu juga menghitung hari rata-rata
penagihan piutang. Hasil ini menunjukkan jumlah hari piutang
tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.
Berikut rumus untuk menghitung rata-rata penagihan piutang:
365 hari
Perputaran Piutang
.......................................................................................(2.10)
Ratarata Penagihan Piutang=

Contoh:
Ratarata Penagihan Piutang=

365
=31hari
12

Artinya rata-rata penagihan hutang adalah selama 31 hari.


Dengan kata lain perubahan piutang menjadi kas terjadi selama 31
hari. Jika syarat-syarat kredit yang diberikan 2/10 n/60 makan waktu
penagihan piutang dapat dikatakan cukup baik.
2) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Menurut Kasmir (2009, p.180) perputaran persediaan adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam persediaan berputar dalam satu periode. Dapat
diartikan pula bahwa perputatan persediaan menunjukkan berapa kali
persediaan diganti dalam satu periode.
Berikut rumus untuk menghitung perputaran persediaan:
HPP
Perputaran Persediaan=
Persediaan
..................................................................................(2.11)

Politeknik Aceh

32

Rasio ini menunjukkan seberapa cepat atau berapa kali


perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin tinggi
rasio ini semakin baik pula karena dianggap bahwa proses penjualan
berjalan cepat.
Contoh:
Perputaran Persediaan=

Rp5.950
=24 kali
Rp 250

Artinya perusahaan melakukan pergantian persediaan barang


dagang 24 kali setahun. Dengan kata lain perusahaan melakukan
penjualan barang dagang selama 24 kali dalam setahun. Semakin
cepat perputaran semakin baik, artinya perusahaan melakukan
penjualan secara cepat dan efektif.
Kemudian untuk mengetahui berapa hari rata-rata persediaan
tersimpan, dapat dicari dengan rumus :
360 Hari
Ratarata Perputaran Persediaan=
Perputaran persediaan
............................................ (2.12)
Contoh:
Ratarata Perputaran Persediaan=

365
=15 hari
24

Artinya rata-rata perputaran persediaan barang dagang selama


15 hari sekali. Semakin cepat rata-rata perputaran persediaan tersebut
semakin efisien perusahaan dalam menjual persediaannya.
3) Perputaran Modal Kerja (Working capital Turnover)
Menurut Kasmir (2009, p.182) perputaran modal kerja adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas modal kerja
perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal
kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode.

Politeknik Aceh

33

Berikut rumus untuk menghitung perputaran modal kerja:


Penjualan
Perputaran Modal Kerja=
Modal
.....................................................................................(2.13)
Dari hasil penilaian, jika perputaran modal kerja rendah, dapat
diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini
disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau
saldo kas yang terlalu besar. Demikian sebaliknya jika perputaran
modal kerja tinggi, itu disebabkan oleh tingginya perputaran
persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.
Contoh:
Perputaran Modal Kerja=

Rp 5.950
=3,7 kali
Rp 1.640

Artinya perputaran modal kerja tahun 2005 sebanyak 3,7 kali.


Dengan kata lain setiap Rp 1 modal kerja dapat menghasilkan Rp 3,7
penjulan.
4) Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)
Menurut Kasmir (2009, p.184) fixed assets turn over adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Dengan
kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan
kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum.
Berikut rumus untuk menghitung fixed assets turn over:
Turn
Penjualan
Assets
Total AktivaTetap
.......................................................................................(2.14)
Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila
diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik,
artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan yang tinggi.
Contoh:

Politeknik Aceh

34

Assets

Turn Rp5.950
=2,5 kali
Rp2.400

Perputaran aktiva tetap tahun 2005 sebanyak 2,5 kali. Artinya


setiap Rp 1 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 2,5 penjualan.
5) Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over)
Menurut Kasmir (2009, p.185) total assets turn over adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang
dimiliki perusahaan dan berapa jumlah penjualan yang dihasilkan dari
tiap rupiah aktiva.
Berikut rumus untuk menghitung total assets turn over:
Turn Penjualan
Total Assets
Total Aktiva
.................................................................................. (2.15)
Rasio ini menujukkan perputaran total aktiva diukur dari volume
penjualan dengan kata lain sejauh mana kemampuan aktiva
menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi
perusahaan.
Contoh:
Total Assets

Turn Rp 5.950
=1,42 kali
Rp 4.200

Perputaran total aktiva tahun 2005 sebanyak 1,42 kali. Artinya


setiap Rp 1 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 1,42 penjualan.
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Menurut Kasmir (2009, p.196) rasio profitabilitas adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Harahap (2013, p.304) rasio profitabilitas
adalah

rasio

yang

menggambarkan

kemampuan

perusahaan

Politeknik Aceh

35

mendapatkan laba melalui semua kemampuan perusahaan seperti


penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan lain-lain. Seluruh
kemampuan tersebut sangat berperan untuk meningkatkan laba
perusahaan pada suatu periode.
Weygandt, Kieso dan Kimmel (2008, p.401) juga menjelaskan
bahwa rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan
sebuah perusahaan untuk periode waktu tertentu. Laba, atau
kekurangannya,

memengaruhi

kemampuan

perusahaan

untuk

memperoleh pendanaan utang dan ekuitas.


Berdasarkan penjelasaan diatas dapat disimpulkan bahwa rasio
profitabilitas

adalah

rasio

yang

digunakan

untuk

mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan malalui


semua kemampuan perusahaan seperti penjualan, kas, modal dll.
Rasio profitabilitas juga dapat mengukur keberhasilan perusahaan
dalam menghasilakan keuntungan untuk periode waktu tertentu.
Berikut adalah jenis-jenis rasio profitabilitas beserta penjelasan
dan rumusnya :
1) Profit Margin
Menurut Kasmir (2009, p.199) profit margin adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk
mengukur rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih.

Berikut rumus untuk menghitung profit margin:


Laba Bersih
Profit Margin=
100
Penjualan
................................................................................(2.16)
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik

Politeknik Aceh

36

bagi perusahaan kerena dianggap kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba cukup tinggi.
Contoh:
Profit Margin=

Rp 1.296
100 =21,8
Rp 5.550

Profit margin perusahaan sebesar 21,8 %. Artinya kemampuan


perusahaan dalam mendapatkan laba sebesar 21,8 %. Dengan kata lain
setiap Rp 1 laba bersih diperoleh dari Rp 21,8 penjualan.
2) Return on Investment (ROI)
Menurut Kasmir (2009, p.201) return on investment adalah rasio
yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan dan juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas
menajemen dalam mengelola investasinya.
Berikut rumus untuk menghitung return on investment:
ROI=
Laba
................................................................................(2.17)
Bersih setelah bunga dan pajak
100
Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas
dari keseluruhan operasi perusahaan.
Contoh:
ROI=

Rp1.296
100 =31
Rp 4.200

Return on Investment perusahaan sebesar 31%. Artinya tingkat


efektivitas perusahaan dalam mengelola investasinya adalah sebesar

Politeknik Aceh

37

31%. Dengan kata lain setiap Rp 1 laba bersih diperoleh dari Rp 31


total aktiva.
4) Return on Equity (ROE)
Menurut Kasmir (2009, p.204) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Rasio ini juga menunjukkan tingkat efesiensi penggunaan modal
sendiri.
Berikut rumus untuk menghitung return on equity:
Laba bersih setelah bunga dan pajak
ROE=
100
Modal(Equity)
.....................................................................................(2.18)

Semakin tinggi rasio ini, semakin baik bagi perusahaan. Artinya


posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian sebaliknya.
Contoh:
ROE=

Rp 1.296
100 =58
Rp 2.250

Return on Equity perusahaan sebesar 58%. Artinya tingkat


efektivitas pengembalian investasi atau tingkat efisiensi penggunaan
modal sendiri adalah sebesar 58%. Dengan kata lain setiap Rp 1 laba
bersih diperoleh dari Rp 58 modal.

.4 Penilaian Kinerja Keuangan


Menurut Lesmana dan Surjanto (2004, p.11) penilaian kinerja keuangan
adalah proses evaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai analisis
atau penilaian, sehingga diperoleh informasi posisi keuangan perusahaan yang
mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerja yang akan
berlanjut. Kemudian berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap kinerja di
masa mendatang sehingga valuasi untuk nilai perusahaan di masa mendatang,
sehingga valuasi untuk nilai perusahaan dapat dilakukan untuk melakukan
berbagai keputusan-keputusan investasi yang harus dilakukan saat ini.

Politeknik Aceh

38

Menurut Prawironegoro (2006, p.47) penilaian kinerja keuangan adalah


proses penilaian hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk
angka-angka keuangan dimana hasil penilaian kegiatan perusahaan periode
tersebut dibandingkan dengan kinerja keuangan periode-periode lain dan dapat
juga dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan sejenis.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja
keuangan merupakan proses evaluasi kinerja masa lalu dengan melakukan
berbagai analisis dan penilaian sehingga diperoleh informasi posisi keuangan
perusahaan yang mewakili realitas perusahaan. Kemudian hasil penilaian tersebut
dibandingkan dengan kinerja keuangan periode-periode lain dan dapat juga
dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan sejenis.

Politeknik Aceh

Anda mungkin juga menyukai