Tugas Mandiri Scenario 2
Tugas Mandiri Scenario 2
Nama : Marisa
NPM : 1102013162
2.3 Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di tunika intima arteri besar. Timbunan ini,
dinamakan ateroma atau plak yang akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh
darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya
lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan
cenderung terjadi pembentukan bekuan darah.
2.4 Gambaran oklusi
2.5 Gambaran infark
LI.3 MM.sindroma coroner akut
3.1 Definisi
Penyakit Arteri Koroner / penyakit jantung koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan adanya
endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran
darah.
3.2 Etiologi
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh
berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya
akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.
Faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Pada umumnya ada dua bagian, yaitu faktor
penyebab yang dapat diubah dan faktor penyebab yang tidak diubah. Faktor penyebab yang tidak dapat
diubah adalah faktor keturunan dan jenis kelamin. Faktor yang dapat diubah berkaitan dengan gaya hidup.
kegemukan, hipertensi, diabetes melitus, kebiasaan merokok, stres dan kadar lemak darah yang tinggi.
A. Penyebab utama (Mayor) :
a) Merokok
b) Darah tinggi (Hipertensi)
c) Kencing manis
d) Kolesterol tinggi
e) Keturunan
B. Penyebab tambahan (Minor)
a) Obesitas
b) Kurang olahraga
c) Stress
d) Umur
e) Pemakaian obat-bat tertentu
3.4 Klasifikasi
A.
Angina Pektoris
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti ditekan
atau terasa berat di dada yang sering menjalar kelengan kiri. Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada
saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas dihentikan.
Terdapat tiga jenis angina, yaitu :
1. Angina stabil
a) Disebut juga angina klasik.
b) Terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan
alirannya sewaktu kebutuhan oksige nmeningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai
aktivitas,misalnya : berolah raga atau naik tangga.
2. Angina prinzmetal
a) Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering timbul pada
waktu beristirahat atau tidur.
b) Pada angina prinzmetal terjadi spasme arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung di
bagian kiri. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis.
3. Angina tak stabil
a) Kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal.
b) Dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya
menyertai peningkatan beban kerja jantung.
c) Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner yang ditandai oleh trombus yang tumbuh
dan mudah mengalami spasme.
Ateriografi koroner (kateterisasi) : Berdasarkan hasil pemeriksaan ECG kemungkinan akan dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan Arteriografi Koroner (Kateterisasi) yang mempunyai tingkat ketepatan
paling tinggi (99 - 100%) untuk memastikan apakah Anda mempunyai Penyakit Jantung koroner
Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Enzim
Meningkat
Puncak
CK-MB
6 jam
24 jam
Mioglobin
1 jam
4 8 jam
LDH
24 jam
48 72 jam
Troponin T dan I
3 jam
12 24 jam
Enzim jantung biomarker Infark Miokard
Normal
1.5 2 hari
1 1,5 hari
7 10 hari
7 10 hari
Penatalaksanaan
Tujuan tatalaksana pada Penyakit Jantung Koroner ( PJK ) :
1.
Upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi terjadinya trombotik akut dan disfungsi ventrikel kiri.
Tujuan ini dapat dicapai dengan cara modifikasi gaya hidup atau intervensi farmakologik yang akan
mengurangi progresif plak, menstabilkan plak dengan mengurangi inflamasi dan memperbaiki fungsi
endotel, dan akhirnya mencegah trombosis bila terjadi disfungsi endotel atau pecahnya plak.
Obat yang digunakan antara lain :
2.
a)
Obat anti trombotik aspirin dosis rendah, antagonis reseptor ADP ( thienopyridin ) yaitu
b)
c)
d)
e)
2.
Obat ini merupakan antagonis ADP dan menghambat agregasi trombosit. Clopidogrel
lebih diindikasikan kepada penderita dengan resistensi atau intoleransi terhadap aspirin. AHA / ACC
guidelines update 2006 memasukn kombinasi aspirin dan clopidogrel harus diberikan pada pasien
PCI dengan pemasangan stent, lebih 1 bulan untuk bare metal stent, lebih 3 bulan untuk sirolimus
eluting stent, dan lebih 6 bulan untuk paclitaxel-eluting stent.
3.
4.
5.
Nitrat
Pada umumnya disarankan, karena nitrat memiliki efek venodilator sehingga preload miokard dan
volume akhir bilik kiri dapat menurun sehingga dengan demikian konsumsi oksigen miokard juga
akan menurun. Nitrat juga melebarkan pembuluh darah normal dan yang mengalami aterosklerotik.
Menaikan aliran darah kolateral, dan menghambat agregasi trombosit. Bila serangan angina tidak
respons dengan nitrat jangka pendek, maka harus diwaspadai adanya infark miokard. Efek samping
obatnya adalah sakit kepala dan flushing.
Sediaan Nitrat
Interval
Lama kerja
0,18-0,3 ml
3-5 menit
0,5-0,6 mg
10-30 menit
10-60 menit
Amilnitrit inhalasi
Preparat sublingual
1. Nitrogliserin
2. Isosorb dinitrat
2,5-5 mg
10-60 mg
4-6 jam
Nitrogliserin oral
6.
6,5-13 mg
6-8 jam
7.
Pemberian aspirin 75 mg per hari pada semua pasien PJK tanpa kontraindikasi spesifik
(pendarahan lambung aktif, alergi aspirin atau intoleransi aspirin ) (Level evidence A).
b) Pemberian statin untuk semua pasien dengan PJK ( level evidence A).
c) Pemberian ACE-Inhibitor pada pasien dengan indikasi : hipertensi, disfungsi ventrikel kiri,
riwayat infark miokard dengan disfungsi ventrikel kiri, atau diabetes ( level evidence A).
d) Pemberian beta-blocker secara oral pada pasien gagal jantung atau yang pernah mendapat infark
miokard ( level evidence A ).
Revaskularisasi Miokard
Ada 2 cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil yang disebabkan aterosklerotik koroner
yaitu tindakan revaskularisasi pembedahan, bedah pintas koroner ( coronatry artery bypass surgery = CABG ), dan
tindakan intervensi perkutan ( percutneous coronary intervention = PCI ). Akhir-akhir ini kedua cara tersebut
mengalami kemajuan yang pesat yaitu diperkenalkannya tindakan off pump surgery dengan invasi minimal dan drug
eluting stent ( DES ).Tujuan revaskularisasi adalah meningkatkan survival, mencegah infark dan menghilangkan
gejala. Tindakan mana yang dipilih tergantung pada risiko dan keluhan pasien.
Indikasi Revaskularisasi
Secara umum, pasien yang memiliki indikasi untuk dilakukan arteriography koroner dan tindakan
kateterisasi menunjukan penyempitan arteri koroner adalah kandidat yang potensial untuk dilakukan tindakan
revaskularisasi miokard. Selain itu, tindakan revaskularisasi miokard dilakukan pada pasien jika :
a)
c)
d) Pasien lebih memilih tindakan intervensi dibandingkan pengobatan biasa dan sepenuhnya mengerti akan
risiko dari pengobatan yang diberikan kepada mereka.
Tindakan pembedahan CABG
Tindakan pembedahan lebih baik dilakukan dibanding pengobatan biasa pada keadaaan :
a. Stenosis yang signifikan ( > 50 % ) di daerah left main.
b. stenosis yang signifikan ( > 70 % ) di daerah proksimal pada 3 arteri koroner utama.
c. stenosis yang signifikan pada 2 arteri koroner utama termasuk stenosis yang cukup tinggi tingkatannya pada
daerah proksimal dari left anterior descending artery coroner
Tindakan PCI
Pada mulanya tindakan percutaneous transluminal angioplasty hanya dilakukan pada satu pembuluh darah
saja. Sekarang ini telah berkembang pesat baik oleh pengalaman, peralatan terutama stent maupun obat-obat
penunjang Pada pasien PJK stabil dengan anatomi arteri koroner yang sesuai maka PCI dapat dilakukan pada satu
atau lebih pembuluh darah ( mult vessel ) dengan baik. Risiko kematian dengan tindakan ini berkisar 0,3 1 %.
Tindakan PCI pada pasien dengan PJK stabil tidaklah menambah survival dibandingkan dengan obat medis, dan hal
ini berbeda dengan tindakan CABG.
Pemasangan stent elektif dan drug-eluting stent (DES)
Pemasangan stent dapat mengurangi risiko restenosis dan ulangan PCI dibandingkan dengan tindakan
balloon angioplasty. Saat ini telah dilengkapi stent yang dilapisi obat ( drug-eluting stent (DES) )seperti serolimus,
paclitaxel dll. Dibandingkan dengan bare metal stent, pemakaian DES dapat mengurangi restenosis. Studi RAVEL
menunjukan risiko stenosis dapat dikurangi sampai 0 %.
Direct stenting ( pemasangan stent tanpa predilatasi dengan balon lebih dulu ) merupakan tindakan yang
feasible pada penderita dengan stenosis arteri koroner tertentu yaitu tanpa perkapuran, lesi tunggal, tanpa angulasi
atau turtoasitas berat, Tindakan direct stenting dapat mengurangi waktu tindakan / waktu iskemik, mengurangi
radiasi, pemakaian kontras, dan mengurangi biaya.
Tindakan intervensi koroner perkutan primer ( Primary PCI )
Pasien PJK stabil dan mengalami komplikasi serangan jantung mendadak ( SKA ), mortalitasnya tinggi
sekali ( > 90 % ). Dengan kemajuan teknologi saat ini telah dapat dilakukan tindakan intervensi koroner perkutan
primer ( primary PCI ) yaitu suatu teknik untuk menghilangkan trombus dan melebarkan pembuluh darah koroner
yang menyempit dengan menggunakan kateter balon dan sering kali dilakukan pemasangan stent. Tindakan ini dapat
menghilangkan penyumbatan dengan segera, sehingga aliran darah dapat menjadi normal kembali, sehingga
kerusakan otot jantung dapat dihindari. PCI primer adalah pengobatan infark jantung akut dan menurunkan
mortalitas sampai dibawah 2 %.
3.9 Komplikasi
3.10Prognosis
Kecirian prognosis penyakit jantung koroner
1.
Dalam satu tahun setelah kambuhnya penyakit jantung, sekitar 42 persen penderita wanita
mungkin meninggal, angka itu lebih tinggi satu kali lipat daripada kaum lelaki.
2.
Sesudah pertama kali penyakit jantung kaum wanita kambuh, keadaan itu lebih mudah terjadi
ulang dibandingkan dengan kaum lelaki.
3.11Pencegahan
1. Pola makan sehat
2. Hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi.
3. Menjaga Tubuh ideal dari kegemukan
Karena seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko lebih besar terkena
penyakit ini.
4. Berhenti merokok
5. Hindari Stres
6. Hipertensi
7. Obesitas
8. Olahraga secara teratur
9. Konsumsi antioksidan
Untuk pasien yang mengalami sindrom coroner akut, panduan terapi berikut, menggunakan pertolongan
akronim ABCD, dapat dilakukan :
C untuk terapi kolesterol (cholesterol) dan menghentikan rokok (cigarette smoking cessation).
Pada dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang mewakilkan satu denyut jantung (satu kali
aktifitas listrik jantung).
- Titik P mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi pada atrium jantung (dextra & sinistra)
- Titik Q, R dan S mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi (listrik) pada ventrikel jantung (dextra &
sinistra)
Sedangkan titik T berarti relaksasi pada ventikel jantung.
Gambar EKG
b) Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki kiri (LF) yang bermuatan (+)
c) Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang bermuatan (-) dan kaki kiri (+).
b. Sandapan Unipolar
a) Sandapan Unipolar Ekstremitas
aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang bermuatan (+), dan elektroda (-)
gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+), dan muatan (-) gabungan
tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dan elektroda (-) dari
gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
Abnormal
A. SA Node
( Sinus Bradikardia)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.
(Sinus Takikardia)
Ciri-cirinya):
Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi jantung (HR) lebih dari 100x/menit.
(Sinus Aritmia)
Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus aritmia iramanya tidak teratur karena
efek inspirasi & ekspirasi.
(Sinus Arrest)
Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
(Sinus Blok)
Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari
RR interval.
B. Otot Atrium
(PAC or AES)
Ciri-cirinya :
Anda perhatikan normal gel P yang berasal dari SA node, gel P yang berasal dari otot atrium tidak sama dengan gel
P yang berasal dari SA node. PAC (premature atrial contraction)or AES ( atrial ekstra sistole) yaitu gel P yang
muncul sebelum waktunya dan bentuk gelombangpun beda dengan normal gel P yang berasal dari SA node. Kalau
anda temukan gel P yang berbeda dan muncul persis sama dengan waktu yang seharusnya, ini dinamakan Atrial
escape beat.
(Atrial Flutter)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal
(Atrial Takikardia)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial takikardia maka gambaran ini dinamakan
paroksimal atrial takikardia (PAT).
(Junctional Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.
(Junctional Takikardia)
Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional takikardia lebih dari 100 x/menit.
(Accelerated Junctional)
Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated junctional antara 60-100 x/menit.
ciri-cirinya :
Adanya delta wave
PR interval kurang dari normal
Otot ventrikel didepolarisasi bukan melalui sistem konduksi yang normal, melainkan melalui jalur pendek atau
bypass sehingga ditemukan PR interval yang pendek.
D. Ventrikel Region
(Idioventrikular Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 20 - 40 x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar or lebih dari normal
(Accelerated Idioventrikular)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular
(VT Polymorphic)
Ciri-ciri :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.
(ventrikel Fibrilasi/VF)
Ciri-ciri :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.
(Torsade de pointes)
Ciri-ciri :
Irama irregular
Frekwensi lebih dari 200x/menit
Komplek QRS lebar
Keadaan ini sangat cepat dan berubah ke VF atau asystole