Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkrmbangnya kegiatan ekonomi dan tumbuhnya sektor industri membuat kota-kota besar di
seluruh dunia kini menghadapi tantangan besar. Mulai dari permasalahan urbanisasi yang tumbuh luar
biasa, serta berbagai problematika yang mengikutinya, seperti kemacetan, kriminal, sampah,
kesehatan, transportasi, lapangan kerja, dan lain-lain.Penduduk kota saat ini diperkirakan 50% dari
populasi dunia, di mana daerah perkotaan menghabiskan 75% dari konsumsi energi dan memproduksi
80% emisi karbon. Di sisi lain, peningkatan jumlah penduduk tidak disertai dengan ketersediaan
sumberdaya sehingga di perkotaan dapat ditemui kondisi kekurangan pekerjaan, kekurangan lahan
dan air bersih, serta fasilitas umum yang makin terus berkurang. Dengan demikian, setiap individu di
perkotaan mendapat jatah sumberdaya yang semakin sedikit. Munculnya keinginan masyarakat
global mewujudkan sebuah kota yang layak huni untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang
begitu cepat, sehingga pemerintah menyiapkan solusi pembangunan kota terangkum dalam konsep
kota masa depan bernama Smart City.
Pengertian Smart City
Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat yang berada
di dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang
tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian
yang tak terduga sebelumnya. Smart City cenderungmengintegrasikan informasi di dalam kehidupan
masyarakat kota.definisi lainnya Smart City didefinisikan juga sebagai kota yang mampu
menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber
daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat (Caragliu,A., dkk dalam
Schaffers,2010:3). Kourtit & Nijkamp (2012) mengungkapkan bahwa Smart City telah menjadi
landmark dalam perencanaan kota. Smart City merupakan hasil dari pengembangan pengetahuan yang
intensif dan strategi kreatif dalam peningkatan kualitas sosial-ekonomi, ekologi, daya kompetitif kota.
Kemunculan Smart City merupakan hasil dari gabungan modal sumberdaya manusia (contohnya
angkatan kerja terdidik), modal infrastruktur (contohnya fasilitas komunikasi yang berteknologi
tinggi), modal sosial (contohnya jaringan komunitas yang terbuka)dan modal entrepreuneurial
(contohnya aktifitas bisnis kreatif). Pemerintahan yang kuat dan dapat dipercaya disertai dengan
orang-orang yang kreatif dan berpikiran terbuka akan meningkatkan produktifitas lokal dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu kota.

Dari Pengertian diatas bisa disimpulkan kalau smart city itu sebuah kota pintar yang
membantu masyarakat disuatu kota untuk bisa mengelola apa yang ada disekitarnya denga sebaik
mungkin dan memebantu masyarakat untuk hidup lebih baik, dan nyaman akan kotanya.Smart city
diidentifikasikan pada 6 sumbu utama yaitu
Smart Goverment( Pemenrintahan Pintar)
Smart Economy (Ekonomi Pintar )
Smart Live (Hidup pintar)
Smart Living(Lingkungan pintar)
Smart People(Orang/Masyarakat Pintar)
Smart Mobility (Mobilitas pintar)

1.

Pengertian 6 Sumbu Utama Smart City


Ekonomi pintar (inovasi dan persaingan) : maksudnya ini adalah semakina tinggi inovasiinovasi baru yag ditinkatkan maka akan menamnabah peluang usaha baru dan mningkatkan
persaingan pasar usaha/modal.
Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur) : Pengelolaan infrastruktur kota yang
dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistern pengelolaan terpadu dan diorientasikan
untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan publik.
Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial) : Pembangunan senantiasa membutuhkan
modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal
sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya. Modal
sosial termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, gotong royong, toleransi, penghargaan,
saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa
tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi,
menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan
Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber daya) : lingkungan pintar itu berarti
lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan,Keberrlanjutan sumber daya,keindahan fisik
maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat dan publik.lingkngan yang bersih tertata,
RTH yang stabil merupakancontoh dari penerapan lingkungan yang pintar.
Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan) : Berbudaya, berarti bahwa manusia
memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam
artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara
langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang
baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari
pendidikan yang berkualitas.
Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan partisipasi). : Kunci utama keberhasilan
penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi
hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan
akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip desentralisasi, daya
guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing.

Tujuan Smart City


Tujuan dari konsep smart city ini adalah untuk mengatasi berbagai karakteristik inovasi
ekosistem oleh semua gagasan smart city diantaranya menjadi kota hijau, saling berhubungan, terpadu
untuk semua lapisan dan bentuk kota. Perencanan smart city menggunakan model referensi untuk
menentukan konsep tata letak kota yang cerdas dan berkarakter. Smart city ini pada intinya memiliki 6
dimensi yaitu ekonomi yang cerdas, mobilitas cerdas, lingkungan pintar, orangnya cerdas, cerdas
dalam hidup dan akhirnya pemerintahan yang cerdas pula. Konseptual Smart city dapat digunakan
juga untuk evaluasi kemampuan inovatif pererencanaan kota. Selain itu model ini juga dapat untuk
sinkronisasi dan pengoptimalan kota investasi dalam ekonomi dan broadband.Tujuan utama dari

pembangunan sebuah Kota Pintar (Smart City) adalah bagaimana kita melestarikan lingkungan,
meningkatkan daya saing ekonomi dan membangun masyarakat yang madani. Institut investasi
Indonesia (3i) bersama Federasi Pembangunan Perkotaan Indonesia (FePPI), Asosiasi Pemerintah
Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI)
berkepentingan untuk memulai kampanye pembangunan perkotaan di Indonesia agar menjadi lebih
cerdas dan lebih sukses, sebuah Kota Pintar yang mampu mendukung masyarakatnya untuk hidup
makmur, adil dan sejahtera.
Perspektif teknologi-sentris saja tidak akan membuat sebuah kota menjadi lebih pintar,
modern, berkelanjutan dan menarik. Tantangan integrasi melibatkan lebih dari sekedar teknologi,
tetapi juga mencakup seluruh paket layanan kota, termasuk pengelolaan sumber daya alam,
transportasi, perkantoran dan perumahan, kesehatan, pengelolaan sampah, pendidikan, kebudayaan,
pariwisata dan pelayanan masyarakat.Dengan kata lain, kebutuhan untuk mengintegrasikan semua
perangkat kota meluas ke segala bidang yang akhirnya membuat sebuah kota layak untuk dihuni. Ini
termasuk struktur organisasi pelayanan masyarakat, perencanaan pembangunan kota dan
pengelolaannya. Kota yang maju di seluruh dunia secara aktif berinovasi dengan menggunakan
teknologi tinggi untuk memberikan pelayanan maksimal kepada warganya.
Para pemimpin dan perencana kota seharusnya terus berkordinasi memaksimalkan
penggunaan teknologi terbarukan, untuk meningkatkan pelayanan publik dengan managemen yang
efektif dan terbuka.Untuk mencapai tujuan ini perlu dilakukan pengintegrasian berbagai teknologi
seperti; menggunakan alat pengukur canggih, pembuatan kendaraan bertenaga listrik serta desain
bangunan yang modern dan pintar. Ini semua dapat memberikan efisiensi energi pada bidang
transportasi, konstruksi, pengelolaan perumahan, area bisnis dan gedung pemerintahan.Tidak kalah
pentingnya, perlu dibangun sistem koneksi yang bisa menghubungkan semua jaringan listrik dengan
teknologi informasi dan telekomunikasi sehingga dapat memberikan pelayanan listrik yang maksimal,
aman, murah, ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi emisikarbon.Salah satu ciri terpenting
dari sebuah kota pintar adalah adanya landasan yang sama dan dapat diukur, yang tidak berdasarkan
kepemilikan tetapi harus dapat saling terkoneksi. Infrastruktur ini memanfaatkan teknologi tinggi dan
arsitektur yang terintegrasi sehingga dapat dengan mudah dibangun dan dipelihara pada seluruh
domain pelayanan perkotaan.Ini adalah pondasi dari seluruh pelayanan perkotaan dalam satu kesatuan
sistem pintar yang saling terintegrasi,sehingga dapat berinteraksi secara efektif melalui sebuah pusat
kontrol.
Contoh Fasilitas Kota Berkonsep Smart City
Teknologi modern serta perencanaan kota yang ramah lingkungan telah menghasilkan sejumlah
inovasi baru. Banyak kota besar di dunia berusaha meningkatkan keseimbangan secara berkelanjutan,
yang akan menjadi daya tarik kota itu sendiri. Berbagai macam inovasi berkembang ke berbagai unsur
layanan kota pintar. Berikut adalah contoh dari fasilitas kota dengan konsep Smart City

Perumahan dan Gedung Perkantoran


Untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam pengoperasian bangunan dan
konstruksi, di beberapa kota telah dilakukan perbaikan pada infrastruktur serta sertifikasi bangunan
untuk mengurangi penggunaan listrik dan air. Penggunaan smart metering dan smart building
teknologi membantu memaksimalisasi kontrol penggunaan.Pengaturan kode etik dalam proses

pembangunan, standarisasi dan sertifikasi adalah salah satu cara penting untuk menciptakan bangunan
yang ramah lingkungan. Banyak kota telah menjalankan program pengawasan kodeetik dan standar
dalam proses pembangunan dan renovasi gedung.

Pengelolaan sumber daya alam


Dalam hal pasokan dasar sumber daya alam, banyak kota yang bekerja keras untuk mengurangi
intensitas karbon dari energi yang digunakan masyarakat serta meningkatkan efektifitas, efisiensi
pasokan dan jaringan distribusi.Berbagai sumber energi terbarukan seperti energi tenaga air, angin,
sampah, ombak, matahari, dan panas bumi akan menjadi sumber energi penting. Pada tahun 2010,
lebih dari 100 negara telah menetapkan target untuk energi terbarukan, naik dari hanya 55 negara pada
tahun 2005. Sampai tahun 2020 penggunaan energi terbarukan ditargetkan sekitar 15% hingga 25%,
tetapi ada beberapanegara sudah melampaui target ini

Kesehatan dan keselamatan


Teknologi informasi dan telekomunikasi secara inovatif telah mengubah kemampuan kota untuk
menyediakan.pelayanan kesehatan jarak jauh kepada masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di
panti jompo dan daerah terpencil.Penerapan teknologi modern merupakan bagian terpenting dari
proyek ini.Beberapa pasien dilengkapi dengan perangkat yang dapat mengukur tekanan darah dan
glukosa darah secara otomatis, menggunakan sebuah televisi set-top box yang berfungsi sebagai
computer yang mampu meng-upload hasil tes ke Service Center Telecare.Para perawat kemudian
menganalisa hasil diagnosa tersebut dan merekomendasikan perawatan yangdiperlukan.Salah satu
manfaat dari program ini adalah bahwa pasien tidak harus meninggalkan tempat tinggalnya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
Pendidikan dan budaya
Model pelayanan pendidikan pada kota pintar (Smart City) baik negeri maupun swasta, diterapkan
terutama menggunakan teknologi modern. Termasuk penyediaan fasilitas untuk kegiatan rekreasi dan
kebudayaan seperti :musik, teater, olahraga dan kegiatan rekreasi lainnya. Tidak kalah pentingnya,
pendidikan dalam konteks Kota Pintar (Smart City) adalah kebutuhan untuk melibatkan masyarakat
dalam proses pendidikan, dimana akan terjadi perubahan perilaku untuk menjadi lebih baik sehingga
dapat meningkatkan keseluruhan aspek keberlanjutan dan kesehatan lingkungan kota.

Faktor-faktori Pertimbangan Perencanaan Smart City


Berikut ini adalah beberapa faktor yang penting untuk dipertimbangkan saat merencanakan sebuah
kota menjadi Smart City.

Mendorong dan mengembangkan pola baru struktur


kepemimpinan dan tata kelola Kota dan para pelaku usaha harus dapat bekerjasama dalam
memperjuangkan konsep Smart City, menyikapi tantangan dengan bijaksana untuk mendapatkan
keberhasilan dalam melayani masyarakat. Pemimpin Kabupaten/Kota perlu kepercayaan dan
dukungan dari mitra usaha; demikian juga sebaliknya, para pelaku usaha membutuhkan dukungan dari

Para pemimpin kota.

Bekerjasama dengan melibatkan semua pihakUntuk berhasil melaksanakan misi sebagai Kota pintar,
Pemimpin Kabupaten/Kota harus dapat bekerjasama menyelaraskan kepentingan dan tujuan dari
berbagai sektor, lembaga masyarakat, sektor swasta dan seluruh komponen masyarakat.

Membangun dan menggunakan infrastruktur pintar


Pemimpin Kabupaten/Kota harus mulai menjajaki teknologi dan konsep infrastruktur yang modern,
terintegrasi dan pintar. Dengan menghadiri Konferensi dan pameran teknologi di seluruh dunia
sehingga memiliki pengetahuan dan menimba pengalaman dari berbagai kota di negara lain sehingga
akan lebih mudah untuk memulai inisiatif pembangunan kota pintar di daerahnya.

Mempersiapkan model pembiayaan yang mampu


menjawab tantangan dan peluang ke depanModel standar pembiayaan investasi infrastruktur
konvensional biasanya tidak memadai dalam membangun sebuah kota pintar, sehingga diperlukan
model dan pendekatan baru. Misalnya, menggunakan tabungan dari teknologi dengan model jatuh
tempo seperti smart meter, bisa mendanai penelitian teknologi lainnya dan pengembangan bersama
berbagai bagian dari infrastruktur pintar.

BAB II
PERKEMBANGAN SMART CITY DISURABAYA
Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur. Yang terletak dikoordinat 716LU 11243BT,
dengan luas wilayah 374.8 km2 (144.7 mil), yang menjadikan Surabaya sebagai kota terbesar kedua
di Indonesia setelah Jakarta , dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa.
Pada saat ini surabaya dipimpin oleh walikota yaitu Ir.Tri Rismaharini, M.T, yang merupakan wanita
pertama yang terpilih sebagai Wali Kota Surabaya sepanjang sejarahnya. Insinyur lulusan Arsitektur
dan pasca sarjana Manajemen Pembangunan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember.Di masa
kepemimpinannya di DKP, hingga menjadi wali kota, Surabaya menjadi lebih asri dan tertata dengan
baik dibandingkan sebelumnya, lebih hijau dan lebih segar.Taman-tamankota yang dibangun Risma
adalah pemugaran taman bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park,
taman di Bundaran Dolog, taman buah Undaan, serta taman di Bawean, dan di beberapa tempat
lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya. Selain itu Risma
juga membangun jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang
kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan PanglimaSudirman.Di bawah
kepemimpinannya, Kota Surabaya meraih tiga kali piala adipura yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013
kategori kota metropolitan. Selain itu, kepemimpinan Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi
kota yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan
pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.
Dalam rilis Pemerintah Kota Surabaya yang diterima Kompas menyebutkan d alam ajang tersebut
Surabaya meraih 3 dari 4 penghargaan yaitu Smart Governance, Smart Living dan Smart Environment
setelah menyisihkan 59 peserta lain dari 33 pro vinsi di Indonesia.Bagian dari penjurian tersebut, tim
penilai telah mengunjungi Surabaya pada Juli lalu, untuk melihat seberapa jauh pengimplementasian
konsep kota pintar. Adapun faktor dan indikator yang dinilai dan menjadi penentu kemenangan

Surabaya di ajang tersebut adalah Smart Governance, meliputi antara lain keterlibatan publik dalam
pengambilan keputusan, sistem administrasi kependudukan, sistem administrasi p erijinan, partisipasi
warga dan sistem monitoring area publik.Smart Living antara lain tentang p enerimaan murid baru o
nline, SIM sekolah o nline, portal p ariwisata, CCTV pemantau lalu lintas dan fasilitas wifi gratis di
tempat publik. Sementara Smart Environment di antaranya meliputi sistem peringatan d ini
bencana,sistem pengolahan sampah berbasis teknologi informasi dan sistem monitoring aiir berbasis
TI .
Perkembangan Surabaya Menuju Smart City
Kemunculan Smart City merupakan hasil dari gabungan modal sumberdaya manusia (contohnya
angkatan kerja terdidik), modal infrastruktur (contohnya fasilitas komunikasi yang berteknologi
tinggi), modal sosial (contohnya jaringan komunitas yang terbuka) dan modal entrepreuneurial
(contohnya aktifitas bisnis kreatif). Pemerintahan yang kuat dan dapat dipercaya disertai dengan
orang-orang yang kreatif dan berpikiran terbuka akan meningkatkan produktifitas lokal dan
mempercepat pertumbuhana ekonomi suatu kota.Komponen-komponen penting dalam konsep Smart
City ini meliputi 3komponen yaitu: teknologi (hard infrastructure maupun soft infrastructure),
manusia (kreatifitas, pendidikan), dan institusi (pemerintahan dan kebijakan) (Nam & Pardo, 2011).
Hubungan dari ketiga faktor ini dapat menciptakan Smart City, yaitu ketika investasi pada modal
manusia/sosial dan infrastruktur dengan teknologi informasi dan komunikasi dapat mendorong
pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya dengan disertai
pemerintahan yang partisipatif.
Seperti yang diketahui surabya memenangkan penghargaan smarrt city award tahun 2011 yang
diadakan oleh majalah Warta Ekonomi. Kota Surabaya pasti telah melakukan manajemen-manajemen
kota yang lebih baik daripada kota-kota lain di Indonesia sehingga dapat meningkatkan performa kota
yang pada akhirnya mengantarkan Surabaya untuk memenangkan Smart City Awards 2011. Kota ini
memang merupakan kota besar di Indonesia memiliki permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan kepadatan kota, sehingga Pemerintah Kota Surabaya ingin melakukan pembangunan dan
manajemen kota yang lebih baik. Arahan-arahan pembangunan kotanya memiliki tujuan untuk
memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya, tidak secara sengaja ingin
menggunakan konsep Smart City yang sudah ada. Akan tetapi ternyata pada perkembangannya,
arahan pembangunan kota yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya sesuai dengan prinsipprinsip Smart City. Smart City memiliki 6 dimensi yang harus dipenuhi untuk mewujudkannya. Oleh
karena itu, untuk melihat proses pembangunan kota menuju Smart City yang dilakukan Surabaya akan
dilihat bagaimana tiap dimensi tersebut diwujudkan di Kota Surabaya. Keenam dimensi Smart City
tersebut yaitu smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment,
dan smart living. Dalam pembangunan dan pengelolaan kota, melihat penerapan di beberapa kota,
dapat dilihat bahwa ada dua jenis pendekatan yang dilakukan sebuah kota dalam menerapkan konsep
Smart City. Dua pendekatan tersebut adalah pendekatan holistik dan pendekatan sektoral. Pendekatan
holistik berarti bahwa pembangunan dan pengelolaan kota dengan konsep Smart City, khususnya pada
pemanfaatan teknologi untuk memudahkan dan memberi kenyamanan masyarakat kota dilakukan
pada semua dimensi, dimulai secara bersamaan. Sedangkan pendekatan secara sektoral dilakukan
dengan fokus pada satu dimensi terlebih dahulu, misalnya dalam manajemen limbah, atau untuk
efisiensi energi.

Di Kota Surabaya, dari hasil grand tour yang sudah dilakukan, kemungkinan besar Kota Surabaya ini
menggunakan pendekatan yang holistik dalam pembangunan kotanya menuju Smart City. Hal ini
dilihat dari program-program pembangunannya yang pada dasarnya memang tidak berfokus pada satu
dimensi, namun dari semua dimensi dibangun, sesuai dengan kebutuhan ataupun permasalahan yang
ada. Kota Surabaya telah berupaya memanfaatkan teknologi dalam semua dimensi, sebagai suatu
sarana untuk mempermudah aktifitas di dalam kota, baik bagi kinerja pemerintahnya sendiri, maupun
mempermudah pelayanan bagi masyarakat Kota Surabaya.Berdasarkan analisis deret waktu yang
dilakukan,hingga penelitian ini dilakukan ada 4 fase yang sudah dilakukan oleh Surabaya. Setelah
fase keempat, masih belum diketahui apa fase selanjutnya karena ini masih dalam proses menuju
Smart City.

Fase 1: PEMBENAHAN INTERNAL PEMERINTAH (2003-2005)


Dalam fase pertama ini, pembenahan kinerja pemerintah menjadi fokus utama. Hal ini
dilatarbelakangi oleh kondisi Kota Surabaya saat itu memang sedang dalam krisis politik dan kinerja
pegawai Pemerintah Kota yang buruk sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sangat
rendah. Perubahan kemudian dimulai dengan adanya walikota baru, yaitu Bambang Dwi
Hartono,yang memiliki ambisi untuk memperbaiki kinerja pemerintah dan memiliki perhatian yang
lebih pada pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pembenahan kinerja pemerintah
ini dilakukan dengan memperbaiki skill pegawai pemerintah dan peningkatan kinerja pemerintah
dengan memanfaatkan Fase ini juga ditandai dengan pemanfaatan TIK yang masih dominan dalam
lingkup internal Pemerintah Kota Surabaya sebagai suatu sarana membangun sistem pemerintahan
yang lebih baik. Penggunaan TIK yang masih dalam lingkup pemerintah kota ini juga yang
membedakan fase ini dengan fase

Fase 2: PENGUATAN MODAL SOSIAL (2006-2008)


Pada fase 2 ini fokus dari program-program pembangunan adalah untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat dan penyiapan masyarakat agar bisa memanfaatkan TIK. Selain dua fokus tersebut,
program pemerintah juga terkait pada masalah prioritas saat itu, yaitu perbaikan kondisi lingkungan
Kota Surabaya. Oleh karena itu, program-program yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya yaitu 1)
pembentukan kader dan fasilitator lingkungan sebagai upaya pengembalian kepercayaan masyarakat
dan upaya memperbaiki kondisi lingkungan, 2) peresmian kampung-kampung unggulan sebagai
upaya mengembalikan kepercayan masyarakat, 3) pembangunan Broadband Learning Center (BLC)
untuk menyiapkan masyarakat melek teknologi, dan 4) diseminasi informasi secara aktif kepada
masyarakat. Seiring dengan program-program tersebut, peningkatan kinerja pemerintah juga tetap
berlanjut. Berbagai sistem TIK dikembangkan di dalam pemerintah Kota Surabaya, baik sistem untuk
meningkatkan kinerja pemerintah, maupun aplikasi yang dipersiapkan untuk pelayanan publik
nantinya. Selain itu juga pembangunan infrastruktur tetap terus dilakukan sehingga jaringan TIK bisa
mencapai level kelurahan.

Fase 3: PENGEMBANGAN LAYANAN EKSTERNAL PEMERINTAH (2009-2010)


Fase ketiga merupakan fase yang berfokus pada pengembangan pelayanan publik berbasis TIK ketika
masyarakat sudah dianggap lebih siap terhadap teknologi. Pemerintah Kota Surabaya berambisi untuk

memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih mudah dengan bantuan teknologi.
Pelayanan publik yang dikembangkan adalah dalam bidang pendidikan dengan aplikasi Digischool,
pelayanan akses internet gratis kepada masyarakat, pemanfaatan media-media jejaring sosial
(facebook dan twitter) dalam mendiseminasikan informasi.

Fase 4: PENGEMBANGAN LAYANAN KOTA BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI


Pada fase ini, Pemerintah Kota Surabaya sudah mulai menggunakan infrastruktur-infrastruktur yang
lebih canggih untuk menuju Smart City. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya konsep Smart City yang
telah berkembang di mana terdapat penggunaan sensor-sensor dalam suatu sistem transportasi. Hal ini
mendorong Kota Surabaya untuk mengembangkan sistem penanggulangan bencana SEARS
(Surabaya Early Warning System), Sistem transportasi cerdas ITS-ATCS, dan pengolahan sampah
menjadi energi. Penggunaan TIK juga semakin banyak dan terus dikembangkan dengan beragam
aplikasi dan layanan berbasis teknologi.
Pembangunan Kota Surabaya pada dasarnya telah mencakup enam dimensi yang dikemukakan oleh
Griffinger (2007) yaitu smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart
environment, dan smart living. Prosesnya memang bertahap, disesuaikan dengan kondisi kota saat itu
(misalnya: prioritas masalah, kesiapan masyarakat, anggaran) sehingga prosesnya terkesan lambat.
Pembangunan Kota Surabaya juga tidak bersifat sektoral, namun lebih menggunakan pendekatan
holistik, secara perlahan namun pada semua dimensi. Dari kasus Surabaya ini dimensi yang lebih
dahulu digarap adalah smart governance dan smart people yang menjadi modal dasar pembangunan
menuju Smart City.
Jika memposisikan hasil temuan penelitian ini terhadap teori atau konsep yang sebelumnya, beberapa
temuan dalam penelitian ini mendukung konsep yang sudah ada. Tiga pondasi awal dari hasil
penelitian yaitu teknologi, masyarakat, dan pemerintah (sebagai institusi) mendukung konsep Nam &
Pardo (2011) yang menyatakan bahwa komponen penting Smart City adalah teknologi, manusia, dan
institusi. Selain itu, terkait dengan kinerja pemerintah, Pembenahan kinerja pemerintah sebagai
pondasi awal juga mendukung konsep Kourtit & Nijkamp (2012) yang menyebutkan bahwa
pemerintah yang kuat, dapat dipercaya disertai orang-orang yang kreatif dan berpikiran terbuka
merupakan dukungan yang kuat menuju Smart City.

BAB III
KESIMPULAN
Kedudukan manusia di dunia adalah sebagai khalifah Allah atau pengganti Allah, yang diberi tugas
untuk memelihara dan melestarikan alam, mengambil manfaat serta menggali dan mengolah kekayaan
alam
demi
terwujudnya
kedamaian,
kemakmuran,
dan
kesejahteraan
segenap
umat manusia.Umat manusia akan dapat melaksanakan tugas yang luhur tersebut, apabila semasa
hidup di dunia meningkatkan kemampuan jasmani dan rohaninya (akal, nafsu, dan kalbu) ke arah
yang lebih maju dalam bidang-bidang positif, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain itu,umat manusia harus selalu ingat kepada Allah SWT (zikrullah), melaksanakan
semua perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya (bertakwa).

Keterkaitan Surah diatas dengan surabaya menuju smart city, bisa dilihat dari pemerintahnya
bagaimana pemerintah surabaya bisa memimpin dan mengelola kota surabaya begitu baik,itu semua
bisa dilihat bagaiaman keadaan kota surabaya sekarang dan Dari kasus Surabaya ini dimensi yang
lebih dahulu digarap adalah smart governance dan smart people yang menjadi modal dasar
pembangunan menuju Smart City,jadi bisa disimpulkan bahwa surah diatas menjelaskan bagaimana
tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi dan surabaya merupakan contoh bagaiamana maanusia
menggunakan hasil bumi secara baik,lingkungannya dan saling bekerja sama antar pemimpin dan
masyarakat.
Melihat pengalaman Kota Surabaya menuju Smart City, apabila dibandingkan dengan kota-kota lain
di negara maju yang menerapkan konsep ini, memang bisa dikatakan bahwa pencapaian Surabaya
masih belum seberkembang kota lain. Surabaya masih tertinggal, khususnya pada pengembangan
teknologi untuk meningkatkan kenyamanan dan kemudahan aktifitas di dalam kota. namun hal
tersebut memang wajar terjadi, karena kondisi kota yang berbeda, baik dari fisik, ekonomi, sosial,
maupun prioritas permasalahan yang berbeda membuat penerapan konsep Smart City pada berbagai
kota menjadi berbeda.
Di kota yang sudah maju, proses pembangunan juga lebih banyak dalam bidang fisik, dengan
berbagai pembangunan infrastruktur, tidak lagi ada pembenahan kinerja pemerintah dan pendekatan
sosial seperti yang terjadi di Surabaya. Pembangunan Kota Surabaya pada dasarnya telah mencakup
enam dimensi yang dikemukakan oleh Griffinger (2007) yaitu smart economy, smart people, smart
governance, smart mobility, smart environment, dan smart living. Prosesnya memang bertahap,
disesuaikan dengan kondisi kota saat itu (misalnya: prioritas masalah, kesiapan masyarakat, anggaran)
sehingga prosesnya terkesan lambat. Pembangunan Kota Surabaya juga tidak bersifat sektoral, namun
lebih menggunakan pendekatan holistik, secara perlahan namun pada semua dimensi.
Dari kasus Surabaya ini dimensi yang lebih dahulu digarap adalah smart governance dan smart people
yang menjadi modal dasar pembangunan menuju Smart City. Jika memposisikan hasil temuan
penelitian ini terhadap teori atau konsep yang sebelumnya, beberapa temuan dalam penelitian ini
mendukung konsep yang sudah ada. Tiga pondasi awal dari hasil penelitian yaitu teknologi,
masyarakat, dan pemerintah (sebagai institusi) mendukung konsep Nam & Pardo (2011) yang
menyatakan bahwa komponen penting Smart City adalah teknologi, manusia, dan institusi. Selain itu,
terkait dengan kinerja pemerintah, Pembenahan kinerja pemerintah sebagai pondasi awal juga
mendukung konsep Kourtit & Nijkamp (2012) yang menyebutkan bahwa pemerintah yang kuat, dapat
dipercaya disertai orang-orang yang kreatif dan berpikiran terbuka merupakan dukungan yang kuat
menuju Smart City.

Anda mungkin juga menyukai