Diajukan kepada :
dr. H. Sukartono T. Sp.PD, FINASIM
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Peserta
Nama Pendamping
: dr.Venty Widjajanti
Nama Pembimbing
Nama Wahana :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Tanda Tangan
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping Interenship
Mengetahui,
Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta
Tanggal (kasus)
: 21 November 2013
Pendamping
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Diagnostik
Manajemen
Neonatus
Bayi
Anak
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Masalah
T Istimewa
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Pasien datang dengan keluhan muntah darah 1 hari SMRS. Muntah berisi
darah berwarna hitam sebanyak 1/4 gelas aqua dengan frekwensi 1 kali.
Menurut pasien keluhan muntah darah ini di dahului oleh rasa mual. Keluhan
muntah darah ini disertai dengan keluhan BAB yang bercampur darah hitam
seperti kopi 1 minggu SMRS. Karena keluhan tersebut di atas pasien segera
dibawa oleh keluarga ke RSI
Pasien mengaku mempunyai riwayat penyakit maag sejak 3 tahun yang
lalu dan mempunyai kebiasaan minum obat pegel linu yang baisa dibeli di pasar
pada saat sebelum keluhan datang hingga sekarang kurang lebih sejak 5 tahun
yang lalu. BAK tidak ada keluhan.
Tujuan:
Mendiagnosis, dan memberikan tatalaksana yang tepat sesuai dengan penyakit
yang dialami pasien.
Bahan bahasan
Tinjauan Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Riset
Kasus
Email
Audit
Pos
DATA PASIEN
Nama
: Ny. Y
Usia
: 51 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
No. RM
: 207719
Tanggal Masuk
: 21 November 2013
: disangkal
: disangkal
Sistem Cerebrospinal
: kejang (-)
Sistem Cardiovaskular
Sistem Respirasi
(+)
Sistem Genitourinari
Sistem Integumen
2. Obyektif
IGD
Keadaan Umum: Compos mentis, tampak lemas
Tanda Vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi
Pernapasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,5C
Pemeriksaan fisik:
Jantung
konfigurasi jantung kesan dalam batas normal
Paru
Auskultasi
(-), ronchi basah kasar (-) basal paru, ronchi basah halus (-) di
basal paru
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
HbSAg
Bilirubin direct
Bilirubin total
GDS
SGOT
SGPT
21/11
10,7
37
12
283
Negatif
0.32
0.91
108
17
17
22/11
9.6
28
9.8
250
Satuan
g/dL
%
103/ul
103/ul
Nilai Rujukan
13,5 -17,5
33-45
4,5-11
150-450
mg/dl
u/L
u/L
0- 25
0- 11
60-140
0-35
0-45
Ekstermitas
Akral oedem
: Superior -/-
Inferior -/-
Akral sianosis
: Superior -/-
Inferior-/-
Akral dingin
: Superior -/-
Inferior -/-
Pemeriksaan penunjang:
a. Laboratorium darah
b. EKG
Sinus takikardi 128 bpm
3. Assesment :
Diagnosis IGD : Hematemesis melena
Daftar masalah :
Anamnesis
a. Muntah darah
b. Mual
c. BAB hitam
d. Nyeri ulu hati
e. Kebiasaan konsumsi obat pegal linu
Pemeriksaan fisik
f.
g.
h.
i.
TD 150/100 mmHg
HR : 128x/menit reguler
RR : 20x/menit
Nyeri tekan epigastrium
Pemeriksaan penunjang
Dalam batas normal
Analisis dan sintesis
DAFTAR MASALAH
No.
Masalah Aktif
Masalah
Tanggal
Abnormalitas
Inaktif
1.
Hematemesis
2.
3
melena
Gastropati NSAID
HT Stage 1
4. Plan :
Planning IGD :
-
Pemasangan NGT
Hematemesis Melena
Ip. Dx : Endoskopi
Ip. Tx :
Bed rest tidak total
Infus D 5% 20 tpm
Inj. Ranitidin 1 amp/8jam
Inj. Ondancentron 1amp/8jam
Inj Asam tranexamat 1 amp/8jam
Kanamicin 3 x500mg
Lansoprazole 2x 40mg
Sukralfat 3x C1
Antasid 3x C1
Ip. Mx : keadaan umun vital sign
Ip. Ex : Penjelasan kepada pasien tentang penyakit dan diet yang tepat
Problem 2. Dispepsia ulcus type
Ass
Ip Dx : Endoskopi
IpTx
IpMx
IpEx
IpPx
:ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
: Komplikasi : Retinopati HT
HHD
CVA
IpPx
: ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad malam
Ad functionam
: dubia ad bonam
PROGRESS REPORT
Hari
/ Subyektif
Tgl
Rabu
Mual
21/11
muntah
Obyektif
(+), CM,
Asessment
Plan DPJP
tampak Hematemesis
darah lemas
Usul planning :
melena ec dd tpm
variseal
3x (+)
HR : 80x/menit
bleeding
RR : 20x/menit
non
t: 36 oC
bleeding
Inj.
DL,
dd traneksamat
Bilirubin total,
variceal 1amp/8jam
bilirubin direct
Inj
Cor : dbn
Ondacentron
Usul
Pulmo : dbn
1amp/8jam
tambahan:
epigastrik
1amp/8jam
CI
PO
Propanolol 3
x 10mg
Dexanta syr
6x 1 CI
Lanzoprazol
2 x 40mg
Kanamicin 3
x 500 mg
Cefotaxim 2
x 1 gr
Transfusi
whole blood
22/11
Mual
SGOT
(+), CM
Gastropati
ec Diteruskan
Inj
produk
NGT TD : 120/80
NSAID
dexamethasone
1 amp
RR : 20x/menit
plakat
erititem
Cor : dbn
Pulmo : dbn
Abdomen : nyeri
tekan epigastrium
23/11
Mual
berkurang,
(+)
(+) CM,
TD : 120/80
produk
NGT HR : 90x/menit
bersih,
BAB RR : 24x/menit
Gastropati
ec Diteruskan
NSAID
Cor : dbn
Pulmo : dbn
Abdomen : nyeri
tekan epigastrium
24/11
Mual
berkurang,
(+)
(+) CM,
TD : 120/80
produk
NGT HR : 90x/menit
bersih,
BAB RR : 24x/menit
Gastropati
ec Diteruskan
NSAID
Cor : dbn
Pulmo : dbn
Abdomen : dbn
25/11
Mual
berkurang,
produk
(+) CM,
TD : 120/80
NGT HR : 90x/menit
Gastropati
NSAID
ec Boleh pulang
Lanjut terapi
oral :
Aff NGT
bersih,
BAB RR : 24x/menit
Kanamisin 3
x 500mg
(-)
Cor : dbn
Lanzoprazole
Pulmo : dbn
2 x 40mg
Abdomen : dbn
Dexanta
3 xCI
5. Penalaran klinis:
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan hematemesis melena berdasarkan
data anamnesis bahwa pasien mengeluhkan BAB kehitaman sejak 1 minggu yang
lalu, muntah darah kehitaman, nyeri ulu hati, dan riwayat mengkonsumsi obat
pegal linu rutin sejak 5 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
tekan epigastrium. Pemeriksaan Rectal Toucher: Sfingter ani kuat, mukosa licin,
tidak terdapat benjolan, terdapat feses berwarna hitam, dan tidak ada lendir. Serta
tidak
ditemukan
stigmata
penyakit
hati
kronis
(ikterus,
spider
nevi,
pada
kasus
ini
dibagi
menjadi
dua
yaitu
non-
dan terdapat tanda tanda kegagalan sirkulasi maka pasien dapat diberikan
transfusi.
Pendidikan :
Pada pasien dan keluarga mengenai penyebab, factor resiko, gejala,
pengobatan, komplikasi dan prognosis penyakit dari hematemesis melena
Konsultasi :
Dijelaskan secara rasional akan pentingnya konsultasi spesialis penyakit
dalam sebagai upaya agar penyakit dapat ditangani dengan tepat.
Kontrol :
Kegiatan
Mengobservasi keadaan
Periode
Per 15 menit di
IGD
syok
Mengobservasi keluhan
di bangsal
Setiap hari selama
di RS
hematesis melena
Menyingkirkan
Selama perawatan
Ditemukan penyebab
differensial diagnosis
di RS dengan
penyebab hematemesis
fasilitas yang
melena
Edukasi pasien mengenai
tersedia
Sebelum
dipulangkan dari
dilakukan, perbaikan
setiap kali
kunjungan
larangan penggunaan
Pekalongan,
Januari
2014
Pendamping Internship
Mengetahui,
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lambung
Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf J,
dengan volume 1200-1500ml pada saat berdilatasi. Pada bagian superior, lambung
berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior
berbatasan dengan duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan
meluas ke hipokhondrium kiri.Secara anatomik, lambung terbagi atas 5 daerah
yaitu: (1). Kardia, daerah yang kecil terdapat pada bagian superior di dekat
gastroesofageal junction; (2). Fundus, bagian berbentuk kubah yang berlokasi
pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi
gastroesofageal junction; (3). Korpus, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan
berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah yang melengkung ke
kanan membentuk huruf J; (4). Antrum pilori, adalah bagian 1/3 bagian distal
dari lambung. Keberadaannya secara horizontal meluas dari korpus hingga ke
sphincter pilori; dan (5). Sphincter pilori, merupakan bagian tubulus yang paling
distal dari lambung Dinding lambung terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan
mukosa, sub-mukosa, muskularis eksterna (propria) dan serosa.
Mukosa lambung secara terus menerus terpapar dengan berbagai macam
faktor yang berbahaya antara lain faktor endogen seperti asam hidroclorida 0.1 N,
pepsin, asam empedu dan toksin dari kuman H. pylori, serta dari factor eksogen
seperti obat NSAID, etanol, obat kemoterapi, dsb. Pada kondisi normal intergritas
mukosa lambung dipertahankan dengan adanya mekanisme pertahanan lambung
meliputi faktor-faktor preepitel seperti barier mucus-biakrbonat-fosfolipid, dan
epitel barier seperti prostaglandin dan heat shock protein, aliran darah mukosa
lambung dan sistesis prostaglandin. Kerusakan pada mukosa lambung dapat
terjadi akibat gangguan mekanisme pertahanan mukosa lambung1.
2. OAINS
2. 1 Cara Kerja
Nyeri timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik
perifer maupun sentral. Dalam keadaan normal, reseptor tersebut tidak aktif.
Dalam keadaan patologis, misalnya inflamasi, nosiseptor menjadi sensitive
bahkan hipersensitif. Adanya pencederaan jaringan akan membebaskan
pemilihan OAINS oleh para dokter. Efek samping AINS yang paling sering
terjadi adalah:
gangguan saluran cerna
NSAID merupakan obat-obatan yang paling banyak diresepkan di
seluruh dunia . Obat-obat NSAID yang non selektifdan tradisional dapat
menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung. NSAID dapat menyebabkan
kerusakan pada sel dan jaringan akibat inhibisi proses fosforilasi oksidatif di
mitokondria, inhibisi pada enzim fosforilase, dan atau aktivasi dari proses
apoptosis.2. . Peranan penting dari leukotrien pada kerusakan lambung akibat
NSAID juga telah dikemukakan. Dengan penurunan mekanisme dari asam
arikidonat
melalui
jalur
siklooksigenase
pada
penggunaan
NSAID,
metabolisme asam arikidonat yang beralih pada jalur alternative lain yaitu
jalur lipo-oksigenase , dan akan menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi leukotrien.
Prostaglandidn disintesis dari asam lemak esensial, dan konsentrasi
tertinggi terdapat di mukosa saluran cerna. Pembentukan prostaglandin yang
berkelanjutan oleh mukosa lambung dan usus memperlihatkan suatu proses
fisiologis yang dibutuhkan untuk mempertahankan intergritas selular dari
mukosa saluran cerna. Hampir semua mekasnisme pertahanan mukosa
lambung dirangsang dan/atau difasilitasi oleh prostaglandin. Prostaglandin
dapat menghambat sekresi asam, merangsang sekresi mukus, bikarbonat, dan
sekresi fosfolipid, meningkatkan aliran darah mukosa, dan mempercepat
terbentuknya mukosa epitel, dan penyembuhan mukosa lambung 2
Sebagai kesimpulan , kerusakan mukosa lambung akibat NSAID adalah
terjadi akibat inhibisi pada pembentukan prostaglandin dan induksi dari
hipermotilitas lambung, yang diikuti oleh gangguan mikrovaskuler dan
aktivasi neutrofil.
menunjukkan
bahwa
hambatan
aktivitas
COX-2
akan
menyebabkan retensi natrium. Hal ini sudah tentu dapat meninggikan tekanan
darah penderita. Lebih lanjut, kejadian edema pada penderita osteoartritis
yang mendapat sediaan AINS dengan hambatan sangat selektif COX-2
menunjukkan bahwa makin selektif (rofecoxib, 25 mg) makin nyata kejadian
edemanya dibandingkan yang kurang selektif (celecoxib, 200 mg) 3.
gangguan sistem kardiovaskuler
Sayangnya efek samping AINS pada sistem kardiovaskuler kurang
menjadi perhatian, seperti diketahui bahwa beberapa AINS mampu
memperburuk tekanan darah penderita hipertensi. Hal ini menjadi lebih berarti
mengingat tingginya persentase penderita hipertensi yang juga mengalami
osteoartritis. Pengkajian meta-analisis sebelumnya oleh Pope dkk (1993)
menunjukkan bahwa peninggian mean arterial pressure pada penderita
hipertensi yang mendapat indometasin adalah 3.59 mm Hg dan yang
mendapat naproxen adalah 3.74 mm Hg. Sementara perubahan mean arterial
pressure pada mereka yang mendapat ibuprofen (0.83 mm Hg), piroxicam
(0.49 mm Hg), dan sulindac (0.16 mm Hg) relatif sangat minimal. Data yang
ada berkaitan dengan penggunaan AINS dengan hambatan selektif COX-2
pada tekanan darah penderita hipertensi sangat terbatas. Graves dan Hunder
(2000).menemukan perburukan tekanan darah penderita hipertensi yang
mendapat AINS dengan hambatan selektif COX-2 celecoxib dan rofecoxib
dengan peninggian tekanan darah sistol (18 - 51 mmHg) dan diastole (10 - 22
mmHg) yang cukup besar.
gangguan pembekuan darah
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa penghambatn COX-1 akan
berakibat terjadinya penurunan produksi tromboxan, yang diikuti dengan
perpanjangan waktu pembekuan darah kemudahan terjadinya perdarahan.
AINS konvensional (diklofenak dan piroksikam) meskipun diberikan dalam
bentuk salep (gel) tetap mampu meningkatkan kejadian efek samping pada
pembekuan darah. Penghambat COX-2 celecoxib, nimesulid dan lainnya
secara eksperimental tidak mengganggu pembekuan darah. Namun sampai
saat ini baru Crofford dkk (2000) yang melaporkan temuan mereka adanya
trombosis pada penderita yang diobati dengan celecoxib. Bersamaan dengan
meningkatnya proses vasokonstriksi, peningkatan pembekuan darah akibat
makin
bebasnya
jalur
COX-1
dalam
mensintesis
tromboxan
akan
saluran
cerna
bahagian
atas
(didefinisikan
sebagai
DAFTAR PUSTAKA
1. Anand, B.S., 2011. Peptic Ulcer Disease, Bayler College of Medicine.
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/181753overview#a0156 (Accesed 1 January 2014)
2. Brozowki T, Konturek PC, Konturek SJ, et al. Role of the prostaglandins in
gastroprotection and gastric adaptation. J Physol Pharmacol 2005;56 (Suppl
5):33-55.
3. Crofford LJ, Oates JC, McCune WJ, et al. Thrombosis in patients with
connective tissue diseases treated with specific cyclooxygenase 2 inhibitors. A
report of four cases. Arthritis Rheum 43(8):1891-6,2000
4. Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam: Greenberg, M.I., et
al. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 275.
5. Fiorucci S, Santucci L, Wallace JL, Sardina M, Romano M, del Soldato P,
Morelli A. Interaction of a selective cyclooxygenase-2 inhibitor with aspirin
and NO-releasing aspirin in the human gastric mucosa. Proc Natl Acad Sci U
S A. 100(19):10937-41,2003.
6. Graves JW, Hunder IA. Worsening of Hypertension by Cyclo-oxygenase-2
Inhibitors. J Clin Hypertens 2(6):396-8,2000.
7. Husain SS, Szabo IL, Pai R, et al. MAP (ERK-2) kinase- a key target for
NSAIDs-induced inhibitor of gastric cancer cell proliferation and growth.
LifeSci 2001;69:3045-3054.
8. Laine L, Takeuchi K. and Tarnawsky A. Gastric Mucosal Defense and
Cytoprotection : Bench to Beside in : Metz D., eds. Reviews in basic and
clinical gastroenterology Gastroenterology 2008; 135:41-60
9. Lelo A.: Pertimbangan yang muncul dari OAINS yang digunakan. Dalam,
Naskah Lengkap Temu Ilmiah Rematologi 2001. (eds. Setyohadi B, Kasjmir
YI), Ikatan Reumatologi Indonesia, Jakarta, pp:96-9,2001
10. Pope JE, Anderson JJ, Felson DT. A meta-analysis of the effects of
nonsteroidal anti-inflammatory drugs on blood pressure. Arch Intern Med.
153:477-84.1993.
11. Porter, R.S., et al., 2008. The Merck Manual of Patient Symptoms. USA:
Merck Research Laboratories.
12. Savides, T.J., et al., 2010. Chapter 19: Gastrointestinal Bleeding. Dalam:
Feldman, M., et al. Sleisenger and Fordtrans Gastrointestinal and Liver