Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak merupakan aset bangsa yang terbesar dan nilai yang diberikan
bagi mereka tercermin dalam kesejahteraan yang mereka terima. Undangundang kesehatan RI no 23 tahun 1992 pasal 17 ayat 1 menyatakan kesehatan
anak diselenggarakan untuk mewujudkan tumbuh kembang anak. Dan dalam
ayat 2 disebutkan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi,
masa balita, usia prasekolah dan usia sekolah.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan dan perkembangan otak serta seluruh susunan saraf. Proses ini
berlangsung selama dalam kandungan dan setelah lahir sampai usia tiga dan
empat tahun pertama. Dengan demikian dalam dekade tersebut dibutuhkan
pengawasan secara kontinyu, karena tumbuh kembang anak akan terganggu
bila terjadi kerusakan bagian otak.
Grant J.P. Wakil WHO untuk UNICEF (United Nation International
children Education Fund) mengatakan : Bahwa, dengan GOBI-FFF (Growth
Monitoring, Oral Rehidration, Breast Feeding, immunization, Food
Suplementation, Family Planing, dan Female education), dapat meningkatkan

kelangsungan hidup anak. Menurut UNICEF, kualitas anak hanya dapat


ditingkatkan dengan melaksanakan 3 kegiatan, yaitu :
1. Revolusi Kelangsungan Hidup Anak (Child Survival Revolution)
2.

Peningkatan Pengembangan Anak (Child Development Promotion)

3. Perlindungan Anak (Child Protection)


Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatannya. Dengan
demikian anak akan berisiko terhambat pertumbuhan dan perkembanganya
apabila kondisinya dalam keadaan sakit. Salah satu penyakit yang sangat
berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak adalah penyakit pada
sistem susunan saraf pusat, diantaranya adalah meningitis tuberkulosis.
Meningitis tuberkulosis adalah radang selaput otak akibat komplikasi
tuberkulosis

primer.

Biarpun

kuman

mikobakterium

paling

sering

menyebabkan infeksi paru-paru, tetapi infeksi pada susunan saraf pusat adalah
yang paling berbahaya. Kejadian meningitis tuberkulosis sebanding dengan
prevalensi infeksi dengan mikobakterium tuberkulosa pada umumnya.
Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang di bawah 6 bulan.
Yang tersering adalah pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun. Pada anak,
meningitis tuberkulosis biasanya merupakan komplikasi infeksi primer dengan
atau tanpa penyebaran milier. ( Harsono,1996 : 165)
Dampak dari penyakit ini dapat terjadi akibat pengobatan yang tidak
sempurna atau pengobatan yang terlambat. Diantaranya adalah cacat
neurologis berupa paresis, paralisis sampai deserebrasi. Hidrosefalus akibat

sumbatan, resorpsi berkurang atau produksi berlebihan

dari likuor

serebrospinalis. Anak juga dapat menjadi buta atau tuli dan kadang-kadang
timbul retardasi mental.( Departemen Kesehatan RI, 1996 :

Di Indonesia penyakit infeksi masih merupakan problem kesehatan.


Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat, yang
menduduki urutan ke-10 prevalens penyakit di Indonesia. Sekitar 60%
penyebabnya tidak diketahui, dari penyebab yang diketahui tersebut kira-kira
26,8% berhubungan dengan penyakit infeksi pada anak seperti parotitis,
varisela, morbili dan rubella, 8% adalah kelompok arbovirus dan herpes
simplek, 2% dari kelompok enterovirus, sisanya 3,2% dari agen lainnya.
Di Rumah Sakit Ciawi Bogor, data pasien anak yang dirawat karena
penyakit meningitis pada periode Juli sampai dengan Desember tahun 2006,
berjumlah 32 orang atau sekitar 3,22%. Hal ini dapat dilihat pada tabel (Tabel
1.1)
Tabel 1.1 : Data Penyakit Infeksi pada Anak Rawat Inap di Ruangan
Melati RS Ciawi Bogor periode Juli - Desember Tahun
2006
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jenis Penyakit

Jumlah

Prosentase

Diare
Thypoid
Kejang Demam
Broncho pneumonia
DHF
Meningitis
Morbili
Sepsis
TBC Paru

494
115
110
53
44
32
11
7
7

56,59
13,17
12,60
6,07
5,04
3,67
1,26
0,80
0,80

Jumlah

873

100 %

Sumber : Bidang Perencanaan & Rekam Medis BRSD Ciawi Bogor

Dari tabel di atas terlihat bahwa penyakit meningitis yang dirawat di


rumah sakit Ciawi Bogor cukup banyak dengan prosentase 3,67%
dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya. Walaupun penyakit meningitis
ini hanya menempati urutan 6 dari 9 penyakit infeksi yang dirawat di rumah
sakit Ciawi Bogor, tetapi mengingat dampak yang ditimbulkan sangat besar
dan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak, sehingga perlu
mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius dari tim kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk membuat karya
tulis dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Anak A Usia Toddler
Sekolah ( 2 Tahun 5 Bulan Dengan Meningitis Tuberkulosa di Ruangan
Melati Badan Rumah Sakit Ciawi
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan
secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual
dengan pendekatan proses keperawatan pada anak usia toddler dengan
meningitis tuberkulosa.
2. Tujuan khusus
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan, yaitu :
a.

Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian secara komprehensif


pada anak usia toddler dengan meningitis tuberkulosa.

b.

Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak usia pada anak usia


toddler dengan meningitis tuberkulosa.

c.

Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan yang


berkaitan dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada anak usia
toddler dengan meningitis tuberkulosa.

d.

Mampu melaporkan tindakan keperawatan untuk memenuhi


kebutuhan pada anak usia toddler dengan meningitis tuberkulosa.

e.

Mampu menggambarkan hasil evaluasi asuhan keperawatan yang


telah diberikan pada anak usia toddler dengan meningitis tuberkulosa.

f.

Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah


diberikan dengan menggunakan proses keperawatan pada anak usia
toddler dengan meningitis tuberkulosa.

C. Metode Telaahan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan
metode

deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses

keperawatan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :


1. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung
terhadap klien selama dilakukan tindakan atau proses keperawatan.
2. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung
pada klien dan keluarga serta tim kesehatan lain.
3. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan secara head to toe kepada klien dengan tehnik


inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4. Studi dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mempelajari data dari catatan rekam medik
klien dan catatan yang berhubungan dengan kasus yang penulis buat dalam
penyusunan studi kasus ini.
5. Studi kepustakaan
Dengan cara mengumpulkan dan mempelajari bukubuku sumber yang
berhubungan dengan studi kasus ini.
A.

Sistematika Penulisan
BAB I

: Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan


penulisan, metode dan teknik pengumpulan data serta sistematika
penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritik Berisi konsep dasar meningitis tuberkulosa,


pengertian,

etiologi,

anatomi

fisiologi

sistem

persyarafan,

patofisiologi manifestasi klinis, manajemen medik secara umum


dan dampak meningitis tuberkulosa terhadap sistem tubuh lain,
konsep dasar tumbuh kembang anak usia toddler. Konsep dasar
asuhan keperawatan klien dengan meningitis tuberkulosa.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan Tinjauan kasus merupakan
laporan kasus tentang asuhan keperawatan dengan meningitis
tuberkulosa. Pembahasan menjelaskan tentang kesenjangan antara
konsep teori dengan kenyataan yang didapatkan pada kasus.

BAB IV: Kesimpulan dan Rekomendasi. Kesimpulan berisi garis besar dari
tinjauan teoritis, tinjauan kasus dan pembahasan. Rekomendasi
berisi tentang saran-saran dari penulis baik untuk klien, institusi
pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, dan mahasiswa sendiri
guna meningkatkan kualitas asuhan keperawatan berdasarkan
kesenjangan yang ditemui selama penulis membarikan asuhan
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai