Anda di halaman 1dari 20

A.

Judul Percobaan
B. Tujuan

: Titrasi Asam Basa


: 1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan
larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan
NaOH
C. Kajian Teori
:
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui & diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh
tertentu yang akan di analisis.
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna.
Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) & jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum &
sesudah titrasi. Larutan asam yg dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia
(erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet
gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar
titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen
(syukri, 1999).
Titrasi berasal dari kata titran yang berarti tetesan. Zat yang akan ditentukan
kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan
biasanya diletakkan di dalam buret.
Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa.
Titk eqivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asa tepat
dinetralakan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH
pada titik eqivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dinetralisasi asam basa.
Indicator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memilki rentang pH
dimana titk eqivalen berada. Pada umumnya titik eqivalen tersebut sulit untuk
diamati, yang mudah diamatai adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau
setelah titik eqivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi
dircapai, yang ditandai dengan perubahan warna indicator. Titik akhir titrasi tidak
selalu berimpit dengan titk eqivalen. Dengan pemilihsn indicator yang tepat, kita
dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa kuat kan terurai
dengan sempurna. Oleh karena itu ion hydrogen dan ion hidroksida selama titrasi
dapat dihitung dari jumlah aam atau basa yang ditambahkan. Pada titik eqivalen dari

titrasi asam kuat da basa kuat, pH larutan pada temperature 200 oC sama dengan pH
air, yaitu sama dengan 7.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik
ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa
keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi,
suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask
bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya
(misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama
ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik
ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi
dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997 : 636).
Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl yang tidak
diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl tersebut melalui
suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu asam dengan suatu
basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi, pertama-tama kita
menempatkan suatu asam yang volumenya telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan
tambahkan beberapa tetes indikator seperti penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam
larutan asam, penolftalein tidak berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan
NaOH yang konsentrasinya telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan
ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika
penolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah muda. Ini disebut titik akhir
netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan
konsentrasi asam (Timberlake, 2004 : 354-355).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen
( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya
ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik
ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau
titik dimana jumLah basa yang ditambahkan sama dengan jumLah asam yang
dinetralkan : [H+] = [OH-]. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi
titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan


warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati
titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena
itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan
data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran
tersebut.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu contoh
titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH)
dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq)
NaOH(aq) + H2SO4(aq)

NaCl (aq) + H2O(l)


Na2SO4 (aq) + H2O(l)

Cara Mengetahui Titik Ekuivalen dalam Titrasi


Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara
lain:
1) Memakai pH meter
2) Memakai indikator asam basa.
Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah
indikator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Indikator
ini untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot
antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi.
Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen larutan akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat
dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan,
tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan

pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang terjadi jika


menggunakan indikator fenolftalein.

Sebelum mencapai titik ekuivalen

Setelah mencapai titik ekuivalen

Rumus Umum Titrasi


Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumLah ion H+
pada asam atau jumLah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :

N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumLah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)

Macam Macam Titrasi


Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :

1. Asam kuat - Basa kuat


2. Asam kuat - Basa lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
1. Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- H2O
Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat

2. Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah


contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4OH NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH H2O + NH4+
Kurva Titrasi Asam kuat Basa Lemah

3. Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat


contoh :
- Asam lemah : CH3COOH
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- H2O
Kurva Titrasi Asam Lemah Basa Kuat

4. Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah


contoh :
- Asam kuat : HCl
- Garam dari asam lemah : NH4BO2
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4BO2 HBO2 + NH4Cl
Reaksi ionnya :
H+ + BO2- HBO2
Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah

contoh :
- Basa kuat : NaOH
- Garam dari basa lemah : CH3COONH4
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- NH4OH

Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri
dari lakmus merah dan lakmus biru, indikator universal, fenolptalin, metal jingga, dll.

PHenolpHtalein (PP)
Indikator PHenolpHtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein

(asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 10,0 dengan warna asam yang tidak
berwarna

dan

berwarna

merah

muda

dalam

larutan

basa.

Penggunaan PP dalam titrasi :


1. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik
ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini
disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada
pH 7, sedangkan warna berubah pada pH 8.
2. Titrasi Asam lemah oleh Basa kuat. boleh digunakan karena pada pH + 9. untuk
konsentrasi 0,1 M.
3. Titrasi Basa lemah oleh Asam kuat, tidak dapat dipakai,
4. Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek
pH tidak sesuai dengan titik ekivalen.
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein.
Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
pH

<0

08.2

8.212.0

>12.0

Kondisi Sangat asam Asam atau mendekati netral

Basa

Sangat basa

Warna

pink keunguan

Tidak berwarna

Jingga

Tidak berwarna

Indikator Alami
Indikator alami merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya
dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam
pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bungabungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan.
Indikator alam
Kubis Merah
Bunga Sepatu
Bunga Mawar
Bayam Merah
Geranium
Kunyit
Bunga Pacar

Warna Asli
ungu/ merah lembayung
merah tua
merah
merah keunguan
merah
jingga
jingga tua / orange

Warna dalam Asam


merah muda
Merah
Merah
merah muda
jingga tua / orange
Jingga
Merah

Tabel Perubahan Warna dari Beberapa Indikator Alami


D. Rancangan Percobaan
:
1) Gambar rangkaian

2) Alat dan Bahan


Alat :
1. Statif dan Klem

Bahan :
1. HCl 0,1 M

Warna dalam Basa


hijau
hijau
hijau
kuning
kuning
Coklat
kuning

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Buret
Labu Erlenmeyer 250 ml
Corong
Pipet gondok 25 ml
Pipet tetes
Botol semprot
Gels kimia 100 ml
Gelas ukur

2.
3.
4.
5.
6.

C2H2O4 0,1 M
NaOH 0,1 M
Aquades
Ekstrak tumbuhan (kunyit)
Phenolptalein (PP)

3) Langkah percobaan
Perc 1. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan Larutan C2H2O4
NaOH

Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol


Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol
Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang
berisi asam oksalat

NaOH

- Dimasukkan 10 ml kedalam labu erlenmeyer


- Ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein
Asam oksalat
- Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
- Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih
antara keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera
-

pada buret
Ulangi percobaan minimal 3 kali
HCl

Perc 2. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH


Larutan berwarna merah muda

Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol


Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol
Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang
berisi HCl

Larutan berwarna merah muda

- Dimasukkan 10 ml kedalam labu erlenmeyer


- Ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein
Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih
antara keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera

pada buret
- Ulangi percobaan minimal 3 kali
Perc. 3. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan
menggunakan indicator ekstrak tumbuhan
-

NaOH-

Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol


Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol
Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang
berisi HCl
-

Dimasukkan 10 ml kedalam labu erlenmeyer


Ditambahkan 4 tetes indikator ekstrak

HCl

tumbuhan (kunyit)
Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih
antara keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera

pada buret
Ulangi percobaan minimal 3 kali

Larutan berwarna coklat

E. Hasil Pengamatan
-

Prosedur Percobaan

Du

Perc 1. Penentuan Konsentrasi Larutan

NaOH tidak
NaOH
NaOH dengan Larutan C2H2O4
berwarna.
Asam Oksalat
sebelum dan
- Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol
sesudah ditetesi PP
- Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol

tidak berwarna.
- Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi
Asam Oksalat
asam oksalat
sebelum titrasi
Asam oksalat - Dimasukkan 10 ml kedalam labu
tidak berwarna.
erlenmeyer
Sesudah titrasi
- Ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein
berwarna merah

muda.
- Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
- Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih antara Volume NaOH 1 =
10,6 ml
keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera pada buret
Volume NaOH 2 =
- Ulangi percobaan minimal 3 kali
10 ml
Volume NaOH 3 =
10,2 ml
Larutan berwarna merah muda
Normalitas NaOH:
-

1 = 0,094 N

Normalitas

NaOH = 0,097 N
NaSetelah
dititrasi
Sebelum
indikator

ditetesi
PP

dititrasi

dan
larutan

C2H2PO4

tidak

berwarna
Setelah

ditetesi

indikator

PP

warna

larutan asam oksalat


tetap tidak berwarna,
namun setelah dititrasi
larutan asam oksalat
yang

ditetesi

PP

berubah warna menjadi

C2H2PO4

terjadi

perubahan

warna

menjadi

merah muda
-

2 = 0,1 N

3 = 0,098 N

NaOH tidak
berwarna.
dengan larutan NaOH
HCl sebelum dan
sesudah ditetesi PP
Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol
tidak berwarna.
Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol
Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi HCl sebelum titrasi
tidak berwarna.
HCl

Sesudah
titrasi
HCl
- Dimasukkan 10 ml kedalam labu erlenmeyer
berwarna merah
- Ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein
muda.

Volume NaOH 1 =
- Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
10,2 ml
- Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih antara
Volume NaOH 2 =
keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera pada buret
10 ml
- Ulangi percobaan minimal 3 kali
Volume NaOH 3 =
10 ml
Normalitas HCl:
1 = 0,09894
-

NaOH

Larutan berwarna merah muda

merah muda
Trayek pH indikator Pp
= 8,3 10

Perc 2. Penentuan konsentrasi HCl

Na

Sebelum

ditetesi

indikator

PP

dan

dititrasi warna larutan


HCl tidak berwarna.
Setelah
ditetesi
indikator
HCl

PP

larutan

tetap

tidak

berwarna,

namun

setelah dititrasi larutan


HCl yang ditetesi PP
berubah menjadi merah

2 = 0,097 N

3 = 0,097 N

Setelah
muda.
Trayek pH indikator Pp dititrasi HCl terjadi
perubahan warna
= 8,3 10

menjadi
- muda

NaOH -

NaOH tidak
Dimasukkan dalam buret sampai melebihi skala nol
berwarna.
Larutan NaOH diturunkan sampai tepat skala nol
HCl sebelum dan
Diteteskan perlahan-lahan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi
sesudah ditetesi PP
HCl
tidak berwarna.

HCl sebelum titrasi


- Dimasukkan 10 ml kedalam labu erlenmeyer
tidak berwarna.
- Ditambahkan 4 tetes indikator ekstrak tumbuhan
HCl
Sesudah titrasi
(kunyit)
berwarna merah
- Ditunggu sampai terjadi perubahan warna
muda.

- Catat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih


Volume NaOH 1 =
antara keadaan akhir dan keadaan awal yang tertera
10,1 ml

Volume
NaOH 2 =
pada buret
10,2 ml
- Ulangi percobaan minimal 3 kali
Volume NaOH 3 =
10,2 ml
Normalitas HCl:

Larutan berwarna coklat

merah

Na

Sebelum

ditetesi

indikator alami kunyit


dan

dititrasi,

larutan

HCl tidak berwarna.


Setelah
ditetesi
indikator alami (kunyit)
larutan HCl menjadi
berwarna

kuning,

namun setelah dititrasi


larutan

HCl

yang

1 = 0,09797

ditetesi

N
-

3 = 0,09894

berubah warna menjadi

2 = 0,09894

N ratarata =

0,0986 N

indikator

Setelah

dititrasi HCl terjadi


coklat.
Trayek pH indikator perubahan warna
menjadi coklat
alami (kunyit) 8 - 9
-

Asam = jingga
Basa = coklat

F. Analisis Data
1. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
Dari percobaan yang telah dilakukan pada awalnya larutan C 2H2O4
tidak berwarna. Setelah penambahan 2 tetes indikator phenoptalein tidak terjadi
perubahan warna pada larutan tersebut. Kemudian larutan C 2H2O4 dan 2 tetes
indikator phenoptalein dititrasi dengan larutan NaOH dan diperoleh hasil titrasi
yang berupa perubahan warna menjadi berwarna merah muda pada larutan
tersebut.
-

Percobaan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali, volume C 2H2O4 10 mL

dan normalitas (N) C2H2O4 0,1 N, sedangkan volume NaOH yang diperlukan
dalam titrasi pada percobaan 1, 2,3 sebanyak 10,6 mL , 10 mL, 10,2 mL . Oleh
karena itu dapat diperoleh Normalitas NaOH dengan perhitungan :
N C2H2O4 x V C2H2O4 = N NaOH x V NaOH
1.
0,1 x 10
= N NaOH x 10,6
N NaOH
= 0,094 N
N C2H2O4 x V C2H2O4 = N NaOH x V NaOH
2.
0,1 x 10
= N NaOH x 10
N NaOH
= 0,1 N
N C2H2O4 x V C2H2O4 = N NaOH x V NaOH
3.
0,1 x 10
= N NaOH x 10,2
N NaOH
= 0,098 N
Jadi Normalitas NaOH rata rata = 0,097 N
2. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl dengan NaOH
Dari percobaan yang telah dilakukan, pada awalnya larutan HCl tidak
berwarna. Setelah penambahan 2 tetes indikator phenoptalein tidak terjadi
perubahan warna pada larutan tersebut. Kemudian larutan HCl dan

2 tetes

indikator phenoptalein dititrasi dengan NaOH dan diperoleh hasil titrasi berupa
perubahan warna dari larutan HCl menjadi merah muda.
Percobaan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali, volume HCl 10 mL dan
normalitas (N) NaOH 0,097 N, sedangkan volume NaOH yang diperlukan dalam
titrasi pada percobaan 1, 2,3 sebanyak 10,2 mL , 10 mL, 10 mL . Oleh karena itu
dapat diperoleh Normalitas HCl dengan perhitungan :
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
1.
N HCl x 10
= 0,097 x 10,2
N HCl
= 0,09894 N
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
2.
N HCl x 10
= 0,097 x 10
N HCl
= 0,097 N
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
3.
N HCl x 10
= 0,097 x 10
N HCl
= 0,097 N

Jadi Normalitas HCl rata rata = 0,098 N


-

3. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl dengan Larutan NaOH dengan Menggunakan


Indikator Ekstrak Kunyit
Dari percobaan yang telah dilakukan, pada awalnya larutan HCl tidak
berwarna. Setelah penambahan 2 tetes indikator alami yang terbuat dari ekstrak
kunyit terjadi perubahan warna yaitu menjadi berwarna kuning pada larutan
tersebut. Setelah larutan HCl dan 2 tetes indikator alami dititrasi dengan larutan
NaOH, dan diperoleh hasil titrasi berupa perubahan warna larutan menjadi
berwarna coklat.
Percobaan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali, volume HCl 10 mL dan
normalitas (N) NaOH 0,097 N, sedangkan volume NaOH yang diperlukan dalam
titrasi pada percobaan 1, 2,3 sebanyak 10,1 mL , 10,2 mL, 10 ,2 mL . Oleh karena
itu dapat diperoleh Normalitas HCl dengan perhitungan :
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
1.
N HCl x 10
= 0,097 x 10,1
N HCl
= 0,09797 N
N HCl x V HCl
= N NaOH x V NaOH
2.
N HCl x 10
= 0,097 x 10,2
N HCl
= 0,09894 N
N
x
V
=
N
3.
HCl
HCl
NaOH x V NaOH
N HCl x 10
= 0,097 x 10,2
N HCl
= 0,09894 N
Jadi Normalitas HCl rata rata = 0,0986 N
G. Diskusi
1. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
Dari percobaan yang telah dilakukan pada awalnya larutan C 2H2O4
tidak berwarna. Setelah penambahan 2 tetes indikator phenoptalein yang memiliki
trayek pH 8,3 - 10 tidak terjadi perubahan warna pada larutan tersebut. Larutan
C2H2O4 merupakan larutan asam lemah sehingga indikator phenoptalein tidak akan
bekerja pada larutan tersebut. Kemudian larutan C 2H2O4 dan dua tetes indikator
phenoptalein dititrasi dengan larutan NaOH dan diperoleh hasil titrasi yang berupa
perubahan warna menjadi berwarna merah muda pada larutan tersebut. Idikator
phenoptalein merupakan indikator basa, sehingga pada titik akhir titrasi indikator
akan bekerja yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada hasil titrasi.
2. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl dengan NaOH

Dari percobaan yang telah dilakukan, pada awalnya larutan HCl tidak

berwarna. Setelah penambahan dua tetes indikator phenoptalein yang memiliki


trayek pH 8,3 - 10 tidak terjadi perubahan warna pada larutan tersebut. Larutan
HCl merupakan asam kuat yang memiliki pH 1 sehingga indikator phenoptalein
tidak akan bekerja pada larutan tersebut. Kemudian larutan HCl dan dua tetes
indikator phenoptalein dititrasi dengan NaOH dan diperoleh hasil titrasi berupa
perubahan warna dari larutan HCl menjadi merah muda. Indikator phenoptalein
merupakan indikator basa, sehingga pada hasil titrasi diperoleh perubahan warna
menjadi berwarna merah muda yang menunjukkan indikator tersebut bekerja.
3. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl dengan Larutan NaOH dengan
Menggunakan Indikator Kunyit
Dari percobaan yang telah dilakukan, pada awalnya larutan HCl tidak
berwarna. Setelah penambahan tiga tetes indikator alami yang terbuat dari ekstrak
kunyit terjadi perubahan warna yaitu menjadi berwarna coklat pada larutan
tersebut. Indikator alami yang terbuat dari ekstrak kunyit merupakan indikator
asam yang memiliki trayek pH 8 - 9 dan larutan HCl merupakan asam kuat
sehingga terjadi perubahan warna pada larutan HCl. Setelah larutan HCl dan 2
tetes indikator alami dititrasi dengan larutan NaOH, diperoleh hasil titrasi berupa
perubahan warna larutan menjadi berwarna coklat. Indikator alami kunyit
merupakan indikator basa suatu larutan sehingga pada akhir titrasi diperoleh
perubahan warna pada larutan menjadi warna coklat.
H. Simpulan
- Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang kami

lakukan adalah sebagai berikut:


Ekstrak tumbuhan bisa digunakan sebagai indikator untuk titrasi.
Kunyit dapat digunakan sebagai indikator alami yang fungsinya sama dengan

phenolptalein yaitu mengidentifikasi larutan yang bersifat basa.


Yang berfungsi sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat
Yang berfungsi sebagai larutan baku sekunder adalah NaOH
Yang berfungsi sebagai larutan baku tersier adalah HCl
I. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator
phenoptalein?
- Pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator
Phenolptalein, sebab indikator Phenolptalein merupakan indikator basa yang

mempunyai trayek pH

8,3-10. Indikator ini akan bekerja pada larutan yang

mempunyai trayek pH tersebutyang menyebabkan perubahan warna pada hasil


titrasi menjadi merah muda. Karena NaOH merupakan larutan yang bersifat basa,
maka Indikator ini akan bekerja pada larutan NaOH dan mengubah hasil titrasi
sampai berwarna merah muda.
2. Apa perbedaan titik ekuivalen dan titik akhir?
-

Titik Ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi

basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam
yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
-

Titik Akhir Titrasi, yaitu keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara

melihat perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen,
tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir
titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer, larutan baku
skunder, dan larutan baku tersier?
Yang berfungsi sebagai larutan baku primer adalah larutan C 2H2O4 karena

konsentrasi C2H2O4 sudah diketahui sebelum melakukan proses titrasi.


Yang berfungsi sebagai larutan baku sekunder adalah larutan NaOH karena

proses titrasi bertujuan untuk menentukan konsentrasi NaOH.


Yang berfungsi sebagai larutan baku tersier adalah larutan HCl karena
konsentrasi HCl ditentukan dari konsentrasi NaOH pada larutan baku
sekunder.
-

J. Daftar Pustaka
-

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.

Bandung: Binarupa Aksara.


Petrucci, R. H., 1997. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan
Modern.

Jakarta

Erlangga

S, Syukri. 1999. Kimia Dasar II. Bandung: Penerbit ITB.


Timberlake, Karen C. 2004. General, Organic and

Biological Chemistry Structure Of


Life. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings.

Tim Kimia Dasar. 2010. KIMIA DASAR II. Surabaya: Unipress.

Tim Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum KIMIA DASAR LANJUT.

Surabaya:Unipress.

Anonim. 2009. Asidimetri & Alkalimetri.

Diambil 10

http://tinz08.wordpress.com/2009/05/02/asidimetri-alkalimetri/.

April 2013
Dzali. 2011. Pengertian Titrasi. http://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-

titrasi/.

Diambil 07 April 2013.


- Esdipangganti. 2012. INDIKATOR ALAMI ASAM BASA.
http://esdikimia.wordpress.com/2012/04/23/indikator-alami-asam-

Diambil 10 April 2013

basa/.

Nursajadiaufar. 2012. Titrasi Asam Basa.

http://nursajadidotcom.wordpress.com/2012/04/11/titrasi-asam-basa-

nanu/. Diambil 07 April 2013.

- LAMPIRAN
-

Larutan sebelum dititrasi

Larutan hasil titrasi


dengan indikator PP

Larutan dititrasi

Larutan hasil titrasi dengan indikator alami kunyit


(kiri) dan larutan sebelum dititrasi (kanan)

Anda mungkin juga menyukai