Anda di halaman 1dari 39

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanganan limbah tekstil di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung

kini

memasuki babak baru. Sejak 2011, kasus ini ditangani oleh Kementrian Lingkungan Hidup
yang mengkaji dan menghitung kerugian masyarakat yang terkena dampak limbah. Kepala
bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Suharsono
mengatakan, studi lapangan, menghasilkan data valid terus dilakukan KLH, jika setelah
mediasi tak ditemukan titik temu, sanksi lebih tegas bisa diberikan kepada perusahaan tekstil
yang membuang limbah tanpa prosedur. Sanksi yang akan diberikan bisa bentuk pidana
bahkan pencabutan izin usaha. Dia juga mengatakan hingga saat ini setidaknya 450 hektar
sawah tercemar dan tidak bisa ditanami lagi. Data BPLHD Jabar sepanjang 1993 hingga 2008
tercatat 20 laporan resmi masuk. Pada bulan Agustus 2002 ada kesepakatan antara
masyarakat dengan PT. KAHATEX, PT Insan Sandang dan PT. Five Star dalam mengatasi
limbah tekstil. Kesepakatan itu ditempuh dengan alternative dispute resolution (ADR)
bernomor 660.3/631/I/2002 tanggal 6 Agustus 2002 yang berisi beberapa hal untuk jangka
pendek dan jangka panjang.
Kesepakatan jangka pendek dengan mengoptimalisasikan IPAL sesuai teknis yang
direkomendasikan oleh BPLHD Jabar, normalisasi Sungai Cikijing dan memberikan
kompensasi bagi program ini. Kesepakatan jangka pendek adalah pembangunan IPAL
terpadu, pengembangan program community development meliputi penyediaan air bersih,
sarana medis dan pengalihan mata pencaharian masyarakat ke usaha lain, juga memfasilitasi
dan pembinaan untuk pengembangan peluang dan potensi usaha masyarakat.
Kami selaku konsultan yang terdiri dari beberapa ahli pengelola limbah, mengajukan
proposal pengelolaan limbah untuk pabrik yang bergerak dibidang tekstil dan garment yaitu
PT. KAHATEX yang terletak di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, provinsi Jawa
Barat.

B. Tujuan Kegiatan
Mengelola hasil limbah cair dari PT. KAHATEX agar sesuai dengan kadar limbah
yang dikeluarkan sesuai dengan kadar seperti yang telah ditetapkan oleh menteri lingkungan
hidup:

Peraturan Menteri Negara


Lingkungan Hidup
Nomor : 03 Tahun 2010
Tanggal : 18 Januari 2010
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI
Parameter Satuan Kadar Maksimum:
1. pH - 6 9
2. TSS mg/L 150
3. BOD mg/L 50
4. COD mg/L 100
5. Sulfida mg/L 1
6. Amonia (NH3-N) mg/L 20
7. Fenol mg/L 1
8. Minyak & Lemak mg/L 15
9. MBAS mg/L 10
10. Kadmium mg/L 0,1
11. Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,5
12. Krom total (Cr) mg/L 1
13. Tembaga (Cu) mg/L 2
14. Timbal (Pb) mg/L 1
15. Nikel (Ni) mg/L 0,5
16. Seng (Zn) mg/L 10
17. Kuantitas Air Limbah Maksimum 0,8 L perdetik per Ha Lahan terpakai

BAB II. METODE PELAKSANAAN


A. Teknologi Pengolahan
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah industri yang dibangun harus
dapat dioperasikan dan dipelihara oleh perusahana setempat.

Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1.

Pengolahan secara fisika

2.

Pengolahan secara kimia

3.

Pengolahan secara biologi


Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat

diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.


Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap
atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan

(screening)

merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah
dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini
adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

Gambar 1 Skema Diagram pengolahan Fisik


Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga
dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau
pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).
Proses

filtrasi

di

dalam

pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk

mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis- nya, akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu
proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan
untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan
kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya
instalasi dan operasinya sangat mahal.
Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan

air

buangan

secara

kimia

biasanya

dilakukan

untuk

menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,


senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu

yang

diperlukan.

Penyisihan

bahan-bahan

tersebut

pada

prinsipnya berlangsung melalui

perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga
berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi

Gambar 2. Skema Diagram pengolahan Kimiawi


Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan
elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi
netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam
berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya)
sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit.
Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH
>

9,5.

Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida

[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor
(FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini menyangkut pula
dengan perbedaan bahan baku,perbedaan proses. Suatu pabrik sama-sama mengeluarkan limbah
cair namun terdapat senyawa kimia yang berbeda pula. Karena banyaknya variasi pencemar
antara satu pabrik dengan pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan. Demikian banyak
macam parameter pencemar dalam suatu buangan, akibatnya membutuhkan berbagai tingkatan
proses pula. Limbah memerlukan penanganan awal kemudian pengolahan berikutnya.
Pengolahan pendahuluan akan turut menentukan pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya.
Proses pengolahan dan jenis peralatan yang dipergunakan serta pengolahan serta
pengolahan lihat table 1 .Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut
mempengaruhi pengolahan berikutnya.

Di dalam penetapan pilihan metode keadaan limbah

sudah seharusnya diketahui sebelumnya.Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk


mencemarkan lingkungan harus ditetapkan. Misalnya terdapat senyawa fenol dalam air sebesar 2
mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya.
Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka dapat ditetapkan metode
pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Sekali sudah ditetapkan metode dan jenis peralatan maka
langkah berikutnya adalah sampai tingkat mana diinginkan menghilangkan/ penguranga senyawa
pencemarnya. Berapa persenkah kita inginkan pengurangan dan sampai di mana efisiensi
peralatan harus dicapai pada tingkat maksimum. Penetapan efisiensi peralatan, dan standar
buangan yang diinginkan akan mempengaruhi ketelitian alat, volume air limbah, sistem
pemipaan, pemasangan pipa, pilihan bahan kimia dan lain-lain.
Dalam mendesain peralatan, variabel tadi harus dapat dihitung secara tepat. Belum ada
suatu jaminan hahwa satu unit peralatan dapat mengendalikan limbah sesuai dengan yang
dikehendaki.

Sebab di dalam satu unit peralatan terdiri dari berbagai macam kegiatan mulai

dari kegiatan pendahuluan sampai kegiatan akhir. Walaupun terdiri dari berbagai kegiatan namun
tidak semua jenis kegiatan dipraktekkan, mungkin dengan kombinasi dari beberapa kegiatan saja
limbah sudah bebas polusi. Adapun jenis kegiatan dalam pengolahan air limbah dapat diuraikan
dalam tabel 1.
Tabel 1. Proses pengolahan dan Peralatan yang Diperlukan

Sumber : Edy & Matcalf, 1983

Pengolahan limbah sering harus menggunakan kombinasi dari berbagai metode, terutama
limbah berat yang banyak mengandung jenis parameter/Jarang perusahaan mempergunakan satu
proses dan hasilnya baik. Pilihan peralatan berkaitan dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli dan
kualitas lingkungan. Untuk beberapa jenis pencemar telah ditetapkan metode treatment-nya.
Pilihan ini didasarkan atas beberapa referensi dan pengalaman yang telah dicoba berulang kali
sampai diperoleh hasil maksimum.
B. Pemilihan Tenologi
Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan
dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel 1.
Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek
ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya,
teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah
yang akan diolah. Setelah pertimbangan- pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi
kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:
1.

Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai

dengan karakteristik limbah yang akan diolah.


2.

Mengembangkan

dan

mengumpulkan

data

yang

diperlukan

untuk

menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan.


3.

Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala

sebenarnya.
C. Sistem Pengolahan Limbah
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar
di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa
organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.

Bila dilihat

dari tingkat perlakuan pengolahan air limbah maka sistem pengolahan limbah cair
dikalisifikasikan menjadi ; Primary Treatment System, Secondary Treatment System, Tertiary
Treatment System (lihat gambar 3)

Gambar 3. Wastewater Treatment

Setiap tingkatan treatmen terdiri pula atas sub- sub treatmen yang satu dengan lainnya
berbeda, tergantung pada jenis parameter pencemar didalam limbah cair, volume limbah cair, dan
kondisi fisik lingkungan .
Ada beberapa proses yang dilalui air limbah agar limbah ini benar-benar bebas dari
unsur pencemaran. Pada mulanya air limbah harus dibebaskan dari benda terapung atau padatan
melayang. Untuk itu diperlukan treatment pendahuluan (pretreatmen). Pengolahan selanjutnya
adalah mengendapkan partikel-partikel halus kemudian lagi menetralisasinya. Demikian
tingkatan ini dilaksanakan sampai seluruh parameter pencemar dalam air buangan dapat
dihilangkan.
B.1. Primary Treatment System

Flow Proses

Gambar 4. Skema Flow Proses


Pada gambar 2.3, memperlihatkan proses pengolahan permulaan yang sering pula
didahuli denga pengolahan awal (pretreatment) atau pra perlakuan ; yang mana limbah cair dari
sumber lewat (1) sanitary sewer, (2) pretreatmen,(3) primary treatment tanks, (4) aeration tanks,
(5) secondary treatment tank, (6) disinfectant

1.

Pengolahan Awal (Pretreatment)


Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan

padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang
berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil
separation.
2.

Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)


Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan

pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi
pada pengolahan tahap pertama ialah menghilangkan partikel- artikel padat organik dan organik
melalui proses fisika, yakni neutralization, chemical addition and coagulation, flotation,
sedimentation, dan filtration . Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge)
sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease).
Dengan adanya pengendapan ini , maka akan mengurangi kebutuhan oksigen pada proses
pengolahan biologis berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara
garafitasi.

Gambar 5. Primary Setting Tank


3.

Aeration
Teknik Pengolahan air limbah banyak ragamnya. Salah satu dari teknik Air limbah

adalah proses lumpur aktif dengan aerasi oksigen murni. Pengolahan ini termasuk
pengolahan biologi, karena

menggunakan

pengolahannya. Cara Kerja alat ini adalah


dilakukan

penyaringan

dan

bantuan

sebagai

mikroorganisma pada proses

berikut

Air

limbah

setelah

equalisasi dimasukkan kedalam bak pengendap awal

untuk menurunkan suspended solid. Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke kolam
aerasi melalui satu

pipa

dan

dihembus

dengan

udara sehingga mikroorganisma

bekerja menguraikan bahan organik yang ada di air limbah. Dari bak bak aerasi air
limbah dialirkan ke bak pengendap akhir, lumpur diendapkan, sebagian lumpur dikembalikan
ke kolam aerasi.

Gambar 6. Aeration Tank


B.2 Secondary Treatment
Pada tahap ini air limbah menggunakan bahan-bahan

kimia agar senyawa-

senyawa dalam pencemar dalam limbai diikat melalui reaksi kimia. Karena itu sitem operasinya
disebut juga dengan cara kimia yaitu methoda pengolahan dengan menghilangkan atau
mengubah senyawa pencemar dalam air limbah dengan menambahkan bahan kimia.
Zat-zat pencemar pada umumnya berada

pada jenis padan suspensi Padatan

terlarut dalam kolidal. Padatan ini tidak mengalami pengendapan secara alami walaupun dalam
jangka waktu relatif lama . Oleh karena itu diperlukan bahan kimia yang direaksikan agar terjadi
pengingkatan senyawa pencemar baik dalam bentukgumpalan atau pengapungan.
Menggunakan bahan kimia membutuhkan perkiraan dari sudut biaya mengingat
diantara bahan- bahan tersebut harganya cukup mahal. Dengan menggunakan bahan kmia berarti
akan timbul unsur bau dalam air buangan dan diharapakan semakin mudah mengambilnya, atau
bahan tersebut befungsi

sebagai katalisator. Proses ini mempunyai kelemahan yaitu bagai

mana mengambil unsur baru yang terjadi akibat reaksi terjadi.


Pengendapan dengan kapur akan menimbulkan lumpur yang harus direncanakan cara
mengambil dan sarana pembuangannya. Pengolahan limbah dengan tingkatan kedua atau
menggunakan bahan kimia bertujuan mengendapkan bahan, mematikan bakteri pathogen
mengikat dengan cara
dan desinfektasia.

oksidasi

atau

reduksi

menetralkan

kosentrasi

kelarutan

asam

Gambar 7. Secondary Sewage Treatment Process


Tiga cara pendekatan yang umum digunakan pada tahap mengurangi bahan kimia
pencemar dalam air limbah ; Perlakuan pertama yaitu penambahan bahan kimia koagulasi
dengan pengadukan cepat 1000 rpm, bahan yang umum digunakan adalah alum (tawas),
poyaluminium cholorida. Perlakuan kedua menambahkan bahan flokulanmelalui pengadukan
lambat 200 rpm, bahan yang digunakan polyelectrolit. Perlakuan ketiga yaitu klarifikasi
pemisahan padatan lumpur yang telah terjadi flok- flok dan mulai mengendap .
Bahan-bahan pencemar yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan penambahan
bahan kimia adalah :
1.

Padatan tersuspensi dalam limbah cair baik yang terdiri dari material organik
maupun anorganik yang masih ada pada air limbah

2.

Phospat terlarut dapat direduksi bila kadar kurang dari pada 1 mg/l dengan bahan
pengendap alum (tawas), ferry sulfat .

3.

Calcium, magnesium, silicon, dapat dihilangkan dengan kapur CaOH. Khusus untuk
Calcium dan magnesium efesien lebih tinggi tercapai bila kapur dalam air buangan
terdiri dari carbonat yang tinggi
4. Beberapa logam berat dapat dihilangkan dengan penambahan kapur (lime) seperti
dalam pengendapan cadium, chromium, cooper nikel, plumbum.
5. Pengurangan bakteri dan virus dapat dicapai dengan kapur pada kondisi pH
10,5 11,5 dengan cara pengumpulan dan simentasi .

B.3. Tertiari Treatment .


Pengolahan ini merupakan kelanjutan dari pengolahan sekunder (Secondary Treatment).
Pada system ini pengolahan limbah dengan kosentrasi bahan pencemar tinggi atau limbah
dengan parameter yang bervariasi banyak dengan volume yang relative banyak .
Sistem operasinya dikenal dengan operasi biologi yaitu metode pengolahan dengan
menghilangkan senyawa pencemar melalui aktivitas biological yang dilakukan pada peralatan
unit proses biologi . Metode ini dipakai terutama untuk menghilangkan bahan

organic

biodegaradable dalam limbah cair. Senyawa-senyawa organic tersebut dikonversikan menjadi


gas dan air yang kemudian dilepaskan di atmosfir. Zat- zat organic dengan rantai korban panjang
diubah menjadi rantai ikatan karbon sederhana dan air yang berbentuk gas.

Untuk menghilangkan senyawa nitrogen dalam air dipakai proses aerasi dengan
menggunakan metode biologi . Unit proses dipakai pada proses biologi yaitu : kolam aerobic,
aerasi, lumpur aktif, kolan oksidasi, dan saringan biologi dan

kolam anaerobic (jenis bahan

pencemar dan peralatan yang dipergunakan untuk menghilangkan bahan pencemar , lihat tabel 2)
Tabel 2 . Beberapa parameter pencemar dan pilihan perlatan dan pengolahan

Sumber : Eddy & Matcalf, 1983


Pengolahan secara biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan
efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi
dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1.

Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

2.

Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).


Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi,mikroorganisme tumbuh dan berkembang

dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor
jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain:
oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional,
oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi
yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu
detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan
BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan
penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam
jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi

hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak
diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan.
Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung
dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak
dikembangkan selama ini, antara lain:
1.

trickling filter

2.

cakram biologi

3.

filter terendam

4.

reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-

90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses
ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1.

Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;

2.

Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.


Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap

lebih ekonomis dari anaerob.

Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob

menjadi lebih ekonomis.

Gambar 8 Skema Diagram pengolahan Biologi


Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak lagi
sesederhana seperti dalam uraian di atas.

Namun pada prinsipnya, semua limbah yang

dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan atau
kembali dimanfaatkan dalam proses produksi,
sebagai acuan. [DAW].

dimana

uraian

di

atas dapat dijadikan

Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar melampaui nilai
yang ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya terdapat minyak dan lemak, bahan anorganik
seperti besi, aluminium, nikel,plumbum, barium, fenol dan lain-lain sehingga perlu kombinasi
dari beberapa alat. Untuk menurunkan BOD dan COD dapat dilakukan dengan metode aerasi
dan ternyata metode ini juga cukup baik untuk melakukan pengeridapan suspensi solid.
Perlakuan terhadap limbah dengan metode tertiary treatment adalah menggunakan
organisme perombak limbah. Karena metode ini sering juga disebut metode biologi yaitu
memanfaatkan kehidupan bakteri dalam merombok limbah .
Pengolahan limbah dengan cara biologis dapat dilakukan dengan dua cara , yaitu , (1)
Aerobic treatment dan (2) Anaerobic treatment . Kedua metode ini mempunyai proses yang
berbeda, karena proses aerobic membutuhkan oksigen dalam prosesnya, sedangkan proses
anerobic harus memimumkan oksigen,agar proses perombokan limbah dapat berlangsung
secara sempurna.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Aerobik dan Anaerobik dalam Pengolahan Air Limbah
Dalam pengolahan air limbah tiap pemilihan sistem ada landasannya, salah satunya
yaitu pemilihan sistem aerobik. Dalam pemilihan ini ternyata terdapat keuntungan dan
kerugian tiap-tiap sistem. Karenanya dalam pemilhan dua alternatif ini kita harus mengerti
kondisi dari proses itu sendiri. Untuk mengetahui lebih lanjuti :
Aerobik (Extended Aeration)
1.

Kelebihan

a.

Sudah dikenal dan banyak digunakan pada umumnya digunakan untuk kapasitas kecil

sampai besar.
b.

Diterapkan dalam pengolahan air limbah dengan konsentrasi BOD dan COD rendah pada

o
temperatur 5 - 30 C.

c.

Mampu menanggulangi Loading Fluctuation.

d.

Effluen dapat langsung dibuang ke badan penerima (sungai, dsb).

2.

Kekurangan

a.

Membutuhkan area yang lebih luas

b.

Pemakaian energi lebih tinggi dengan adanya aerator

c.

Lumpur yang dihasilkan banyak

Anaerobik (UASB)
1.

Kelebihan

a.

Sesuai untuk mengolah air limbah dengan konsentrasi BOD lebih tinggi dan untuk

kapasitas menengah sampai besar.


b.

Menghasilkan biogas (70-90 % CH4).

c.

Tidak membutuhkan energi untuk oksidasi

d.

Membutuhkan area lebih kecil

e.

Lumpur yang dihasilkan sedikit.

2.

Kekurangan

a. Temperatur air limbah harus dijaga sekitar 20-35 C


b. Setelah diolah dalam sistem anaerobik effluen perlu diolah lagi secara aerob sebelum di
buang ke badan penerima untuk mereduksi parameter NH4
c. Tidak sesuai untuk mengolah air limbah dengan konsentrasi nitrat dan atau sulfat tinggi.
d. Pengoperasian cukup rumit karena sangat tergantung pada temperatur dan pH air limbah.
Pengolahan dengan system aerob dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada
poses penyediaan oksigen , penyediaan lahan dan situasi dan kondisi lingkungan, antara lain
lumpur aktif, nitrifikasi, lagon ersi, proses digestin reobik kolam oksidsi, saringan tetes, dan
saringan kasar. Poses dengan cara aerobic biasanya digunakan untuk limbah dengan
konserasi rendah biochemical oxygen demand (BOD) < 2000 mg/l. Proses anaerobic hanya
menghasilkan biochemical oxygen demand (BOD) dengan konversi (10 40) % dari kondisi
awal dan untuk itu proses aerob diperlukan membantu melanjutkan proses perombokan .

Lumpur Aktif
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses
ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi
CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui
pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan
mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan
keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan
air limbah. Metode lumpur aktif memanfaatkan mikroorganisme (terdiri 95% bakteri, sisanya
protozoa, rotifer, dan jamur) sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di
dalam air limbah. Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi (membutuhkan oksigen). Pada
proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi proses
degradasi. Proses ini berlangsung dalam reactor yang dilengkapi recycle/umpan balik lumpur dan
cairannya. Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara
memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan blower.Aerasi ini juga berfungsi untuk
mencampur limbah cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif. Sesudah tangki
aerasi, campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki
sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai effluen
dari proses.
Dewasa ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air limbah yang paling
banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingat metode lumpur aktif dapat
dipergunakan untuk mengolah air limbah dari berbagai jenis industri seperti industri pangan,
Perhotelan, Rumah tinggal, Sekolah, bahan Pabrik dan lain sebaginya. Dengan menerapkan
sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi mengandung senyawa organik beracun dan bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air
untuk kegiatan industri selanjutnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan
dapat mengatasi permasalahan persediaan cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan
industri dan kebutuhan masyarakat akan air.

Limbah yang datang dari segala macam aktifitas akan ditampung kedalam bak penyaring.
bak penyaring berfungsi sebagai penyaring kotoran padat dan sampah yang dapat mengganggu
proses peralatan selanjutnya atau peralatan lainnya air yang telah disaring selanjutnya menuju ke
bak equalizing, bak equalizing berfungsi sebagai penampung dalam proses awal agar kualitas air
rata dan teratur.
Air kemudian di pompakan ke flow control box untuk selanjutnya masuk ke bak aerasi,
bak ini dilengkapi dengan air difuser yang berfungsi melarutkan udara kedalam air sehingga
bakteri menjadi aktif.
Di bak ini air limbah akan diproses dengan cara menambahkan atau melarutkan udara
kedalam air dan menambahkan lumpur aktif yg diperoleh dari bak pengendap atau sedimentation
tank. Bak ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang datang dari aerasi dengan tujuan
mempercepat pengendapan struktur, sehingga dibuat seperti limas segi empat.
Lumpur yang mengendap akan diangkat oleh airlift melalui udara blower kemudian
lumpur ditampung ke setiap distributor box untuk di distribusikan ke bak aerasi, bak
penampungan lumpur dan bak klorinasi atau clorinasi tank. Setelah air diendapkan proses
selanjutnya biasanya menambahkan bahan kimia yg berfungsi untuk membunuh kuman, namun
bisa juga tidak menggunakan bahan kimia, hal tersebut dapat diatasi dengan menambahkan
bakteri aktif pada saat proses aerasi. Bak penampung air olahan atau efluent tank adalah bak yang
berfungsi sebagai bak penampung air olahan yang dihasilkan oleh unit pengolahan limbah untuk
disalurkan ke water tank, air yang masuk ke bak ini adalah air yg sudah di proses bebas dari
kuman.
Apa Itu Sludge Thickening? Sludge thickening adalah alat yang berfungsi untuk
mengurangi kadar air (liquid) dalam lumpur, sehingga menambah kandungan solid (padatan)
dalam lumpur. Pabrik pengolahan air limbah pada umumnya menggunakan perangkat penebalan
untuk meningkatkan konsentrasi padatan pada akhir langkah proses tertentu dalam proses lumpur
aktif. Penebalan meningkatkan kandungan padatan lumpur dan mengurangi volume air gratis
sehingga meminimalkan beban unit pada proses hilir seperti pencernaan dan dewatering.

Sistem Lumpur Aktif Konvensional

1. Tangki aerasi
Oksidasi aerobik material organik dilakukan dalam tangki ini. Efluent pertama masuk dan
tercampur dengan Lumpur Aktif Balik (Return Activated Sludge =RAS) atau disingkat LAB
membentuk lumpur campuran (mixed liqour), yang mengandung padatan tersuspensi sekitar
1.500 - 2.500 mg/l. Aerasi dilakukan secara mekanik. Karakteristik dari proses lumpur aktif
adalah adanya daur ulang dari biomassa. Keadaan ini membuat waktu tinggal rata-rata sel
(biomassa) menjadi lebih lama dibanding waktu tinggal hidrauliknya (Sterritt dan Lester, 1988).
Keadaan tersebut membuat sejumlah besar mikroorganisme mengoksidasi senyawa organik dalam
waktu yang singkat. Waktu tinggal dalam tangki aerasi berkisar 4 - 8 jam.
2. Tangki Sedimentasi
Tangki ini digunakan untuk sedimentasi flok mikroba (lumpur) yang dihasilkan selama
fase oksidasi dalam tangki aerasi. Seperti disebutkan diawal bahwa sebaghian dari lumpur dalam
tangki penjernih didaur ulang kembali dalam bentuk LAB kedalam tangki aerasi dan sisanya
dibuang untuk menjaga rasio yang tepat antara makanan dan mikroorganisme (F/M Ratio).
3. Parameter
Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (Davis dan Cornwell, 1985; Verstraete
dan van Vaerenbergh, 1986) adalah sebagai berikut: Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi
tangki aerasi dalam sistem lumpur aktif disebut sebagai mixed liqour yang diterjemahkan sebagai
lumpur campuran. MLSS adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material
organik dan mineral, termasuk didalamnya adalah mikroorganisma. MLSS ditentukan dengan
cara menyaring lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan pada
temperatur 1050C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang. Mixed-liqour volatile suspended
solids (MLVSS). Porsi material organik pada MLSS diwakili oleh MLVSS,yang berisi material
organik bukan mikroba, mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson dan Lawrence, 1980).
MLVSS diukur dengan memanaskan terus sampel filter yang telah kering pada 600 -6500C, dan
nilainya mendekati 65-75% dari MLSS. Food - to - microorganism ratio (F/M Ratio). Parameter
ini merupakan indikasi beban organik yang masuk kedalam sistem lumpur aktif dan diwakili

nilainya dalam kilogram BOD per kilogram MLSS per hari (Curds dan Hawkes, 1983;
Nathanson, 1986). Adapun formulasinya sebagai berikut : F/M = Q x BOD5
Adsorbsi Karbon Aktif
Produksi karbon aktif dunia diperkirakan 300000-400000 ton. Sekitar 80% karbon aktif
diaplikasikan pada fase cair. Karbon aktif dapat berasal dari arang hasil pembakaran batubara,
lignit, produk-produk kayu, batok kelapa, dan lainnya. Karbon tersebut kemudian diaktivasi
dengan memberikan uap pada suhu tinggi (2300F) tanpa pemberian oksigen. Pada beberapa
kasus, karbon juga diproses dengan asam pencuci atau dilapisi oleh suatu senyawa yang dapat
menambah kemampuan karbon dalam menghilangkan kontaminan tertentu. Karbon yang telah
diaktivasi memiliki ukuran partikel yang kecil dan luas permukaan yang besar sehingga
memungkinkan kontaminan lebih banyak terjerap ke dalam karbon. PAC (Powdered Activated
Carbon) diperoleh dengan menghaluskan karbon sehingga diperoleh karbon berupa serbuk yang
sangat halus. Luas permukaan karbon aktif berkisar 500-1400 m2/g (Hassler 1974).
Karbon aktif mempunyai ukuran pori yang sangat banyak. Pori-pori ini dapat menangkap
partikel-partikel yang sangat halus maupun molekul organik yang besar seperti rasa, warna,
maupun bau dan menjebaknya disana. Karbon aktif memiliki jaringan pori yang sangat luas dan
berubah-ubah bentuknya untuk menerima molekul kontaminan baik besar maupun kecil. Pori
karbon aktif diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan diameter pori. Variasi pori meliputi
mikropori (2 nm), mesopori (2-50 nm), dan makropori (>50 nm).
Adsorpsi karbon aktif merupakan proses adsorpsi dimana kontaminan ditarik atau dijerap
oleh

permukaan

partikel

karbon

adsorpsidipengaruhiolehkarakteristikkarbon

(Gambar

(ukuranpartikel,

10).
ukuranpori,

Efisiensi
luas

proses
permukaan,

densitas, kekerasan) dan karakteristik kontaminan (konsentrasi, kelarutan kontaminan, penarikan


kontaminan kepermukaan karbon. Adsorpsi karbon merupakan metode yang sering digunakan
dalam treatment air karena kemampuannya dalam menghilangkan rasa dan bau termasuk klorin.
Karbon aktif dapat menghilangkan banyak senyawa kimia dan gas, bahkan senyawa
mikroorganisme. Karbon aktif sangat baik digunakan untuk menghilangkan kontaminan kelas 1
yang merupakan senyawa organic penyebab rasa dan bau menurut Enviroment Protect Agency
(EPA).

Gambar 1 Proses Adsorpsi Karbon Aktif

Pada proses adsorpsi, kontaminan mematahkan ikatannya dengan molekul air untuk berikatan
kimia dengan media filter. Kontaminan yang dapat dihilangkan dengan karbon aktif terdapat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Jenis kontaminan yang dapat dihilangkan dengan karbon aktif

Kontaminan

Ion dan Logam

Senyawa

Jenis Kontaminan

Klorin, Radon

Kimia Benzena, Karbon Tetraklorida, Dikloro Benzena, Toluena, Trikloroetilena,

Organik

Trihalometana (THMs)

Pestisida

1,2,4-Triklorobenzena, 2,4-D, Atrazine

Kontaminan tidak semua dapat diatasi dengan satu metode karena semua metode memiliki
keterbatasan, dan terkadang harus dikombinasikan untuk mentreatment air sehingga diperoleh air
bersih. Setiap tipe karbon memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghilangkan kontaminan,
tidak ada satupun karbon yang dapat menghilangkan semua kontaminan secara maksimal.
Adsorpsi karbon aktif tidak dapat menghilangkan virus, bakteri, kalsium dan magnesium,
fluorida, nitrat dan senyawa lainnya. Efektivitas penghilangan kontaminan yang spesifik
tergantung pada sumber atau tipe karbon dan metode aktivasi. Contohnya, karbon yang paling

efektif untuk menghilangkan Timbal berbeda tipe dan metode aktivasinya dengan karbon yang
digunakan untuk menghilangkan klorin. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kapasitas adsorpsi.

Tabel 4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi

Faktor yang

Efek

mempengaruhi

Luas Permukaan

Ukuran Pori

Kelarutan

Struktur Molekul

Ukuran Partikel

Polaritas

Sifat Hidrokarbon

Suhu

Nilai pH

Luas permukaan sebanding dengan kapasitas adsorpsi (luas


permukaan ditentukan oleh derajat aktivasi)

Ukuran pori sangat penting untuk proses distribusi karena


menyediakan sisi adsorpsi dan jalan untuk transport adsorbat

Senyawa dengan kelarutan rendah dalam pelarut dijerap lebih mudah


dibandingkan dengan senyawa dengan kelarutan tinggi

Senyawa organik rantai bercabang lebih mudah dijerap dibandingkan


dengan rantai lurus

Partikel yang lebih kecil memiliki tingkat adsorpsi yang lebih besar

Senyawa nonpolar lebih mudah dijerap dibandingkan dengan


senyawa polar

Senyawa hidrokarbon tak jenuh (ikatan ganda atau rangkap tiga) akan
dijerap lebih mudah dibandingkan hidrokarbon jenuh (ikatan tunggal)

Suhu yang rendah dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi kecuali


untuk l;arutan yang kental

Kapasitas adsorpsi meningkat pada kondisi pH rendah

Konsentrasi Adsorbat

Kapasitas adsorpsi sebanding dengan konsentrasi adsorbat

Waktu

Waktu Kontak

kontak

yang

cukup

dibutuhkan

untuk

mencapai

kesetimbangan adsorpsi

Waktu kontak antara air dan karbon ditentukan oleh laju alir dan proses adsorpsi
kontaminan. Semakin lama waktu kontak semakin besar pula jumlah kontaminan yang
teradsorpsi. Jumlah karbon dalam filter juga mempengaruhi proses penghilangan kontaminan,
contohnya karbon dalam jumlah sedikit secara umum hanya mampu menghilangkan rasa dan
senyawa penyebab bau, sementara untuk menghilangkan THMs diperlukan jumlah karbon yang
lebih

banyak.

Jumlah

karbon

juga

mempengaruhi

kecepatan

penjenuhan

media.

Pada saat semua sisi aktif karbon terisi oleh kontaminan, media menjadi jenuh dan telah mencapai
kapasitasnya. Pada saat seperti itu kontaminan tidak dapat lagi dijerap atau mungkin beberapa
kontaminan terlepas kembali ke dalam air. Apabila ini terjadi, kemungkinan kontaminan dalam air
setelah treatment lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum treatment, untuk mencegahnya kita
harus mengetahui kapasitas media yang digunakan. Media yang telah jenuh dapat diregenerasi
kembali artinya setelah proses aktivasi karbon mencapai batas maksimum dan semua sisi aktif
terisi, regenerasi dapat dilakukan dengan mencuci dan memanaskan kembali karbon aktif pada
suhu 820-930 C. Persen recovery dari proses regenerasi berkisar 90-95%.
Rangkaian unit sistem adsorpsi karbon aktif terdiri atas tipe point of use(POU) dan point
of entry(POE). POE mentreatment semua air yang masuk ke rumah. Tipe ini direkomendasikan
untuk mentreatment senyawa-senyawa berbahaya dalam air seperti radon dan VOCs. VOCs
mudah menguap tetapi tetap menempel pada shower, mesin cuci, maupun dishwasher sehingga
kemungkinan tetap kontak dengan kulit. POE dapat mereduksi kontaminan saat masuk dalam
berbagai situasi. POE harus memperhatikan waktu kontak, tipe dan jumlah karbon yang
digunakan untuk membuang air buangan (wastewater).
POU mentreatment air pada saat akan digunakan, biasanya sistem ini hanya digunakan
untuk minum dan keperluan memasak. Pada tipe ini air yang akan digunakan saja yang
ditreatment, air yang bukan untuk konsumsi tidak ditreatment dan dikeluarkan melalui suatu kran.
Filter karbon pada tipe ini tidak dihubungkan dengan sumber air/air baku, harganya lebih murah
dan susunan alatnya sederhana, namun air yang ditreatment jumlahnya terbatas karena waktu
kontak terbatas dan jumlah karbon pun sedikit. Berdasarkan uraian diatas, keuntungan adsorpsi
karbon adalah menghilangkan senyawa organik volatil (VOCs) terlarut dan klorin secara efektif
dan memiliki kapasitas adsorpsi yang tinggi (long life) untuk menghilangkan lebih banyak
kontaminan, sementara kerugiannya karbon aktif relatif mahal, aktivasi karbon dapat

mengembangbiakan mikroorganisme, hal ini dapat menjadi keuntungan pula sejak mikroba
mampu mendegradasi senyawa organik terlarut. Solusinya adalah air harus didesinfeksi sebelum
melalui media karbon, post desinfeksi juga sebaiknya digunakan karena reaksi dengan karbon
aktif dapat menghilangkan zat pengoksidasi yang digunakan pada saat awal proses desinfeksi.
Perlu diketahui, kondisi yang paling baik untuk pertumbuhan bakteri yaitu saat filter jenuh
dengan kontaminan organik karena dapat menyediakan sumber makanan untuk bakteri, dan pada
saat filter tidak digunakan lagi dalam jangka waktu lama. Kondisi seperti itu dapat membuat air
tidak jernih, untuk mengatasinya karbon aktif harus dilengkapi dengan logam perak yang dapat
mencegah pertumbuhan bakteri. Namun, efektivitas prosedur ini tidak valid karena perak juga
dapat mengkontaminasi air. Hal terbaik adalah kita harus sering mengganti karbon aktif lebih
sering lagi daripada yang dianjurkan dalam petunjuk pemakaian. Kerugian lain, karbon aktif
menghasilkan emisi tinggi berupa sulfur oksida (SO2), emisi tersebut dapat diperoleh dari proses
pemanasan pembuatan karbon aktif dari batu bara.
Estimasi harga alat :

Absorption Tower
Diameter
Column Height
Column Type
Cost

: 5 ft
: 10 ft
: Mild steel construction, 40 psi, vertical
: US $ 7000

Mikro Filtrasi
Mikrofiltrasi merupakan pemisahan partikel berukuran mikron atau semimikron.
Membran mikrofiltrasi berukuran 0.1-1.0 mikron. Bentuknya lazim berupa cartridge gunanya
untuk menghilangkan partikel dari air yang berukuran 0.04-100 mikron, asalkan kandungan total
padatan terlarut tidak melebihi 100 ppm. Filtrasi cartridge merupakan filtrasi mutlak, artinya
partikel padat akan tertahan, terkadang cartridge yang berbentuk silinder itu dapat dibersihkan.
Cartridge tersebut diletakkan dalam wadah tertentu (housing). Bahan cartridge beragam
diantaranya berasal dari katun, wool, rayon, selulosa, fiberglass, polipropilena, akrilik, nilon,
asbes, ester-ester selulosa, serta polimer hidrokarbon terfluorinasi.

Gambar 9 Proses Filtrasi pada Membran Mikrofiltrasi


Keuntungan mikrofiltrasi diantaranya mampu menghilangkan semua partikel dan
mikroorganisme yang lebih besar dari ukuran pori, dan perawatan yang dibutuhkan minimal.
Sementara kerugiannya tidak mampu menghilangkan senyawa anorganik terlarut, senyawa kimia,
pirogen, dan semua koloid. Selain itu mikrofiltrasi tidak dapat diregenerasi. Mikrofiltrasi tidak
berbeda secara fundamental dengan reverse osmosis, ultrafiltrasi ataupun nanofiltrasi kecuali
dalam hal ukuran partikel yang dihilangkannya.
Cairan dilewatkan pada kecepatan yang relatif tinggi sekitar 1-3 m / s dan pada tekanan
rendah sampai sedang (sekitar 100-400 kPa ) secara paralel atau tangensial dengan membran
semipermeabel dalam lembaran atau bentuk tubular. Sebuah pompa umumnya dipasang ke
peralatan pengolahan untuk memungkinkan cairan dapat melalui filter membran. Ada juga dua
konfigurasi pompa, baik tekanan didorong atau vakum . Sebuah pengukur tekanan umumnya
melekat untuk mengukur penurunan tekanan antara outlet dan inlet sungai.

Estimasi harga alat :Total Cost = US $ 115800

Filter
Filter type
Filter Area
Material
Pressure
Cost
Vessel
Vessel type
Volume
Material
Pressure
Cost
Pump
Pump Type
Flow Rate
Material
Seal Type
Cost

: Leaf
: 100 ft2
: Carbon Steel
: Atmospheric
: US $ 32800
: Vert, Shop Fab, Medium
: 20000 gallons
: Carbon Steel & API
: Atmospheric
: US $ 44400
: Piston, Medium
: 100 gpm
: Cast Iron
: Mechanical Seal
: US $ 38600

Bioreaktor Membran (alternatif menggantikan adsorpsi karbon + mikrofiltrasi)


Bioreaktor membrane

(BRM) merupakan

teknologi

pengolahan

limbah

yang

mengkombinasikan proses biologis untuk mendegradasi limbah dan proses membran untuk
pemisahan biomassa. Membran menggantikan peran kolam sedimentasi untuk memisahkan
padatan dan cairan pada teknologi konvensional (lumpur aktif). Dengan membran, kinerja
pemisahan menjadi lebih baik karena pemisahan tidak lagi dibatasi oleh kondisi hidrodinamik
lumpur seperti waktu tinggal lumpur (SRT, sludge retention time), waktu tinggal cairan
(HRT, hydraulic retention time) serta laju pembuangan lumpur.
Membran dapat memisahkan hampir seluruh baktericoliform, padatan tersuspensi
(suspended solid) dan menghasilkan efluen dengan kualitas yang sangat baik. Efluen yang

dihasilkan dari unit membran memiliki kualitas yang sangat baik sehingga unit postreatment tidak
dibutuhkan lagi. Perbandingan antara pengolahan limbah dengan metode konvensional (Gambar
A), kombinasi metode konvensional dengan membran (Gambar B) dan bioreaktor membran
terendam (Gambar C) dapat dilihat pada gambar berikut

Bioreaktor membran sangat potensial digunakan untuk mengolah limbah baik limbah
domestik maupun limbah industri. Kelebihan sistem bioreaktor membran terendam adalah :
1.

Biomassa dapat direjeksi dengan sempurna. Efluen yang dihasilkan oleh bioreaktor
membran terendam tidak tergantung dari efisiensi pengolahan biologis. Dengan
demikian, produk BRM terendam bersih dari kista dan protozoa, serta dapat mereduksi
bakteri dan virus. Efluen ini, sesuai dengan standar baku air bersih.

2.

Waktu tinggal padatan yang lama dapat diperoleh dan lumpur yang dihasilkan sangat
sedikit.

3.

Rentang MLSS yang dapat diolah lebih tinggi dibanding dengan metode lumpur aktif.
Desain BRM dapat mengolah limbah dengan kandungan MLSS 8-15 mg/l bahkan
sampai 50 mg/l, sedangkan dengan lumpur aktif hanya sekitar 3,5 mg/l.

4.

Level pencemar pada efluen seperti bahan organik, nitrogen, fosfor dan padatan
terlarut sangat rendah sehingga tidak dibutuhkan pengolahan lanjutan.

5.

Dapat digunakan pada skala kecil untuk pengolahan limbah pemukiman atau untuk
dikomersialisasikan.

6.

Membran menahan mikroorganisme di bioreaktor selama mungkin termasuk bakteri


nitrogen, sehingga laju reduksi bahan organik dan nitrogen berlangsung cepat.

7.

Konfigurasi dan instalasi alat sederhana, sehingga dapat mereduksi biaya konstruksi
dan operasi. Peralatan yang dibutuhkan tidak banyak, termasuk tidak membutuhkan
pompa lumpur dan pompa resirkulasi.

Klasifikasi Bioreaktor Membran Terendam


Berdasarkan letak modul membrannya, BRM dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Bioreaktor membran eksternal (External membrane bioreactor)
Pada tipe ini, membran diletakkan terpisah dari reaktor. Cairan hasil penguraian bioreaktor
di pompa ke membran secara cross-flow untuk dilakukan pemisahan padat cair. Kelebihan
cairan diresirkulasi, sedangkan produk ditempatkan pada bak khusus.
2. Bioreaktor membran terendam (Submerged membrane bioreactor)
Membran tipe ini diletakkan tenggelam dalam bioreaktor. Permeat dialirkan secara deadend, sehingga retentat tetap tertinggal di bioreaktor. Perbedaan antara kedua membran
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.7.
Masing-masing tipe tersebut memiliki keunggulan. Namun, bioreaktor membran terendam
paling disukai dan banyak digunakan pada instalasi pengolahan air limbah. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut (Thanh, 2002):
a. Ukuran unit lebih kecil
Dengan BRM terendam, membran diletakkan di dalam bioreaktor sehingga tidak
diperlukan tempat khusus untuk membran.
b. Penggunaan energi lebih efisien
BRM terendam tidak menggunakan pompa tambahan untuk mengalirkan umpan ke
membran seperti halnya BRM eksternal. Hal ini menyebabkan, kebutuhan energi menjadi
lebih sedikit.
c. Lebih ekonomis karena tidak menggunakan housing membran
Hal ini terjadi karena dialirkan secara dead-end dan dari luar ke dalam sehingga BRM
terendam tidak memerlukan housing membran. Akibatnya, tidak diperlukan biaya
untuk housing membran.
d. Instalasi unit lebih mudah dan sederhana
Akibat tidak menggunakan pompa resirkulasi, konfigurasi dan instalasi BRM ini menjadi
lebih mudah.

Gambar 10 Instalasi BRM

Bioreaktor Membran ada juga yang, konfigurasinya sebagai berikut:

Gambar 11 Bioreaktor Membran


Estimasi harga alat : Total Cost : US $ 78400

Absorption Tower
Diameter
Column Height
Column Type
Cost

: 5 ft
: 10 ft
: Mild steel construction, 40 psi, vertical
: US $ 7000

Filter
Filter type
Filter Area
Material
Pressure
Cost

: Leaf
: 100 ft2
: Carbon Steel
: Atmospheric
: US $ 32800

Pump
Pump Type
Flow Rate
Material
Seal Type
Cost

: Piston, Medium
: 100 gpm
: Cast Iron
: Mechanical Seal
: US $ 38600

Ozonisasi
Gas ozon (O3) dapat berfungsi sebagai pembersih, penghilang bau serta sebagai bahan
desinfektan yang mampu membunuh semua mikro-orghanisme seperti bakteri, virus, jamur,
benih, dsb. Ozon merupakan bahan pengoksida yang sangat kuat kedua setelah fluorin, dan kalau
dibandingkan terhadap klorin kekuatan ozon sebagai tenaga desinfektan bias 3250 kali lebih cepat
serta 50% lebih kuat tenaga oksidatifnya. Mengingat akan efek kegunaan dan kelebihan ozon
maka tak mengherankan bila ozon hingga sekarang masih terus dimanfaatkan untuk sterilisasi air,
udara dna bahan makanan sehingga disamping bahan dapat tahan lama juga lebih untuk
dikonsumsi.
Ozon sebelum atau setelah bereaksi dengan unsur lai akan selalu menghasilkan oksigen
(O2) sehingga teknologi ozon sangat ramah lingkungan atau sering dikatakan ozon merupakan
kimia hijau masa depan. Ozon merupakan gas triatomic allotrope oksigen yang dapat terbentuk
akibat adanya rekombinasi atom-atom oksigen. Ozon meruapak gas yang hamper tak berwarna
dengan bau yang khas sehingga dapat terdeteksi oleh indra cium sampai dengankonsentrasi 0,01
ppm (part per million). Konsentrasi ozon maksimum pada ruang terbuka adalah sekitar 0,1 pp,
sedanga konsentrasi setinggi 1,00 ppm masih dapat dianggap tak berbahaya asal tidak terhirup ke
dalam saluran pernapasan hingga lebih dari 10 menit.
Di lapisan atmotsfir, secara alamiah ozon dibentuk oleh adanya cahaya ultraviolet matahri
atau adanya petir yakni dengan memanfaatkan tenaganya untuk mengeksitasi molekul-molekul
oksigen ke tingkat tenaga yang lebih tinggi untuk memproduksi atao-atom oksigen yang tak

stabil. Atom-atom oksigen tunggal yang biasanya berpresentase rendah akan bergabung dengan
molekul oksigen membentuk ozon. Molekul ozon dalam kenyataan tidak dapat berdiri sendiri
tetapi harus merupakan kombinasi dari 2 molekul yang masing-masing keberadaannya sebagai
resonansi tak teratur (resonance hybrid0. Hal ini dapat terjadi karena pasangan electron yang
berperan dalam ikatan rangkap, kenyataannya dapat berpindah-pindah dan mereka bebas untuk
bergerak diantara atom-atom oksigen, yang berakibat atom oksigen yang ditinggalkanya menjadi
bermuatan positip dan atom oksigen lain yang dituju/ditempati electron menjadi bermuatan
negatif.
Aplikasi ozon mempunyai banyak manfaat terhadap bidang teknologi lain seperti industry
tekstil, kulit dan bahan makanan/minuman, maka pembuatan generator/pembangkit ozon sangat
perlu untuk direalisasikan. Hal ini juga mengingat bahwa sifat ozon di alam sangat tak stabil
mengakibatkan ozon tidak dapat dipaketkan untuk dibawa ke suatu tempat, sehingga ozon harus
dibuat di tempat yang memerlukan.

Ozoniser dapt dijelaskan dengan menggunakan skema ozonizer lucutan senyap seperti
ditunjukkan pada gambar 1. Tegangan luar (eksternal) yang meruapakn tegangan tinggi AC
dibebankan pada bagian elektroda tabung ozonizer lucutan senyap sehingga pada celah lucutan
yakni pada daerah antar lapisan dielektrik dengan elektroda akan terjadi lucutan-lucutan mikro
yang sifat kelistrikannya secara keseluruhan dapat dijabarkan dengan kuantitas rata-rata.
Sumber daya tegangan tegangan bolak-balik dengan frequensi orde kilo Hertz (kHz)
merupakan komponen pendukung yang sangat penting dalam rangkaian unit ozonizer. Komponen
pendukung tersebut terdiri dari rangkaian osilator, rangkaian penguat daya dan rangkaian penguat
tegangan. Pada awalnya rangkaian osilator memberikan sinyal (pulsa) bolak-balik, kemudian
dayanya ditingkatkan oleh rangkaian penguat daya dan selanjutnya oleh rangkaian pelipat

tegangan (transformator tegangan tinggi) tegangan keluaran dari rangkaian penguat daya
ditingkatkan menjadi tegangan tinggi.
Adanya dielektrik yang menutup salah satu elektroda adalah merupakan fungsi kunci dari
keistimewaan lucutan senyap dimana dielektrik dapat berfungsi sebagai sumber filament arus
yang berisi electron energetic (1-10ev). Besarnya tenaga ini merupakan daerah tenaga ideal untuk
terjadinya eksitasi dari partikel atom dan molekul sehingga mampu untuk memisahkan ikatanikatan kimia suatu partikel. Atom dan molekul yang tereksitasi memiliki reaktivitas yang lebih
tinggi dari pada mereka yang dalam keadaan ground state. Oleh karenanya penggunaan lucutan
senyap pada ozonizer merupakan metode yang paling cocok untuk digunakan dalam bidang
aplikasi kimia plasma volum dibandingkan dengan model lucutan tak seimbang lainnya seperti
lucutan bara (glow discharge) atau pun lucutan gelombang mikro.
Dalam volume lucutan, interaksiantar partikel bermuatan (ion, electron) dengan partikel
kimia lain (atom, molekul dan radikal) sangat memegang peranan. Interaksi ini dapat merubah
partikel kimia, eksitasi molekul yang menimbulkan disosiasi, sintesa atau membentuk jenis
partikel baru seperti ozon. Laju produksi ozon dapat ditentukan dengan metode absorbansi
(serapan) atas dasar sifat ozon yang berkemampuan menyerap radiasi yang berpanjang
gelombang pendek (tenaga tinggi) yakni pada daerah spectrum ultraviolet (UV). Jika seberkas
radiasi UV bertenaga Po dilewatkan melalui sampel larutan maka sebagian tenaga radiasi tersebut
akan diserap oleh larutan dan sisa tenaga akan diteruskan.
Peralatan yang digunakan dalam rancang bangun ozonizer serta untuk mengidentifikasi
ozon yang dihasilakn meliputi tabung lucutan ganda yang merupakan tempat terjadinya proses
ozonisasi dari bahan gas alir udara atau oksigen, pompa hisap sebagai penghisap oksigen atau
udara, kran dan flowmeter untuk mengontrol alioran gas udara oksigen dimana kran digunakan
untuk mematikan aliran gas dari tangki reservoir, sedang volume gas yang mengalir dapat
dihitung pada kecepatan yang telah ditentukan, sumber daya tinggi bolak-balik orde kV untuk
melucut elektroda dan spectrophotometer HP 8452A untuk menganalisa larutan pnyerap (yang
terkontaminasi ozon). Sedang bahan yang digunakan untuk identifikasi dan penentuan jumlah
produksi ozon, meliputi larutan penyerap (dikontaminasi olehj keluaran gas ozon dari tabung
lucutan) merupakan campuran anatar larutan standar I2 dengan larutan pewarna: bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk larutan standar I2 terdiri dari kalium (KI), Iodium (I2), dan air ultra
murni sedang untuk larutan pewarna menggunakan bahan Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4).
Dinatrium hidrophospat (Na2HPO4), KI dan air ultra murni.

Bagian-bagian dari tabung lucutan yang menunjukkan pada gambar 2 meliputi:


1.

dielektrik gelas bentuk silinder dengan panjang 17,0 mm, tebal 1,6 mm dan diameter 18

mm,
2. elektroda dalam (anoda) tersebut dari bahan allumunium (Al) bentuk silinder dengan
panjang 120 mm, tebal 1,00 mm, dan diameter 14,5 mm.
3. elektroda luar (katoda) yang terbuat bahan stainless steel (SS) bentuk silinder dengan
panjag 120 mm, tebal 1,0 mm dan diameter 25,5 mm.
4. celah lucutan sebagai tempat aliran gas udara atau oksigen dari lubang masukan udara
5. penyangga sekaligus sebagai penutup ujung-ujung tabung lucutan yang terbnuat dari
bahan fleksiglass dengan panjang 70 mm, lebar 70 mm dan tebal 10 mm
6. lubang masukan yakni tempat masuknya udara atau oksigen dari pompa udara yang
terbuat dari bahan besi dengan panjang 15 mm tebal 0,5 dan diameter 2 mm
7. lubang keluaran ozon dengan bahan dan ukuran sama dengan lubang masukan
8. terminal positif tempat untuk memasok tegangan tinggi postip dan
9. terminal negatifnya

Sistem Pengolahan Limbah


Proses pengolahan air limbah terbagi menjadi tiga tahap pemrosesan, yaitu :
1.

Proses

primer,

Proses

primer

merupakan

perlakuan

pendahuluan

yang

meliputi : a). Penyaringan kasar,


b). Penghilangan warna, c).
Ekualisasi,
d). Penyaringan halus, dan e).
Pendinginan.
2. Proses sekunder, Proses biologi dan sedimentasi.
3. Proses

tersier,

merupakan

tahap

lanjutan

setelah

proses

biologi

dan

sedimentasi.

Adapun waktu yang dibutuhkan untuk tiap-tiap proses dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Dimensi, Debit Air Masuk, dan Waktu Tinggal dari masing-masing Unit Pengolah
Limbah Cair

Unit Penanganan
Kolam equalisasi
Limbah air warna
Limbah air umum
Tangki Koagulasi I
Tangki Sedimentasi I
Kolam Aerasi
Tangki Sedimentasi II
Tangki Koagulasi II
Tangki Intermeadiat
Tangki Sedimentasi III
Kolam Ikan

Jumlah

Vol Tangki (m )

Total Vol
3
(m )

2
1
1
2
3
1
1
1
1
1

59 + 56
653
3.1
14.2
2(1250) + 925
407
6
57
178
15

115
653
3.6
28.4
3425
407
6
57
178
15

Debit
3
(m /hari)
1200
1800
720
720
3000
3394
3394
3394
3394
3394

Gambar 11. Sistem Pengolahan Limbah Pabrik Tekstil

Waktu
Retensi
2.3 jam
8.7 jam
7.2 menit
25 menit
27.4 jam
2.9 jam
2.5 menit
24 menit
1.26 jam
6.4 menit

Proses Primer
a. Penyaringan Kasar
Air limbah dari proses pencelupan dan pembilasan dibuang melalui saluran
pembuangan terbuka menuju pengolahan air limbah. Saluran tersebut terbagi menjadi dua
bagian, yakni saluran air berwarna dan saluran air tidak berwarna. Untuk mencegah agar
sisa-sisa benang atau kain dalam air limbah terbawa pada saat proses, maka air limbah
disaring dengan menggunakan saringan kasar berdiameter 50 mm dan 20 mm.
b. Penghilangan Warna
Limbah cair berwarna yang berasal dari proses pencelupan setelah melewati tahap penyaringan
3
3
ditampung dalam dua bak penampungan, masing-masing berkapasitas 64 m dan 48 m , air
3
tersebut kemudian dipompakan ke dalam tangki koagulasi pertama (volume 3,1 m ) yang
terdiri atas tiga buah tangki, yaitu : Pada tangki pertama ditambahkan koagulasi FeSO4 (Fero
Sulfat) konsentrasinya 600-700 ppm untuk pengikatan warna. Selanjutnya dimasukkan ke
dalam tangki kedua dengan ditambahkan kapur (lime) konsentrasinya 150 - 300 ppm, gunanya
untuk menaikkan pH yang turun setelah penambahan FeSO4. Dari tangki kedua limbah
dimasukkan ke dalam tangki ketiga pada kedua tangki tersebut ditambahkan polimer
berkonsentrasi 0,5 - 0,2 ppm, sehingga akan terbentuk gumpalan-gumpalan besar (flok) dan
mempercepat proses pengendapan. Setelah gumpalan-gumpalan terbentuk, akan terjadi
pemisahan antara padatan hasil pengikatan warna dengan cairan secara gravitasi dalam tangki
sedimentasi. Meskipun air hasil proses penghilangan warna ini sudah jernih, tetapi pH-nya
masih tinggi yaitu 10, sehingga tidak bisa langsung dibuang ke perairan. Untuk menghilangkan
unsur-unsur yang masih terkandung didalamnya, air yang berasal dri koagulasi I diproses
dengan sistem lumpur aktif. Cara tersebut merupakan perkembangan baru yang dinilai lebih
efektif dibandingkan cara lama yaitu air yang berasal dari koagulasi I digabung dalam bak
ekualisasi.

Tabel 5. Hasil pengamatan konsentrasi, debit, dan laju penambahan koagulan dan
flokulan terhadap limbah air warna (Rapto, 1996)
Agent

Konsentrasi (kg/l)

Debit (l/jam)

Fe SO4
Lime
Polimer ANP-10

0.21
0.11
-4
2. 10

13.28
806.76
561.60

Laju Penambahan
(kg/jam)
2.84
86.44
0.11

Tabel 6. Efisiesi removal proses koagulasi dan flokulasi air limbah warna
Tahun 1994 (Rapto, 1996)
Parameter

Inlet (mg/l)

Outlet (mg/l)

TSS
BOD5
COD
DO

132.33
266.12
432.33
0.4

17.33
54.92
112.00
0.25

Efisiensi
(%)
86.9
79.4
74.1
37.5

removal

c. Ekualisasi
3
Bak ekualisasi atau disebut juga bak air umum memiliki volume 650 m menampung dua
sumber pembuangan yaitu limbah cair tidak berwarna dan air yang berasal dari mesin pengepres
lumpur. Kedua sumber pembuangan pengeluarkan air dengan karakteristik yang berbeda. Oleh
karena itu untuk memperlancar proses selanjutnya air dari kedua sumber ini diaduk dengan
o
menggunakan blower hingga mempunyai karakteristik yang sama yaitu pH 7 dan suhunya 32 C.
Sebelum kontak dengan sistem lumpur aktif, terlebih dahulu air melewati saringan halus dan cooling
o
tower, karena untuk proses aerasi memerlukan suhu 32 C. Untuk mengalirkan air dari bak
3
ekualisasi ke bak aerasi digunakan dua buah submerble pump atau pompa celup (Q= 60 m /jam).

d. Saringan Halus (Bar Screen f = 0,25 in)


Air hasil ekualisasi dipompakan menuju saringan halus untuk memisahkan padatan dan
larutan, sehingga air limbah yang akan diolah bebas dari padatan kasar berupa sisa-sisa serat
benang yang masih terbawa.
e. Cooling Tower
o
Karakteristik limbah produksi tekstil umumnya mempunyai suhu antara 35 oC - 40 C,
sehingga memerlukan pendinginan untuk menurunkan suhu yang bertujuan mengoptimalkan
o
kerja bakteri dalam sistem lumpur aktif. Karena suhu yang diinginkan adalah berkisar 29-30 C.

Proses Sekunder
a. Proses Biologi
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) memiliki tiga bak aerasi dengan sistem lumpur
aktif, yang pertama berbentuk oval mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan bentuk
persegi panjang. Karena pada bak oval tidak memerlukan blower sehingga dapat menghemat
biaya listrik, selain itu perputaran air lebih sempurna dan waktu kontak bakteri dengan limbah
lebih merata serta tidak terjadi pengendapan lumpur seperti layaknya terjadi pada bak persegi
3
panjang. Kapatas dari ketiga bak aerasi adalah 2175 m . Pada masing-masing bak aerasi ini
terdapat separator yang mutlak diperlukan untuk memasok oksigen ke dalam air bagi kehidupan
bakteri. Parameter yang diukur dalam bak aerasi dengan sistem lumpur aktif adalah DO, MLSS,
dan suhu. Dari pengalaman yang telah dijalani, parameter- parameter tersebut dijaga sehingga
penguraian polutan yang terdapat dalam limbah dapat diuraikan semaksimal mungkin oleh

bakteri. Oksigen terlarut yang diperlukan berkisar 0,5 2,5 ppm, MLSS berkisar 4000 6000
o
mg/l, dan suhu berkisar 29 30 C.

b. Proses Sedimentasi
3
Bak sedimentasi II (volume 407 m ) mempunyai bentuk bundar pada bagian atasnya dan
bagian bawahnya berbentuk kronis yang dilengkapi dengan pengaduk (agitator) dengan putaran
2 rph. Desain ini dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran endapan dari dasar bak.
Pada bak sedimentasi ini akan terjadi settling lumpur yang berasal dari bak aerasi dan endapan
lumpur ini harus segera dikembalikan lagi ke bak aerasi (return sludge=RS), karena kondisi pada
bak sedimentasi hampir mendekati anaerob. Besarnya RS ditentukan berdasarkan perbandingan
nilai MLSS dan debit RS itu sendiri. Pada bak sedimentasi ini juga dilakukan pemantauan
kaiment (ketinggian lumpur dari permukaan air) dan MLSS dengan menggunakan alat MLSS
meter.
Proses Tersier
Pada proses pengolahan ini ditambah bahan kimia, yaitu Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3),
Polimer dan Antifoam (Silicon Base); untuk mengurangi padatan tersuspensi yang masih
terdapat dalam air. Tahap lanjutan ini diperlukan untuk memperoleh kualitas air yang lebih
baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan.
Air hasil proses biologi dan sedimentasi selanjutnya ditampung dalam bak interdiet
3
(Volume 2m ) yang dilengkapi dengan alat yang disebut inverter untuk mengukur level air,
3
kemudian dipompakan ke dalam tangki koagulasi (volume 3,6 m ) dengan menggunakan
pompa sentrifugal. Pada tangki koagulasi ditambahkan alumunium sulfat (konsentrasi antara
150 300 ppm) dan polimer (konsentrasi antara 0,5 2 ppm), sehingga terbentuk flok yang
mudah mengendap. Selain kedua bahan koagulan tersebut juga ditambahkan tanah yang berasal
dari pengolahan air baku (water treatment) yang bertujuan menambah partikel padatan tersuspensi
untuk memudahkan terbentuknya flok.
Pada tangki koagulasi ini terdapat mixer (pengaduk) untuk mempercepat proses
persenyawaan kimia antara air dan bahan koagulan, juga terdapat pH kontrol yang berfungsi
untuk memantau pH effluent sebelum dikeluarkan

ke perairan. Setelah penambahan

koagulan dan proses flokulasi berjalan dengan sempurna, maka gumpalan-gumpalan yang
3
berupa lumpur akan diendapkan pada tangki sedimentasi III (volume = 178 m ). Hasil endapan
kemudian dipompakan ke tangki penampungan lumpur yang selanjutnya akan diolah dengan
belt press filter machine.

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL


PT. KAHATEX

Nama Kelompok :
1. Erza Specta
2. Viska Febrianti
3. Kanita Febiyanti
4. Ditta Haksari P.
5. Ridho Mirfiza Nur
6. Galih Manata
7. Rita Hastarita
8. Roro Shelly
9. Fitri Anggraeni
10. Wiwil Syukmalia
11. Chandra R.
12. Chairul Akmal

14-2011-035
14-2009-011
14-2009-027
14-2009-035
14-2010-021
14-2010-030
14-2011-011
14-2011-013
14-2011-015
14-2011-017
14-2011-024
14-2011-065

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


BANDUNG
2013

DAFTAR PUSTAKA
1. Pharmawati,Kancitra; Moh. Rangga Sururi dan kawan-kawan, 2010, Efiseinsi
Ozonisasi Air Tanah dalam Proses DesinfektanBandung, ITENAS Bandung.
2. Puspitasari, Nevy; Nurul Latipah dan kawan-kawan, 2013, Praktikum Pengolahan
Limbah Industri , Bandung, Politeknik Negeri Bandung.
3. Usada, Widdi; Agus Purwadi, Is Yuniarto, Suryadi, 2002, Rancangan Bangun
Ozonizer Jinjing dan Manfaatnya untuk Netralisasi Limbah Cair Industri dan Paska
Panen.Yogyakarta.Puslitbang Teknologi Maju.
4. Anonim,

Pengolahan

Limbah

Anaerob

pada

Air

Limbah.

http://nadyacintabiru.blogspot.com/2012/10/pengelolaan-anaerob-pada-air-limbah.html?m=1.
Diakses pada 25 Oktober 2013.
5. Anonim, Pengolahan Limbah Cair. http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-renita.pdf.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2013.

6. Anonim,

Pengolahan

Limbah

Menggunakan

Lumpur

http://kanasyma.blogspot.com/2012/09/pengolahan-limbah-menggunakan
Diaskses pada tanggal 28 Oktober 2013.

Aktif.
lumpur.html.

Anda mungkin juga menyukai