Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PAPER

MATAKULIAH EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN


LINGKUNGAN (ESL 427)

Judul Opini :
Perlukah Privatisasi Energi Panas Bumi di Indonesia ?
Chevron Geothermal Salak. Ltd

Oleh :
Kelompok 14
Fadilla Ristya Aminda (H44110007)
Deni Rahmawati

(H44110008)

Munawaroh

(H44110015)

Tiffany Lavenia

(H44110076)

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Perlukah Privatisasi Energi Panas Bumi di Indonesia ?


Chevron Geothermal Salak. Ltd
Pada dasarnya, tambang geothermal yang dibangun oleh Chevron bertujuan
untuk mengaliri listrik ke PLN. Namun yang menjadi pertanyaannya, apakah
masyarakat benar-benar mendapat manfaat dari adanya aktivitas pertambangan
Chevron? Saat ini Chevron yang beroperasi di Gunung Salak sedang mengelola
69 sumur dengan suhu temperatur rata-rata 220-315oC. Namun, fungsi geothermal
yang bertujuan untuk memasok listrik ke PLN tidak sampai kepada masyarakat,
dilihat dari banyaknya warga Bogor yang hingga saat ini belum bisa menikmati
listrik bahkan ada desa yang belum teraliri listrik, seperti Desa Leuwikaret,
Kecamatan Klapanunggal, Bogor. Listrik yang dihasilkan oleh Chevron
Geothermal Salak (CGS) digunakan untuk mengaliri listrik di pertambangan
minyak Chevron yang tersebar di seluruh tanah air.
Selain itu, dampak aktivitas penambangan geothermal pada lingkungan
sekitar sangatlah ekstensif. Dimana, kegiatan geothermal tak cukup hanya
membabat hutan untuk pengeboran, tetapi juga memangkas punggung gunung
untuk pembuatan sumur-sumur injeksi, kolam-kolam raksasa penampungan
limbah, kolam pengendapan, sampai pembukaan jalan penghubung (jalan
tambang) dari satu blok sumur geothermal ke blok sumur geothermal lainnya.
Apalagi dengan adanya pengeboran dan lalu lalangnya kendaran pengangkut alatalat berat menyebabkan terganggunya stabilitas tanah sehingga peluang erosi
semakin besar.
Tapi saat ditinjau, pemandangan di lokasi bekas sumur geothermal itu seperti
mementahkan klaim bahwa PLTP sebagai proyek energi ramah lingkungan. Di
proses hilir, PLTP diakui membuang emisi gas yang rendah sehingga tidak
beresiko besar mencemari udara. Tapi di proses hulu kerusakan terpampang jelas.
Bisa dibayangkan bagaimana tingkat kerusakan lingkungan jika pengembangan
eksplorasi menyebar.
Berbagai permasalahan sosial pun ikut timbul sebagai dampak sosio
phsycologis, diantaranya masalah ketenagakerjaan dan pemberdayaan pengusaha
lokal (LBD) yang cenderung tebang pilih bahkan terkesan menafikan azas

persaingan sehat. Ditambah lagi dengan amarah sosial menjadi hal yang rentan
dan mudah terpicu. Harmoni Komunikasi dan informasi antara Corporate dengan
Masyarakat seolah tidak berjalan. Masyarakat memandang CGS terlalu Over
Protectif ( Untuk masuk ke area CGS. Kurangnya perhatian dan sentuhan CGS
(mungkin lebih tepatnya tidak adanya pemerataan) terhadap pemberdayaan dan
pembangunan desa sekitar. Kebijakan-kebijakan pelaksanaan CSR CGS yang
terkesan sepihak, lebih mengakomodir kepentingan daripada kebutuhan
masyarakat, akibatnya banyak kebijakan CSR CGS yang salah sasaran, bersifat
temporer bahkan dianggap tidak berarti. Tidak transfarannya besaran anggaran
dan penggunanaan dana CSR CGS yang dialokasikan untuk Kecamatan
Kalapanunggal-Kabandungan.
Berdasarkan pertimbangan dari segi sosial, ekonomi dan lingkungan,
kegiatan privatisasi yang ditujukan pada Chevron belum berjalan sesuai dengan
tujuan privatisasi itu sendiri, yaitu meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perusahaan serta mengurangi beban keuangan pemerintah salah satunya adalah
mengurangi subsidi listrik. Melihat masih banyaknya masyarakat yang belum
menikmati listrik, kegiatan privatisasi perlu dilanjutkan agar tujuan privatisasi
tersebut terpenuhi, dimana lebih ditujukan dalam pemenuhan kebutuhan listrik di
wilayah yang belum terjangkau aliran listrik. Namun dalam keberlanjutannya,
Chevron juga harus memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan
khususnya untuk daerah hulu.
Oleh karena itu, menurut kami pemerintah daerah perlu melakukan
negosiasi dengan pihak CGS agar listrik yang dihasilkan dapat mengaliri listrik
secara merata di seluruh wilayah Bogor, dengan mengadakan pertemuan antara
pihak CGS, pemerintah daerah setempat dan perwakilan masyarakat untuk
membicarakan penyelesaian terbaik terkait permasalahan yang terjadi agar
masing-masing pihak sama-sama adil dan menguntungkan satu sama lain.
Sedangkan untuk permasalahan lingkungan, daerah hulu hendaknya dilakukan
peremajaan hutan bekas pengeboran, dan untuk pencegahan erosi sebaiknya
Chevron menyiapkan anggaran khusus sebagai tindakan mitigasi untuk mengelola
sumberdaya alam dan lingkungan yang berada dikawasan pemanfaatan agar
keberlanjutan aktivitas tambang geothermal tercapai.

Anda mungkin juga menyukai