Anda di halaman 1dari 2

Teori dan Konsep Urban Space, Place

Moughtin (1992) memberikan pengertian bahwa jalan merupakan sebuah


keseluruhan, sebuah ruang tiga dimensi diantara dua garis bangunan maupun
pepohonan. Pernayataan ini diperkuat oleh Ching (1996) yang menyatakan bahwa
bidang dinding eksterior memisahkan sebagian ruang untuk menciptakan suatu
lingkungan interior yang terkontrol. Ini mengindikasikan bahwa sebuah jalan yang
pada mulanya hanya sebuah space akan menjadi sebuah place jika jalan ini
dilingkupi dengan keberadaan bangunan dan landscape di sepanjang jalan.
Sedangkan pengertian tiga dimensi menurut Ching adalah sebuah bidang yang
dikembangkan sehingga memiliki : panjang, lebar, dan tinggi, bentuk dan ruang,
permukaan, orientasi dan posisi.

Bidang vertikal yang membentuk ruang (space)


Sumber: Ching, 1996

Dua buah bidang vertikal sejajar membentuk suatu volume ruang di antaranya yang
berorientasi aksial terhadapa kedua ujung terbuka dari konfigurasinya (Ching, 1996).

Sekumpulan pepohonan yang membentuk tempat (place)


Sumber : Ching, 1996

Trancik (1986) menjelaskan bahwa sebuah ruang (space) akan ada jika dibatasi dengan
sebuah void dan sebuah space menjadi sebuah tempat (place) kalau mempunyai arti dari
lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya. Schulz (1979) menambahkan bahwa sebuah
place adalah sebuah space yang memiliki suatu ciri khas tersendiri. Menurut Zahnd (1999)
sebuah place dibentuk sebagai sebuah space jika memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang
berarti bagi lingkungannya. Selanjutnya Zahnd menambahkan suasana itu tampak dari benda
konkret (bahan, rupa, tekstur, warna) maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi kultural dan
regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya.
Sebuah tempat (place) akan terbentuk bila dibatasi dengan sebuah void, serta memiliki ciri
khas tersendiri yang mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Madanipour (1996) memberikan penjelasan bahwa dalam memahami tempat (place) dan
ruang (space) menyebut 2 aspek yang berkaitan:
1. kumpulan dari bangunan dan artefak (a collection of building and artifacts).
2. tempat untuk berhubungan sosial (a site for social relationship).

Selanjutnya menurut Spreiregen (1965), urban space merupakan pusat kegiatan formal suatu
kota, dibentuk oleh faade bangunan (sebagai enclosure) dan lantaikota.
Jadi sudah sangat jelas bahwa sebuah jalan yang bermula sebagai space
dapat menjadi place bila dilingkupi dengan adanya bangunan yang ada di sepanjang
jalan, dan atau keberadaan landscape yang melingkupi jalan tersebut, sebuah place
akan menjadi kuat keberadaannya jika didalamnya memiliki ciri khas dan suasana
tertentu yang berarti bagi lingkungannya.
Referensi:
Ching, Francis D.K. 1996. Architecture : Form, Space And Order. Van Nostrand
Reinhold Company. New York.
Madanipour, A, 1996, Design of Urban Space, an inquiry into socio spatial process,
Wiley, New York
Moughtin, C, 1992, Urban Design, Street and Square, an imprint of butterworth
Heineman ltd, Linacrehouse, Oxford.
Spreiregen, Paul D, 1965, Urban Design: The Architecture of Towns and Cities, New
York, Mc Graw Hill Book Co.
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu : Teori Perancangan Kota
Dan Penerapannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai