Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MASALAH ZAT GIZI MIKRO DI INDONESIA

Oleh :
Anna Fadhilah K.
135070300111037

Gizi Kesehatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Malang

DAFTAR ISI

Daftar isi ............................................................................................................


BAB l.Pendahuluan............................................................................................
1.1 Latar belakang...................................................................................
1.2 Tujuan...............................................................................................
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................
BAB ll. Pembahasan...........................................................................................
BAB III. Daftar pustaka......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur mineral mikro merupakan salah satu komponen yang sangat
diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh,
bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian
besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO hidrogen menjadi uap
air, dan Nitrogen menjadi uap Nitrogen (N) Sebagian besar mineral akan
tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta
akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga
terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz1987).
Mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh ,namun
mempunyai peranann esensial untuk kehidupan,kesehatan,dan reproduksi.
Kandungan mineral mikro bahan makanan sangat bergantung pada konsentrasi
mineral mikro tanah asal bahan makanan tersebut. Widya Karya Gizi Nasional
tahun 1998 telah menetapkan Angka Kecukupan Rata-rata Sehari untuk
mineral mikro besi(Fe), seng(Zn), iodium(I),dan selenium(Se). Di AS selain
itu ditetapkan juga angka antarbatas sementara yang dianggap aman dan
cukup untuk dikonsumsi bagi mineral mikro tembaga(Cu), mangan(Mn),
fluor(F), Khrom(Cr), dan molibden(Me).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana prevalensi masalah zat gizi mikro di Indonesia?
2. Apa akibat yang ditimbulkan dari masalah zat gizi mikro tersebut?
3. Apakah ada perbedaan masalah zat gizi mikro di Indonesia maupun di
Negara lain?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka didapatkan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui prevalensi masalah zat gizi mikro di Indonesia.
2. Mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh dari masalah zat gizi mikro.

3. Mengetahui perbedaan masalah zat gizi mikro di Indonesia dan di


negara lain.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prevalensi Masalah Gizi di Indonesia
a. Anemia Gizi Besi
Anemia gizi besi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat,
dan/atau vitamin B12, semuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat,
ketersediaan hayati rendah, dan kecacingan yang masih tinggi. Dampak
kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat diamati dari besarnya angka
kesakitan dan kematian maternal, antara lain pendarahan pascapartum
(disamping eklampsia, dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang
semuanya bersumber pada anemia defisiensi. (Arisman, 2009).
Survey Unicef, 2005 menunjukkan bahwa hampir seluruh populasi
yang disurvey secara global di hampir semua negara di dunia terkena

anemia. Angka prevalensi anemia secara global diseluruh dunia dari tahun
1995-2005 adalah tertinggi pada anak usia pra sekolah sebanyak 76,1%,
ibu hamil 69%, wanita usia subur 73,5%, sedikit rendah pada anak usia
sekolah 33% dan laki-laki 40,2% serta pada usia lanjut 39,1%. (Unicef,
2005). Khusus untuk wilayah Asia Tenggara dan Western Pacific memiliki
prevalensi anemia tertinggi untuk anak prasekolah, wanita hamil dan
wanita usia subur.
b. Gangguan Akibat Kekurangan yodium (GAKY)
Kekurangan yodium sesungguhnya telah mendunia dan bukan
hanya masalah gangguan gizi di Indonesia. Berdasarkan taksiran WHO
dan UNICEF, sekitar satu juta penduduk di Negara yang tengah
berkembang berisiko mengalami kekurangan yodium, semata karena
kesalahan mereka memilih tempat bermukim di tanah yang tidak cukup
mengandung yodium. Dalam skala global, GAKY telah menjadi masalah
di lebih kurang 118 negara, yang mencederai 1572 juta orang. Sekitar 12%
penduduk dunia (atau sekitar 655 juta orang) menderita gondok, 11,2 juta
mengalami cretin, dan 43 juta menderita gangguan mental dengan
berbagai tingkatan (Arisman, 2009).
Sekitar 30 juta orang Indonesia tengah membina rumah tangga di
wilayah seperti ini (1991), yang lazimnya terhampar di kawasan
pegunungan dan perbukitan. GAKY di negeri ini telah menyengsarakan
lebih dari 14 juta penduduk; sekitar 750 orang menderita kretin, 10 juta
mengalami gondok, dan 3,5 juta orang terjangkit gangguan bentuk lain.
Survey pemetaan GAKY (tahun 1998) menunjukkan peningkatan masalah
jumlah penderita gondok endemis ini yang meningkat sampai 20 juta,
sementara penderita kretin membengkak hingga tercatat sebanyak 290.000
orang (Arisman, 2009).
2.2 Akibat yang ditimbulkan dari masalah zat gizi mikro
a. Besi (Fe)
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan :
Bayi
: 3-5 mg
Balita
: 8-9 mg
Anak sekolah
: 10 mg
Remaja laki-laki
: 14-17 mg
Remaja perempuan : 14-25 mg

Dewasa laki-laki
Dewasa perempuan
Ibu hamil
Ibu menyusui

: 13 mg
:14-26 mg
: +20 mg
: +2 mg

Akibat kekurangan besi


Defisiensi besi merupakan defisiensi besi yang paling umum
terdapat,baik di negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang. Defisiensi besi terutama menyerang golongan rentan
seperti anak-anak, remaja, ibu hamil, dan menyusui serta pekerja
berpenghasilan rendah. Secara klasik defisiensi besi dikaitkan dengan
anemia defisiensi besi. Namun banyak bukti menunjukkan bahwa
defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber daya
manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja.
Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang
seimbang atau gangguan absorpsi besi. Selain itu kekurangan besi
dapat terjadi karena perdarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat
penyaki-penyakit yang mengganggu absorpsi seperti penyakit gastro
instestinal.
b. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
Angka Kecukupan Iodium yang Dianjurkan
Kebutuhan iodium sehari sekitar 1-2g per kg berat badan
Bayi
: 50-70 g
Balita dan anak sekolah
: 70-120 g
Remaja dan dewasa
: 150 g
Ibu hamil
: + 25 g
Ibu menyusui
: + 50 g
Akibat Kekurangan Iodium
Gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar
tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir

dalam

keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan


yang dikenal sebagai kretinisme. Kekurangan iodium pada anak-anak
menyebabkan kemampuan belajar yang rendah. Kekurangan iodium

berupa gondok endemik merupakan salah satu masalah gizi utama di


indonesia yang terdapat secara merata di daerah pegunungan di seluruh
propinsi kecuali DKI jakarta.
c. Perbedaan masalah gizi di Indonesia dan di negara lain
1. Besi (Fe)
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di Negara
sedang berkembang, ketimbang Negara yang sudah maju. 36% (atau
kira-kira 1400 juta orang) dari pekiraan populasi 3800 juta orang di
Negara sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan
prevalensi dinegara maju hanya sekitar 8% (atau sekitar 100 juta) dari
perkiraan populasi 1200 juta orang. (Arisman, 2009).
Kejadian anemia yang terjadi Apabila dibandingkan pada beberapa
negara terlihat bahwa persentase anemia tertinggi pada ibu hamil tahun
1990 terjadi di Papuan Nugini yang hampir mencapai 80%, Indonesia
sekitar 60%, dan yang terendah adalah <20% di Negara Thailand dan
<10% di Malaysia. Sekitar tahun 2003 negara Myanmar menunjukkan
prevalensi anemia tertinggi yaitu >70%.
Berdasarkan data dari WHO, 2008 menunjukkan prevalensi anemia
tertinggi terjadi pada anak prasekolah yaitu sebesar 47,4%, pada ibu
hamil sebesar 41,8% dan pada wanita usia subur 30,2%. Anemia yang
terjadi baik pada anak prasekolah, ibu hamil dan wanita usia subur
semuanya tertinggi pada wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
Apabila dibandingkan pada berbagai Negara didunia dapat dilihat
persentasenya adalah untuk prevalensi anemia pada anak prasekolah
dengan kategori normal (<5%) hanya terdapat di wilayah Amerika
(USA), kategori ringan (5,0-19,9%) terdapat di wilayah Eropa
(Spanyol, Perancis, Inggris, Portugal, Swedia, Polandia, dan
Finlandia), Canada, Greenland, Jepang dan Australia. Termasuk
kategori moderate (20,0-39,9%) terdapat diwilayah Rusia, Mongolia,
China, Iran, Arab Saudi, Mesir dan Lybia, Afrika Selatan, Malaysia,
Brunai Darussalam. Termasuk daerah yang parah (severe: >40%) yaitu
daerah Afrika, Pakistan, India, Madagascar, Papua Nugini dan
Indonesia.

2. Yodium
Berdasarkan survey yang dilakukan bahwa defisiensi Iodium masih
merupakan masalah bagi sekitar 45 negara di dunia. Defisiensi iodium
merupakan masalah bagi Negara berkembang dan beberapa Negara
maju didunia. Faktanya, bahkan negara Eropa diperkirakan memiliki
prevalensi intake iodium yang kurang memadai sekitar 52%.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita.2001.Prinsip Ilmu Gizi.Jakarta.Gramedia Pustaka Utama.
Behrman,kliegman,alvin.1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Ed 15 Vol. 2.
Arisman. 2010. Gizi Dalam daur Kehidupan. EGC. Jakarta.
Unicef.2005. Child Survival Mortality Immunization Nutrition Water And
Sanitation. Edvance Humanity ; HEALTH
WHO. 2008. Worldwide Prevalence of Anaemia 1993-2005 : WHO Global Data
Base Anemia. Atlanta< Georgia.

Anda mungkin juga menyukai