Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.4
.
Manitefasi
klinis
Dua gejala yang sangat penting pada per-eklamsia , yaitu hipertensi dan proteinuria
merupakan
yang
biasanya
tidak
disadari
wanita
hamil
a.
Tekanan
darah
Peningkatan tekanan darah ,merupakan tanda peringatan awal yang penting pada preeklamsia
Tekanan diastolik merupakan tanda prognostic yang lebih handal dibandingkan dengan
tekanan sistolik . Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang menetap menunjukan
keadaan abnormal .
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan( BB) yang tiba tiba dapat mendahului serangan pre eklamsia dan
kenaikan berat badan ( BB) yang berlebihan merupakan tanda pertama pre- eklamsia pada
sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg perminggu. Bila 1 kg dalam
seminggu maka mungkin terjadinya pre- eklamsia harus dicurigai. Peninggkatan BB terutama
disebabkan karena retensi cairan dan selalu dapat ditimbulkan sebelum timbul gejala edema
yang terlihat jelas seperti kelopak mata yang membengkak atau jari tangan yang membesar
c. Proteinuria
Pada pre-eklamsi ringan proteinuria hanya minimal positif satu atau positif dua atau tidak
ada sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai 10 gr/lt.
Proteinuria hamper selalu timbul kemudian, dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang
berlebihan.
Klasifikasi pre-eklamsia
Pre-eklamsia dibagi dalam 2 golongan yaitu berat dan ringan. Pre-eklamsia dikatakan ringan
apabila ditemukan tanda-tanda dibawah ini : (Mochtar ,1922 :221 )
a. Tekanan darah 140 / 90 mmhg atau lebih atau kenaikan diastolik 15 mmhg atau lebih dan
kenaikan sistolik 30 mmhg atau lebih.
b. Proteinuria kuantitatif 0,3 grlt dalam 24 jam atau pemeriksaan kuantitatif positif satu atau
positif dua
c. Nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri otot perut bagian atas tidak ada..
d. Oliguria tidak ada.
Sedangkan pre-eklamsia yang dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda
dibawah ini: ( Wiknjosastro.1997 :282 )
a. Tekanan sistolik 160 mmhg atau tekanan diastolic 110 mmhg atau lebih.
b. Proteinuria kuantitatif 5 gr atau lebih dalam 24 jam. pemeriksaan kuantitatif positif tiga
atau positif empat
c. Oliguria, urine 400 ml atau kurang dalam 24 jam
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri daerah epigastrium
Gejala-gejala Subjektif
a. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus yang berat.
Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital dan tidak sembuh dengan
pemberian analgesic biasa.
b. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada pre-eklamsia berat. Keluhan ini disebabkan
karena peregangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
c. Gangguan Penglihatan.
Keluhan penglihatan yang terganggu dapat disebabkan oleh spasme anterial, iskemia dan
edema retina dan kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada pre-eklamsia
ringan tidak ditemukan tanda-tanda subjektif.(Cunningham,1995:767 )
2.5. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan janin. Komplikasi yang tersebut
dibawah ini biasanya terjadi pada pre-eklamsia berat dan eklamsia.
a. Pada ibu
Eklamsia
Solutio plasenta
Perdarahan sub kapsula hepar
Kelainan pembekuan darah (DIC:Disseminated Intravaskuler Coagulation)
b. Pada Janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus (IUGR:Intraliterina Growth
Retardation ).
Prematur.
Asphiksia neonatum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
2.6. Asuhan keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses kolaboratif
melibatkan perawat, klien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui
wawancara dan pemeriksaan pisik, dalam pengkajian diperlukan kecermatan dan ketelitian
agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisa untuk
mengetahui masalah dan kebutuhan klien terhadap perawatan.
Pengkajian yang dilakukan kepada klien pre-eklamsia meliputi :
1. Identitas umum klien.
2. Data riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan dahulu
1. Kemungkinan klien menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2. Kemungkinan klien mempunyai riwayat pre-eklamsia pada kehamilan terdahulu.
3. Biasanya mudah terjadi pada klien yang obsitas
4. Klien mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
5. tekanan darah klien sebelum hamil normotensif
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mereka kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga kurang
melakukan perawatan antenatal yang teratur
D. Data Psikologis
Biasanya klien preiklampsia ini berada dalm kondisi yang labil dan mudah marah, klien
merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut
anaknya nanti lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan.
Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisa sehingga diagnosa yang mungkin ditemukan
pada klien preiklampsia berat ini adalah :
1. Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan kehilangan protein
plasma, penurunan tekanan osmatik koloid. (Marylin Doenges,2000)
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadinya vasospasme arteriola (prene
M Bobak,1995:835)
3. Protensial Injury pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah plasenta
( Prene M Bobak 1989:718)
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake makanan yang dimanifestasikan dengan mual dan anoreksia (Sharon
J Reeder,1987:747)
5. Kecemasan tingkat sedang : takut kegagalan kehamilan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan ( Marylin Doenges,2000)
Perencanaan
Pencernaan keperawatan merupakan tugas lanjut dari perawat setelah mengumpulkan data
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan pengkajian yang telah
dilakukan.
Pada tahap ini ditetapkan tujuan dan alternative tindakan yang akan dilakukan pada tahap
implementasi dalam upaya memecahkan masalah atau mengurangi masalah klien.
Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan kemungkinan
diagnosa yang telah dijelaskan sebelumnya.
1) Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan kehilangan protein
plasma penurunan tekanan osmotik
Tujuan ; volume cairan dapat kembali seimbang dan regulasi cairan normal.
Rencana Tindakan :
a. Timbang BB klien ;
Rasional : penambahan BB bermakna dan tiba-tiba menunjukan retensi cairan.
b. Bedakan edema kehamilan patologis dan fasiologis. Pantau lokasi dan derajat pitting.
Rasional : adanya edema pitting pada wajah , tangan , kaki, area sakral atau dinding abnomen
, edema yang tidak hilang selama 12 jam tirah baring adalah bermakna.
c. perhatikan tanda edema berlebihan ( nyeri epigastric , gejala gejala serebral, mual,
muntah). Kaji terhadap kemungkinan eklamsia.
Rasional : Edema dalam hepar terselubung dimanifestasikan dengan nyeri epigastrium,
dyspnea menandakan adanya hubungan dengan pulmonal. Edema serebral memungkinkan
mengarah pada kejang, mual dan muntah menandakan edema GI
d. Perhatikan perubahan kadar Ht atau Hb.
Rasional : Mengidentifikasi derajat hemokonsentrsi yang disebabkan oleh perpindahan
cairan.
e. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori. Berikan informasi sesuai kebutuhan.
Resional : Ketidak adekuatan protein atau kalori meningkatkan resiko pembentukan edema.
f. Pantau masukan dan pengeluaran urine, perhatikan warna urine dan ukur berat jenis
sesuai indikasi.
Rasional : Pengeluaran urine adalah indikator sensitive dari sirkulasi volume darah.
g. Kolaborasi dalam memberikan cairan baik secara oral atau parenteral melalui infuse
sesuai andikasi.
Rasional : Penggantian cairan memperbaiki hypovolemia yang harus diberikan hati-hati
untuk menega kelebihan beban.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadinya vasospasme arterional
Tujuan : Meningkatkan perfusi jaringan
Rencana tindakan :
a) Monitor intake dan outout setiap hari
Rasional : Dengan memonitor intake dan output maka akan dapt diketahui tingkat toleransi/
fungsi tubuh.
b) Kontrol tetesan infus MgSO4
Rasional : Cairan MgSO4 berguna untuk mengurangi vasospasme, dengan menurunnya
vasospasme akan membantu meningkatkan perfusi ginjal, mobilisasi cairan ekstravaskuler
dan diuresis sehingga oedema dapat dikurangi.
c) Monitor oedema yang tampak
Rasional : Dengan memonitor oedema yang tampak dapat diketahui keadaan oedema
merupakan indicator keadaan cairan tubuh.
d) Anjuran klien untuk istirahat atau tidur dengan posisi berbaring pada salah satu sisi
tubuhnya
Rasional : Dengan istirahat tidur dengan posisi berbaring pada salah satu sisi tubuhnyaakan
memaksimalkan aliran darah dan meningkatkan diuresis.
e) Kontrol Vital Sign secara Berkala
Rasional : dengan mengontrol vital sign dapat diketahui keadaan umum klien dan dapat
menentukan tindakan selanjutnya.
3) Potensial Injury pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasma
Tujuan : Injury tidak terjadi pada janin
Rencana tindakan :
a. Istirahatkan klien
Rasional : Dengan mengistirahatkan klien diharapkan metabolisme tubuh menurun dan
peredaran darah keplasenta menjadi adekuat sehingga kebutuhsn oksigen untuk janin dapat
dipenuhi.
b. Anjurkan klien tidur miring kekiri
Rasional : Dengan tidur miring kekiri diharapkan vena cava dibagian kanan tidak tertekan
oleh uterus yang membesar sehingga aliran darh ke palasenta menjadi lancar.
d. Jelaskan pada klien tentang penyebab penyakitnya, hal-hal yang dapat memperburuk
keadaan penyakitnya, Prosedur perawatan dan pengobatan serta hal-hal yang harus dipatuhi
klien selama mengalami perawatan
Rasional : penjelasan yang ringkas dan jelas mengenai penyakitnya, penyebab penyakit dan
prosedur pengobatan, memberikan pengertian pada klien sehingga persepsi yang keliru dan
membingungkan dapat dihindari dengan demikian kecemasan klien dapat berkurang.
e. Motivasi klien agar mau mengekspresikan perasaannya secara verbal.
Rasional : Dengan mengekspresikan perasaan diharapkan klien merasa sedikit lega telah
mengungkapkan masalahnya sehingga akan mengurangi kecemasan klien.
f. Beri therapy sentuhan
Rasional : Dengan terapi sentuhan diharapkan klien merasa masih ada yang
memperhatikannya sehingga klien tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalahnya.
Implementasi
Setelah rencana kererawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah klien. Pada
tahap implementasi ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan.
Menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan serta melanjutkan pengumpulan
data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetil dan jelas supaya semua
tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.
Perawat dapat melaksanakannya langsung atau mendelegasikan pada tenaga pelaksana
lainnya dibawah pengawasan perawat.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhirdari proses keperawatan, dimana perawat
menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri klien dan menilai sejauh mana
masalah klien dapat diatasi. Disamping itu perawat juga memberikan umpan balikatau
pengkaji ulang jika seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai dan proses keerawatan
dapat dimotifikasi.