Anda di halaman 1dari 9

KUALIFIKASI DAN VALIDASI

Dalam Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)/ Good Manufacturing Practices (GMP) 2006 Bab 12,
Kualifikasi dan Validasi sangat memegang peranan yang penting dalam kegiatan industri farmasi
sehingga dapat menghasilkan obat bermutu tinggi, keselamatan dan kesehatan kerja, efisiensi proses, dan
produktivitas kinerja. Dimana semua karyawan produksi harus benar-benar mengerti tentang CPOB/
GMP.
Kualifikasi adalah proses pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang menunjukan kelayakan suatu
peralatan, fasilitas, sistem penunjang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga secara
konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang yang telah ditetapkan.
Sedangkan validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses,
prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Validasi meliputi validasi proses, validasi
metoda analisis dan validasi pembersihan. Sebelum melakukan sistem validasi maka terlebih dahulu
dilakukan kualifikasi jadi validasi dapat dilakukan jika semua kualifikasi sudah dilaksanakan (BPOM,
2006).
A. KUALIFIKASI
Kualifikasi terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
1. Kualifikasi Desain/Design Qualification (DQ)
DQ merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas, system atau peralatan baru.
2. Kualifikasi Instalasi/Instalasi Qualification (IQ)
IQ merupakan kualifikasi terhadap fasilitas, system dan peralatan baru atau yang dimodifikasi.
3. Kualifikasi Operasional/Operational Qualification (OQ)
OQ merupakan kualifikasi yang dilakukan setelah kualifikasi instalasi selesai dilaksanakan, dikaji dan
disetujui.
4. Kualifikasi Kinerja/Performance Qualification (PQ)
PQ merupakan kualifikasi yang dilakukan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa system atau
peralatan yang telah diinstalasi beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan (Priyambodo, 2007).
B. VALIDASI
Sedangkan validasi meliputi antara lain, validasi proses, validasi prosedur pemeriksaan dan validasi
pembersihan (CPOB,2006).

1. Validasi Proses
Validasi Proses adalah cara pemastian dan memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses
(berlangsung dalam parameter desain yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya menghasilkan
produk yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi.
Validasi proses dilakukan jika terdapat adanya proses baru, perubahan tahan/alat yang digunakan,
perubahan besar batch, produk yang telah diproduksi tetapi belum pernah divalidasi dan program
revalidasi.
2. Validasi Metoda Analisis
Validasi metode analisis diperlukan karena setiap bahan baku yang akan digunakan atau obat jadi harus
diperiksa sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yang meliputi pemeriksaan fisika dan kimia.
Untuk melihat apakah prosedur dan alat yang digunakan tersebut memadai atau mengetahui apakah
personil yang mengerjakan sudah cukup terlatih, maka perlu dilakukan validasi tersebut. Parameter yang
diujikan dalam validasi ini adalah :
Presisi
Presisi adalah kedekatan beberapa nilai pengukuran seri sampel yang homogen pada kondisi normal
(sampel yang sama dan diuji secara berurutan), dan penentuan presisi ini pada umumnya mencakup
pemeriksaan:
a. Repeatibility yang dinyatakan sebagai hasil presisi dibawah perlakuan yang sama (analisa dan alat yang
sama) dalam interval waktu pemeriksaan yang singkat.
b. Intermediate precision yang dilakukan dengan cara mengulang pemeriksaan tersebut dengan
menggunakan alat yang berbeda, hari yang berbeda,analis yang berbeda dan sebagainya.
Reproducibility yang dinyatakan sebagai presisi yang diperoleh dari hasil pengukuran pada laboratorium
yang berbeda (USP,1995).
Akurasi
Akurasi adalah kesesuaian hasil uji yang didapat dari metode tersebut dengan nilai yang sebenarnya,
dengan kata lain akurasi ukuran ketepatan dari hasil suatu metode analitik. Akurasi sering dinyatakan
sebagai persen perolehan kembali (recovery) dari suatu pengujian terhadap penambahan sejumlah analit
dengan jumlah yang diketahui, syarat dari perolehan kembali adalah 95 %-105 % (USP,1995).
Selektivitas
Selektivitas adalah kemampuan metode untuk mengukur dengan tepat dan spesifik suatu analit tertentu
disamping komponen-komponen lain yang terdapat dalam sampel. Selektivitas dilakukan untuk
memastikan bahwa hanya senyawa yang diperiksa yang dapat diseleksi tanpa adanya gangguan dari
senyawa lain (USP,1995).

Limit Deteksi
Limit deteksi adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang masih dapat dideteksi atau
jumlah analit yang terkecil yang dapat memberikan respon yang signifikan dibandingkan blanko tanpa
adanya pengaruh dari alat (USP,1995).
Limit Kuantitas
Limit Kuantitas adalah konsentrasi analit yang dapat ditetapkan dengan presisi/repeatibilitas yang masih
dapat diterima pada kondisi pengujian tertentu. Limit kuantitas adalah parameter penetapan kadar untuk
konsentrasi terendah dari bangunan matrik contoh dan biasanya digunakan untuk menentukan impurity
bagi produk yang tidak bagus (USP,1995).
Linieritas
Linieritas adalah kemampuan dari suatu metode uji untuk menghasilkan hasil uji yang proporsional
terhadap kepekatan analit dalam contoh dalam jangkauan kepekatan tertentu. Lineritas suatu metode
dapat diperoleh dengan memplot hasil uji terhadap kepekatan analit, biasanya ditetapkan dengan
perhitungan garis regresi dengan metode least square (kuadrat terkecil) dari hasil uji terhadap kepekatan
analit. Slope dari garis regresi terhadap variabel menghasilkan perhitungan matematik dari linearitas
(USP,1995).
Ruggedness
Ruggedness adalah tingkat kemampuan dari hasil uji yang diperoleh melalui analisis sampel yang sama
dengan perbedaan waktu (hari) analisis. Ruggedness dapat ditetapkan dengan analisis sejumlah sampel
yang sama pada kondisi laboratorium yang berbeda, analis yang berbeda dengan kondisi operasional dan
laboratorium yang mungkin berbeda tetapi masih dapat dalam batas-batas parameter yang telah
ditetapkan untuk metode tersebut. Ruggedness digunakan untuk mendapatkan suatu stabilitas dari metode
analitik (USP,1995).
Robustness
Robustness adalah ukuran kemampuan metode analisis untuk tidak terpengaruh oleh perubahan kecil,
seperti variasi yang sengaja dibuat dalam parameter metode analisis. Serta dapat memberikan indikasi
kehandalannya dalam penggunaan secara normal (USP,1995).
3. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan untuk peralatan perlu dilakukan karena proses pembersihan peralatan harus segera
dilaksanakan setelah suatu produk selesai dibuat atau dikemas. Validasi pembersihan bertujuan untuk
memastikan bahwa prosedur pembersihan sudah tepat dan efektif menghilangkan sisa produk sebelumnya
(termasuk melihat cemaran mikroba). Agar mendapatkan peralatan yang bersih dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan, maka cara pembersihan dan detergen yang digunakan harus sesuai dengan
PROTAP yang ditetapkan.

Langkah-langkah pelaksanaan validasi adalah sebagai berikut:


Membentuk komite validasi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan validasi di industri farmasi
yang bersangkutan.
Menyusun Rencana Validasi (RIV), yaitu dokumen yang menguraikan secaa garis besar pedoman
pelaksanaan validasi.
Pelaksanaan validasi.
DOKUMENTASI DALAM CPOB
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan
bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil
resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena mengandalakan komunikasi
lisan.
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi manjemen yang meliputi
spesifikasi. prosedur, metode dan instruksi, perencanaan,relaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh
rangkaian kegiatan pembuatan obat
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan
jelas mengenai bidang t ugas yang harus dilaksanakannyasehingga memperkecil risiko terjadinya salah
tafsir dan kekeliruan yang biasanyatimbul karenahanyamengandalkan komunikasi lisan.
Sistem dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari setiap betsatau lot suatu produk
sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuranterhadap bets atau lot produk yang bersangkutan.
Sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian, misal kondisi lingkungan,
perlengkapan dan personalia
Ketentuan Umum

.Dokumen hendaklah dirancang dan dibuat dengan teliti, agar dapat digunakan dengan mudah,
benar dan efektif.

Dokumen hendaklah dapat mencatat kegiatan di bidang produksi, pengawasan mutu,


pemeliharaan peralatan, pergudangan, distribusi dan hal spesifik lainnya yang berkaitan dengan
CPOB

Dokumen hendaklah mencakup semua data penting, tetapi tidak perlu berlebihan, dan dijaga agar
selalu aktual. Setiap perubahan hendaklah disahkan secara resmi. Hendaklah diberi juga
kemungkinan bagi peninjauan berkala maupun perbaikan, bila diperlukan

Hendaklah ada suatu sistem untuk menghindarkan terjadinya penggunaan dokumen yang sudah
tidak berlaku.

Apabila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan pada dokumen, hendaklah dikoreksi dengan
suatu cara yang tepat sehingga tulisan atau catatan semula tidak hilang sama sekali dan koreksi
itu ditulisdan dicantumkan disamping tulisan semula, kemudian diparaf dan dibubuhi tanggal.

Jika dokumen memuat instruksi hendaklah ditulis dalam nada perintah serta disusun dalam
langkah yang diberi nomor urut. Instruksi tersebut hendaklah jelas, tepat, tidak berarti ganda dan
ditulis dalam bahasa yang dimengerti oleh pemakai.

Setiap dokumen produksi hendaklah dibubuhi tanggal dan tandatangan dan disahkan oleh
manajer produksi maupun manajer pengawasan mutu. Bagian atau orang yang menerima turunan
dokumen hendaklah tercantum setidak-tidaknya pada dokumentasi aslinya.

Dokumentasi hendaklah tersedia bagi semua pihak terkait

.Dokumen dan catatan yang berkaitan dengan suatu bets sebagaimana contoh rujukan obat jadi
serta bahan awalnya hendaklah disimpan oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan keperluannya dan atau jangka waktu yang ditentukan Badan POM.

Dokumen yang diperlukan dalam industri farmasi, antara lain:


1. Spesifikasi
Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan ruahan, serta produk jadi :
1. Spesifikasi bahan baku, yang memuat:

nama dan kode produk yang ditentukan dan digunakan oleh perusahaan

nama dan kode yang diberikan oleh pemasok

Pemerian, karakteristik fisika dan karakteristik kimia serta standar mikrobiologi, jika ada

rujukan monograf atau metode pengujian yang digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian
spesifikasi atau farmakope yang digunakan

frekuensi pengujian ulang terhadap bahan yang di simpan, jika perlu

jenis pengujian spesifik yang diperlukan dalam rangka penilaian ulang terhadap bahan yang
sudah daluwarsa untuk menentukan kemungkinan perpanjangan masa kadaluwarsanya

kondisi penyimpanan atau tindakan pengamanan lainyang diperlukan

masa pakai jika diperlukan

nama pemasok yang disetujui

tanggal diterbitkan spesifikasi

2. Spesifikasi bahan pengemas


3. Spesifikasi produk antara, produk ruahan dan obat jadi.
2. Dokumen produksi
Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:

Dokumen produksi induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam bentuk sediaan
dan kekuatan tertentu.

Prosedur produksi induk, terdiri dari prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk.

Catatan produksi batch, terdiri dari catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch,
yang merupakan reproduksi dari masing-masing prosedur pengolahan induk dan prosedur
pengemasan induk, dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
produksi dari suatu batch produk (CPOB, 2006).

3. Dokumen pengawasan mutu


Terdiri dari :

Prosedur pengawasan mutu dan metode pengujian. Prosedur pengambilan contoh untuk pengujian
merupakan dokumen yang sangat penting dalam pengawasan mutu

Catatan analisis dan laporan hasil pengujian. Catatan tentang hasil uji stabilitas biasanya diadakan
sendiri. Laporan hasil pengujian biasanya dapat berupa sertifikat analisis.

4. Dokumen penyimpanan dan distribusi


Dokumen tersebut berupa kartu persediaan dan catatan distribusi yang dapat dikerjakan secara manual
atau komputerisasi.
5.

Dokumen pemeliharaan, pembersihan, dan pemantauan kondisi ruangan dan peralatan

Dokumen terpenting dalam pemeliharaan, pembersihan, dan pemantauan kondisi ruangan dan peralatan
pembuatan obat adalah prosedur dan catatan untuk pemeliharaan dan pembersihan ruangan dan peralatan,
pembasmian hama, serta catatan pemantauan partikel di udara sekitar dan atau mikroba viabel di daerah
tertentu.
6.
Dokumen penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat, obat kembalian dan
pemusnahan obat.
7.

Dokumen untuk peralatan khusus.

Dokumen terpenting untuk perawatan khusus adalah prosedur kerja dan kalibrasi berikut catatan
pemakaian alat dan kalibrasi alat.
8.

Prosedur dan catatan inspeksi diri.

9.

Pedoman dan catatan CPOB bagi karyawan

INSPEKSI DALAM CPOB


Aspek Untuk Inspeksi Diri
1. Hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan
seragam. Daftar minimal dan seragam ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang
mencakup antara lain:
o

Personalia ;

Bangunan termasuk fasilitas personal ;

Perawatan bangunan dan peralatan ;

Penyimpanan bahan awal, bahan pengemasan dan obat jadi ;

Peralatan ;

Pengolahan dan pengawasan selama proses ;

Pengawasan Mutu ;

Dokumentasi ;

Sanitasi dan hygiene ;

Program validasi dan re-validasi ;

Kalibrasi alat atau sistem pengukuran ;

Prosedur penarikan kembali obat jadi ;

Penanganan keluhan ;

Pengawasan label ; dan

Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.

Tim Inspeksi Diri


2. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) anggota
yang sedikitnya terdiri dari dalam bidangnya masingmasing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat
dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah independen dalam melakukan
inspeksi dan evaluasi.
Cakupan Dan Frekuensi Inspeksi Diri
3. Inspeksi diri dapat dilakukan perbagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun inspeksi diri
yang menyeluruh hendaklah dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri
hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri.

Laporan Inspeksi Diri


4. Laporan hendaklah dibuat setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan. Laporan hendaklah mencakup :
o

Hasil inspeksi diri ;

Evaluasi serta kesimpulan ; dan

Saran tindakan perbaikan.

Tindak Lanjut
5. Manajemen perusahaan hendaklah mengevaluasi laporan inspeksi diri dan tindakan perbaikan.
Hendaklah dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Audit Mutu
6. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi
pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik
untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen
atau tim luar atau khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas
terhadap pemasok dan penerima kontrak (lihat Bab 11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak).

Audit Dan Persetujuan Pemasok


7. Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggungjawab bersama bagian lain
terkait untuk memberikan persetujuan pemasok bahan awal dan bahan pengemas dan memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan.
8. Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar
pemasok hendaklah di tinjau ulang secara berkala.
9. Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan dimasukkan ke dalam daftar pemasok
atau spesifikasi. Evaluasi hendaklah, mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.
Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan kemampuan Pemasok dalam pemenuhan
standar CPOB.
10. Semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur .

Anda mungkin juga menyukai