Anda di halaman 1dari 15

dwi ilal@ng

Minggu, 20 April 2014

LAPORAN PENDAHULUAN PIELONEFRITIS


PIELONEFRITIS

I.

KONSEP PENYAKIT

A.

PENGERTIAN
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tubulus dan
jaringan interstinal dari salah satu atau kedua ginjal (Smeltzer. S C & Bare.
B G, 2002).
Pielonefritis adalah suatu bentuk infeksi ginjal yang menyebar keluar
dari dalam pelvis renis dan mengenai bagian korteks renal (Hinchliff. S,
1999).
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal
yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada
jaringan ginjal yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke
ginjal

B.

KLASIFIKASI
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :

1.

Pielonefritis akut
Pielonefritis akut adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan
morbiditas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif. Pada hampir
90% kasus adalah perempuan (Price. S A, 2006).

2.

Pielonefritis kronis

Pielonefritis kronis

adalah cedera ginjal progresif yang menunjukkan

pembentukan jaringan parut parenkimal pada pemeriksaan IVP disebabkan oleh


infeksi berulang atau infeksi yang menetap pada ginjal (Price. S A, 2006).

C.

ETIOLOGI
Penyebab pielonfritis secara umum menurut Smeltzer. S C & Bare. B G, 2002 dan
menurut Price. S A, 2006 adalah

1.

Infeksi

bakteri,

80%

oleh Escherichia

coli dan

organisme

lain

seperti golongan Proteus, Klebsiella, Enterobacter dan Pseudomonas.


2.

Refluks

uretrovesikal,

dimana

katup

uretrovesikal

yang

tidak

kompeten menyebabkan urine mengalir balik ke dalam ureter


3.

Obstruksi

traktus

urinarius

yang

meningkatkan

terhadap infeksi
4.

Tumor kandung kemih

5.

Striktur

6.

Hiperplasia prostatik benigna

7.

Batu urinarius
Faktor predisposisi menurut Price. S A, 2006

1.

Jenis kelamin perempuan

2.

Umur yang lebih tua

3.

Kehamilan

4.

Peralatan kedokteran terutama kateter menetap

5.

Penyalahgunaan analgesik secara kronik

6.

Penyakit ginjal

7.

Penyakit metabolik seperti diabetes

D.

PATOFISIOLOGI

kerentanan

ginjal

Umumnya
Pseudomonas
berasal

bakteri

seperti

aeruginosa,

dari

luar

dan

tubuh

Eschericia

Staphilococus

yang

masuk

coli,
aureus

melalui

Streptococus
yang

saluran

fecalis,

menginfeksi
kemih

ginjal

bagian

bawah

(uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas
yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang
kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam.
Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti
kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat
hambatan

atau

obstruksi

saluran

kemih

yang

mempersulit

pengeluaran

urin

seperti adanya batu atau tumor.


Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang
tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Resolusi dari
inflamasi

menghasilkan

fibrosis

dan

scarring.

Pielonefritis

kronis

muncul

setelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan


degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas,
dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

E.
1.

MANIFESTASI KLINIS
Pyelonefritis akut ditandai dengan demam menggigil, nyeri panggul,
nyeri tekan pada sudut kostovetebral (CVA), leukositosis dan adanya bakteri
dan sel darah putih dalam urine. Selain itu, gejala saluran urinarius bawah
seperti disuria dan sering kencing umumnya terjadi. Ginjal biasanya membesar,
disertai infiltrasi interstitial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada
kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis.

2.

Pielinefritis kronis biasanya tanpa gejala infeksi kecuali terjadi


eksaserbasi. Tanda-tanda umum mencakup keletihan, sakit kepala, napsu makan
rendah, poliuriia, haus yang berlebihan dan kehilangan berat badan. Infeksi

yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif di ginjal
disertai gagal ginjal.
Sumber Smeltzer. S C & Bare. B G, 2002

F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Pielonefritis akut
Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi
obstruksi di traktus urinarius. Kultur urine dan uji sensitivitas dilakukan
untuk menentukan organisme penyebab sehingga agens antimikrobial yang tepat
dapat diresepkan.

2.

Pielonefritis kronik
Luasnya penyakit dikaji melalui urogram intravena dan pengukuran BUN, kadar
kreatinin dan klirens kreatinin.
Sumber Smeltzer. S C & Bare. B G, 2002

G.

PENATALAKSANAAN
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh
tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali
terutama

pada

penderita

yang

kekebalan

tubuhnya

lemah

seperti

penderita

diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor
dan sebagainya.
Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun
2007:
1.
menentukan

obat-obat

antimikrobial

Mengurangi
seperti

demam

dan

nyeri

dan

trimethroprim-sulfamethoxazole

(TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau


ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari

2.

Merilekskan otot halus pada ureter dan

kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung


kemih menggunakan obat farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic
seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
3.

Pada

kasus

kronis,

pengobatan

difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif.


Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E.Smith
tahun 2007:
1.

Mengkaji

riwayat

medis,

obat-obatan,

2.

Monitor Vital Sign

3.

Melakukan pemeriksaan fisik

4.

Mengobservasi

dan alergi.

dan

mendokumentasi

karakteristik urine klien.


5.

Mengumpulkan spesimen urin segar untuk

6.

Memantau input dan output cairan.

7.

Mengevaluasi

urinalisis.

hasil

tes

laboratorium

(BUN, creatinin, serum electrolytes)


8.

Memberikan dorongan semangat pada klien

untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan


bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil
hati.

H.

KOMPLIKASI
Ada

tiga

komplikasi

penting

dapat

ditemukan

pada

(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669):

pielonefritis

akut

1.

Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil

dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan
diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau
pada tempat terjadinya obstruksi.
2.

Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan

obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang
terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal
mengalami peregangan akibat adanya pus.
3.

Abses

perinefrik.

Pada

waktu

infeksi

mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses
perinefrik.
(http://anthys.blogspot.com/2012/01/askep-pielonefritis-akut.html diakses 28
Februari 2013).
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir
(mulai

dari

hilangnya

progresifitas

nefron

akibat

inflamasi

kronik

dan

jaringan parut), hipertensi dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik
disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu).
(Smeltzer. S C & Bare. B G, 2002)

II.
A.

ASKEP
PENGKAJIAN
1.

Identitas Klien

Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2.
a.
b.

Riwayat penyakit

Keluhan utama : Nyeri panggul dan disuria


Riwayat

penyakit

menyebabkan infeksi

sekarang

Masuknya

bakteri

ke

ginjal

sehingga

c.

Riwayat

penyakit

dahulu

Mungkin

pasien

pernah

mengalami

penyakit

seperti ini sebelumnya


d.

Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan


3.

a.

Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan tentang


pencegahan

b.

Pola instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur kadang mengalami gangguan
karena gelisah dan nyeri.

c.
d.

Pola eminasi : Kadang mengalami disuria dan sering kencing


Pola aktivitas : Akativitas kadang mengalami gangguan karena rasa nyeri
yang kadang datang
4.

a.

Tanda-tanda vital :

TD : normal / meningkat

Nadi : normal / meningkat

Respirasi : normal / meningkat

Temperatur : meningkat

b.

Pemeriksaan fisik

Data fokus

Inpeksi : Frekuensi miksi bertambah, lemah dan lesu, urine keruh

Palpasi : Suhu tubuh meningkat

B.
a)
b)
c)
d)
e)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Ansietas berhubungan dengan status kesehatan

C.

RENCANA KEPERAWATAN

a)

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


NOC

Fluid balance

Kidney function
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kekurangan
volume cairan dapat teratasi dengan indikator
1.

Tekanan darah normal

2.

Tidak terjadi hipertensi ortostatik

3.

Intake-output seimbang dalam 24 jam

4.

Serum, elektrolit dan urinalisa dalam

5.

Rasa haus tidak berlebihan

6.

Berat badan dalam batas normal/stabil


NIC

batas normal.

1.

Fluid/electrolyte

management

1.1

Monitor kadar abnormal elektrolit serum

1.2

Sediakan spesimen untuk memonitor gangguan kadar cairan atau elektrolit


(misal: kadar hematokrit, BUN, protein, sodium, dan potassium)

1.3

Monitor kecenderungan BB harian

1.4

Tingkatkan

inteke peroral

(misal:

memberikan

cairan

kesukaan

pasien,

letakan ditempat yang dijangkau, sediakan sedotan, dan sediakan air yang
segar)
1.5

Jaga keakuratan catatan intake dan out put.

1.6

Pertahankan larutan IV yang mengandung elektrolit dalam kecepatan aliran


yang konstan

1.7

Konsulkan dengan dokter jika tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit meningkat atau memburuk

1.8
2.

Monitor tanda-tanda vital


Medication management

2.1

Tentukan obat yang dibutuhkan dan berikan sesuai resep dokter

2.2

Monitor keefektifan pengobatan yang diberikan

2.3

Monitor efek samping obat

2.4

Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang hasil yang diharapkan dan
efek samping obat

b)

Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis


NOC

Comfort level
Pain control
Pain level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut


dapat teratasi dengan indikator
1.

Melaporkan perasaan nyaman

2.

Dapat mengurangi nyeri dengan tindakan non analgetik

3.

Ekspresi wajah dan perilaku tidak menunjukkan gejala nyeri

4.

Skala nyeri berkurang


NIC

1.
1.1

Analgesic administration
Tentukan

lokasi

nyeri,

karakteristik,

kualitas,

dan

berat

nyeri

sebelum memberikan pengobatan


1.2

Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian
analgetik

1.3

Kaji adanya alergi obat

1.4

Berikan analgetik sesuai jam pemberian

2.

Pain management

2.1

Kaji
karakteristik

secara
dan

komphrehensif

onset,

durasi,

tentang

frekuensi,

nyeri,
kualitas,

meliputi:

lokasi,

intensitas/beratnya

nyeri, dan faktor-faktor presipitasi


2.2

Gunakan komunkiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri

2.3

Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola


tidur, nafsu makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggung
jawab peran

2.4

Berikan

informasi

tentang

nyeri,

seperti:

penyebab,

berapa

lama

terjadi, dan tindakan pencegahan


2.5

Ajarkan
imagery,

terapi

penggunaan
musik,

teknik

distraksi,

non-farmakologi
aplikasi

(ex:

relaksasi,

panas-dingin,

massase,

guided
TENS,

hipnotis, terapi bermain, terapi aktivitas, akupresusure)

c)

Hipertermia berhubungan dengan penyakit


NOC

Thermoregulasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah hipertermia


teratasi dengan indikator
1.

Suhu

tubuh

dalam

batas

2.

Nadi

dan

RR

dalam

3.

Tidak

4.

Merasa nyaman

normal 36 37 C

rentang normal
ada

perubahan

warna kulit dan tidak ada pusing,

NIC
1.

:
Fever treatment
1.1

suhu sesering mungkin

Monitor

1.2

Monitor IWL

1.3

Monitor

1.4

Monitor

1.5

Berikan

1.6

Kompres

1.7

Tingkatkan

2.1

Cuci

2.2

Lakukan

2.3

Lakukan

2.4

Tingkatkan

2.5

Anjurkan

2.6

Anjurkan

2.7

Berikan

tekanan darah, nadi dan RR

WBC, Hb, dan Hct

anti piretik

pasien pada lipat paha dan aksila

sirkulasi udara

2.

Infection control
tangan

sebelum dan sesudah kontak dengan klien

universal precautions

perawatan aseptik pada semua jalur IV

asupan nutrisi

asupan cairan

istirahat

terapi antibiotik

d)

Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih


NOC

Urinary elimination

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah gangguan


eliminasi urine dapat teratasi dengan indikator
1.

Pola eliminasi dalam rentang normal 5-6 x/hari

2.

Warna, bau dan jumlah urine dalam rentang normal


NIC

1.

:
Urinary elimination management

1.1

Monitor eliminasi urine termasuk frekuensi, konsistensi, warna, bau


dan

volume

1.2

Monitor tanda dan gejala dari retensi urine

1.3

Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan output urine

e)

Ansietas berhubungan dengan status kesehatan


NOC

Anxiety control
Coping

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah ansietas


dapat teratasi dengan indikator
1.

Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi cemas

2.

Melaporkan stres/cemasnya berkurang

3.

Mencari informasi berkaitan dengan penyakit dan pengobatan


NIC

1.
1.1

:
Anxiety reduction
Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang mungkin dialami selama

menjalani prosedur
1.2

Bina hubungan saling percaya

1.3

Dengarkan dengan penuh perhatian

1.4

Ciptakan suasana saling percaya

1.5

Dorong orang tua mengungkapkan perasaan, persepsi dan cemas secara


verbal

1.6

Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi

1.7

Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung

DAFTAR PUSTAKA

International. NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan 2012-2014, Jakarta: EGC


Moorhead. S, 2006, Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth edition, Mosby
Elsevier
Dochterman. J M, 2004, Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth edition,
Mosby Elsevier
Smeltzer. S C & Bare, 2002, B G, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8
Volume 2, Jakarta: EGC
Price. S A & Wilson. L M, 2006, Buku Patofisiologi Edisi 6 Volume 2, Jakarta: EGC
Hinchliff. S, 1999, Kamus Keperawatan, Jakarta: EGC
http://anthys.blogspot.com/2012/01/askep-pielonefritis-akut.html
http://budak-kenen.blogspot.com/2012/05/askep-pielonefritis.html
http://heldaupik.blogspot.com/2012/03/askep-pylonefritis.html

Diposkan oleh dikha dwi di 04.07


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)


Translate

Diberdayakan oleh

Terjemahan

Mengenai Saya

dikha dwi
BISMILLAH ... INI HANYA TENTANG KU ! TENTANG NYA ! DAN TENTANG
ORANG DI SEKITAR KU !
Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Laman

23995

Arsip Blog

2014 (10)
April (1
0)

LAP
ORAN PENDAHULUAN
PIELONEFRITIS
LAP
ORAN PENDAHULUAN

ANAK DENGAN
THALASEMIA

LAP
ORAN PENDAHULUAN
ANAK DENGAN
OMFALOKEL
HYG
IENE PERUSAHAAN
KERJA
LAP
ORAN PENDAHULUAN
INFERTILITAS
LAP
ORAN PENDAHULUAN
(LP) TB PARU
LAP
ORAN PENDAHULUAN
(LP) STROKE
HEMORAGIK (SH)
LAP
ORAN PENDAHULUAN
ATRITIS GOUT (ASAM
URAT)
lap
oran pendahuluan
stroke non hemoragik
(SNH)
car
a memutihkan gigi
secara alami ^^
2013 (14)

2012 (5)

2011 (1)

Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai