SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Heningsih
NIM. S10015
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA
DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH
SURAKARTA
Oleh :
Heningsih
NIM S10015
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 25 Juni 2014 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Penguji,
SURAT PERNYATAAN
: S10015
Surakarta,
Juni 2014
Yang membuat pernyataan,
(Heningsih)
S10015
KATA PENGANTAR
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, Msi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2.
Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4.
Ibu Happy Indri Hapsari,S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
5.
iv
6.
Ibu Regina Soeyan S. Ag selaku sekretariat Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih
Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian.
7.
Seluruh partisipan yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah berkenan
untuk menjadi partisipan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8.
9.
Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
10. Orang tua tercinta, Bapak Supriyanto dan Ibu Martini yang tak henti hentinya
mendoakan penulis dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar
kepada penulis.
11. Kakak (Eko Wahyudi, Hartini) dan Keponakan (Azzahra) tercinta yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis.
12. Teman teman seperjuangan dan seangkatan yang tak pernah berhenti
memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Surakarta,
Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
ii
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.................................................................................
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjaun Teori ...............................................................................
vi
vii
viii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian.............................................................................
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Kerangka Teori ................................................................................ 19
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal Penelitian
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
xii
Heningsih
Gambaran Tingkat Ansietas Pada Lansia Di Panti Wredha Darma Bakti
Kasih Surakarta
Abstrak
Pada masa lanjut usia akan terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun
psikis. Pada umumnya masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia
adalah ansietas. Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas, perasan khawatir,
mudah tersinggung, kecewa, sulit tidur sepanjang malam. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti Wredha Darma
Bakti Kasih Surakarta.
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan metode
observasional dengan pengambilan teknik sampel jenuh dengan berbagai kriteria
yang mendukung di dapatkan sampel 52 lansia dengan mengunakan Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HRS-A).Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
besar lansia mengalami ansietas sedang sebesar 42,3%.
Dari hasil penelitian ini di harapakan peneliti selanjutnya dapat mengali
lebih jauh mengenai faktor-faktor kecemasan dan bisa membandingkan gambaran
tingkat kecemasan pada lansia di panti dengan lansia yang berada di komunitas.
xiii
Heningsih
THE DESCRIPTION OF ANXIETY LEVEL OF THE ELDERLY AT
DHARMA BHAKTI KASIH NURSING HOME OF SURAKARTA
ABSTRACT
In the elderly period, physical and psychological changes will take place.
In general, the psychological change that mostly occurs is anxiety.Anxiety is
unclear feelings of fear, worry, irritability, disappointment, and sleep difficulty at
night.
The objective of this research is to investigate the description of anxiety
level of the elderly at Darma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta.
This research used the descriptive analytical design with the observational
method. The samples of the research were taken by using saturation sampling
technique. They consisted of 52 elderly persons. The data of the research were
analyzed by using the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). The result of
the research shows that 42.3% of the elderly experience the moderate anxiety.
Thus, the following researchers are expected to explore more the factors
causing the anxiety and to compare the description of anxiety level of the elderly
at nursing homes and that of anxiety level of the elderly in society.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Lansia atau lanjut usia merupakan tahap terakhir dalam tahap pertumbuhan.
Lanjut usia merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap
insividu (Depsos 2006, dalam Kristyaningsih 2011). Proses menua akan terjadi
perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis maupun psikologis.
Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput,
mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan
mulai lamban dan kurang lincah masalah tersebut akan berpotensi pada masalah
kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008).
Indonesia memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structural
population) karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas
sekitar 8,90% dari jumlah penduduk di Indonesia. Pada 2010, jumlah lansia
sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun (Menkokesra
2008, dalam Sunartyasih & Linda 2013). Semakin meningkatnya jumlah lanjut
usia di Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari
masalah fisik maupun psikososial. Masalah psikososial yang paling banyak terjadi
pada lansia
termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling sering muncul (Tamher
& Noorkasiani 2009, dalam subandi dkk 2013).
Ansietas atau kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan
tidak didukung oleh situasi. Ansietas merupakan perasaan campuran berisikan
ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus
untuk ketakutan tertentu. Ansietas pada lansia memiliki gejala seperti, perasaan
khawatir atau takut, mudah tersinggung, kecewa, gelisah, perasaan kehilangan,
sulit tidur sepanjang malam, sering membayangkan hal-hal yang menakutkan dan
rasa panik pada hal yang ringan, konflik-konflik yang ditekan dan berbagai
masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan ansietas (Maryam dkk 2008,
dalam Soemantri dkk 2012). Prevalensi ansietas di negara berkembang pada usia
dewasa dan lansia sebanyak 50% (Videback 2011, dalam Subandi 2013). Angka
kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa
penduduk (US Census Bureau 2004, dalam Subandi 2013).
Perlu adanya pendampingan yang khusus terhadap lansia dan perbaikan
kondisi lingkungan panti agar kecemasan pada lansia bisa menurun (Titus 2005).
Tingkat kecemasan pasien tindakan pencabutan gigi di Puskesmas terdapat
hampir separuh pasien dinyatakan menderita kecemasan baik ringan maupun
sedang. Pasien dengan jenis kelamin perempuan memiliki perbedaan sedikit lebih
banyak mengalami cemas dibandingkan dengan pasien dengan jenis kelamin lakilaki (Boky 2013).
Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta merupakan salah satu panti
yang terdapat di Jawa Tengah. Panti ini menampung lansia sebanyak 52 orang
lansia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 29
November 2013 didapatkan hasil observasi dan wawancara dengan 10 lansia.
Enam lansia mengatakan dalam menjalani kehidupan yang jauh dengan sanak
keluarga membuat para lansia merasakan gelisah dan rindu dengan keluarga
meskipun mereka tinggal di panti dengan teman-teman sebaya, takut jika sakit
tidak ada yang mengurus dan akhirnya merepotkan orang lain, takut menghadapi
kematian, hidupnya saat ini telah hampa, terkadang menangis sendiri mengingat
masa lalu. Lansia merasa gembira jika ada kunjungan meskipun bukan keluarga
mereka, dan tingkah laku yang muncul pada lansia yang berada di panti tersebut
seperti, seringkali melamun, duduk bersama-sama tapi saling diam dan sibuk
dengan pikiran serta perasaan masing-masing.
Rasa cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang
mengancam betul-betul tidak ada, ketika rasa cemas yang berlebihan mempunyai
dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh. Ansietas dapat menyebabkan
ketidakpedulian pada diri lansia yang mengalaminya, untuk mencegah hal-hal
yang dapat membahayakan diri lansia tersebut maka peneliti ingin mengetahui
gambaran tingkat ansietas pada lansia di panti Wredha Darma Bakti Kasih
Surakarta. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan tindakan asuhan
keperawatan yang tepat pada lansia yang mengalami ansietas.
gelisah dan kecewa. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti tertarik
untuk meneliti bagaimanakah gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti
Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.
Judul Penelitian
Gambaran
Perilaku Lansia
terhadap
kecemasan di
Panti
Sosial Tresna
Wredha Theodora
Makasar
Metode
Metode penelitian
ini menggunakan
deskriptif dengan
metode
observasional.
Hasil Penelitian
Perlu adanya
pendampingan
yang khusus
terhadap lansia dan
perbaikkan kondisi
lingkungan panti
agar kecemasan
pada lansia bisa
menurun.
Harfika Boky,
Ni Wayan Mariati
Jimmy Maryono
Gambaran
Tingkat
Kecemasan
Pasien Dewasa
terhadaps
Tindakan
Pencabutan Gigi
di Puskesmas
Bahu Kecamatan
Malalayang Kota
Manado
Teknik
pengambilan
sampel pada
penelitian ini
menggunakan total
sampling
Tingkat kecemasan
pasien tindakan
pencabutan gigi di
puskesmas Bahu
kecematan
Malalayang Kota
Manado, terdapat
hampir separuh
pasien dinyatakan
menderita
kecemasan baik
ringan maupun
sedang.
Pasien dengan
jenis kelamin
perempuan
memiliki
perbedaan sedikit
lebih banyak
mengalami cemas
dibandingkan
dengan pasien
dengan jenis
kelamin laki-laki.
BAB II
TINJAUAN TEORI
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
(Nugroho 2000 dalam Maryam dkk 2008).
2.1.1.4 Perubahan pada lansia
Menjadi tua ditandai dengan adanya perubahan-perubahan baik
fisik, perubahan mental maupun perubahan psikologis.
1. Perubahan-perubahan fisik pada lansia antara lain perubahan sistem
respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh,
sistem gastrointestinal, sistem genitorurinia, sistem endokrin, sistem
muskuloskeletal, sistem pernafasan, perubahan sel dan sistem
pendengaran.
2. Perubahan mental pada lansia antara lain mudah curiga, bertambah
pelit atau tamak jika memiliki sesuatu dan egois. Sikap umum yang
ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yaitu keinginan berumur
panjang, ingin tetap berwibawa dan dihormati (Bandiyah 2009).
3. Perubahan psikososial pada lansia antara lain 12 macam seperti,
gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau
sikap berjalan, gangguan pada sendi, anemia, dimensia, gangguan
penglihatan, dekompensasi kordis, gangguan pada defekasi, kesepian,
ansietas dan depresi (Nugroho 2000 dalam Supriani 2011).
10
2.1.2 Ansietas
2.1.2.1 Definsi Ansietas
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
oleh situasi. Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi
gambaran pentig tentang ansietas yang berlebihan disertai, respon
perilaku, emosi dan fisiologis (Videbeck 2008).
Ansietas adalah kekhawatiran yang
menyebabkan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya ( Stuart 2007 dalam
Sarfika 2012). Ansietas adalah suatu keadaan tegang yang berhubungan
dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan bersalah, perasaan
tidak aman dan kebutuhan akan kepastian. Kecemasan pada dasarnya
merupakan sebuah respons terhadap apa yang terjadi atau antisipatif,
namun faktor dinamik yang dapat mempercepat kecemasan tidak disadari
(Hawari 2006).
2.1.2.2 Tingkat Respon Ansietas
1. Ansietas Ringan
Pada tahap ini respon fisik ditandai dengan ketegangan otot ringan,
sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian,
rajin. Respon kognitif yang ditemui berupa lapang persepsi luas,
terlihat tenang percaya diri, perasaan gagal sedikit waspada
memperhatikan banyak hal dengan
mempertimbangkan informasi,
11
perilaku
otomatis,
sedikit
tidak
sabar,
aktivitas
menyendiri,
terstimulasi, tenang.
2. Ansietas sedang
Respon fisik ditandai dengan ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital
meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir
dan gerakan memukulkan tangan, suara berubah dan gemetar dengan
nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering
berkemih, sakit kepala pola tidur berubah dan punggung terasa nyeri.
Respon kognitif berupa lapang persepsi menurun, perhatian sudah
mulai selektif dan fokus terhadap stimulus, rentang perhatian menurun.
Penyelesaian masalah menurun. Respon emosional dengan tanda dan
gejala, tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah,
tidak sabar dan masih bisa merasakan gembira.
3. Ansietas Berat
Respon fisik ditemukan ketegangan otot
informasi,
hanya
memperhatikan
ancaman
12
ditemu tanda dan gejala, sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa
tidak adekuat, menarik diri, menyangkal dan ingin bebas dari ancaman.
4. Panik
Pada tahap ini ditemui respon fisik berupa flight, fight, freeze,
ketegangan otot sangat berat, agitasi otorik kasar, pupil dilatasi, tandatanda vital meningkat dan kemudian menurun, tidak dapat tidur,
hormon stres dan neurotransmiter berkurang, wajah menyeriangi,
mulut ternganga. Respon kognitif ditemui tanda dan gejala, persepsi
menyempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak dapat
menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit
memahami stimulasi eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin
terjadi. Respon emosional ditemui perasaan terbebani, merasa tidak
mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah,
sangat takut mengharapkan hasil yang buruk sangat takut, kaget dan
merasa kelelahan (Videbek 2008).
2.1.2.3 Ciri-Ciri Ansietas
1. Ciri kognitif dari Ansietas
Perasaan terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
sangat waspada khawatir akan ditinggal sendiri, bercampur aduk atau
kebingungan, sulit berkonsenterasi atau memfokuskan pikiran,
khawatir tentang sesuatu, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan
akan terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, ketidakmampuan dalam
menghadapi masalah.
13
14
15
untuk
kegagalan
mengembangkan
atau
reaksi
kekuatan
emosional
coping,
sebaliknya
menyebabkan
seseorang
cenderung
dapat
kita
temukan
pada
responden
yang
16
17
(instrumen) yang dikenal dengan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Alat ukur ini terdiri dari 14 gejala yaitu, perasaan cemas, yang meliputi
firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung dan cemas.
Ketegangan, meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang,
mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. Gangguan tidur
meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak,
bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi buruk, mimpi menakutkan.
Ketakutan meliputi ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal
sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, takut pada
kerumunan orang banyak. Gangguan kecerdasan, meliputi hilangnya
minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, bagun dini hari, perasaan
berubah-ubah sepanjang hari. Perasaan depresi (murung) meliputi
hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini
hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari. Gejala somatik fisik (otot)
meliputi sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk,
suara tidak stabil. Gejala somatik atau fisik (sensorik) meliputi tinitus
(telinga berdenging), penghilatan kabur, muka merah atau pucat, merasa
lemas, perasaan ditusuk-tusuk.
Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) meliputi
takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri pada dada, denyut
nadi mengeras, rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan, detak jantung
menghilang (berhenti sekejap). Gejala respirasi (pernapasan) meliputi rasa
18
tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas
pendek dan sesak. Gejala gatrointerstinal (pencernaan) meliputi
sulit
meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, menjadi
dingin), menstruasi tidak teratur. Gejala autonom meliputi mulut kering,
berkeringat banyak pada tangan, bulu roma berdiri, perasaan panas dan
dingin, berkeringat seluruh tubuh. Gejala perubahan perilaku meliputi
gelisah, ketegangan fisik, gugup bicara cepat, lambat dalam beraktivitas.
Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4,
yang artinya adalah: Nilai 0= tidak ada gejala, nilai 1= gejala ringan, nilai
2= gejala sedang, nilai 3=gejala berat , nilai 4= gejala sangat berat.
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlah tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu total nilai: kurang dari 14 = tidak ada
kecemasan, 14-20 = kecemasan ringan, 21-27 = kecemasan sedang , 2841 = kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat sekali.
19
Lansia
Perubahan Fisik
Perubahan Mental
Mudah curiga,
menjadi pelit,
egois,
ingin tetap dihormati
Dimensia
Kesepian
Depresi
Ansietas
Perubahan
Psikososial
Faktor yang
mempengaruhi ansietas:
- Usia
- Pengalaman
- Jenis kelamin
- Dukungansosial
- Pendidikan
- Kemampuan
mengatasi masalah
Ringan
Sedang
Berat
Keterangan
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1.Kerangka Teori
Sumber : Liza (2004), Hawari (2004)
Panik
BAB III
METODOLOGI
20
21
Kriteria Eksklusi :
1. Lansia yang mengalami gangguan kognitif.
2. Lansia yang mengalami gangguan mental.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat.
Penelitian ini dilakukan di PantiWredha Dharma BaktiKasih Surakarta.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 9 April sampai 4 Mei 2014.
Indikator
AlatUkur
Skala
Kuesioner
Hamilton
Rating
Scale For
Anxiety
(HRS-A).
Ordinal
22
Pengala
man
hidup
berumah
tangga
pengalaman
pasangan.
baik
buruk 3 = di tinggal
maupun
menyenangkan
kuesioner
Nominal
meninggal
pasangan.
Kunjung
an
Keluarga
Perhatian
1. >5 kali dalam satu kuesioner
keluarga untuk
tahun.
mengunjungi
2. 3-5 kali dalam satu
lansia di panti
tahun
3. <2 kali dalam satu
tahun
Ordinal
Umur
kuesioner
Interval
Jenis
kelamin
Perbedaan
1. Laki-laki
kelamin antara 2. perempuan
laki-laki
dan
perempuan
kuesioner
Nominal
Pendidikan
Tingkat
pendidikan
1. Tidak Sekolah
2. SD
kuesioner
Ordinal
terakhir
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
23
24
25
26
1. Tidak di urus
kali dalam satu tahun, kode 3 : 3. <2 kali dalam satu tahun.
27
3.7.2
Analisa Data
Analisis data menggunakan analisis univariat adalah analisis yang
menggambarkan karaktristik setiap variabel (Sugiyono 2013). Variabel
pengalaman hidup rumah tangga, kunjungan keluarga, jenis kelamin dan
pendidikan dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi
dengan ukuran persentase atau proporsi.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini diuraikan hasil penelitian tentang gambaran tingkat ansietas pada
lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Data yang diperoleh selama
penelitian yang dilakukan selama 28 hari yaitu dari tanggal 7 April 2014 sampai 4
Mei 2014. Responden diberi kuesioner, pada saat pengisian kuesioner responden
didampingi oleh peneliti. Pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian dilakukan
langsung oleh peneliti.
4.1.Karakteristik responden
4.1.1 Umur
Tabel 4.1 karakteristik responden dilihat dari umur
Umur
Frekuensi Persentase (%)
32
61.5
60 - 74 tahun
20
38.5
>74 tahun
Total
52
100
Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa sebagian besar responden
berumur 60-74 tahun yaitu sebesar 61,5%.
4.1.2 Jenis Kelamin.
Tabel 4.2 karakteristik responden dilihat dari jenis kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
(%)
24
46.2
Laki-laki
28
53.8
Perempuan
Total
52
100
29
30
31
BAB V
PEMBAHASAN
32
33
maupun gangguan depresi yang lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik yang
menurun dan lemah ini membuat presentase penderita kecemasan terbanyak
pada lansia yang berusia 60-74 tahun, sedangkan pada usia 75-90 tahun
jumlahnya relatif lebih kecil (Wahyu 2010). Lansia yang berusia lebih dari
75 tahun lebih bisa ikhlas menjalani kehidupan, lebih pasrah dalam
menghadapi berbagai persoalan dan lebih menerima terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada masa lansia, sehingga semakin tinggi usia
seseorang semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta
kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan (Handayani 2009).
Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin siap pula dalam
menerima cobaan, semakin bertambahnya usia seseorang berdasarkan teori
penuaan menyebabkan terjadinya penurunan dari intelektualitas yang
meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi (Maryam dkk.,
2008). Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia akibat proses menua
sering menimbulkan beberapa dampak bagi lansia diantaranya perubahan
tingkah laku, sensitifitas
emosional
meningkat
serta
menimbulkan
34
35
36
lain
menjaga
atau
merawat
lansia,
mempertahankan
dan
37
38
ini
sejalan
dengan
penelitian
yang
terdahulu
yang
5.5 Pendidikan
Berdasarkan status pendidikan, paling banyak terdapat pada tingkat
pendidikan SMP sebesar 24 responden (46,4%). Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian terdahulu bahwa
39
berpendidikan SMP dari hasil penelitian yang saya teliti ternyata tingkat
pendidikan rendah dan tinggi tidak ada hubunganya dengan peningkatan
kecemasan, tetapi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseornag
semakin cepat seseorang untuk menerima pengetahuan atau informasi
(Syama 2013). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang
dikemukakan sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini tidak
semua
responden
dengan
tingkat
pendidikan
rendah
kecemasanya
40
berkemih, keluar masuk tempat tidur, duduk bersama-sama tapi saling diam
asik dengan perasaan masing-masing, jika berbicara dengan temanya mudah
tersinggung, mudah berkeringat.
Kecemasan dalam katagori sedang dimana kecemasan tidak begitu
menganggu atau menghambat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga masih
dapat menjalani aktivitas sehari-hari. Usaha-usaha yang dilakukan lanjut usia
seperti mengikuti doa bersama yang diadakan oleh pihak panti dan kegiatankegiatan keagamaan yang lainya. Para lanjut usia juga menerima dan
menyadari bahwa usia lanjut berarti penurunan kondisi fisik dan kesehatan
seseorang, sehingga lansia terhindar dari kecemasan yang lebih berat.
Tanda-tanda kecemasan sedang yaitu respon fisik ditandai dengan
ketegangan
otot
sedang,
tanda-tanda
vital
meningkat,
mulai
41
yang
mengalami
kecemasan
akan
mengakibatkan
yaitu
pada
saat
pengisian
kuesioner,
peneliti
kurang
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Usia responden yang paling banyak yaitu 60-74 tahun (61,5%), jenis
kelamin yang paling banyak yaitu perempuan (53,8%), pengalaman
Dalam Berumah Tangga paling banyak responden yang tidak diurus
keluarga sebesar (51,9%), kunjungan Keluarga 3-5 kali dalam satu
tahun sebesar (44,2%), tingkat Pendidikan responden paling banyak
SMP (46,2%).
6.1.2 Lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta mengalami
ansietas sedang sebesar (42,3%).
6.2 Saran
6.2.1. Bagi Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta
Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan yang positif
khususnya bagi pihak panti untuk memberikan penyuluhan kepada
keluarga lansia bahwa lansia di panti tidak hanya sekedar kebutuhan
fisiknya saja, tetapi kebutuhan psikologisnya juga harus diperhatikan.
6.2.2. Institusi Pendidikan
Kiranya hasil penelitian ini dapat berguna dan bisa diaplikasikan
dalam proses belajar mengajar.
42
43
DAFTAR PUSTAKA.
Arikunto, S 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Edisi revisi
2010), Rineka Cipta : Jakarta.
Bandiyah, S 2009, Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Nuhamedika :
Yogjakarta . hal 23-25.
Boky Harfika, Ni Wayan Mariati, Jimy Maryono. 2013. Gambaran Tingkat
Kecemasan Pasien Dewasa Terhadap Tindakan Pencabutan Gigi di
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal ; Program
Studi Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi . hal. 1-7
Dharma, Kelana, Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur
: CV Trans Info Media.
Efendi, F. Mahfudin 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba
Medika. Hal 32-35.
Fredy,W,Setya, Ranni, S, Merli 2006, Persepsi Terhadap Kematian dan Kecemasan
Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Jurnal ; Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Handayani,2009, Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Usia (60-74 tahun) di Panti Wredha Rindang Asih Ungaran. Jurnal; Tesis
Universitas Diponegoro.
Hawari, Dadang 2006, Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta : FKUI.
Hidayat A, 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta. Salemba Medika.
Jaya,Hasrat,& Rosmina, 2010, Keperawatan Gerontik. Catatan ke 3. Pustaka As
Salam: Jakarta.
Juniarti, N, Eka, S, & Damayanti, A. 2008; Gambaran Jenis Dan Tingkat Kesepian
Pada Lansia di Balai Panti Sosial Tresna Wredha Pakutandang Ciparay
Bandung, Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, hal 3.
Kristyaningsih, D 2011 ; Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Depresi Pada Lansia; Jurnal Keperawatan, Volume 1; No; 1,Januari 2011Desember 2011.hal 21-23.
Liza, Sri 2004, Tingkat Kecemasan Pasien yang Menghadapi Operasi Sesar. Jakarta
: UI.
Maryam,SR,dkk.2008. Mengenai Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta; Salemba
Medika.
44
Mui,M, Oktaviani,2012 Gambaran Depresi Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya. Jurnal; Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Nevid J. Ratus S. Greene B. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga.hal 34-35
Ratih,P,Pratiwi,2010, Efektivitas Metode Yoga-Pilates Untuk Menurunkan
Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Pertama. Jurnal ;
Program Studi Psikologi Negri Malang.
Sarfika, R 2012, Pengaruh Terapi Kognitif dan Logoterapi Terhadap Depresi,
Ansietas, Kemampuan Mengubah Pikiran Negatif dan Kemampuan
Memaknai Hidup Klien DM. Tesis, FIP Universitas Indonesia.hal 1-278
Seteti,S,G, 2007, Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Keterbatasan (Studi Kasus Pada
Lima Wilayah di Indonesia). Jakarta : Puslitbang Kesejahteraan Sosial.
Siahaan,R, Lestari,2012, Evaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan Lansia di Unit
Pelaksanaan Teksisi Tuna Rungu Wicara dan Pelayanan sosial. Jurnal
Syamani, 2013, Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Dalam Menghadapi
Perubahan Konsep Diri, Harga Diri Rendah Pada Lansia di Kecamatan Jekan
Raya Kota Palangkaraya. Jurnal; Jurusan Keperawatan, Poltekes
Palangkaraya.
Soemantri, B, Lestari, R & Triambadha PV 2012; Pengaruh Terapi Mengenang
Masa Lalu (Reminiscence Therapy) Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Lansia di Panti Wredha Pangesti Lawang.hal 30-32.
Stocks lager, Jaimil, L dan Lizschaeffer. 2008. Asuhan Keperawatan Gerontik.
Jakarta : EGC. Hal. 1-883
Subandi, Lestari R & Suprianto T 2013. Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap
Penurunan Tingkat Ansietas Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan.hal 20-24.
Sunartyasih R, Linda B 2013; Hubungan Kendala Pelaksanaan Posbindu Dengan
Kehadiran Lansia di Posbindu Rw 08 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibubur
Kota Bandung, Jurnal Stikes Santo Borromeus,Vol 3,No 1,2013, hal 59.
Titus Irto, Rachman Watief A, Arsyad Rahman. 2005. Gambaran Perilaku Lansia
Terhadap Kecemasan di Panti Sosial Tresna Wredha Theodoro Makasar ;
Jurnal. FKM Unhas Makasar. Hal 1-9.
Townsed,Mary,C, 2009, Psychiatric Mental Health Nursing.Concepts Of Care in
Evidance, Based Practice, Ed.16,F,A. Davis Com Pany, Philadelphia USA.
Videbeck, LS 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.hal 308.