PROPOSAL PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Katolik Santo Thomas
Medan
Oleh :
Tri Ayu Ningsih Laoli
090410003
NAMA
NPM
: 090410003
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Diketahui Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
Uji Aktivitas Antioksidan xanthone dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) yang dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Fakultas Pertanian Universitas
Katolik Santo Thomas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MSi sebagai dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan arahan dan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini.
2. Ir. R.E Siboro, MSi sebagai dosen Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing, mengarahkan penulis dalam menyusun proposal penelitian ini.
3. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan doa, semangat,
nasehat dan dana sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih belum sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga proposal penelitian dapat diterima dan
disetujui.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Penelitian
I.3 Hipotesis Penelitian
I.4 Kegunaan Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
II.1.1 . Taksonomi Manggis
II.1.2 Kandungan Kimia Buah Manggis
II.2Xanthone
II.3Antioksidan
II.3.1 Sumber antioksidan
II.3.2 Fungsi Antioksidan
II.4Radikal Bebas
II.5Uji Aktivitas Antioksidan
II.6Metode Ekstraksi
III.
METODE PENELITIAN
III.1 Bahan dan Alat Penelitian
III.1.1 Bahan Penelitian
III.1.2 Alat Penelitian
III.2 Reagensia Penelitian
III.3 Tempat Penelitian
III.4 Metode Penelitian
III.5 Model Rancangan
III.6 Pelaksanaan Penelitian
III.7 Pengamatan dan Pengumpulan Data
III.7.1 Rendemen Ekstraksi
III.7.2 IC50
III.7.3 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
DAFTAR PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
protein, 19,8 gram karbohidrat, 0,3 gram serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0,9 mg
besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C, vitamin B (tiamin) 0,09 mg, vitamin B 2
(riboflavin) 0,06 mg, dan vitamin B5 (niasin) 0,1 mg. Kebanyakan buah manggis
dikonsumsi dalam keadaan segar, karena olahan awetannya kurang digemari oleh
masyarakat.
Secara umum, orang hanya mengkonsumsi buahnya saja dan cenderung
membuang kulit buah manggis tersebut padahal di dalam kulit buah manggis kaya
akan senyawa kimia yang bersifat sebagai antioksidan antara lain antosianin, xanton,
tanin dan asam fenolat (Hartanto, 2011).
Kulit manggis merupakan cangkang yang dibuang oleh konsumen atau dapat
disebut dengan limbah hasil pertanian. Sejauh ini pemanfaatan kulit manggis hanya
untuk penyamakan kulit, obat tradisional dan bahan pembuat zat antikarat serta
pewarna tekstil. Kulit buah Manggis diketahui mengandung senyawa xanthone
sebagai antioksidan, antiproliferativ, dan antimikrobial yang tidak ditemui pada buahbuahan
lainnya.
Senyawa
Xanthone
meliputi
mangostin,
mangostenol
A,
gula dan 35,61% karbohidrat. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kulit buah
manggis kaya akan antioksidan terutama antosianin, xanthone, tannin dan asam
fenolat
yang
berguna
sebagai
anti-diabetes,
anti-kanker,
anti-peradangan,
Fungsi tubuh mengalami perubahan dari keadaan normal menjadi lebih buruk.
Penyakit jenis ini memiliki hubungan yang sangat kuat dengan bertambahnya umur
seseorang.
Kelompok
penyakit
ini,
antara
lain
stroke,
jantung
koroner,
kardiovaskular, obesitas, dislipidemia dan kanker. Ada banyak hal yang menjadi
penyebab munculnya penyakit degeneratif (multifaktor) adalah faktor penurunan
fungsi tubuh atau penuaan serta faktor keturunan. Penyakit degeneratif itu sudah
mulai menyerang berbagai kalangan termasuk usia produktif sekalipun. Namun,
penyebab utama yang mempercepat munculnya penyakit degeneratif adalah
perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup terkait dengan munculnya penyakit
degeneratif adalah perubahan pola makan dan berkurangya aktivitas fisik (Khasanah,
2012).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi dan
antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, tanin dan xanton (Ho et al.,
2002; Jung et al., 2006; Moongkarndi et al., 2004; Weecharangsan et al., 2006)
Manfaat utama kulit manggis adalah sebagai antioksidan (Heyne, 1987).
Menurut Silalahi (2002) mengatakan bahwa sifat antioksidan pada manggis melebihi
vitamin E dan vitamin C. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda atau
mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid dalam
konsentrasi yang lebih rendah dari substrat yang dapat dioksidasi. Antioksidan
bereaksi dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal bebas untuk
menimbulkan kerusakan. Antioksidan alami yang terdapat dalam bahan pangan
tersebut antara lain adalah vitamin C, vitamin E, antosianin, klorofil dan senyawa
flavonoid. Antioksidan yang baik adalah senyawa yang mampu membuat radikal
fenol dari antioksidan menjadi lebih stabil.
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah
proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat
oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan
juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek
berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas
ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya. Radikal
bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki electron yang tidak
berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi. Protein
lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber pasangan elektron
yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker,
penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan
adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan
tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki
kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan
pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid (Anonim, 2011)
Salah satu penangkal senyawa radikal bebas yaitu senyawa antioksidan,
senyawa antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor), yang
mampu menangkal dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan
cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi,2007)
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonaceae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Guttiferae
Genus
: Garcinia
Spesies
: Garcinia mangostana L.
Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata dapat dikembangkan
sebagai obat. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa
senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin,
pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur. Beberapa senyawa utama
kandungan kulit buah manggis adalah golongan xanton. Senyawa xhanton yang telah
teridentifikasi, diantaranya alfa mangostin dan gamma-mangostin. (Mardiana,2012)
Buah manggis merupakan spesies terbaik dari genus Garcinia dan
mengandung gula sakarosa, dekstrosa dan levulosa. Komposisi bagian buah yang
dimakan per 100 g meliputi 79.2 g air; 0.5 g protein; 19.8 g karbohidrat; 0.3 g serat;
11 mg kalsium; 17 mg fosfor; 0.9 mg besi; 14 IU vitamin A, 66 n/mg vitamin C; 0,09
mg vitamin B1 (Thiamin); 0,06 mg vitamin B2 (Riboflavin) dan 0,1 mg vitamin B5
(Niasin) (Qosim, 2007).
Pemanfaatan kulit buah manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak lama.
Kulit buah manggis secara tradisional digunakan pada berbagai pengobatan di Negara
India, Myanmar Sri Langka, dan Thailand. Secara luas, masyarakat Thailand
memanfaatkan kulit buah manggis untuk pengobatan penyakit sariawan, disentri,
cystitis, diare, gonorea, dan eksim. (Mardiana, 2012)
2.1.2
dihasilkan 100 gram buah manggis yang dapat di makan adalah 63%, yang sebagian
besar berasal dari karbohidrat yang dikandungnya. Komponen protein dan lemak
sangat kecil, demikian pula kandungan vitaminnya. Buah manggis tidak mengandung
vitamin A, tetapi mengandung vitamin B1 dan vitamin C. Oleh karena itu, buah ini
tidak dapat dijadikan sumber vitamin yang potesial (Qanytah, 2004). Komposisi
kimia buah manggis dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia buah manggis dalam 100 gram yang dapat
dikonsumsi.
Komponen Gizi
Air
g
Kalori
kal
Protein
g
Lemak
g
Karbohidrat
g
Kalsium
mg
Fosfor
mg
Besi
mg
Vitamin B1
mg
Vitamin C
mg
Sumber : Qanytah, 2004
Unit
Jumlah
83.000
63.00
0.60
0.60
15.60
8.00
12.00
0.80
0.03
2.00
2.2 Xanthone
Xanthon merupakan senyawa keton siklik polifenol dengan rumus molekul
C15H8O2. Struktur dasar xanthon terdiri atas tiga benzena dengan satu benzena di
tengah yang merupakan keton. Hampir semua turunan xanthon mempunyai gugusan
fenol sehingga xanthon termasuk keluarga polifenol .
Xanthone merupakan antioksidan yang terdapat dalam kulit buah Manggis
dengan kadar yang tinggi memiliki sifat yang baik nilainya mencapai 17.000-20.000
ORAC per 100 ons, lebih besar dar wortel dan jeuk yang kadar ORAC-nya hanya 300
dan 2.400 dan bermanfaat bagi tubuh, seperti anti-peradangan, anti-diabetes, antikanker, anti-bakteri, anti-jamur, anti-plasmodial, dan mampu meningkatkan
kekebalan tubuh, hepatoprotektif. Di dalam senyawa xanthone yang paling banyak
mangostin.
Xanthone memiliki gugus hidroksil (OH) yang efektif mengikat radikal bebas
di dalam tubuh serta membantu mengobati radikal bebas di dalam tubuh serta
membantu mengobat dan mencegah penyakit degenerative. Di alam senyawa
xanthone hanya ditemukan pada family clusiceae da gentianaceae. Dari sekitar 200
jenis xanthone yang diisolasi dari alam, sebanyak 40 jenis ditemukan pada manggis
dan paling banyak terdapat pada bagian kulitnya (Fanany, 2013).
Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam menekan
pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain alfa-mangostin, senyawa
xanthone juga mengandung gamma-mangostin yang juga memiliki banyak manfaat
dalam memberikan proteksi atau melakukan upaya pencegahan terhadap serangan
penyakit.
Kulit buah manggis merupakan bagian buah manggis yang membungkus
daging buah. Rasio bagian buah yang dikonsumsi dengan bagian buah yang dibuang,
lebih tinggi bagian buah yang dibuang, dalam hal ini kulit buahnya yang mencapai
2/3 bagian buah atau 66,6%. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk
memanfaatkannya. Kendala dalam pemanfaatan kulit buah manggis adalah rasanya
pahit. Rasa pahit pada kulit buah manggis tersebut ada kaitannya dengan kandungan
senyawa tannin yang terdapat di dalam jaringan kulit buah manggis. Senyawa tannin
merupakan asam tannat, secara teoritis suatu senyawa yang bersifat asam dapat
dinetralkan dengan larutan basa, yang akan membentuk garam tannat dan air. Sifat
larutan kapur tohor yang basa kuat diharapkan dapat mengikat asam tannat yang
terkandung di dalam kulit buah manggis. Dengan demikian rasa pahit yang
terkandung dalam kulit buah manggis dapat dinetralisir.
Kulit manggis menghasilkan warna merah keunguan, dan amat sulit
dibersihkan. Karena mengandung tanin, resin, dan crystallizable mangostine
(C20H22O5), yang mudah larut dalam alkohol atau ether, tidak larut dalam air. Berikut
ini adalah jenis-jenis zat yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu
polythydroxy-xanthone,
mangostin,
3-isomangostein,
alpha-mangostin,
beta-
stilbenes,
quinones,
polyphenes,
mangostinon
dan
B,
tubuh)
5. Cardioprotectif (membantu melindungi jantung)
6. Mencegah osteoporosis (membantu mendukung massa atau kekompakan
tulang)
7. Membantu sistem pencernaan
8. Memacu pertumbuhan sel darah merah
9. Membantu menanggulangi infeksi virus
10. Antibiotik (membantu menanggulangi infeksi virus)
11. Antijamur (membantu menanggulangi infeksi jamur)
12. Membantu menurunkan berat badan
13. Antiradang, antitumor, antilesu
14. Hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) atau antidiabetes
15. Antilipidemik (menurunkan kadar lemak darah)
penyakit ini. Antioksidan bisa dengan mudah didapatkan dari makanan. Salah satunya
adalah kulit manggis yang banyak mengadung Xanthone.
Kemampuan antioksidan manggis melebihi vitamin C dan E yang selama ini
dikenal sebagai antioksidan yang paling efektif (Hartanto, 2011). Diduga keterlibatan
oksigen reaktif menjadi penyebab terjadinya mutasi terutama dalam bentuk radikal
bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang mempunyai elektron tidak
berpasangan pada kulit terluarnya sehingga sangat reaktif dan dapat merusak
komponen-komponen sel termasuk asam deoksiribonukleat (DNA) (Purwadiwarsa,
dkk., 2000).
2.3.1 Sumber antioksidan
Antioksidan berdasarkan sumbernya digolongkan menjadi antioksidan sintetik
(antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia) dan antioksidan alami
(antioksidan hasil ekstraksi bahan alami). Ada lima antioksidan yang diijinkan untuk
makanan dan penggunaannya tersebar luas di seluruh dunia, yaitu butylated
hdroxyanisol (BHA), butylated hidroxytoluene (BHT), propil galat, tert-butil hidroxy
quinon (TBHQ) dan tokoferol (vitamin E). Antioksidan tersebut merupakan
antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial (Buck
1991 diacu dalam Trilaksani 2003). 10
Antioksidan alami lebih dipercaya dibandingkan dengan antioksidan sintetik
karena beberapa kelebihannya, yaitu relatif lebih aman, tidak toksik dan tidak
memberikan efek samping. Umumnya antioksidan sintetik dapat menyebabkan
mutasi, bersifat karsinogenik dan efek patogenik (Niwa 1997). Antioksidan alami
yang paling umum adalah flavonoid (flavonol, isoflavonol, flavon, katekin dan
flavonon), derivat asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam organik polifungsional
(Pratt 1992).
Komponen antioksidan di alam mempunyai struktur kimia yang berbeda-beda,
umumnya sebagai asam amino, asam askorbat, karotenoid, asam sinamat, flavonoid,
melanoidin, asam organik tertentu, zat pereduksi, peptida, fosfatida, polifenol, tanin,
dan tokoferol. Senyawa antioksida alami digolongkan sebagai komponen fenolik,
protein, komponen nitrogen, karotenoid, dan komponen lain seperti vitamin C, keton
dan glikosida (Winarno 2008).
2.3.2 Fungsi Zat Antioksidan
Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan diklasifikasi dalam tipe
antioksidan tipe antioksidan adalah:
a. Primary antioxsidants, yaitu senyawa fenol yang mampu memutus rantai
reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan
atom hydrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga
terbentuk senyawa yang stabil.
b. Oxygen scanvengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat
oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini senyawa
tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam system
sehingga jumlah oksigen semakin berkurang.
c. Secondary antioxsidants, yaitu senyawa-senyawa
yang
mempunyai
sedikit kerusakan pada komponen. Kondisi proses ekstraksi yang berpengaruh lama
adalah harus ekstraksi suhu dan jenis pelarut yang digunakan (Fellow,2000).
Metode ekstraksi yang sering digunakan adalah metode maserasi. Metode ini
dilakukan umumnya digunakan untuk mengekstrak senyawa yang larut dalam air.
Ekstraksi dengan metode maserasi meliputi perendaman bahan dalam pelarut yang
sesuai pada waktu tertentu, kemudian untuk menghilangkan pelarutnya dan
pemisahan hasil ekstraksi dari ampas dilakukan pengeringan, pengepresan, dan
sentrifugasi. Kemampuan metode ini dalam mengekstrak hanya sekitar 70% dari
senyawa aktif bahan yang diekstrak (Herbworx, 2007)
Pelarut yang dipakai dalam ekstraksi harus dapat melarutkan komponen
bahan, mempunyai titik didih yang cukup rendah, tidak bereaksi dengan komponen
bahan, tidak mudah terbakar. Pemilihan pelarut juga harus diperhatikan kepolarannya,
pelarut polar akan melarutkan sanyawa polar, pelarut nonpolar akan melarutkan
senyawa nonpolar, pelarut organic
(Houghton dan Roman, 1998).
III.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III.1 Bahan dan Alat Penelitian
III.1.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L) yang diperoleh dari Pasar Melati.
III.1.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah :
-
Timbangan
Oven
Kertas saring Whatman
Mikropipet
Spektrofotometer UV-Vis
Blender
Water bath
Batang pengaduk
Pipet tetes
Desikator
Ayakan 60 mesh
Vaccum evaporator
Beaker gelass
Tabung reaksi
Erlenmeyer
III.2 Reagensia
III.3
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu:
Faktor I : Lama fermentasi (L), dengan taraf yaitu:
L1 = 18 jam
L2 = 36 jam
L3 = 54 jam
L4 = 72 jam
Faktor II : Konsentrasi Pelarut Alkohol (K), dengan taraf yaitu :
K1 = 50 %
K2 = 65 %
K3 = 80 %
K4 = 95 %
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka
- Dimana :
Yijk
= Hasil pengamatan dari faktor L pada taraf ke i dan faktor K pada taraf
ke j dalam ulangan ke k
= Rataan umum
i = Pengaruh perlakuan pada taraf ke i
j = Pengaruh perlakuan pada taraf ke j
()ij = Pengaruh interaksi dari faktor L pada taraf ke - i dan faktor K pada taraf
ijk
-
ke- j
= Galat percobaan
Untuk melihat pengaruh perlakuan dilakukan uji F dalam
Analisis of Variance (Daftar Sidik Ragam). Bila hasil yang diperoleh pada uji
F tersebut berbeda sangat nyata (p < 0,01) dan berbeda nyata (p > 0,005)
pengujian dilakukan untuk melihat perbedaan pengaruh setiap level perlakuan
dengan Uji Beda Rata-rata (Least Significant Ranges) metode Duncan pada
taraf kepercayaan 0,05 dan 0,01. Tetapi bila hasil yang diperoleh pada uji F
tersebut adalah berbeda tidak nyata (p > 0,05) pengujian dengan uji beda ratarata tidak dilanjutkan (Yitnosumarto,1991).
Bahan baku berasal dari kulit buah manggis yang telah dipilih
dan dicuci, kemudian dipisahkan kulit buah dengan daging buahnya. Kulit
buah manggis diblansing dan kemudian dipotong-potong kecil. Kemudian
kulit buah manggis difermentasi dengan menggunakan ragi tape 0,3% selama
3 hari. Dilakukan fermentasi supaya terhadap kulit buah manggis supaya
glukosida kulit buah manggis dapat terhidrolisa. Kulit buah manggis yang
Pemisahan
Daging buah
Kulit
Pemotongan
Difermentasikan dengan ragi
tape 0,3% selama 3 hari
suhu 40-450C. ekstrak yang diperoleh dimasukkan dalam botol gelap dan
disimpan dalam kulkas. Kemudian dilakukan analisa parameternya.
- Bubuk kulit buah manggis
-
xanthone
III.7 Analisa Parameter
-
Rendemen
ekstraki
Analisa parameter
- Persen inhibisi
dan IC50
Uji aktivitas
Gambar 3. Diagram alir -Ekstraksi
antioksidan
antioksidan
dengan metode
DPPH
Keterangan :
Pr = Persen rendemen
Be = Bobot ekstrak
Bs = Bobot sampel awal
Pi =
Ab As
Ab
x 100 %
Keterangan :
Pi = Persen inhibisi
Ab = Absorbansi blanko
As = Absorbansi sampel
Nilai persen inhibisi yang telah dihitung dari dari setiap
konsetrasi selanjutnya digunakan untuk perhitungan IC50. IC50 atau Inhibitor
Concentration 50% adalah nilai konsentrasi suatu bahan untuk menghambat
aktivitas DPPH sebesar 50%. Nilai konsentrasi dari larutan yang telah
diencerkan dari ekstrak dan persen inhibisi diplotkan masing-masing pada
sumbu x dan y. Kemudian nilai IC50 dihitung dengan regresi linear y = a(x) +
b, dengan menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x sebagai IC50.
III.7.3 Uji
Aktivitas
Antioksidan
dengan
Metode
DPPH
(1,1-
difenil-2-
DAFTAR PUSTAKA
Araska.Yogyakarta.
Fang, Y., S. Yang, dan G. Wu. 2002. Free radicals, antioxidant, and nutrition.
1390.
Herbworx. 2007. Quality Botanical Medicine, home page 0ne-line. Available
Swadaya. Halaman 6.
Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N.,
Neungton, N. Antiproliferation, Antioxidation and Induction of Apoptosis by
Garcinia mangostana (Mangosteen) on SKBR3 Human Breast Cancer Cell
(DPPH)
for
The
Stable
Free
Radical
40,76-77.
Pratt DE. 1992. Natural antioxidant from plant material. Di dalam: Huang
MT, Ho CT, Lee CY, editor. Phenolic Compound in Food and Their Effect on
http://www.pikiran-rakyat.com./cetak/2007/022007/15/kampus/lain01.htm
Silalahi J. 2002. Senyawa Polifenol Sebagai Komponen Aktif yang Berkhasiat
Kaninus.
Windono, T., Soediman, S., Yudawati, U., Ermawati, E., Srielita, Erowati, T. I.
Uji Peredam Radikal Bebas terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH)
dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis vinifera L.) Probolinggo Biru
Utama.
Yitnosurmarto, 1991. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interpretasinya.
PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.