Makala H Diabetes Mellitus
Makala H Diabetes Mellitus
Pengertian
Diabetes
Melitus.............................................................................
2.2
Patofisiologi.........................................................................................
.............. 4
2.3
Klasifikasi
Diabetes
Melitus..............................................................................
2.4
Tanda
dan
gejala
diabetes................................................................................ 7
2.5
Diagnosa
Mellitus..............................................................................
Diabetes
7
2.6
Faktor
Pencetus..............................................................................................
...
2.7 Terapi
Diabetes
Melitus...................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan.....................................................................................
......................................................................................................23
3.2
Saran...................................................................................................
............... 24
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................
........ 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Diabetes
mellitus
adalah
sekelompok
gangguan
metabolisme
Manusia.
hidup
termasuk
pola
makan
masyarakat
diperkirakan
Indonesia
penderita
penanggulangan
menempati
skala
penyakit
prioritas
Diabetes
utama
mellitus
dalam
belum
pelayanan
BAB II
PEMBAHASAN
simtoma
berupa
hiperglisemia
kronis
dan
gangguan
Reaksi
antigen
(sel
beta)
dengan
antibody
dibedakan
berdasarkan
penyebab,
perjalanan
klinik
dan
Sebagian
penderita
diabetesnya
diabetes
dengan
diet,
tipe
dapat
latihan,
obat
memerlukan
pengawasan
medis
yang
cermat
selama
masa
kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik
dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko
yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang
tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem
saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin
janin
dapat
menghambat
produksi
surfaktan
janin
dan
Gejala khas
Poliuria (sering kencing terutama di malam hari)
Poliphagia (banyak makan atau cepat lapar)
Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)
2.
Gejala lain
Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh
yang terasa gatal adalah daerah genital atau daerah lipatan
kulit,seperti ketiak bawah payudara dan pelipatan paha.
Katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan
pada lensa akibat akibat hiperglikemia
Kelainan ginekologi,seperti keputihan yang
di
akibatkan
melalui
pemeriksaan
laboratorium
dengan
melakukan
Nilai normal
>
Glukosa puasa
Glukosa 2 jam pp
7.0
mmol/1
(126mg/dl), atau
> = 11.1 mmol (200mg/dl)
Impaired
glucose
tolerance
(IGT)
dan
> = 7.8 mmol/1 dan < 11.1
8
Glukosa puasa
Glukosa 2 jam pp
Jika 2 jam pp tidak diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT
pda
janinmungkin
terjadi
karena
ibunya
merokok
atau
10
DM
tipe
1).
Setelah
tahun
1995
sejumlah
agen
11
dikelompokan
menurut
mekanisme
kerjanya
dalam
kemampuan
agen-agen
tersebut
dalam
mengurangi
pengembangan
1. Insulin
Farmakologi
Insulin merupakan hormon anabolik dan antikatabolik. Insulin
memainkan peran utama dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Insulin endogen dihasilkan dari pembelahan peptida
proinsulin yang lebih besar menjadi peptida aktif insulin dan Cpeptida didalam sel -pankreas. Semua sediaan insulin yang
tersedia dipasaran hanya mengandung peptida aktif insulin.
Karakteristik
Insulin umumnya dikarakteristik menurut sumber, kekuatan, onset
dan durasi kerjanya. Selain itu, insulin juga dikarakteristik menurut
analognya, yang didefinisikan sebagai insulin yang mengandung
asam amino tertentu dalam modifikasi molekul insulin untuk
menghasilkan
keuntungan
pada
sifat
fisikokimia
maupun
farmakokinetikanya.
Kekuatan insulin dinyatakan sebagai U-100 atau U-500 yang berarti
kekuatannya adalah 100 unit/mL atau 500 unit/mL. U-500 mungkin
12
13
level
HbA1c
dibanding
insulin
yang
disuntikan
10
menit
setalah
makan,
mampu
(hiperinsulinemia),
yang
menerima
infus
glukosa
insulin
terbukti
mampu
14
dibanding yang kurang intensif dan lebih sering terjadi pada pasien
dengan DM tipe 1 daripada tipe 2.
Untuk meminimalisasi resiko hipoglikemia pada pasien dengan
terapi
insulin
maka
pasien
harus
diberi
pengertian
untuk
kadar
glukosa
dengan
15
insulin.
Sulfonilurea
terikat
pada
reseptor
spesifik
kalium
dan
tegangan
depolarisasi
membran.
Kanal
Ca2+
menyebabkan
terbukanya
fluks
Ca2+.
konsentrasi
Ca2+
intraseluler
menyebabkan
16
Semua sulfonilurea
metabolit
hipoglikemia.
Durasi
kerja
yang
panjang
dari
17
FPG
adalah
umum
prediktor
dari
sulfonilurea
utama
dalam
adalah
menilai
18
nateglinide
yang
merupakan
derivat
asam
amino
19
Khasiat
Dalam monoterapi, nateglinide dan refaglinide mampu menurunkan
kadar glukosa dan HbA1c posprandial. Refaglinide 3x4 mg mampu
menurunkan kadar HbA1c sebesar 1%, dan nateglinide 3x120 mg
menurunkan HbA1c hingga 0,8%
Efek Merugikan
Efek merugikan yang paling
umum
dari
agen
ini
adalah
makan
atau
mg
sebelum
makan.
Sedangkan
dosis
tranforter
glukosa
memainkan
peranan
penting
dalam
secara
farmakodinamik
metformin
memberikan
efek
20
Metformin secara konsisten menurunkan level HbA1c sekitar 1,52,0% dan menurunkan level glukosa puasa hingga 60-80 mg/dL.
Metformin juga memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa
puasa yang sangat tinggi (>300 mg/dL). Metformin juga memiliki
efek positif pada beberapa sindrome resistensi insulin. Metformin
mampu menurunkan kadar trigliserida dan LDL-C sekitar 8% dan
15%, serta meningkatkan kadar HDL-C (2%). Metformin juga
mengurangi tingkat plasminogen sehingga menyebabkan sedikit
penurunan berat badan (2-3 kg).
Komplikasi Mikrovaskular
Memiliki kemampuan menurunkan resiko komplikasi mikrovaskular
seperti halnya sulfonilurea.
Komplikasi Makrovaskular
Metformin menurunkan resiko komplikasi makrovaskular pada
pasien DM dengan obesitas. Secara signifikan mengurangi resiko
stroke dan infark miokard. Metformin harus dimasukan dalam terapi
pilihan pertama pasien DM tipe 2, kecuali jika kontraindikasi.
Efek Merugikan
Metformin
menyebabkan
efek
samping
pada
saluran
gastrointestinal seperti ketidaknyamanan perut, sakit perut dan
diare, disamping anoreksia dan perasaan penuh pada perut. Efek
samping ini umumnya bersifat ringan dan dapat diminimalisir
dengan cara titrasi lambat, dan konsumsi obat tepat setelah makan.
Efek samping lain yang mungkin terjadi namun jarang adalah
asidosis laktat.
Interaksi Obat
Simetidin dan metformin bersaing dalam hal ekskresi melalui
ekskresi
tubular
sehingga
berpotensi
meningkatkan
deposit
21
malam
sebesar
500
mg
kemudian
dilakukan
titrasi
dan
tiazolidindion
rosiglitazon
yang
adalah
disetujui
jenis
obat
penggunaannya
golongan
oleh
FDA.
melalui
tinja.
Sedangkan
rosiglitazon
terutama
menghambat
pemecahan
sukrosa
dan
karbohidrat
kompleks.
Farmakokinetik
Mekanisme kerja obat ini terbatas pada sisi luminal usus. Beberapa
metabolit diserap secara sistemik dan diekskresikan melalui ginjal.
Sedangkan miglitol diserap secara sistemik dan diekskresikan
melalui ginjal dalam bentuk utuh.
Khasiat
Obat ini mampu menurunkan kadar glukosa postprandial sebesar
40-50 mg/dL dan relatif tidak menurunkan kadar glukosa puasa.
22
Komplikasi Mikrovaskular
Obat golongan ini mampu menurunkan kadar HbA1c sehngga
menurunkan resiko komplikais mikrovaskular.
Komplikasi Makrovaskular
Akarbose dapat menurunkan tingkat konversi gangguan toleransi
glukosa pada penderita DM serta mengurangi resiko penyakit
kardiovaskular.
Efek Merugikan
Efek samping paling umum adalah efek pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri abdomen dan diare. Efek tersebut
menyebabkan keterbatasan penggunaan obat ini.
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis akarbose dan miglitol adalah sama. Terapi dimulai dengan
dosis sangat rendah yaitu 1x25 mg saat makan, dan dititrasi secara
bertahap dalam beberapa bulan hingga dosis maksimum 3x50 mg
pada pasien dengan berat badan kurang dari atau sama dengan 60
kg atau 3x100 mg pada pasien dengan bobot badan lebih dari 60 kg
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
23
mellitus
dapat
didiagnosis
secara
baik
melalui
diagnosa
Diabetes
mellitus
diambil
dari
keputusan
a.
b.
3.2
dimulai
dari
keluarga
dengan
cara
24
DAFTAR PUSTAKA
Joseph T. Dipiro, et al. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach seventh edition. USA : The McGraw-Hill Companies,
Bustan. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Peningkatan Kasus Penyakit Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat
Jalan Penyakit dalam Rumah Sakit Dokter Mohammad Hoesin
Palembang. STIK Bina Husada. Palembang
Hubungan Determinan Penderita dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Pasien Rawat Jalan di RSUD Palembang Bari Tahun 2011. STIK
Bina Husada. Palembang
Brunner, L.S. dan Suddarth, D.S. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal BedahVol2. Jakarta: EGC.
25
26