Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
c)
Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolahinformasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dariluar untuk
mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
d) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e)
Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit .
f)
Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
g)
Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,
seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
h)
Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan
auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan
ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak
perjanjian).
Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat , lingkup, dan
saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit
secara tertulis (atau satu set program audit tertulis) untuk setiap audit. Auditor juga
harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang memungkinkannya untuk
merencanakan dan melaksanakan auditnya berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Supervisi
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan
penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan
instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah
penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang dilaksanakan, dan
menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Luasnya
supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk
kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit .
Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus
menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat mengenai
masalah akuntansi dan auditing di antara personel kantor akuntan publik yang terlibat
dalam audit. Prosedur tersebut harus memungkinkan asisten mendokumentasikan
ketidaksetujuan di antara mereka dan kesimpulan yang diambil jika, setelah konsultasi
memadai, berkeyakinan bahwa perlu baginya untuk tidak sependapat dengan
penyelesaian masalah tersebut. dasar penyelesaian akhir masalah harus juga
didokumentasikan.
C. Resiko Audit, Materialitas, Dan Pelaksanaan Audit
Risiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing,khususnya
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan
auditor bentuk baku.
Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal,
baik secara individual atau keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting.
Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara
gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah
dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit.
Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan di suatu entitas
mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat
yang berbeda. Begitu juga, apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu
kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat
mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
atas informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas
dilakukan dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan
baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai akibat interaksi antara
pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam mempertimbangkan materialitas, salah
saji yang jumlahnya relatif kecil yang ditemukan oleh auditor dapat berdampak
material terhadap laporan keuangan.
D. Bukti Audit Dan Audit Program
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam
laporan keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya ,
yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya standar
ketiga ,mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : Bukti audit kompeten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan
konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit .
E. Program Audit
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit,
auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap
audit.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang
akan dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan
bahwa prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk
mencapai tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit.
Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up
ketika mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam
program audit meliputi :
1)
Prosedur Analitis :Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara
data keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo
laporan keuangan.
2)
Prosedur awal : Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor
persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga
melaksanakan prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku
pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.
3)
Pengujian Estimasi Akuntansi: Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas
saldo.
4)
Pengujian pengendalian Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan
oleh strategi audit dari auditor.
5)
Pengujian transaksi: pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau
vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
6)
Pengujian Saldo :Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo
akun serta item-item yang membentuk saldo tersebut.
7)
Pengujian penyajian dan pengungkapan :Mengevaluasi penyajian secara wajar
semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP.
a)
Kemampuan organisasi untuk mencukupi aliran kas dalam pembelian,
b)
Efek daerah terpencil: kenaikan biaya, pemasok tunggal, dll.
Penentuan Risiko, akan sangat mempengaruhi Kecukupan dan Kompetensi Bukti
Audit (Standar Pelaksanaan Audit Nomor 3) Standar Pelaksanaan AuditLapangan No.
3 menyatakan:
bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi, sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan Ada tiga resiko audit, Resiko
Bawaan, Resiko Pengendalian, dan Resiko Deteksi ,ketiga Resiko tersebut dapat
dikorelasikan untuk menentukan besarnya potensi dari Resiko Audit dengan
persamaan :
Risiko Audit = Risiko Bawaan x Risiko Pengendalian x Risiko Deteksi
Risiko Bawaan atau Risiko Pengendalian tinggi, maka artinya Bukti Audit yang harus
dikumpulkan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Budiadnyani, Putu. 2013. Memahami Standar Pekerjaan Lapangan. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2014. http://putubudiadnyani.blogspot.com/2013/04/memahamistandar-pekerjaan-lapangan.html
Waone, Setiawan. 2013. Standar Pekerjaan Lapangan. Diakses pada tanggal 13 Maret
2014. http://kaukesbokan.blogspot.com/2013/05/standar-pekerjaan-lapangan.html