Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATRIKULASI EKONOMI MAKRO

(Dosen Pengasuh: Mukhlis, S.E., M.Si)

DISUSUN:
NAMA: ERNALDI TAQWINDA

MAHASISWA
PROGRAM BEASISWA STAR BPKP
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

TUGAS MATRIKULASI
MATA KULIAH EKONOMI MAKRO
Dosen Pengasuh: Mukhlish, S.E., M.Si.
1. Jelaskan Efek penurunan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi ?
Investasi merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan ekonomi karena
investasi dibutuhkan sebagai faktor penunjang didalam meningkatkan proses produksi.
Investasi merupakan langkah awal mengorbankan konsumsi untuk memperbesar konsumsi di
masa yang akan datang. Selain itu, mendorong terjadinya akumulasi modal. Keynes
memformulasikan hubungan antara investasi dengan output nasional. Model akselerator
investasi menegaskan bahwa laju investasi akan sebanding dengan perubahan output
perekonomian (Mankiw, 2000). Salah satu teori pertumbuhan ekonomi yang juga banyak
digunakan sebagai acuan dalam studi ekonomi pembangunan adalah teori Harrod-Domar.
Konsep pokok dalam teori ini adalah Capital Output Ratio (COR), dimana untuk
menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Sedangakan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) menunjukkan hubungan jumlah
kenaikan output (Y) disebabkan kenaikan tertentu pada stok modal (K). Semakin tinggi
peningkatan stok modal, semakin tinggi pula output yang dihasilkan. Ini dapat digambarkan
sebagai Y/K (Jhingan, 2000).
Uraian di atas, menunjukkan bahwa terdapat investasi berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian teori di atas, maka kita dapat melakukan analisis
lanjutan mengenai dampak penurunan investasi terhadap pertumbuhan. Dengan berpedoman
pada teori di atas, maka kita dapat menyatakan bahwa penurunan investasi dapat
menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Gambar 1 mengilustrasikan dampak penurunan investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pada tahap awal, di sebuah negara terdapat investasi sebesar Io dan Konsumsi
sebesar Co. Dengan demikian, maka Yo = Co + Io. Diasumsikan kemudian pemerintah
melaksanakan kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan fiskal ekspansif ini, menyebabkan
terjadinya defisit anggaran, dan mengakibatkan terjadinya penurunan investasi menjadi I1.
Penurunan investasi sebesar I1 ini menyebabkan Y menurun menjadi Y1 = Co + I1 .
C,I

Y=
C
Y0=C0+I0 ; Y sebelum
Penurunan Investasi
Y1=C0+I1 ; Y setelah
Penurunan Investasi
C
0

Penurunan investasi

I0
I1
Y

Gambar 1. Dampak Penurunan Investasi (I) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)

2. Apakah Dampak Pengurangan Subsidi BBM terhadap Actual Inflation ?


A. Dasar Teori
Subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen, distributor dan
konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu. Secara umum pengertian subsidi
merupakan sutau pemberian uang dari pemerintah yang dimaksudkan untuk membantu dan
mempergiat perkembangan usaha yang dianggap penting sekali bagi kepentingan umum dan
yang tidak sanggup berjalan tanpa bantuan pemerintah. Subsidi dapat berbentuk kebijakan
proteksionisme atau hambatan perdagangan (trade barrier) dengan cara menjadikan barang
dan jasa domestik bersifat kompetitif terhadap barang dan jasa impor.
B. Subsidi BBM
Bahan Bakar Minyak merupakan komoditas yang sangat vital di Indonesia. BBM ini
punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir
semua aktivitas ekonomi di Indonesia. Sejarah pemberian subsidi BBM sudah sangat
panjang. Di masa lalu, struktur ekonomi Indonesia berbeda. Kala itu, negara mampu
menanggung subsidi BBM karena Indonesia adalah eksportir minyak. Sehingga, setiap
kenaikan harga minyak selalu menjadi tambahan pendapatan bersih bagi negara. Selain itu,
dulu konsumsi BBM kita masih sangat rendah dan kendaraan umum adalah konsumen
terbesar BBM.
Namun, saat ini kondisinya sudah berbeda. Indonesia sudah menjadi negara importir
minyak dan juga sudah keluar dari OPEC, organisasi negara-negara pengekspor minyak sejak
2008. Selain itu, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan, kendaraan pribadi jumlahnya terus bertambah. Akibatnya
subsidi BBM salah sasaran karena lebih menguntungkan kelompok masyarakat tertentu yang
sudah mampu. Inilah yang harus kita koreksi dengan cara mengurangi subsidi secara
bertahap.
Menurut pemerintah, kebijakan ini harus diambil mengingat APBN sudah tidak
mampu menanggung lebih banyak subsidi untuk BBM. Pengurangan subsidi diikuti kenaikan
harga BBM ini punya efek domino di dalam perekonomian Indonesia. Hampir semua sektor
kehidupan dan lapisan masyarakat pasti akan merasakan dampaknya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pemberian subsidi BBM menunjukkan perhatian pemerintah kepada
rakyatnya untuk mengurangi beban perekonomian sebagai akibat dari mahalnya suatu
komoditas pokok di pasaran. Namun, melihat fakta yang ada bahwa subsidi BBM banyak
dinikmati oleh masyarakat yang mampu secara ekonomi, tentu pemberian subsidi BBM patut
dipertanyakan lagi, masihkah subsidi dibutuhkan oleh masyarakat yang sebetulnya sudah
mampu. Di sisi lain, masyarakat yang lebih luas membutuhkan perhatian pemerintah dalam
bentuk lapangan kerja, pendidikan, infrastruktur dan lain- lain. Dengan pengurangan subsidi
BBM, diharapkan pemerintah memberi perhatian lebih kepada masyarakat yang lebih luas
dangan menciptakan program- program dengan anggaran dari penghematan subsidi, yang
bisa menjawab kebutuhan- kebutuhan masyarakat yang lebih dari sekedar subsidi BBM.
C. Dampak Subsidi terhadap Inflasi Aktual
Satu hal yang paling dikhawatirkan dari penghapusan subsidi adalah inflasi. Gambar 2
menyajikan dampak penghapusan subsidi terhadap inflasi. Gambar 2 menunjukkan sebelum
pengurangan subsidi, harga yang diterima oleh produsen sebesar (1-s)P, dengan jumlah yang
diminta dan ditawarkan di pasar sebesar QBBM. Pengurangan subsidi BBM menyebabkan

harga BBM meningkat menjadi P (Inflasi). Kenaikan harga ini juga menyebabkan pergeseran
kurva penawaran ke kiri dari SBBM ke SBBM. Dengan kata lain, telah terjadi pengurangan
jumlah produksi BBM oleh produsen. Selain itu, peningkatan harga (inflasi) juga
menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah konsumsi BBM dari QBBM ke QBBM.
Harg
a
SBBM; Setelah Pengurangan
Subsidi Dikurangi
SBBM; Sebelum Pengurangan
Subsidi
P

(1-s)P

DBBM

QBBM

QBBM

Jumla
hh

Gambar 2. Dampak pengurangan Subsidi BBM terhadap Inflasi (Kenaikan harga BBM)
Inflasi ini tidak hanya terjadi pada BBM, tetapi memiliki efek domino terhadap
komoditi lainnya di Indonesia. Harga BBM yang naik akan menjadi pemacu dari kenaikan
harga komoditas lain, mengingat peran vital BBM mulai dari proses produksi hingga
pengangkutan. Dampak dari kenaikan harga BBM tidak hanya dirasakan oleh pemilik
kendaraan bermotor saja. Masyarakat yang tidak memiliki kendaraan bermotor juga turut
terkena dampak dengan adanya kenaikan BBM ini.
Naiknya harga BBM, akan mengakibatkan biaya operasional bagi moda transportasi
dan kendaraan-kendaraan yang memakai BBM bersubsidi. Dengan demikian harus ada
penyesuaian tarif untuk menghindari kerugian. Penyesuaian tarif ini berupa naiknya tarif
angkutan umum atau juga naiknya biaya pengangkutan barang hasil produksi dan komoditas
yang diperdagangkan. Dengan naiknya tarif, akan membuat harga dari komoditas itu naik,
karena biaya untuk pengangkutan juga naik. Masyarakatlah yang sebenarnya menanggung
penyesuaian tarif itu. Masyarakat harus membayar lebih untuk mendapatkan barang hasil
produksi atau komoditas yang diperdagangkan. Masyarakat juga harus membayar lebih untuk
moda transportasi umum yang mereka pakai.
Naiknya berbagai komoditas dan kebutuhan pokok tentu membuat pengeluaran
masyarakat juga naik. Sebenarnya, tidak menjadi masalah apabila pengeluaran yang lebih
dari biasanya itu bisa diimbangi dengan pemasukan yang lebih besar. Tetapi, untuk mencapai
pemasukan yang kebih besar tentu butuh waktu yang tidak singkat, sementara, pembelian
kebutuhan pokok itu tidak bisa ditunda.
Mau tidak mau mereka menuntut kenaikan upah (jika bekerja di suatu instansi atau
perusahaan) atau menghemat pengeluaran. Dengan melakukan penghematan pengeluaran,
masyarakat menjadi selektif dalam penggunaan pengeluarannya. Pengeluaran yang kurang

penting dipangkas atau tidak dilakukan sama sekali. Penghematan pengeluaran membuat
daya beli masyarakat menjadi turun.
Perusahaan juga akan kena imbas dari kenaikan harga BBM yang berakibat turunnya
daya beli masyarakat. Produsen komoditas yang tidak menjadi prioritas masyarakat akan
mengalami penurunan penjualan, padahal di sisi lain biaya operasional perusahaan meningkat
akibat naiknya BBM bersubsidi. Penurunan penjualan dan naiknya biaya operasional
membuat perusahaan berpotensi mengalami kerugian. Kerugian yang dialami bisa berimbas
kepada karyawan yang dipekerjakan. Untuk mengurangi kerugian, produsen bisa saja
mengurangi jumlah karyawan, atau bahkan menutup usahanya. Padahal, karyawan itu di sisi
lain juga mengalami kesulitan akibat meningkatnya kebutuhan hidup sehari- hari.
Yang paling rawan terkena dampaknya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
UKM inilah yang punya struktur modal paling kecil juga susah untuk mengakses pinjaman
dari dunia perbankan. Sehingga, jika tejadi penurunan daya beli masyarakat, UKM menjadi
titik yang paling rawan mengalami kesulitan keuangan. Padahal, UKM menjadi salah satu
sokoguru perekonomian Indonesia, dimana lebih dari 90% pelaku industri di Indonesia
tergolong sebagai UKM.
Tabel 1. Dampak Kebijakan Penaikan Harga BBM 2012
Jenis BBM

Premium
dan Solar

Kenaikan
harga
(Rp/liter)
1.000
1.500
2.000

Nilai
penghematan
(Rp Triliun)
38,70
57,45
76,60

Dampak
Inflasi* (%)
1,07
1,58
2,14

Sumber: Reforminer Institute (2011)


Kenaikan BBM bisa memicu meningkatnya inflasi. Inflasi sendiri merupakan
indikator perekonomian suatu negara. Inflasi memang wajar, tetapi dalam besaran yang
terkendali. Kenaikan harga hampir semua komoditas membuat angka inflasi menjadi naik.
Dalam tabel di atas yang merupakan hasil simulasi oleh Reforminer Institute yang
mengungkapkan dampak dari besaran kenaikan BBM terhadap angka inflasi. Semakin tinggi
besaran kenaikan harga BBM, akan semakin banyak keuangan negara yang bisa di hemat,
akan tetapi dampak inflasi yang ditimbulkan akan semakin tinggi. Jika pemerintah menaikkan
harga BBM sebesar Rp 2000,00 atau kenaikan maksimal sesuai yang dicanangkan
pemerintah, keuangan pemerintah yang bisa dihemat sebesar 76,60 Trilyun. Besaran inflasi
diprediksi akan mencapai 2,14% sebagai dampak kenaikan BBM bersubsidi sebesar Rp
2.000,00 per liter.
Padahal, target inlasi tahunan pemerintah adalahsebesar 5,3 % untuk tahun 2012.
Dalam data yang dirilis BPS, untuk tahun 2012 inflasi sampai bulan Maret 32012 sudah
mencapai 0.88%. belum lagi perkiraan inflasi akibat kenaikan BBM yang diprediksi
mencapai 2,14%. Rencana pemerintah yang akan menaikkan tarif dasar listrik di tahun 2012
juga akan berdampak terhadap angka inflasi yang tentu akan naik. Patut dilihat pula, tren
inflasi di Indonesia yang meningkat di bulan- bulan tertentu di saat ada hari raya keagamaan
atau juga di akhir tahun yang bertepatan dengan periode tutup buku instansi pemerintahan
atau perusahaan yang tentu akan berdampak bagi inflasi secara keseluruhan. Dengan
demikian, target inflasi tahunan pemerintah yang sebesar 5,3 % akan sulit tercapai. Bahkan
dari data di bawah ini jika dilihat di tahun 2005 ketika pemerintah menaikkan harga BBM
subsidi, inflasi tahunannya mencapai 17,11%. Bukan tidak mungkin hal yang sama akan
terjadi di tahun 2012.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2012.
www.reforminer.com/media-coverage/tahun-2012/1196-antisipasidampak-penaikan-harga-bbm. diakses tanggal 13 Januari 2014.
Jinghan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Cetakan ke Delapan. Alih
Bahasa: D. Guritno. Grafindo Persada. Jakarta.
Mankiw. 2007. Teori Ekonomi Makro. Edisi Ke Enam. Alih bahasa: Imam Nurmawam.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rudi Handoko dan Pandu Patriadi. 2005. Evaluasi Kebijakan Subsidi NonBBM . Kajian
Ekonomi dan Keuangan, Volume 9, Nomor 4, Desember 2005.

Anda mungkin juga menyukai