Anda di halaman 1dari 17

C.

Metode Umum untuk Penentuan Tanggapan Deformasi


1. Diagram Defleksi dan Kurva Elastis
Akibat adanya gangguan terhadap struktur, baik karena pembebanan, perubahan
suhu, kesalahan fabrikasi, atau penurunan tumpuan; maka struktur dapat
mengalami defleksi (yang merupakan bentuk tanggapan deformasi). Defleksi
harus dibatasi agar struktur tidak mengalami retak ataupun getaran yang berlebih.
Yang lebih penting, defleksi pada titik-titik tertentu harus dihitung pada
penganalisaan struktur statis tak tentu.
Analisa defleksi yang dibahas disini hanya untuk bahan yang masih bersifat
elastis linier, sehingga jika beban dihilangkan maka struktur akan kembali ke
posisi awal.
Sebelum kemiringan atau pergeseran suatu titik pada balok dihitung, perlu
dibuat sketsa atau diagram bentuk struktur yang terbebani agar dapat
menggambarkan hasil perhitungan dan memeriksa hasil tersebut. Diagram
defleksi ini menjelaskan bentuk kurva elastis titik-titik yang menggambarkan
posisi pusat berat penampang suatu batang. Untuk menggambar kurva elastis
haruslah diketahui batasan-batasan defleksi dan kemiringan yang terjadi pada
masing-masing jenis perletakan, sebagaimana ditunjukkan Gambar 5.4 berikut.
1
1

o
= 0= 0
= ada
=0
=0
= ada
2

(b) perletakan sendi


perletakanjepit
rol
(c )(a)
perletakan

(d) sambungan terhubung jepit


Gambar
5.4 Ketentuan
Kurva Elastis untuk Berbagai Jenis Perletakan
(e)
sambungan
terhubung Kemiringan
sendi
1

Sehingga bila suatu balok atau kerangka kaku yang dibebani, berdasar batasanbatasan di atas, akan menunjukkan bentuk terdefleksinya sebagai berikut.

Gambar 5.5 Balok dan Kerangka Kaku yang Terdefleksi

Jika kurva elastis sulit dibuat, dapat dibantu dengan menggambar diagram momen
untuk balok atau kerangka kaku tersebut, dengan menggunakan konvensi tanda
momen yang sudah diketahui.

-M

M+

M+

P2-M

Titik infleksi

P1
(c) KurvaMomen
elastis
(b)Diagram

P1Momen
(d) Perjanjian Tanda
(a) Pembebanan Balok
Gambar 5.6 Membuat Kurva Elastis dengan Bantuan Diagram Momen

2. Teori Balok Elastis


Pada bab ini akan dibahas dua persamaan diferensial yang penting yang
menghubungkan momen internalpada suatu balok dengan defleksi dan kemiringan
kurva elastisnya. Perhatikan gambar berikut.
Misalkan balok AB adalah balok yang mengalami momen lentur. Balok
terdefleksi dari posisi ACB menjadi ADB yang merupakan bentuk lengkungan
lingkaran. Jika L adalah panjang balok AB, M adalah momen lentur, R: jari-jari
kelengkungan, I: momen inersia penampang balok, E: modulus elastisitas material
balok, y: defleksi balok dan adalah kemiringan kurva.
Dari bentuk geometri lingkaran, didapatkan
E

R
C
B

A
D

Gambar 5.7 Kurva Kelengkungan Balok yang Melentur

AC CB = EC CD
Sehingga

L L
2R y y
2 2

atau

L2
2 Ry y 2
4
. Jika dianggap nilai y2 dapat diabaikan, maka
L2
2 Ry
4

atau

L2
8R

Sebagaimana diketahui, pada suatu balok yang dibebani berlaku hubungan:

M E

I
R

atau

EI
M .

Masukkan nilai ini ke dalam persamaan

y
defleksi

L2
8R , sehingga didapatkan nilai

L2
ML2

EI
8 EI
8
M
.

Dari bentuk geometri lingkaran, didapatkan bahwa kemiringan balok di titik A


atau B adalah sudut AOC. Sehingga
sin

AC
L

OA 2 R

Jika sudut sangat kecil maka sin akan bernilai sama dengan . Sehingga

radian. Karena

EI
M , maka nilai kemiringan kurva adalah:

2R

L
M

EI 2 EI
2
M

L
2R

radian.

Selain dua persamaan di atas, terdapat satu hal yang penting dalam penentuan
kelengkungan kurva balok terdefleksi. Yaitu hubungan antara kemiringan, defleksi
dan jari-jari kelengkungan.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai hal tersebut, perhatikan gambar
berikut.

ds

dy

dx
+d
O

Gambar 5.8 Kurva Kelengkungan Suatau Bagian Balok yang Melentur


X

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa: sudut PCQ = d dan ds = R d


(panjang busur lingkaran = jari-jari sudut juring lingkaran).
R

atau

ds
dx

d d

1 d

R dx .
tan

= , maka didapatkan:

terhadap x maka:

Jika x dan y adalah koordinat titik P maka

dy
dx .

(dengan menganggap ds =dx)

Bila adalah sudut yang sangat kecil, maka nilai tan

dy
dx . Dengan melakukan penurunan persamaan tersebut

1 d
d d 2 y
2

dx d x . Dan karena R dx maka

1 d d 2 y

R dx d 2 x
M E
1

M EI
R atau
R . Dengan
Sebelumnya telah diketahui hubungan I
1 d2y
2
memasukkan nilai R d x maka

M EI

d2y
d 2x

Terdapat banyak metode untuk menentukan kemiringan dan defleksi di


sebarang titik pada suatu balok yang dibebani. Di sini akan dibahas empat metode
yang terkelompokkan menjadi dua golongan, yaitu metode energi kerja (work
energy method) dan metode geometri (geometric method). Metode energi kerja
meliputi metode beban satuan (unit load method) dan metode turunan parsial
(teorema Castigliano). Sedangkan metode geometri mencakup metode bidang
momen (momen area method) dan metode balok padanan/balok knjugasi
(conjugate beam).
3. Metode Beban Satuan
a) Penurunan Rumus Dasar

Metode balok padanan sering juga disebut dengan metode kerja virtual (semu).
Dikembangkan oleh John Bernoulli pada tahun 1717, metode ini diturunkan
berdasarkan Hukum Kekekakalan Energi yang menyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh semua gaya luar yang bekerja pada struktur, Ue, diubah menjadi
energi dalam (energi tegangan), Ui, yang dihasilkan bila struktur berubah bentuk
(deformasi). Jika batas elastis tidak terlampaui maka energi tegangan elastis akan
mengembalikan struktur ke keadaan semula bila beban dilepaskan. Sehingga
Hukum Kekekalan Energi dapat dapat dinyatakan secara matematika sebagai:
Ue = Ui
Jika sebuah gaya P mengalami pergeseran dx pada arah yang sama dengan gaya
tersebut, usaha yang dilakukan adalah dUe = F dx. Jika pergeseran totalnya adalah
x

x maka usaha menjadi:

U e Fdx
0

Sekarang perhatikan efek yang diakibatkan oleh sebuag gaya aksial yang
diberikan di ujung batang seperti ditunjukkan pada Gambar 5.9-a berikut. Karena
besar F meningkat secara berangsur-angsur dari nol ke suatu nilai pembatas F = P,
defleksi akhir batang menjadi . Jika material memiliki respon elastis linier,
x

kemudian F = (P/) x. Masukkan ke dalam persamaan

U e Fdx
0

, dan

mengintegrasikan dari 0 ke , kita dapatkan


Ue = F
yang merupakan luas segitiga yang diarsir.
Sekarang anggap bahwa gaya P telah diberikan ke batang dan gaya lainnya F kini
diberikan (Gambar 5.9-b), maka batang terdefleksi lagi sebesar . Usaha yang
dilakukan P bila batang mengalami defleksi lanjutan adalah menjadi:
Ue = P
Disini usaha menyatakan luas persegi panjang yang diarsir pada Gambar 5.9-b.
Kesimpulannya adalah jika sebuah gaya P diberikan ke batang, diikuti dengan
penambahan gaya F, usaha luar total yang dilakukan oleh kedua gaya
digambarkan dengan luas segitiga ACE pada Gambar 5.9-b. Luas segi tiga ABG
menyatakan menyatakan usaha P yang mengakibatkan pergeseran , luas segi tiga

BCD menyatakan usaha F karena gaya ini mengakibatkan suatu pergeseran , dan
terakhir luas persegi panjang yang diarsir BDEG menyatakan usaha tambahan
yang dilakukan P bila adalah pergeseran yang dilakukan oleh F.

F+P
P

(b)

(a)
Gambar 5.9 Grafik Hubungan Gaya dan Pergeseran

Kaidah dasar mengenai kesesuaian usaha luar dan energi dalam seperti
diuraikan di atas menjadi dasar untuk memahami penurunan rumus dasar Metode
Beban Satuan berikut.
Dimisalkan ingin diketahui besarnya lendutan vertikal di titik C ( C) pada
balok sederhana AB berikut. Balok memikul beban W 1,W2 dan W3 (Gambar 5.10b). Beban-beban luar tersebut akan menimbulkan gaya-gaya dalam di dalam
balok. Diantara gaya-gaya dalam tersebut adalah gaya tekan (F) di sebarang serat
(misal serat OP) yang luas penampang tegaknya adalah dA. Akibat gaya tekan
sebesar F, serat OP berkurang panjangnya sebesar dL. Beban-beban luar yang
bekerja pada batang AB juga akan meyebabkan terjadinya lendutan di sepanjang
balok, seperti

akibat W1,

akibat W2 dan

akibat W3. Usaha luar total yang

dikerjakan pada balok jika beban bekerja secara berangsur adalah:


W11 + W22 + W33.
Energi dalam total yang tersimpan dalam balok adalah

F dL
Sesuai Hukum Kekekalan Energi, usaha luar total yang dikerjakan pada balok
sama dengan energi dalam total yang tersimpan dalam balok, maka:

dL

O
O

P
P
F
F

F
F
1
1
1

1+1 1

dx
dx

CC + C

W32

2 2 + 2

Garis netral
Garis netral

3 Garis netral

33+ 3
3

B
W1

1 kN
W1

(a)
1 kN (b)

W3
W2

Gambar 5.10 Penurunan Rumus Dasar Metode Beban Satuan


( c)

W11 + W22 + W33 = F dL

Jika pada balok AB yang sama mula-mula suatu beban 1 kN dikerjakan secara
berangsur-angsur di titik C (Gambar 5.10-a), akan mengakibatkan lendutan C di
titik C, 1 di titik 1, 2 di titik 2 dan 3 di titik 3. Jika beban W1, W2 dan W3
ditambahkan secara berangsur pada balok yang sedang memikul beban satuan di
C tersebut (Gambar 5.10-b), lendutannya akan menjadi C + C di C, 1 + 1 di
titik 1, 2 + 2 di titik 2, dan 3 + 3 di titik 3 (Gambar 5.10-c). Ketika mula-mula
beban satuan di C dikerjakan, hubungan antara usaha luar dan energi dalam
adalah:
(1) (C) = u dL
dengan u adalah tegangan tekan di sebarang serat OP seluas dA akibat beban
satuan dan dl adalah pemendekan total serat tersebut.
Bila beban W1, W2, W3 ditambahkan secara berangsur, usaha luar tambahan yang
dikerjakannya pada balok adalah:
W11 + W22 + W33 + (1) (C)
karena beban konstan 1 kN telah bekerja pada balok sebelum C terjadi.
Sedangkan beban W1, W2, W3 bekerja secara berangsur pada balok seiring dengan
pertambahan lendutan 1, 2, 3. Energi dalam tambahan yang tersimpan dalam
balok adalah:
F dL + u dL
Maka usaha luar total yang dikerjakan pada balok menjadi
(1) (C) + W11 + W22 + W33 + (1) (C)
Sedangkan energi dalam totalnya adalah
u dL + F dL + u dL
Dengan menggunakan kembali Hukum Kekekalan Energi, maka
(1) (C)+ W11 + W22 + W33 + (1.C)= u dL + F dL + u dL
Setelah diselesaikan, didapat persamaan:
(1) (C) = u dL
Inilah rumus dasar Metode Beban Satuan yang dapat diterapkan untuk mencari
kemiringan atau lendutan di sembarang titik pada balok, kerangka kaku atau
rangka batang. Baik perubahan panjang (dL) terjadi karena bekerjanya beban,
perubahan suhu atau kesalahan pembuatan.
b) Penerapan pada Lendutan Balok
Misalnya akan dihitung besarnya lendutan di sebuah titik, misalnya titik C pada
balok Gambar 5.10. Beban satuan sebesar 1 kN dikerjakan di titik C pada balok

AB yang tidak dibebani (Gambar 5.10-a). Jika M adalah momen lentur pada serat
OP dalam Gambar 5.10-b, m adalah momen lentur pada serat OP pada Gambar
5.10-a dan panjang semula serat OP adalah dx. Maka u dalam Gambar 5.10-a

adalaha:

m. y
M .y
dA
dL
dx
I
EI
dan dL pada Gambar 5.10-b adalah
.

Sehingga

(1) (C) = u dL

m. y m. y
dA
dx
I
EI

L A

Mmy 2 dA.dx
Mmdx 2
Mmdx
0 0 EI 2 0 EI 2 0 y dA 0 EI

Jika m dipandang sebagai perbandingan antara momen lentur akibat sembarang


beban di C dengan beban itu sendiri, maka m hanya memiliki satuan dimensional
panjang dan persaman di atas dapat ditulis menjadi:
C

M .m
dx
EI

Persamaan tersebut merupakan rumuss kerja yang diterapkan untuk memperoleh


lendutan balok statis tertentu di sembarang titik akibat pembebanan yang
bersangkutan.
Guna mempermudah memahami penerapan Metode Beban Satuan dalam
menentukan besarnya defleksi di sembarang titik, berikut ini diuraikan langkahlangkah perhitungan yang harus dilakukan.
Tentukan reaksi perletakan akibat beban luar
Terapkan beban 1 satuan pada titik dimana defleksi ( ) ditanyakan
Hitung reaksi perletakan akibat penerapan beban 1 satuan tersebut
Bagilah bentangan menurut ketidakmenerusannya (akibat adanya beban
atau perubahan kekakuan = EI). Tentukan titik pangkal x, dengan
ketentuan titik pangkal x dimulai dari titik dengan nilai momen sama
dengan nol.
Hitung M, yaitu momen akibat beban luar; dan m , yakni momen akibat
penerapan beban satu satuan.
Buat tabel hasil perhitungan
Lakukan proses pengintegralan

M .m
dx
EI

10

Jika dari hasil perhitungan didapatkan nilai defleksi () adalah positif,

berarti lendutan yang terjadi ke arah bawah (searah dengan arah


penerapan beban satuan). Dan sebaliknya, jika nilai bertanda negatif,
defleksi yang terjadi ke arah atas.

Contoh Soal 5-2


Dengan Metode Beban Satuan, tentukan defleksi di titik C pada balok sederhana
berikut.

q per jarak satuan


C

L
Gambar 5.11 Contoh Soal Penentuan Defleksi Balok Sederhana dengan Metode Beban Satuan
L

EI konstan
Penyelesaian
1. Tentukan reaksi perletakan akibat beban luar
MB = 0
RA. L q. L = 0

RA = q L

MB = 0
RB. L q. L = 0

RB = q L

2. Terapkan beban 1 satuan di titik C


3. Hitung reaksi perletakan akibat penerapan beban 1 satuan tersebut
MB = 0
RA.L (1)( L) = 0

RA = kN = RB

4. Bentang AB dibagi menjadi dua bagian, yaitu AC dan BC. Titik pangkal x
dimulai dari A dan B
5. Menghitung ekspresi M: pada bentang AC = bentang BC = qL.x qx2
Menghitung ekspresi m: pada bentang AC = bentang BC = x

11

6. Tabel perhitungan
Bentang
AC
BC

Titik Pangkal
A
B

Batas (m)
L
L

M (kNm)
qL.x qx2
qL.x qx2

m (m)
x
x

q per jarak
1 kN satuan

A
A

B
B

qL
qL
L

L
L

kN

kN

kN
qL

qL
Reaksi
Perletakan akibat
Beban
Luar
(b)(a)
Reaksi
Beban
1xSatuan
(c)Perletakan
Penentuanakibat
Titik Pangkal

Gambar 5.12 Langkah Penyelesaian Metode Beban Satuan untuk Penentuan Defleksi

7. Proses perhitungan

12

M .m
dx
EI

1 2
1
qLx qx
1/ 2L 2
2

C
0
EI

1
x
2

1/ 2L

dx

1 2
1
qLx qx
2
2

EI

2 qLx 3 qx 4

EI 4.3
4.4

5qL4
384 EI

1/ 2L

1
x
2

dx

2qL 1
1

EI 96 256

ke bawah

c) Penerapan pada Kemiringan Balok


Kemiringan di sembarang titik pada balok didefinisikan sebagai fungsi garis
singgung atau sudut (dalam radian) antara sumbu balok semula dengan garis
singgung di titik yang bersangkutan pada kurva elastis. Sudut ini dapat dianggap
sebagai putaran garis singgung (rotation of tangent) kurva elastis. Atau putaran
penampang tegak balok, asalkan garis singgung tersebut salalu tegak lurus pada
penampang tegak yang bersangkutan. Tetapi kaidah ini tidak tepat bila lendutan
akibat gaya geser ikut diperhitungkan.
Untuk menentukan kemiringan

Metode Beban Satuan, persamaan

di sembarang titik C pada balok dengan

M .m
dx
EI
diselaraskan menjadi:

M .m
dx
EI

dengan m adalah momen lentur akibat momen satuan di C. Jika hasil yang
diperoleh dari persamaan di atas bernilai positif, putaran garis singgung yang
bersangkutan searah dengan putaran momen satuan di C tersebut.
Untuk mempermudah memahami penerapan Metode Beban Satuan dalam
menentukan besarnya kemiringan di sembarang titik, berikut ini diuraikan
langkah-langkah perhitungan yang harus dilakukan.
Tentukan reaksi perletakan akibat beban luar
Terapkan momen 1 satuan di titik dimana kemiringan () ditanyakan
Hitung reaksi perletakan akibat penerapan momen 1 satuan tersebut

13

Bagilah bentangan menurut ketidakmenerusannya (akibat adanya beban atau


perubahan kekakuan = EI). Tentukan titik pangkal x, dengan ketentuan
titik pangkal x dimulai dari titik dengan nilai momen sama dengan nol.
Hitung M, yaitu momen akibat beban luar; dan m , yakni momen akibat
penerapan momen satu satuan.
Buat tabel hasil perhitungan
Lakukan proses pengintegralan

M .m
dx
EI

Jika dari hasil perhitungan didapatkan hasil bernilai positif, maka putaran
garis singgung searah dengan putaran momen satu satuan. Jika hasil
perhitungan bernilai negatif maka putaran garis singgung berlawanan
dengan arah momen satu satuan.
Contoh Soal 5-3
Dengan Metode Beban Satuan, tentukan kemiringan

(= B) balok sederhana

berikut.

q per satuan panjang

EI konstan

Gambar 5.13 Contoh Soal Penentuan Kemiringan Balok Sederhana dengan Metode Be

Penyelesaian
1. Tentukan reaksi perletakan akibat beban luar
MB = 0
RA. L q. L = 0

RA = q L

MB = 0
RB. L q. L = 0

RB = q L

2. Terapkan momen 1 satuan di titik A (karena rotasi yang ditanyakan adalah


yang terjadi di titik A)
3. Hitung reaksi perletakan akibat penerapan momen 1 satuan tersebut.
MB = 0

14

RA.L + 1 = 0

RA =

1
L

dan

1
RB = L
4. Karena pembebanan menerus sepanjang bentang dan tidak terdapat perbedaan
kekakuan (EI konstan) maka bentang tidak perlu dibagi menjadi beberapa
bagian. Untuk mempermudah mengekspresikan m, akan lebih singkat jika x
diukur dari titik B ke kiri.
5. Menghitung ekspresi M = qL.x qx2
1
Menghitung ekspresi m = L x
6. Tidak diperlukan tabel, karena hanya ada satu persamaan untuk seluruh
bentang.
7. Proses perhitungan

M .m
dx
EI

1 2 1
1
qLx qx x
3
4
L 2
2
L dx q 1x 1x
A

0
EI
EI 2.3 2 L 4

qL3
24 EI

qL3 1 1
qL3

EI 6 8
24 EI searah putaran jarum jam

berlawanan arah putaran jarum jam

15

q per jarak satuan

1 kNm
A

B
A

B
L
kN

kN

(b) Reaksi Perletakan akibat Momen 1 Satuan


L

L
qL

qL
qL
kNReaksi Perletakan akibat Beban Luar
(a)

qL
kN

(c) Penentuan Titik Pangkal x


Gambar 5.14 Langkah Penyelesaian Metode Beban Satuan untuk Penentuan Kemiringan
16

17

Anda mungkin juga menyukai