Pusat
Ikatan Apoteker
Indonesia
Terbit 2 kali setahun pada bulan Januari
dan Juli
ISSN: 1412-1107
Copyright 2013 Ikatan Apoteker Indonesia
Gambar cover oleh: Arry Yanuar
Printing : PT ISFI Penerbitan
Gambar cover:
Adalah struktur Xanthin Oksidase yang diambil dari protein databank dengan kode
3EUB
dengan judul Crystal Structure of Desulfo-Xanthin Oxidase with Xanthin
Gambar struktur 3EUB diolah menggunakan Visual Molecular Dynamics
(VMD), kemudian rendering dilakukan dengan POV-RAY.
Harga Berlangganan:
Rp. 100.000,- per tahun (2 Nomor)
Dipersembahkan Untuk
Kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kefarmasian
di
Indonesia
iv
Tim
Redaksi
Pemimpin
Umum/
Penanggung
Jawab
Drs. M. Dani Pratomo, MM,
Apt
Wakil Pemimpin
Umum
Drs. Wahyudi U. Hidayat,
MSc, Apt
Ketua Dewan
Editor
Prof. Dr. Ernawati Sinaga,
MS, Apt
Editor
Pelaksana
Dr. Christina Avanti MSi,
Apt
Anggota Dewan
Editor
Prof. Dr. Shirly Kumala,
MBiomed, Apt
Prof. Dr. Eddy Meiyanto,
Apt
Prof. Dr. Daryono Hadi Tjahono, MSc,
Apt Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra,
MS, PhD, Apt Dr. Umi Athijah, MS, Apt
Dr. Arry Yanuar, MSc,
Apt
Raymond R. Tjandrawinata, PhD,
MS, MBA
Manajer
Administrasi
Dra. Chusun Hamli, MKes,
Apt
Manajer
Sirkulasi
Drs. Azwar Daris, MKes,
Apt
Tim
Redaksi
Apt
Dani Rachadian,
SSos
Siti Kusnul Khotimah,
SSos
Desain &
layout
Ramli
Badrudin
Alamat
Redaksi/Penerbit
Jl. Wijayakusuma
No.17
Tomang - Jakarta Barat
Telepon/Fax 021- 5671800
jfi@ikatanapotekerindonesia
.net
jurnalfarmasiindonesia@gma
il.com online submission
website: jfi.iregway.com
Daftar Isi
129 137
138 -141
142 150
159 165
151 158
166 -171
172-176
177 183
Artikel
Penelitian
ABSTRACT:
The
fruits
of
andaliman
(Zanthoxylum
acanthopodium DC.) are well known in North Sumatera and
commonly used as seasoning for Batak traditional cuisine. Aims
of this study were to determine the scavenging activity of free
radi- cals and xanthine oxidase inhibitory activity from the
andaliman fruit extracts after macerated gradually in
petroleum ether, dichloromethane, ethyl acetate, n-butanol,
and methanol. Activity assays were evaluated in vitro by using
DPPH and enzyme xanthine oxidase. The results showed that nbutanol extract has me- dium antioxidant activity with IC50
values of 53.51 g/mL and methanol extract has strong
antioxidant activity with IC50 values of 26.39 mg/mL. Xanthine
oxidase inhibitory activity of the extract given by n-butanol and
methanol are very strong with IC50 values of 3.69 g/ mL and
4.03 g/ mL.
Keywords : antioxidant, free radical, xanthine oxidase,
Zanthoxylum acan- thopodium DC.
ABSTRAK: Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
adalah tanaman liar yang tumbuh di daerah Sumatera Utara,
umumnya digunakan sebagai rempah-rempah untuk bumbu
masakan tradisional masyarakat Batak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas peredaman radikal
bebas dan penghambatan xantin oksidase dari ekstrak buah
andaliman setelah dimaserasi secara bertingkat dengan
petroleum eter, diklorometa- na, etil asetat, n-butanol, dan
metanol. Pengujian aktivitas dilakukan secara in vitro
menggunakan DPPH dan enzim xantin oksidase. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-butanol memiliki
aktivitas antioksidan yang
menengah dengan
sebesar 53,51 g/mL dan ekstrak
50
nilai IC
metanol memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan50 sebesar 26,39
nilai IC
g/
mL. Aktivitas penghambatan xantin oksidase yang diberikan
oleh ekstrak
1
Fakultas Farmasi,
Universitas
Indonesia, Depok.
2
Korespondensi:
Ruth Elenora Kristanty
Email : ruth.elenora@yahoo.com
PENDAHULUAN
Radikal
bebas
dihasilkan
secara
normal di dalam tubuh oleh metabolisme
sel, peradangan, atau ketika tubuh
terpapar polusi lingkungan (1). Jika
terjadi paparan radikal yang melebihi
daya proteksi endogen maka tubuh
membutuhkan
antioksidan
eksogen
untuk mengatasi masalah- masalah
seperti penyakit degeneratif (2). Kerja
antioksidan dapat dibagi melalui dua
mekanisme
utama
yaitu
dengan
meredam radikal bebas dan meniadakan
sumber inisiasi oksidatif seperti dengan
menghambat enzim (3). Penghambatan
pembentukan radikal bebas melalui
mekanisme
penghambatan
xantin
oksidase dapat menurun- kan jumlah
radikal bebas dan melindungi tubuh dari
kerusakan jaringan (4).
Berbagai macam antioksidan sintetik
seperti butylated hydroxytoluene (BHT)
telah dilapor- kan memiliki beberapa efek
samping seperti kerusakan hati dan
mutagenesis (5). Alopurinol sebagai obat
sintetik yang telah lama digunakan untuk
mengobati penyakit gout (6) dengan mekanisme
kerja
menghambat
xantin
oksidase
(7), juga
dilaporkan
memberikan banyak efek sam- ping
seperti reaksi alergi pada kulit dan
diare (8). Dengan demikian, diperlukan
obat alternatif yang memiliki aktivitas
pengobatan lebih baik dan aman, yaitu
dari bahan alam atau tumbuhan.
Dalam masyarakat Batak, dikenal
rempah yang
tergolong
tanaman
liar yakni andali- man (Zanthoxylum
acanthopodium DC.) yang merupakan
tanaman khas daerah Sumatera Utara
(9,10) tetapi belum dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Tanaman-tanaman
dari genus Zanthoxylum (bagian kulit
kayu dan daun) biasanya digunakan
secara luas untuk mengobati inflamasi dan
rematik (8). Buah andaliman telah
dilaporkan memiliki aktivitas anti inflamasi
METODE
PENELITIAN
Bahan
Uji
Buah segar andaliman diperoleh dari
Kabu- paten Dairi, Sumatera Utara.
Tanaman andaliman dideter-minasi di
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Pusat Penelitian Biologi, Cibinong. Bagian tanaman yang digunakan sebagai
simplisia adalah buah yang berwarna
hijau. Buah sebanyak
13 kg disortasi, dicuci, dan dikeringkan
di lemari pengering pada suhu 40oC.
Selanjutnya
simplisia
dihaluskan
menggunakan
blender hingga menjadi serbuk.
Bahan
Kimia
Bahan kimia yang digunakan antara
lain petro- leum eter, n-heksana,
diklorometana, etil asetat, metanol, dan
n-butanol
teknis
(Brataco
Chemika,
Indonesia) yang telah didestilasi, kloroform
p.a, metanol p.a, dan n-heksana p.a
(Merck, Jerman), air suling demineral
(Brataco Chemika, Indonesia), dimetil
sulfoksida atau DMSO (Merck, Jerman),
Alo- purinol (Pyridam Farma, Indonesia),
silika gel G-60 (Merck, Jerman), DPPH
(Sigma Aldrich, Singapura), BHT (Sigma
Aldrich, Singapura), Kuersetin (Sigma
Aldrich, Singapura), Xantin (Sigma Aldrich,
Singa- pura), Xantin oksidase (Sigma
Aldrich, Singapura).
Ekstra
ksi
Sebanyak 3 kg serbuk simplisia buah
andaliman dimaserasi secara bertingkat
mulai dari pelarut petroleum eter,
diklorometana, etil asetat, n-buta- nol,
dan metanol, kemudian dikocok selama 6
jam
dengan
pengaduk
mekanik.
Campuran didiamkan
24
jam
lalu
disaring
dan
fltrat
dikumpulkan dalam suatu wadah. Total
pemakaian pelarut adalah 9 L petroleum
eter, 8 L diklorometana, 8 L etil asetat,
10 L n-butanol, dan 7 L metanol. Masingmasing fl- trat diuapkan menggunakan
rotavapor pada suhu
Ekstrak
Bobot ekstrak
(g)
1.
2.
Petroleum eter
Diklorometana
3.
Etil asetat
50
4.
n-butanol
65
2,17
5.
Metanol
30
1,00
100
60
Bobot Simplisia
(g)
Rendemen
(%)
3,33
2,00
3000
1,67
100%
Keteranga
n:
Q
optimasi
yang
telah
dilakukan
sebelumnya, yaitu pada waktu inkubasi
40 menit, suhu 30oC, pH 7,8, dan
konsentrasi substrat (xantin)
0,15 mM.
Ma- sing-masing sampel sebanyak 1,0 mL
dimasukkan
Keterangan :
Ekstrak
petroleum
eter
Ekstrak
diklorometana
Ekstrak
etil asetat
Ekstrak
n-butanol
metanol
Konsentrasi
IC (g/mL) inhibisi
(g/mL)
200
100
50
20
10
14,92
14,61
8,19
6,83
6,29
200
100
50
20
10
33,71
18,27
11,44
12,12
12,44
200
100
50
20
10
29,91
18,34
9,18
5,99
1,82
200
100
50
20
10
46,97
25,89
14,43
8,95
6,27
100
50
20
10
47,66
24,87
12,71
7,27
16
10
4
2
1
37,09
26,65
15,22
9,23
6,87
50
220,67
88,26
83,50
53,51
26,39
5,52
peroleh
ekstrak
dengan
rentang
kepolaran yang berbeda.
Diperoleh
ekstrak petroleum eter dan ekstrak nbutanol dengan rendemen
yang lebih
besar dibandingkan ekstrak lainnya dan
ekstrak metanol sebagai ekstrak dengan
rendemen paling kecil.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Buah Andali- man
Pengujian aktivitas antioksidan secara
kuanti- tatif terhadap masing-masing
ekstrak buah anda- liman dengan metode
peredaman radikal DPPH menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada pan- jang
gelombang maksimum larutan DPPH
yaitu
Sampel
Konsentrasi
%50
IC
(g/mL)
inhibisi
(g/mL)
Ekstrak
31,1 petroleum
37,8
eter
53,6
9,9
20
50
Alopurinol
45,11
5
10
57,1
48,5
Konsentra
%
si
inhibis
IC50
(g/mL
0,1
0,2
5
0,5
55,42
87,56
0,02
74,6
100
49,9
1
47,3
5
10
Ekstrak
diklorometana
3,9
56,6
54,0
20
50
27,7
50,6
100
67,8
1
49,7
Ekstrak etil
asetat
9,54
5
10
53,1
32,1
20
42,9
50
47,3
100
55,0
Ekstrak
41,3
n- butanol
3,69
1
39,5
10
56,6
46,4
20
46,4
50
66,4
100
69,9
1
41,6
Ekstrak
50,7
metanol
4,03
5
10
20
48,7
50
54,7
100
49,6
50
antrakuinon,
dan
terpenoid
kecuali
saponin dan tanin. Diduga bahwa
komponen yang aktif dari ekstrak nbutanol dan metanol berasal dari golongan senyawa tersebut.
ekstrak nbutanol
IC
gono.
Antiradical
activity
of
Penapisan
Fitokimia
Penapisan ftokimia dilakukan terhadap
eks- trak n-butanol dan metanol sebagai
ekstrak
yang
memiliki
aktivitas
antioksidan dan penghambatan xantin
oksidase. Penapisan ftokimia bertujuan
untuk mengetahui keberadaan senyawa
ber- dasarkan
golongannya
sebagai
informasi awal kandungan
senyawa yang terdapat pada ekstrak
aktif. Hasil identifkasi menunjukkan
bahwa ekstrak n-butanol mengandung
senyawa golongan alkaloid, flavonoid,
glikosida, tanin,
DAFTAR
PUSTAKA
1. Langseth L. Oxidant, Antioxidant, and
Disease
Pre-
vention.
Belgium:
3. Umamaheswari
M,
Asokkumar
K,
Xanthine oxidase
inhibitory
of
terpenoids
Amentotaxus
UCAPAN
KASIH
TERIMA
antioxidant
inhibitory
Swietenia
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Universitas In- donesia dan dibiayai oleh
beasiswa program ma- gister dari
and
xan-
activities
thine
of
mahagoniseed
oxidase
methano- lic
extracts.
Molecules
2009; 14: 4476-4485.
6.
Pacher P, Nivorozhkin A, Szabo C.
Therapeutic ef-
fects
of
xanthine
oxidase
inhibitors:
half a century
after the
renaissance
13.
5(2): 289-292.
1958; 181:1199-
EGC; 2000.
1200.
actions
attributed
to
9. Owen
re-
15.
245-
P,
Johns
T.
Xanthine
oxidase
10.
Tu-
runan
Flavon/Flavonol; 2003.
11. Yanti, Pramudito, TE, Nuriasari N, Juliana
K.
Lemon
pepperfruitextract
(Zanthoxylumacanthopodium
suppresses
the
inflammatory-
DC.)
expression
mediators
of
in
lipopolysaccharide-inducedmacrophagesin
vitro.
American
Journal
of
biological
activi-
ties
of
the
genus
5(12): 412-416.
12.
S,
Nikom
J,
N.,
Sakayaroj,
J.,
estimating
an-
tioxidant
activity.
antioksidan
andaliman
(Zanthoxy-
acanthopodiumDC)
sistem
ekstrak
pangan
buah
lum
dalam
beberapa
dan
kestabilan
and
medical
Medicinal
applications.
ChemistryIm-
Artikel Penelitian
Akademi Farmasi
Ranah
Minang, Padang
1
21
ABSTRAK:
Penggunaan
pati
singkong
sebagai
bahan
tambahan
dalam
formulasi
tablet masih sangat
terbatas.
Berbagai
modifkasi terhadap
pati singkong telah
dilakukan
untuk
mendapatkan
sifat
pati yang lebih baik.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji
sifat
fsikokimia
MOCAF
dan
pati
singkong
termodifkasi sebagai
Korespondensi :
Wira Noviana Suhery
Email : noviara23@gmail.com
22
PENDAHULUAN
Produk olahan singkong telah banyak
digu- nakan
sebagai
bahan
baku
eksipien dalam
in- dustri farmasi.
Diantaranya
adalah
pati
singkong
(amylum
manihot)
sebagai
bahan
pengikat dan penghancur pada formulasi
tablet, maltodekstrin sebagai bahan
penyalut lapis tipis tablet ataupun
sorbitol, manitol dan dekstrosa pada
formulasi sirup dan berbagai produk
makanan dan minu- man lainnya (1,2).
Berbagai teknologi pengembangan
telah
banyak
dilakukan
untuk
menghasilkan produk yang memiliki
kualitas tinggi. Salah satu pengembangan produk dari singkong sebagai eksipien
dalam bidang farmasi adalah dengan
semakin
banyaknya
dilakukan
modifkasi terhadap pati, mulai dari
modifkasi secara kimia, fsika ataupun
se- cara enzimatis yang bertujuan untuk
mendapat- kan sifat fsikokimia yang
lebih baik. Pada bidang pangan pun telah
berhasil dilakukan modifkasi terhadap
tepung singkong dengan cara fermentasi menggunakan bakteri asam laktat
(Lacto- bacillus sp) yang umum dikenal
sebagai tepung MOCAF/MOCAL (3, 4, 5,
6).
Penggunaan MOCAF dalam bidang
makanan telah banyak digunakan dan
memberikan hasil yang memuaskan.
Seperti penggunaannya dalam industri
roti, mie instan, dan produk makanan
lainnya sebagai bahan pengganti terigu
yang dapat memberikan dampak positif
dalam menu- runkan biaya produksi.
Namun penggunaannya dalam bidang
farmasi khususnya sebagai eksi- pien
dalam formulasi tablet belum dilakukan
(4).
MOCAF (Modifed Cassava Flour)
adalah pro- duk tepung dari singkong
(Manihot esculenta Crantz) yang diproses
menggunakan prinsip modifkasi sel
singkong secara fermentasi, teru- tama
oleh mikroba bakteri asam laktat (4).
Sifat Fisikokimia
Mocafpula
dan Pati
Singkong Termodifkasi
untuk Kabupaten Trenggalek Jawa Timur.,
Selain
itu terjadi
perlubangan
dari
Jinawi
Formulasi Tablet
granula
pati
MOCAF,
sehingga
Media, Star- ter fermentasi (Lactobacillus
menyebabkan permukaan yang tidak rata
sp), Starch 1500, Aquadest.
dari granula pati yang akan mem- perkuat
Cara
ikatan antar butiran (4).
Kerja
Berdasarkan itulah penulis tertarik
Pembuatan pati asli (amylum
untuk menguji sifat fsikokimia MOCAF
manihot)
untuk formulasi tablet. Dalam penelitian
Lakukan sortasi pada singkong, kupas
ini juga akan digunakan pati singkong
kulit- nya, cuci dengan air mengalir dan
termodifkasi yaitu pati singkong yang
rendam selama
difermentasi
menggunakan mikroba
2 jam. Singkong (2,5 kg) yang telah
yang sama dengan fermentasi MOCAF,
direndam
kemudian
dihaluskan,
sehingga dapat dibandingkan mana yang
suspensikan dalam 10 kali volume
memberikan hasil yang paling baik.
aquadest, stirrer selama 5 menit dan saSebagai pembanding akan diguna- kan
ring melalui 2 lapis kain katun tipis. Filtrat
pati singkong murni (amylum manihot)
didi- amkan selama 1 jam untuk
dan Starch 1500 yang telah lazim
mendapatkan sedi- men pati. Endapan
digunakan
sebagai
eksipien
dalam
dicuci 1 kali dengan aquadest dan
formulasi tablet.
dikeringkan pada 40C selama 12 jam
dalam oven. Pati dihaluskan dalam
lumpang untuk mencegah penggumpalan
METODE
granul dan memperke- cil ukuran
PENELITIAN
partikelnya (3).
Baha
n
MOCAF,
umbi
singkong
segar
(Manihot escu- lenta Crantz) yang di
ambil dari Gurun Panjang, Kel. Gunung
Sarik Kec. Kuranji Padang. MOCAF
diperoleh dari Koperasi Gemah Ripah Loh
Pembuatan
Pati Singkong
Termodifkasi
a.
Pembuatan Starter
Fermentasi
Siapkan chips ketela sebanyak 50 g
letak-
4. Density Nyata
Untapped
6.
7.
8.
9.
10.
hari.
Untuk
mendapatkan
kelembaban relatif yang diinginkan
digu- nakan metode desikator dengan
mengguna- kan larutan asam sulfat
pekat pada konsen- trasi tertentu.
Jumlah uap air yang diserap dapat
ditentukan dari pertambahan berat
serbuk setelah penyimpanan.
11. Analisis Bentuk dan Permukaan
Partikel.
Bentuk
dan
permukaan
partikel
diperiksa
dengan
alat
Scanning
Electron Microscope (SEM).
12. Analisis panas dengan Differential
Thermal
Analysis
(DTA).
13. Difraksi X-Ray.
14. Mikroskop polarisasi. Bentuk dan
ukuran
pati
diamati
dengan
menggunakan Olympus BX05
Polarized
Light
Microscope.
15. Penetapan kadar amilosa dilakukan
secara iodometri berdasarkan reaksi
antara amilosa dengan senyawa iod
yang menghasilkan war- na biru,
kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
625 nm.
Tabel.1. Hasil pemeriksaan sifat fsika dan kimia partikel pati singkong,
MOCAF, pati singkong termodifkasi, dan Starch 1500
No
Parameter
Pat
i
MOCAF
Pati Modifkasi
48
Pati Modifkasi
72
Starch
1500
Singkon
1,4954
0,4651
0,4081
0,5000
0,5714
0,6451
0,6451
0,5882
0,6896
0,7547
0,8000
Densiti mampat
(g/ml)
Faktor Hausner
1,3870
1,4413
1,3792
1,3207
1,2401
Kompresibilitas (%)
27,9026
30,6188
27,4942
24,2877
24,0117
Porositas (%)
35,7696
40,1751
32,6455
28,8483
23,4133
Sudut Angkat ()
38,75
31,05
29,74
29,12
28,07
1,4733
1,5316
1,4857
1,5158
14,56
8,91
11,44
13,08
6,38
5,998
7,909
6,605
6,657
9,442
10
24,9285
17,3571
33,5714
26,1428
28,7857
11
Suhu gelatinisasi
(C)
59,17
53,36
60,91
60,54
58,47
a. Starch 1500
c. MOCAF
b. Pati Singkong
e. Pati modifikasi
a. Starch 1500
MOCAF
d. Pati modifikasi 48
jjam
b. Pati Singkong
c.
Kurva Adsorpsi
Isoterm
Ju
)
m
%
(ap
la
h
ser
id
U
g
a
p
ya
n r
ai
y
ap
a
u
n
ah
lm
g
Ju
di
50
48
46
44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
MOCAFPati
MOCAF
Pati
48 Pati
Jam
48
jam
Pati
72Pati
Jam
72
jam
singkong
Pati Singkong
Starch
1500
Starch 1500
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100 110
Kelembaban
Relatif
Kelembaban
relatif
(%)
(%)
Kurva
Daya
Kurva Daya
Penyerapan
Air
Penyerapan Air
0,9
0,8
)l
m
( Ju 0,7
m
p
a
r la
e
ih
s
d
Ai
g
n
ar
y
ri y
a
a
h
ln
a
m
u
Jg
di
se
Ibuprofen
Pati singkong
0,6
Ibuprofen
MOCAF
Pati Singkong
MOCAF
Pati modifikasi
48 jam
Pati
Modifikasi
Pati modifikasi
48
jam
72 jam
Pati
StarchModifikasi
1500
72 jam
Starch 1500
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
mengalami
gelatinisasi
sebagian
sehingga
telah
kehilangan
bentuk
kristalnya.
Pada hasil foto mikroskop polarisasi
menun-
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
SARAN
MOCAF
dan
pati
singkong
termodifkasi de- ngan menggunakan
bakteri asam laktat (Lac- tobacillus sp)
sebagai
starter
fermentasi
dapat
menghasilkan pati dengan perubahan
bentuk pada permukaan granulanya,
disertai dengan pe- rubahan sifat
fsikokimia yang lebih baik dari pati
singkong.
DAN
Effionora.
Pemanfaatan
International Jour-
Sains. 2002.6.(1).
8. Voight
R,
Buku
Pelajaran
Teknologi
starch
and
flour
fermentation:
associated
Effect
on
with
textural
Yogyakarta. 1994.
9. Swarbrick
86-91.
Encyclopedia
Of
.J.
tablet
lepas
terkontrol
Jakarta. 1984.
11. Oates, C. G. Towards an Understanding
teoflin.
of
Starch
Granule
Structure
and
Hydrolysis.
21-26.
6. Chinsamran,
K.,
Santisopasri, V.,
lactic
acid
Piyachomkwan,
Sriroth,
K.
K.,
Effect
12.
Food
fermentation on physico-
sweet
potato
and
rice.
13.
Terhadap
Daya
Troy,
and
fumigatus.
B.D.
Cereal
The
Sci.
Science
Lippincott
J.
Remington
578-579.
in
cassava,
A.
Trends
of
7. Halim,
Review.
Williams
&
Wilkins.
United
Artikel Penelitian
36
ekstrak
etanolik,
Korespondensi:
Mimiek Murrukmihadi
Email : mimiekmurrukmihadi@ymail.com
37
PENDAHULUAN
Herbal merupakan obat alternatif
yang telah dimanfaatkan oleh nenek
moyang. Salah satu yang digunakan
adalah
bunga
kembang
sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.), sebagai
peluruh
dahak
(1).
Untuk
mendapatkan efek yang konsis- ten,
ekstrak harus terstandar dan dapat
menja- di referensi material bagi
peningkatan produk herbal Indonesia
(2).
Murrukmihadi menyatakan bahwa
didalam ekstrak bunga kembang sepatu
terdapat alkalo- id dapat digunakan
sebagai marker untuk stan- dar produk
bunga kembang sepatu (3). Senya- wa
marker dapat sebagai senyawa aktif, penanda analitik maupun penanda negatif.
Bunga kembang sepatu dilaporkan
dapat digunakan sebagai obat batuk (4),
sehingga alkaloid dalam
kembang
sepatu dapat digunakan sebagai marker/senyawa penanda.
Penetapan kadar suatu senyawa
dapat dila- kukan dengan mengukur
kerapatan noda dari senyawa yang
bersangkutan dan telah dipisah- kan
dengan cara kromatografi lapis tipis
dengan
menggunakan
KLTDensitometer. Penam- pakan noda
menunjukkan hasil positif
alkaloid
dengan munculnya noda berwarna
jingga-ke- coklatan pada lempeng KLT
ketika ditampak- kan denagn pereaksi
Dragendorf. (5).
METODE PENELITIAN
Bahan
Bunga kembang sepatu dikoleksi dari
Taman
Graha Sabha
Pramana,
Universitas Gadjah Mada,
Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan diidentifkasi di Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mimiek Murrukmihadi,didapat
Subagus Wahyuono,
Marchaban,
Metode
konsentrasi
130 dan
g/L
Sudibyo Martono
1. Ekstraksi untuk Penetapan Kadar
(dalam 15
Alkaloid Ekstraksi isolat untuk
L
berisi
130x15=1950
g).
penetapan kadar dilaku- kan
Kemudian di- ambil 500 L
berdasarkan penelitian yang sudah
dilarutkan dalam metanol sampai 1
dilaku- kan (6).
mL, didapat konsentrasi 98 g/
2.
Penentuan kadar alkaloid
L
(dalam
15
L
berisi
98x15=1470g). Dari larutan ini
Penentuan kadar alkaloid dilakukan
diambil 500 L dilarut- kan dalam
secara KLT-Densitometri yang meliputi
metanol sampai 1 mL, didapat
2 langkah se- bagai berikut:
konsentrasi 49 g/L (dalam 15 L
a. Pembuatan kurva baku
alkaloid
berisi
Pembuatan kurva baku alkaloid
49x15=735g). Terakhir diambil
dilakukan dengan cara 390 mg
500 L dari larutan tersebut
isolat kering dilarutkan dalam
kemudian
diencerkan
dengan
metanol 1 mL (larutan stok),
metanol sampai 1 mL, sehingga dikemu- dian dibuat seri konsentrasi
dapat konsentrasi 24 g/L (dalam
24, 49, 98, 130, dan 293 g/L,
15 L berisi 24x15=360 g).
dengan volume penotolan
b. Penentuan alkaloid dalam ekstrak
15 L. Cara pembuatannya yaitu,
etanolik Penentuan alkaloid
dari laru- tan stok diambil 751 L
dilakukan dengan cara menimbang
dilarutkan dalam metanol sampai 1
ekstrak etanol 3 g dilarutkan
mL, sehingga didapat konsentrasi
dalam 1 mL metanol dan
293 g/L (dalam 15 L berisi
ditotolkan pada pelat KLT
293x15=4395 g). Dari larutan ini
sebanyak 5 kali replikasi deng- an
diambil
volume masing-masing 10 L.
500 L dilarutkan dalam metanol
Setelah pengembangan pelat KLT,
sampai 1 mL, kemudian diambil
bercak yang di- peroleh diukur
667 g/L
dilarut- kan dalam
dengan KLT-Densitometer untuk
metanol sampai 1 mL, sehingga
mendapatkan AUC.
Tabel 1. Nilai Kadar Isolat vs AUC hasil densitometri untuk kurva baku ekstrak
24
360
AU
C
9928,6
49
735
12034,4
98
1470
18605,2
130
1950
24416,7
293
4395
57654,4
No
30
AU
C
21725,7
30
16560,2
2,50
30
12729,6
1,80
30
15516,2
2,31
30
12156,1
1,70
No
Kadar (mg/10L)
Kadar (%)
3,45
2,35
SD
0,67
Analisis Hasil
Data luas area yang didapatkan dari
isolat di- buat persamaan regresi linier
sebagai persama- an kurva baku.
Persamaan garis kurva baku : Y = a+bx,
dengan Y = AUC, X = kadar isolat
(g/15L). Harga AUC sampel kemudian
dimasukkan ke da- lam persamaan garis
kurva baku, maka didapat- kan kadar
dari masing-masing sampel (persen
kadar alkaloid dalam ekstrak).
Sebanyak 10 L ditotolkan
(n=5) pada plat silika
gel F
(Merck) tebal
0,25
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
man.http://ww w.kimia.lipi.net/index.php?pilihan =
1.
men
Kesehatan
Republik
VLC
Gadjah
Mada.
Yogyakarta.
2009
4. Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia.
Kembang
Sepatu
Bunga
Dalam
Manado. 2011.
7.
Anonim.
Ekstrak
Parameter
Tum-
buhan
Standar
Obat.
Umum
Cetakan
42
Artikel Penelitian
naranjo
scale,
hospitalized
Koresponden
si: Amelia
Lorensia
Email : amelia.lorensia@gmail.com
PENDAHULU
AN
Latar
Belakang
Asma adalah gangguan inflamasi
kronik sa- luran pernafasan, yang
menyebabkan episode berulang dari
wheezing, sesak, chest thightness, dan
batuk. WHO menyatakan sebesar 15 juta
jiwa mengalami disability-adjusted life
years (DALYs) per tahunnya disebabkan
asma, mewakili 1% dari total beban
penyakit global (1). Pada terapi asma,
pasien dapat mengalami adverse drug
reac- tions (ADRs), karena pasien asma
memiliki risiko lebih besar terhadap
perkembangan asma, kare- na pasien
asma dapat mengalami serangan asma
akibat penggunaan obat lain (2), atau
mengalami ADR akibat penggunaan
jangka panjang dari pe- ngobatan asma.
Laporan
dari
Pusat
Pharmacovigilance Dae- rah di Rumah
Sakit Universitas Inha, Korea Se- latan,
selama 4 bulan, menyatakan bahwa
dari
228 pasien asma, terdapat 25 kasus
ADRs yang terjadi pada 19 pasien asma.
ADRs yang biasanya terjadi adalah
glukokortikosteroid
inhalasi
yang
dikombinasikan
dengan
long-acting
beta-2
ago- nist (LABA) (63.2%),
theobromine (10.5%), LABA oral (10.5%),
doxofylline (5.3%), acetylcysteine (5.3%),
dan montelukast (5.3%). Keparahan dari
ADRs yang terjadi pada sebagian besar
sampel tergolong ringan (68.5%), dan
tidak ada ADRs parah yang terjadi.
Frekuensi ADRs berbeda ber- dasarkan
status kontrol asma pasien (3).
Dalam penanganan terapi pasien
asma, farma- sis berperan dalam
pelaksanaan proses phar- maceutical
care untuk meningkatkan terapi obat
yang komplek dan nilai signifkan dari
obat yang berkaitan dengan morbiditas
Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n
Januari 2013
45
Adverse
Drug
Reactions
pada
tas
ADRs
yang
terjadi
disebabkan oleh
Pasien Asma
obat, dan bukan karena faktor lain. Data
ADRs yang didapat dapat digunakan
oleh farmasis dalam pharma- ceutical
care sebagai data untuk monitoring pengobatan pasien asma sehingga dapat
mencegah dan meminimalkan terjadinya
ADRs pada terapi pasien asma.
TINJAUAN
TEORI
As
ma
The National Asthma Education and
Prevention
Program
(NAEPP)
mendifnisikan asma sebagai gangguan
inflamasi kronik dari saluran pernafasan
dimana
banyak
sel
dan
elemen
selular yang berperan. Pada individu
dengan asma, inflamasi menyebabkan
episode berulang dari wheezing, sesak,
chest thightness, dan batuk (1,10).
Eksaserbasi asma merupakan episode
dari peningkatan progresif pada sesak
nafas,
batuk,
wheezing,
chest
tightness, atau kombinasi. Te- rapi
utama eksaserbasi meliputi pemberian
46
Step 2
Step 5
Step 3
Step
Asthma
education
Environmental
control
As needed rapidacting 2-agonist
agonist
As needed rapid-acting 2-
Select one
Add one or both
Low-dose inhaled
Controll
er
options
ICS* Leukotriene
modifer
U
Select one
Low-dose ICS
plus longacting
2
-agonist
Medium-or
high-dose
ICS
Medium-or highdose
ICS plus longacting
2
-agonist
Oral glucocortico
steroid
(lowest
dose)
Anti-IgE
treatmen
t
Leukotrien
e modifer
Low-dose ICS
plus leukotriene
modifer
Sustained
release
theophyline
Low-dose ICS
plus sustained
release
theophyline
Perhitung
an
No.
Pertanyaan
Score pada
Naranjo
Ya
Tidak
N/A
1.
2.
-1
3.
5.
-1
6.
-1
7.
8.
-1
9.
4.
10.
obat tertentu?
Apakah ADRs tersebut didukung dengan bukti yang meyakinkan?
sar ADR)
Antara 1-4
: possible ADR
(kemungkinan ADR)
0
: doubtful ADR (bukan
ADR)
Keterangan
:
N/A
: not available (tidak dapat
diterap- kan pada situasi
tsb/tidak diketa- hui)
METODE
PENELITIAN
Jenis
Penelitian
Metode penelitian ini dibagi menjadi
dua,
yaitu
crossectional
non
experimental untuk data pasien rawat
jalan dan secara retrospektif untuk data
pasien rawat inap di rumah sakit.
Populasi dan Sampel
Penelitian
Populasi penelitian pada asma rawat
inap adalah pasien asma yang pernah
menjalani rawat inap di rumah sakit
selama bulan November
2008-November 2010.
Dan
sampel
penelitian
adalah
semua
populasi.
Populasi penelitian pada pasien asma
rawat jalan adalah pasien asma yang
menjalani rawat jalan di Klinik Penyakit
Dalam Adi Husada Undaan Wetan
Surabaya. Selama pe- riode November
2010 sampai dengan Januari
2011 (3 bulan). Sampel penelitian adalah
pasien asma yang memenuhi kriteria
inklusi, yaitu beru- sia 18 tahun dan
bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
n=
()
(1)
dimana:
Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada
pasien as- ma rawat inap adalah semua
sampel
penelitian
adalah
populasi
penelitian. Dan teknik pengambil- an
sampel pada pasien asma rawat jalan
adalah purposive sampling sesuai dengan
kriteria inklusi.
Perhitungan perkiraan jumlah sampel
peneli-
n
= jumlah sampel minimal yang
diperlukan
d
= limit dari error atau presisi
absolut (25%) Z
= nilai Z tabel 1,96
(tingkat kepercayaan 95%) p
=
proporsi pasien asma (p=0,5)
Jadi besar sampel penelitian dalam
penelitian ini adalah 18 orang pasien
asma yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.
Teknik
Pengumpulan
dan
Analisis Data
Teknik pengumpulan data pada data
pasien asma rawat inap dengan
menggambil data dari rekam medis
pasien yang telah ada sebelumnya.
Sedangkan pada data pasien asma
rawat
jalan
dengan
melakukan
wawancara secara langsung, disertai
dengan pengamatan terhadap pasien.
Untuk melengkapi data yang diperoleh
dilaku- kan juga konsultasi singkat
dengan dokter dan perawat yang
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
Karakteristik
Sampel
Penelitian
Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 60 orang, terdiri dari 22 orang
pasien laki-laki dan
38 orang adalah pasien perempuan.
Jumlah sam- pel penelitian pada asma
rawat jalan sebanyak 22 orang, terdiri
dari 10 orang laki-laki dan 12 orang
perempuan. Stage asma ditentukan
berdasarkan
Tabel 3. Data Demograf dan Karakteristik dari Sampel Penelitian Pada Pasien Asma
Rawat Inap dan
Asma Rawat Jalan
Variabel
Asma Rawat
Inap
(n=60
Asma Rawat
Jalan
(n=22
22
38
10
12
20
82
19
70
35,1
0
2
3
6
10
4
34
1
5
1
10
5
35
23
2
Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Usia
-
(tahun)
Usia terkecil
Usia tertua
Rata-rata
6 dari 60
1 dari 60
9 dari 60
11 dari 60
7 dari 60
10 dari 60
8 dari 60
2 dari 60
3 dari 60
15
2
3
2
Tabel 4.
Kejadian ADRs Pada Pasien Asma Rawat Inap dan Asma Rawat Jalan
Jenis DRPs
Tota
l
36
TOTA
L
Tabel 5.
39
Kelompok Obat yang Terlibat dalam ADRs yang dialami Pasien Asma Rawat
Inap dan Rawat Jalan
Golongan
- Metilprednisolon menyebabkan
hipotensi
- Metilprednisolon menyebabkan
hipertensi
- Fluticasone menyebabkan hipertensi
- BUdesonide dan metilprednisolon
(duplikasi), menyebabkan hipertensi
1
2
1
1
B2 Agonis
2
3
1
1
B2 Agonis +
Antikolinerg
ik
Antikolinergik
Penghamb
at
Renin
Opioid
Adrenalin
1
1
Diuretik
2
1
ruh tubuh
- Cefpirome menyebabkan gatal-gatal di
seluruh
Antibiotik
tubuh
TOTAL
1
1
4
B2-agonis
dapat
memperparah
hipokalemia
karena
memiliki
efek
hipokalemia. Hipertensi dilaporkan juga
pernah terjadi pada 1% pasien yang
pernah memakai salbutamol pada dosis
normal (20). ADR berupa pusing yang
ditimbulkan oleh
Salbutamol
kemungkinan
diakibatkan
oleh efek relaksasi otot polos dari
Salbutamol,
karena stimulasi
reseptor
ethylenediamine
aminoflin (18).
salt
dalam
2.
Reseptor
tidak
terdapat
dikarenakan
epinefrin
menstimulasi
1
2
reseptor dari , -, 1-, dan 2adrenergik (21). Losartan merupakan
antagonis non peptide, kompetitif dan
selektif dari reseptor Angiotensin II. Mekanisme kerja losartan yaitu berikatan
secara reversible dengan reseptor AT1
dan AT2 dan dengan memblok efek
vasokonstriksi dan sekresi aldosteron dari
Angiotensin II (21). Kelelahan yang
muncul akibat penggunaan Losartan dimungkinkan karena efek inhibisinya
terhadap sekresi aldosteron. Jika sekresi
aldosteron menu- run terlalu besar,
keseimbangan cairan dan elek- trolit
akan terganggu dan manifestasi yang
sering muncul antara lain kelelahan (23).
Codein untuk terapi batuk pada asma
akut da- pat menyebabkan konstipasi,
karena codein yang merupakan opioid
memberikan efek pada otot polos yang
dapat berkaitan dengan menurunnya
otot
polos
di
usus
sehingga
menyebabkan kon- stipasi (24).
Perhitungan Naranjo Scale terhadap
Kejadian Adverse Drug Reactions
(ADRs) yang Terjadi pada Pasien
Asma
ADRs pada pasien asma rawat inap
dan ra- wat jalan yang bersifat aktual
akan dihitung menggunakan
naranjo
scale untuk menilai
39
kasus
ADRs
yang
terjadi.
Berdasarkan ha-
sil
penelitian,
obat-obat
yang
menimbulkan ADRs aktual yang dinilai
dengan naranjo scale, semuanya bernilai
4, yang berarti memiliki ke- mungkinan
ADR.
KESIMPULAN
SARAN
DAN
DAFTAR PUSTAKA
4.
3.
Drug
Re-
actions
to
2011.
Anti-
5.
Care
Services
for
8.
9.
yang
Tidak
Dikehendaki,
Dalam
of
methyldopa,
Theophylline
Re-
Hypotension,
Indapamide
sulting
Marked
in
Diure-
and
Prolonged
sis
and
Drug
Saf.
2009;18(10):
977-9.
18. Brunton LL, Goodman LS, Blumenthal D,
Buxton I, Goodman and Gilmans manual
of pharmacology and therapeutics, 11th
ed. McGraw-Hill Professio- nal; 2006.
19. Ralph E. Howell, William T. Muehsam and
Wil- liam J. Kinnier. Mechanism for the
emetic
side
effect
of
xanthine
1990;
46(8).
20. McEvoy G, Snow E, Miller J, et al.
American
2000; 356(9237):1255-9.
Society
of
Health
System
21.
Drug
In-
formation
Handbook:
reactions.
23.
239245.
16.
Lemeshow
National
Endocrine
and
Metabolic
Besar
Sampel
dalam
Refe-
rence.
USA.
Edition.
Artikel Penelitian
58
Korespondensi:
Dachriyanus
Email : dachriyanus@hotmail.com
59
PENDAHULUAN
Pada saat ini kita kembali kepada
pengobatan alternatif yaitu dengan
menggunakan tanaman obat yang sudah
banyak diketahui khasiatnya. Tanaman
ini biasanya digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit (1).
Kecenderung- an minat penggunaan obat
tradisional kini makin meningkat, karena
bentuk sediaan yang didu- kung oleh
kemajuan teknologi saat ini, disamping
itu harganya dapat dijangkau dan
keamanannya juga dapat terjamin (2).
Gynura sp termasuk ke dalam golongan
famili Asteraceae, sering digu- nakan
oleh masyarakat untuk pengobatan alternatif. Tanaman ini banyak tumbuh di
pekarangan rumah dan juga tumbuh di
beberapa kawasan hu- tan di Indonesia.
Kandungan kimia dari tanaman ini adalah
benzoquinon (Quinoid), carryophyllen
oksida
(seskuiterpen),
diosgenin
(sapogenin),
stigmasterol
(steroid),
adenin (alkaloid), querce- tin (flavonoid)
(3).
Salah satu spesies tanaman yang
banyak di- gunakan untuk obat adalah
Gynura pseudochina (L.) DC), yang
dikenal dengan nama daerah mahakaan
Umbi dari tanaman ini digunakan
untuk menghentikan perdarahan (luka
teriris, batuk da- rah, muntah darah,
mimisan,
perdarahan
sehabis
melahirkan,
luka
bakar),
demam,
membersihkan racun, tulang patah
(fraktur) (4).
Sebagai obat luka umbi mahakaan
(Gynura pseudochina (L.) DC), masih
banyak digunakan, disamping itu belum
ada suatu penelitian yang melaporkan
bahwa tanaman ini berkhasiat untuk
menghentikan perdarahan, pembekuan
darah
dan
meningkatkan
jumlah
trombosit.
Ekstrak etanol dari umbi tanaman ini
di uji terhadap proses hemostasis dan
pembekuan
darah,
vitamin
K
digunakan sebagai pembanding pada
penelitian ini. Vitamin K memiliki
peranan dalam proses hemostasis dan
pembekuan darah terhadap faktor II
(protrombin), faktor VII (pro- konvertin),
faktor IX (Christmas) dan faktor X
(Stuart-Prower),
bekerja
sebagai
koenzim pada gama karboksilasi rantai
samping asam glutamat.
METODOLOGI
PENELITIAN
Alat, bahan dan
hewan
Alat yang digunakan pada penelitian ini
ada- lah : perkolator, alat destilasi, rotary
evaporator, lumpang dan alu, tabung
reaksi, plat tetes, pipet tetes, krus, oven
kaca arloji, timbangan analitik, gelas ukur,
jarum oral, timbangan hewan, gun- ting,
kertas saring, stopwatch, gelas objek,
cover
glass,
hemositometer
dan
mikroskop. Bahan yang digunakan adalah
ekstrak etanol umbi mahakaan, hewan
percobaan mencit putih betina galur DDY
Japan berumur 8-12 minggu dengan bobot
badan
20-30
Metoda
Penelitian
Bahan
uji
ekstrak
etanol
umbi
mahakaan (Gynura pseudochina (L.) DC),
larutan Na CMC 1%, sebagai kontrol dan
vitamin K diberikan secara peroral
kepada hewan percobaan dengan volume
pemberian obat 1% dari berat badan
selama 21 hari. Pengamatan dilakukan
pada hari ke 1, 7, 14, dan 21, dan 60
menit
setelah
pemberian
sediaan
dilakukan penentuan waktu perdarahan,
pem- bekuan dan perhitungan jumlah sel
trombosit.
10,75
50,86
54,78
57,76
Ekstrak
mg/kgBB
BB
Ekstrak etanol
etanol 100
30 mg/kg
38,58
65,65
73,94
77,69
52,44
74,21
81,88
85,00
0,57
60,66
75,55
78,52
W
a
kt
u
P
er
d
ar
a
h
1. dosis 30 mg/kg BB
2. dosis 100 mg/kg BB
3. dosis 300 mg/kg BB
4. dosis 0,026 mg/kg BB
Gambar 1. Diagram batang dalam bentuk persentase efek waktu pedarahan setelah
pemberian ekstrak etanol umbi mahakaan (Gynura pseudochina (L.) DC.)
dengan 3 variasi dosis yang di bandingkan dengan pemberian vitamin K dosis
0,026 mg/ 20 gr BB
W
a
kt
u
p
e
m
b
e
k
u
a
n
14
21
11,73
58,57
66,93
69,50
45,04
77,92
84,76
88,82
65,32
83,18
86,68
89,13
4,22
75,33
78,04
85,47
1. dosis 30 mg/kg BB
2. dosis 100 mg/kg BB
3. dosis 300 mg/kg BB
4. dosis 0,026 mg/kg BB
0,36
0,36
0,35
0,59
0,59
0,71
1,53
1,42
1,42
2,01
0,12
0,24
0,12
K
e
n
ai
k
a
n
ju
m
la
h
tr
o
m
b
o
14
21
1. dosis 30 mg/kg BB
2. dosis 100 mg/kg BB
3. dosis 300 mg/kg BB
4. dosis 0,026 mg/kg BB
Gambar 3 .
Diagram batang efek dalam bentuk persentase dari jumlah sel
trombosit darah setelah pemberian ekstrak etanol umbi mahakaan
(Gynura pseudochina (L.) DC.) dengan 3 variasi dosis yang di bandingkan
dengan pemberian vitamin K pada dosis 0,026 mg/ 20 gr BB.
HASIL
PEMBAHASAN
DAN
DAFTAR
PUSTAKA
1.
2.
Kolesterol.
Jakarta:
Penebar Swadaya;
2000.
3.
4.
Ja-
karta:
Trubus
Agriwida;
2001.
5.
6.
Methods in
8.
Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta;
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 1995.
9.
KESIMPUL
AN
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa:
1.
dan
Toksikologi,
Anonimous.
Betulkah
Jus
Jambu
Biji
Proses-Proses
Penyakit,
Penyakit,
Edisi
3,
AMH.
Pengaruh
Perasan
Daun
Merr),
terhadap
Bleed-
ing
time
dan
Indonesia; 1995.
(HRG).
17. Satriawan
Daun
AH.
Pengaruh
Eksrak
Journal
of
Thrombosis
and
Haemostasis; 2005.
Tjokronegoro
Laboratorium
Hema-
A,
tologi
Pemeriksaan
Sederhana,
Health
Organization.
for
Medicinal
Quality
Plant
Artikel Penelitian
73
ABSTRAK:
Dalam
penelitian
ini
telah
digunakan
metoda
Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi
(KCKT)
untuk
penentuan
kadar
rubraxanton pada ekstrak
ku- lit batang Garcinia spp
(Garcinia
mangostana,
Garcinia cowa, Garcinia
griffitii, Garcinia dioica dan
Garcinia forbesii). Sistem
KCKT terdiri dari kolom
fase terbalik C-18 dengan
panjang kolom 250mm,
diameter 4,6mm, volume
injeksi
20l, fase gerak
Korespondensi:
Meri Susanti
Email : meri_susanti008@yahoo.com
74
PENDAHULUAN
Garcinia adalah salah satu tumbuhan
obat yang termasuk ke dalam famili
Guttiferae. Ke- lompok tumbuhan ini
telah
banyak
digunakan
dan
diperdagangkan oleh masyarakat Asia
sebagai
obat
tradisional
untuk
bermacam-macam
penyakit
seperti
diare, infeksi kulit, luka dan se- bagai
antiseptik (1). Penelitian terhadap genus
ini telah berhasil mengisolasi beberapa
senyawa kimia yang terbukti memiliki
aktiftas farmako- logi. Salah satunya
adalah senyawa rubraxanton.
Rubraxanton (1,3,6 trihydroksi 8
gera- nyl 7 methoxy xanton) telah
berhasil diiso- lasi dari beberapa spesies
Garcinia diantaranya G. Dioica, (2) G.
parvifolia (3) G. cowa (4, 5) G.
mangostana (6) dan G. griffithii.
Aktivitas far- makologi yang menarik
dari senyawa ini terkait dengan daya anti bakterinya, dimana rubraxan- ton telah
terbukti mampu menghambat dengan
baik
pertumbuhan
Staphylococcus
aureus
(2),
Trichophyton
mentagrophytes,
dan
Microsporum
gypseum
(3),
Staphylococcus
epidermidis,
Micrococcus
luteus,
Pseudomonas aeruginosa, Esche- richia
coli (7), dan Helicobacter pylori (6).
Selain itu rubraxanton juga telah
dilaporkan sebagai antitumor dan aktif
sebagai
antioksidant
dan
antikolesterolemia (7).
Berdasarkan survey yang dilakukan
terhadap genus Garcinia di daerah
Sumatera Barat dike- tahui bahwa
terdapat sekurangnya sembilan spesies
Garcinia yang tersebar di beberapa tempat yang telah dimanfaatkan masyarakat
secara
tradisional
(personal
information). Penelitian ini dimaksudkan
untuk menganalisis kadar rubra- xanton
yang potensial dalam terapi beberapa
penyakit di dalam ekstrak kulit batang
Garcinia spp yang ditemui di daerah
Penentuan Kadar
Rubraxanton
pada Ekstrak
Kulit Batang
digunakan
terlebih
dahulu
dilakukan
Garcinia spp.
validasi metoda. Sehingga penelitian ini
dibagi atas validasi metoda penetapan
kadar
rubraxan- ton secara KCKT
meliputi penentuan linieritas, akurasi,
presisi intra dan inter day serta limits of
detection dan limits of quantitation dan
peneta- pan kadar rubraxanton dalam
ekstrak beberapa spesies Garcinia secara
KCKT.
METODE
PENELITIAN
Alat
Timbangan analitik Libror AEG 80 SM
Shi- madzu, seperangkat alat destilasi,
rotary evapo- rator,
KCKT
merk
botol
kaca,
Baha
n
Bahan-bahan yang diperlukan dalam
peneli- tian ini adalah kulit batang
tumbuhan G. man- gostana, G. dioica,
G. cowa, G. forbesii, dan G. griffitii yang
diambil di Sarasah Bonta Kotama- dya
Payakumbuh Sumatera Barat, pelarut
meta- nol, aquabidest (Otsuka), metanol
p.a (Merck), rubraxanton, mangostin
Prosedur
Kerja
1. Pembuatan Ekstrak Kulit batang
tumbu- han Garcinia spp dikering
anginkan ditem- pat teduh. Kemudian
dirajang
dan
dijadikan
serbuk,
sehingga diperoleh serbuk kering.
Serbuk kering kulit batang seberat
250g di- maserasi dengan metanol
ditempat yang terlindung dari cahaya
langsung selama 5 hari. Setelah 5 hari
hasil maserasi disaring dan ampas
dilakukan
lagi
maserasi
dengan
pelarut yang sama selama 3 hari.
Pengerjaan
ini
dilakukan
sebanyak
2
kali
pengulangan. Maserat digabungkan
dan
dipekatkan
dengan
rotary
evaporator
sehingga
diperoleh
ekstrak kental.
2. Penetapan Rubraxanton dalam
Ekstrak Be- berapa Spesies Garcinia
spp secara HPLC
Presisi
Presisi yang dilakukan mencakup
presisi sistem dan presisi metoda.
Presisi sistem dilaku- kan dengan
menginjeksikan larutan standar dengan kosentrasi tertentu sebanyak
enam kali pe- ngulangan yang dilakukan
setiap hari pengerjaan.
Pengukuran variabel intra dan interday dibu- tuhkan untuk penentuan
presisi metoda. Tiga variasi kosentrasi
larutan
standar
rubraxanton di
injeksikan ke dalam sistem KCKT.
Kosentrasi standar rubraxanton dari
eksperimen dihitung dengan persamaan
garis lurus yang didapat dari kurva
kalibrasi. Relatif Standar Deviasi (RSD)
di- gunakan sebagai nilai presisi. Presisi
intra dan in- ter-day didapat dengan
melakukan analisa secara triplet dalam
sehari yang dilakukan selama 3 hari
dengan kondisi KCKT yang sama.
Akurasi
Akurasi metoda ditentukan oleh
pengujian re- covery menggunakan
metoda standar addisi. Tiga variasi
kosentrasi larutan standar rubraxanton
disiapkan dan ditambahkan kedalam
mangostin
tuk
larutan standar adalah
dan
aLOQ = 1,82 ug/ml.
si dengan luas puncak pada df = 4 dengan
taraf
LOD = 0,55ug/ml
3. Akurasi
Untuk menilai ketepatan suatu metoda
pa- rameter penting lainnya adalah
akurasi dan re- covery dari baku yang
ditambahkan ke dalam sampel uji
tersebut. Prosentase recovery yang
didapat merupakan penilaian ketepatan
metoda yang dipakai. Pada penelitian ini
akurasi metoda ditetapkan dengan
metoda standar addisi. Me- toda ini
dipilih karena sampel yang diuji berupa
ekstrak
sehingga
komponen
pembawanya sangat kompleks dan tidak
dapat diketahui secara pas- ti sehingga
tidak
memungkinkan
untuk
menggunakan metoda sampel plasebo. Dari
Tabel 1 terlihat bahwa prosentase
standar rubraxanton yang diperoleh
kembali dalam ekstrak dengan rentang
96,32% sampai 106,30% dengan Stan-
Recovery
yang ditambahkan
Hari 1
(%) Hari 2
Hari 3
102,828
2,866
97,040
4,292
96,061
2,936
101,348
5,582
94,987
6,196
95,905
0,407
99,062
0,928
97,315
0,795
96,341
2,921
Mean (%)
RSD (%)
101,080
1,897
97,315
1,452
96,102
0,221
1,699
(g/ml)
5,5
11
16,5
1,808
1,919
Tabel 2. Hasil Uji Presisi intra day Metoda Penetapan Kadar Rubraxanton dalam Ekstrak
Garcinia mangostana
No
1.
2.
Berat
Sampel
Tertimbang
50,0
50,1
Kadar
larutan
(g/ml
459,264
Luas Puncak
Perlakuan 1&2
Rata-rata
Kada
r
rubraxanthon
9,168
6336749
6377009
6356879
460,182
6345054
6322757
9,101
6194309
8,938
6279892
9,059
6401222
9,193
6366666
9,163
6308765
3.
50,0
459,264
6198765
6189852
4.
50,0
459,264
6240029
6319754
5.
50,2
461,101
6411018
6391425
6.
50,1
460,182
6389765
6343567
Rata
2
RS
D
9,104
0,095
1,044 %
arti
metoda
ini
telah
memenuhi
persyaratan Far- makope Indonesia edisi
IV yaitu kecil atau sama dengan 2%.
Presisi metoda dilakukan dengan
replikasi atau keberulangan sampel
ekstrak Garcinia spp yang diuji dengan
cara yang sama sebanyak 6 kali
pengulangan.
Dalam
pengujian
ini
digunakan ekstrak G. mangostana. Dari
Tabel 2 terlihat je- las presisi metoda
pengujian rubraxanton dalam ekstrak G.
mangostana ini memenuhi persyaratan
yang berlaku yaitu RSD 2%. Sehingga
metoda ini dapat digunakan untuk
maksud penetapan ka- dar rubraxanton
di dalam ekstrak.
Presisi
inter-day
(ruggedness)
dilakukan de- ngan replikasi atau
keberulangan sampel eks- trak Garcinia
mangostana yang diuji dengan cara yang
sama yang dibuat sebanyak 3 seri
kosentra- si dimana tiap-tiapnya dibuat 3
kali pengulangan yang dilakukan pada
hari yang berbeda. Dari ha- sil pengujian
terlihat bahwa harga RSD untuk hari
yang berbeda adalah 0,720%.
Dari hasil pengujian secara KCKT
terhadap ekstrak beberapa spesies
Garcinia spp
ini dike- tahui bahwa
masing-masing ekstrak uji mengan- dung
senyawa rubraxanton dengan kandungan
dalam masing-masing ekstrak adalah G.
man- gostana = 9,161%, G. cowa =
6,942%, G. dioica
= 6,762%, G. forbesii = 0,499% dan
G. griffitii
0,229%. Dari data ini terlihat bahwa
kadar ru- braxanton dalam ekstrak G.
mangostana, G. cowa dan G. dioica
>1% (Gambar 3), sehingga dapat
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPUL
AN
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil
kesimpulan
bahwa metoda Kromatoraf Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) dengan kolom fase terbalik
C-18 fase gerak metanol air dengan system gradient polarity yang dimulai
dengan meta- nol 20 % sampai metanol
100%
dengan
kenaikan
metanol
2%/menit, kecepatan aliran 1ml/menit,
detektor UV pada panjang gelombang
243nm
merupakan
metoda
yang
tervalidasi meliputi pre- sisi, akurasi dan
recovery, linieritas, LOD dan LOQ,
spesifsitas memenuhi persyaratan yang
ditetap- kan. Kadar rubraxanton dalam
ekstrak Garcinia spp yang diperoleh
dengan
metoda
KCKT
adalah
G.
Manostana 9,161%, G, cowa 6,942%, G.
dioica
6,762%, G. forbesii 0,499% dan G. griffiti
0,229% dimana ekstrak dengan kadar
rubraxanton ter- tinggi adalah pada
ekstrak G. mangostana.
1998: 170-175
an-
timicrobial
rubraxanthone
isolated
activities
from
of
Garcinia
4. Lee H,
methoxy-
Chan
H.
1,3,6trihydroxy-7-
8-(3,7-dimethyl-2,6-octadienyl)
from
xanthone
Wiri-
yachitra
P.
Screening
of
8. Departemen
Kesehatan
Republik
Republik
Stan-
dar
Indonesia.
Umum
Ekstrak
Artikel Penelitian
86
ABSTRAK : Pemanfaatan
bakto agar dalam negeri
untuk bidang mikrobiologi
semakin
meningkat,
namun untuk memenuhi
kebutuhan tersebut masih
mengandalkan
bakto
agar
impor,
walaupun
produksi alga penghasil
agar di dalam negeri
cukup
tinggi.
Pada
penelitian ini dilakukan
pembuatan bakto agar
dari alga merah Gracilaria
verrucosa dengan metode
gel press serta dilakukan anali- sis mutu bakto agar yang
dihasilkan. Sampel alga merah yang digunakan berasal dari dua
tempat budidaya, yaitu dari Bekasi dan Subang. Bakto agar
dianalisis rendemen dan mutunya yang meliputi kadar air, kadar
abu, kadar abu tak larut asam, nilai pH, dan kekuatan gel, serta
kemampuannya dalam menumbuhkan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Uji mikrobiologi dilakukan dengan metode
tuang (pour plate). Hasil analisis mutu bakto agar menunjukkan
bahwa sampel alga merah dari Bekasi menghasilkan bakto agar
yang memenuhi standar bakto agar komersial dengan
karakteristik kadar air 10,2575%, kadar abu 3,86%, kadar abu tak
larut asam 0,38%, nilai pH 7,31, serta kekuatan gel sebesar
600,8205-602,8166 g/cm2.
Kata kunci: Bakto agar, Alga merah, Gracilaria verrucosa,
Media mikroba
Korespondensi:
Shirly Kumala
Email : fskumala@yahoo.com
87
PENDAHULUAN
Alga merah adalah salah satu jenis
rumput laut yang banyak digunakan
sebagai bakto agar. Bakto agar adalah
agar yang telah dimurnikan dengan
mereduksi kandungan pigmen-pigmen
pengotor, kandungan garam (NaCl), dan
kandungan bahan- bahan asing (organik
dan anorganik) serendah mungkin,
sehingga dapat mendukung pertumbuhan mikroba secara umum (1). Bakto
agar memi- liki kualitas tertentu sehingga
dapat
digunakan
dalam
bidang
mikrobiologi dan bioteknologi. Beberapa
persyaratan standar untuk bakto agar
adalah kekuatan gel (gel strength)
minimal 400 g/cm2, kadar air 15%, kadar
abu 4,5%, abu tak larut asam 1%, dan pH
7-7,5 (2).
Hasil penelitian tentang ekstraksi agar
yang telah dilakukan umumnya baru
menghasilkan agar kualitas pangan (food
grade).
Beberapa
kelemahan
yang
menyebabkan tidak masuknya kualitas
agar ke dalam bakto agar adalah rendahnya gel strength, tingginya kadar abu
dan abu tak larut asam. Sampai saat ini
keperluan bakto agar dalam negeri masih
mengandalkan
bakto
agar
impor,
walaupun produksi rumput laut penghasil
agar di dalam negeri cukup tinggi (2).
Berdasarkan data Kementrian Kelautan
dan Peri- kanan, produksi rumput laut
Indonesia pada ta- hun 2006 mencapai
1.374.462 ton.Namun untuk memenuhi
kebutuhan agar dalam negeri, Indonesia harus mengimpor agar sebanyak
665.154 kg. Oleh karena itu, potensi
pengembangan bakto agar dalam negeri
harus ditingkatkan sehingga
dapat menekan angka impor produk
olahan rum-
Reguler
Standar
Premium
<
4,5
<
1,0
400,0 500,0
7,0 -7,5
<
4,0
<
1,0
500,0 - 650,0
< 1,0
> 650,0
6,8 7,0
6,8 7,0
< 1,0
Penyaringa
n
(Filtration
)
Pemurnian dengan
khitosan
T = 90-92oC, t = 45
menit)
Purifcation with
chitosan
(T = 90-92oC, t = 45
min)]
Penjendalan dengan KCl (T = 60oC, t =
30 menit) [Gelation with KCl (T = 60oC, t
= 30 minutes)]
Pengeringa
n
(drying
)
Pemucata
n
( bleaching
)
Penepunga
n
(Flouring
)
Perlakuan
asam
(Acid
treatment)
Bakto
agar
(Bacto
agar)
HASIL
PEMBAHASAN
DAN
Rendem
en
Rendemen merupakan salah satu
parameter penting dalam menilai efektif
atau tidaknya suatu proses produksi.
Nilai rendemen bakto agar dihi- tung
berdasarkan perbandingan berat bakto
agar yang dihasilkan terhadap berat
kering alga merah (2). Rendemen bakto
agar yang dihasilkan adalah
22,6200% untuk sampel Bekasi dan
30,6304%
untuk
sampel
Subang.
Tinggi rendahnya rendemen agar
dapat dipe- ngaruhi oleh spesies alga,
usia panen, dan iklim. Pada penelitian
ini,
perbedaan
rendemen
yang
dihasilkan
bisa
disebabkan
karena
adanya perbe- daan habitat, iklim, dan
usia panen. Namun, ren- demen yang
dihasilkan dari kedua sampel dapat
dikatakan baik. Berdasarkan penelitian
yang
dilakukan
oleh
Abdullah,
rendemen agar yang di- hasilkan dari
Gracilariaadalah 21,39%. Sedang- kan
kandungan
agar
pada
Gracilaria
umumnya berkisar antara 16 45% (5).
Kadar
air
Pengujian kadar air dilakukan untuk
mengeta- hui kandungan air dalam bakto
agar yang dihasil- kan. Kadar air yang
didapat adalah 10,2575% untuk sampel
Bekasi dan 11,3730% untuk sam- pel
Subang. Kadar air pada kedua sampel
tidak terlalu berbeda karena proses
pengeringan bakto agar untuk kedua
sampel adalah sama, yaitu de- ngan
menggunakan oven pada suhu 50C
selama
24 jam. Apabila dibandingkan dengan
bakto agar komersial, maka kadar air
bakto agar dari kedua sampel telah
memenuhi standar spesifkasi bakto agar
Bekasi
Sampel
Standar
Subang
10,
11,
10,
3
3,9
11,
3
4,9
0,3
8
7,3
1
600,8205
0,7
6
7,5
0
688,6481
Reguler
Standar
Premium
< 15,0
<12,0
< 9,0
<
4,5
<
1,0
7,0-7,5
<
4,0
<
1,0
6,8-7,5
< 1,0
400,0 500,0
500,0
650,0
< 1,0
6,8-7,5
> 650,0
larut
asam
pada
penelitian
ini
menunjukkan ren- dahnya kontaminasi
logam berat pada bakto agar yang
dihasilkan.
Nilai
pH
Nilai pH merupakan nilai yang
menunjukkan derajat keasaman suatu
bahan. pH atau derajat keasaman juga
merupakan faktor yang mempe- ngaruhi
pertumbuhan bakteri pada media. Nilai
pH bakto agar yang diperoleh adalah
7,31 untuk sampel Bekasi dan 7,50 untuk
sampel Subang. Nilai pH yang berbeda
dipengaruhi oleh kadar
3,6-anhidrogalaktosa pada bakto agar
yang ter- cermin dari kekuatan gel bakto
agar. Bila kadar
3,6-anhidrogalaktosa semakin rendah,
maka nilai pH juga semakin rendah (2).
Kekuatan
gel
Kekuatan gel merupakan suatu beban
maksi- mum yang dibutuhkan untuk
memecah matrik polimer pada daerah
yang dibebani. Kekuatan gel yang tinggi
merupakan salah satu kriteria penting
sehubungan dengan penggunaan agar
dalam bi- dang bioteknologi. Pengujian
kekuatan gel dilaku- kan berdasarkan
metode yang tertera pada SNI
01.2802.1995 (7). Kekuatan gel bakto
Hasil
Uji
Mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi dilakukan untuk
Dari
hasil
penelitian
disimpulkan bahwa bakto
dihasilkan dari alga
KESIMPUL
AN
ini
dapat
agar yang
UCAPAN
KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Publisher; 2011:7-40.
4.
1.
Murdinah,
Pemanfaatan
Jakarta:
Penelitian
Pengolahan
dan
Produk
Pengembangan
dan
Bioteknologi
TERIMA
Laut
Gelidium
rigidum
dari
untuk
Riset
Kelautan
Rumput
Media
dan
Laut.
5.
Badan
Rumput
Nasional. 1995.
Artikel Penelitian
Fakultas Farmasi
Universitas
Surabaya
98
ABSTRAK:
Telah
dilakukan
penelitian
mengenai
penentuan karakte- ristik fsik dan Displacement Value
Neomisin sulfat di dalam formulasi suppositoria dengan
berbagai perbandingan PEG 400 4000 sebagai pembawa.
Displacement Value ditentukan untuk penyesuaian bobot
suppositoria yang nilainya bervariasi karena besarnya
densitas bahan aktif yang berbeda dari densitas pembawa.
Metode yang digunakan dalam penentuan Displacement
Value ini adalah metode Moody. Evalu- asi yang dilakukan
antara lain uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji titik
leleh makro dan mikro, dan uji kemampuan mencair. Hasil
uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji titik leleh
makro, mikro, dan uji mencair memenuhi persyaratan
suppositoria. Dari hasil yang di- peroleh dengan metode
Moody, Displacement Value Neomisin sulfat adalah 0,96.
Kata kunci: Suppositoria,
Neomisin sulfat
Displacement
Value,
Korespondensi:
Alasen Sembiring Milala
Email : alasen2004@yahoo.com
99
PENDAHULU
AN
Suppositoria merupakan salah satu
bentuk
sediaan
farmasi
yang
mempunyai beberapa keung- gulan,
yaitu bahan aktif tidak mengalami
hepatic
frst
pass
effect,
dapat
memberikan efek lokal dan sistemik,
dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar dan tidak dapat menelan, serta
dapat terhindar dari iritasi saluran
pencernaan, menu- tupi rasa dan bau
yang tidak enak (2).
Polietilenglikol (PEG) memiliki daya
serap air tinggi, melarut pada cairan
rektal dan tidak memiliki efek samping.
Sedangkan Oleum ca- cao adalah suatu
lemak padat yang berasal dari biji
tanaman Theobroma cacao, melunak
pada suhu tubuh dan tidak menyebabkan
iritasi. Baik PEG maupun Oleum cacao
mudah mencair saat dipanaskan dan
cepat membeku saat didingin- kan, stabil
pada temperatur ruangan dan mudah
bercampur dengan bahan obat (3,4).
Pada pembuatan sediaan suppositoria
perlu
diawali
dengan
penentuan
Displacement Value. Displacement Value
adalah sejumlah bobot dari bahan-bahan
obat yang menggantikan satu ba- gian
dari basis (3). Displacement Value ini berguna untuk menyetarakan jumlah obat
dengan densitas basis suppositoria,
sehingga jumlah ba- han aktif obat yang
tersedia dalam setiap suppo- sitoria
dapat diperkirakan. Jika jumlah bahan aktif obat cukup besar, maka volume
material
harus
diperhitungkan
dan
jumlah
sesungguhnya
basis
yang
diperlukan
untuk
mengisi
cetakan
menjadi sangat penting (10). Tidak
semua bahan obat dengan basis tertentu
memiliki Displacement Value. Penentuan
displacement value diazepam telah
dilakukan
dengan
beberapa
basis
berbeda. Displacement value diazepam
dengan basis 10% beeswax dan 90%
Milala, Aditya
Triaspradana, Germany),
dan Andew
dan 1,46. Sementara dengan basisAlasen Sembiring
10 (Sartorius,
Gottingen,
Pierce Boehe
suppositoria ester dan basis suppositoria
Penangas air Memmert seri W 200
ampiflik
berturutturut
nilai
(Memmert
GmbH,
Buchenbach,
displacement value-nya adalah 1,4 dan
German), Fisher Johns Melting Point
1,43. Nilai ini selanjutnya digunakan
Apparatus (Thermo Fischer Scientifc,
dalam per- hitungan jumlah basis yang
Massachusetts,
USA),
Cetakan
ditambahkan dalam formulasi (9).
suppositoria nirkarat (Surabaya, Indonesia),
Mortirdan
stamper,
Erweka
Suppository Hard- ness Tester (Erweka
GmbH, Heusenstamm, Ger- many), dan
METODE
PENELITIAN
Erweka Suppository Liquefaction Tester
(Erweka GmbH, Heusenstamm, Germany).
Bah
an
Metode
Neomisin sulfat p.g (Shanghai Demo
Kerja
Bio-tech co., Ltd, Shanghai, China)
1.
Formulasi
Supositoria
merupakan
bahan
aktif
yang
Neomisin
sulfatdosis
250
mg
digunakan dan dibentuk supposito- ria
diformulasikan dengan basis campuran
dengan bahan tambahan PEG 400 p.g
PEG 400 : 4000 = 40% : 60%. Untuk
dan PEG 4000 p.g (Pan Asia Chemical
sepuluh suppositoria, 2500 mg Neomisin
Corp,
Taipei,
Taiwan).
Untuk
sulfat digerus hingga halus. PEG 400 dan
memudahkan suppositoria di- keluarkan
4000 ditimbang berturut-turut11000 mg
dari cetakan ditambahkan parafn
dan 16500 mg, lalu dimasukkan dalam
liquidium p.g (Bratachem, Surabaya,
cawan dan dipanas- kan pada waterbath.
Indonesia) yang akan melumuri dinding
Mortir dihangatkan dengan pemberian air
cetakan.
panas, dan selanjutnya Neomisin sulfat
dimasukkan ke mortir hangat tersebut.
Al
at
Setelah itu, kedua PEG yang telah
Timbangan Analitik (Digital) tipe
meleleh terseSartorius BP
value
Displacement
Value =
Replikasi
1
2
3
Keseragam
an Bobot
Suppositor
ia
(BobotSD
2,92
0,04
2,93
0,04
Kekerasan
Supposito
ria (kg)
Waktu
Leleh
Supposito
ria (menit)
Suhu
Leleh
Supposito
ria (C)
Waktu
Lebur
Supposito
ria (menit)
Displaceme
nt
Valu
e
1,8
16,13
20,20
0,93
1,8
18,40
35,
0
19,20
0,98
17,40
0,96
2,0
18,37
38,
0
DAFTAR PUSTAKA
Martindale,
The
Refe- rence, 34
nd
Complete
Edition, The
KESIMPULAN
SARAN
DAN
2. Gilman
ment
value.
Sumatriptan
memiliki
displacement
value
0,92,
sehingga
Polybase yang akan ditam- bahkan untuk
melengkapi bobot suppositoria 2,5 gram
harus diperhitungkan kembali (12).
edition, Pharmaceutical
London, 1994:
Press,
1039-1041.
6. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia,
Jakarta,
1994
11.
1147-119.
S.,
In
Paracetamol
Vitro
from
Release
of
Suppocire
12.
Pharmacokinetics
in
Healthy
Ma-
Suppositories:
Role
of
Additives.
Artikel Penelitian
thrombocytopenia,
Korespondensi:
Raymond R. Tjandrawinata
Email : raymond@dexa-medica.com
Section of Animal
Pharmacology
2
Dexa Laboratories of
Biomolecular
1
108
ABSTRAK:
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengoptimalkan
dosis
siklofosfa- mid dalam model
tikus
trombositopenia.
Sejumlah dosis obat yang
cocok
yang
bisa
menyebabkan
trombositopenia pada tikus
kemudian diteliti. Dua puluh
lima tikus secara acak dibagi
menjadi
lima
kelompok:
Normal
(grup
A),
siklofosfamid
dosis
rendah
(grup B), dosis sedang (grup
C), dosis tinggi (grup D),
dosis sangat tinggi (grup E)
yang masing-masing terdiri
dari 5 tikus. Ke- empat
kelompok
masing-masing
diberi dosis 25, 50, 100, dan
tikus,
trombositopenia,
109
INTRODUCTI
ON
Thrombocytopenia is a condition in
which blood has a lower than normal
number
of
blood
cell
fragments
(platelets). Thrombocytopenia is a blood
disease characterized by an abnormally low number of platelets in the
bloodstream. Platelets are made in the
bone marrow along with other kinds of
blood cells. Cyclophosphamide is a
synthetic alkylating agent that has been
used
for
its
antineoplastic
and
immunosuppressive activi- ties, and was
introduced as an antitumor agent in
1958. Cyclophosphamide was used as
toxicant in the current study because of
its
capacity
to
induce
stable
thrombocytopenia (1). In conventional
che- motherapy, cyclophosphamide is
one of the most commonly employed
drugs which are applied in high dose
regimen to treat metastatic breast cancer (2). Fulminant cardiac toxicity is the
most se- vere dose-limited toxicity of
cyclophosphamide whose other side
effects are hematopoietic de- pression,
hemorrhagic cystitis, gonadal dysfunction, alopecia, nausea, gastrointestinal
toxicity, renal toxicity, antidiuretic effect
and vomiting. Also, it was reported that
cyclophosphamide
could
induce
chromosome aberration of bone marrow
and liver cells (3). For reasons that are
poorly understood, patients with druginduced thrombocytopenia occasionally
present with dis- seminated intravascular
coagulation (4) or renal failure and other
fndings indicative of the hemo- lytic
uremic
syndrome
or
thrombotic
thrombocytopenic
purpura
(5).
Cyclophosphamide induced leucopenia
animal model can also be the model of
thrombocytopenia (6). Therefore, we
attemp- ted to use rats as a model of
thrombocytopenia following induction by
cyclophosphamide.
The
model
is
applicable for pharmacodynamic studies for drugs causing thrombocytopenia.
MATERIAL
AND
METHOD
Materi
als
Materials Cyclophosphamide was
purchased
Statistical analysis
The data obtained were analyzed
using one way analysis of variance
(ANOVA) followed by post hoc test for
multiple comparisons (Tukeys HSD or
Games-Howell test), using the statistical
package SPSS version 20 for Windows.
Differen- ces were considered signifcant
when p<0.05.
179
RESUL
TS
Platelet
count
Blood cell analyses in comparison to all
group; Platelet count (Table 1); white
blood cell (Table
2); platelet distribution width (Table 3),
mean corpuscular volume (Table 4); and
red blood cell (Table 5) did not change.
113
A Model
0f Rat
by
shows
that
at Thrombocytopenia
higher doses ofInduced
100 mg/kg
Cyclophosphamide
and 150 mg/kg, rats were dying after 7
days of drug ad- ministration. However, at
lower doses of 25 mg/ kg and 50 mg/kg,
114
DISCUSSION
Since
its
discovery
in
1958,
cyclophosphamide has been widely used
in both clinical and experi- mental animal
studies of cancer chemotherapy. Acute
events like bone-marrow toxicity, infections,
haemorrhagic
cystitis,
gastrointestinal side effects (nausea,
vomiting) and hair loss were seen as its
side effects. Cyclophosphamide was
used as an inducer in the current study
because
of
its
preliminary
data
suggesting its capacity as an in- ducer of
stable thrombocytopenia (1)
CONCLUSI
ON
In conclusion, Wistar rat challenged by
subcutaneous
injection
of
cyclophosphamide 25 mg/kg per day for
3 consecutive day is one simple, feasible and stable rat thrombocytopenia
model.
ACKNOWLEDGEME
NTS
The authors would like to thank to
Destrina Grace
for her assistance in
editing the manu- script.
REFERENCES
Cyclophosphamide.
2009;
Y,
Establishment
of
Mouse
Zoological
research
30(6):645-652.
2. Legha
SS,
Hortobagyi
Buzdar
GN,
AU,
Smith
Swenerton
TL,
KD,
91(6):
852.
leukopenia
847-
223-231.
9. Babu E, Basu D. 2004. Platelet large cell
ratio
administered
mice
in
in
the
abnormal
(in
differential
platelet
diagnosis
counts
of
[J].Indian
10. Aster
thrombocytopenia.
New
York:
Academic
Press,
2007:887-902.
Freiman
JP.
Fatal
quinine-induced
112:308-9.
Drug-induced
Platelets.
disseminated
R.
12.
occult
1981; 79:358-9.
13.
2001;135:104751.
pul-
Ray
JB,
monary
Brereton
hemorrhage
WF,
24:693-5.
FR.
Immune-mediated
Nullet
in
plasma
exchanges.
Ann
Petunjuk
Jurnal Farmasi Indonesia menerima tulisan ilmiah berupa laporan hasil penelitian atau telaah
pustaka yang berkaitan dengan bidang kefarmasian.
2. Naskah diutamakan yang belum pernah diterbitkan di media lain, baik cetak maupun elektronik.
Jika sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang
jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlangsungnya pertemuan tersebut.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris dengan huruf Cambria
11, disusun dengan sistematika sebagai mana yang disarankan di bawah ini.
4. Judul dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris, ditulis dengan huruf kapital diikuti huruf kecil, bold,
singkat dan jelas mencerminkan isi tulisan, tidak lebih dari 14 kata (bahasa Indonesia) atau 10
kata (bahasa Inggris).
5. Nama penulis tanpa gelar, diberi nomor superscript, diikuti alamat instansinya masing-masing
dan sebutkan alamat korespondensi kepada penulis lengkap dengan alamat e-mail.
6. Abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimum 200 kata,
dilengkapi dengan kata kunci (Keywords) 3-5 kata.
7.
Isi/Batang Tubuh:
a. Untuk tulisan berupa artikel hasil penelitian (research article), disusun dengan sistematika
sebagai berikut: Pendahuluan, Metodologi Penelitian (meliputi bahan, alat dan cara kerja),
Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, serta ucapan terima kasih.
b. Untuk tulisan bukan berupa laporan hasil penelitian (tinjauan pustaka atau komunikasi
singkat), disusun dengan sistematika sebagai berikut: Pendahuluan, bagian-bagian sesuai
topik tulisan, serta Penutup berupa kesimpulan dan saran, serta ucapan terima kasih.
8. Daftar Pustaka ditulis berurutan dengan nomor arab (1, 2, 3, dst.), sesuai urutan
kemunculannya dalam naskah, ditulis secara konsisten menurut ketentuan dalam Cummulated
Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journal
(Ann Intern Med 1979; 90: 95-99).
9.
Singkatan nama jurnal mengikuti ketentuan dalam Index Medicus; untuk nama jurnal yang tidak
tercantum dalam
Index Medicus harap tidak disingkat.
1. Contoh: Cefalu WT, Padridge WM. Restrictive transport of a lipid-soluble peptide
(cyclosporin) through the blood-brain barrier. J Neurochem 1985; 45; 1954-1956.
10. Sitasi/rujukan kepustakaan dilakukan dengan sistem nomor yang diletakkan dalam tanda kurung.
2.
Contoh: .........disusun oleh protein-protein membran, antara lain kadherin (5).
11. Cara penulisan:
a.
Halaman judul diketik di awal naskah terdiri dari judul, nama penulis dan afliasinya serta
nama dan alamat
lengkap corresponding author.
b.
Naskah diketik 1 spasi tidak bolak balik, ukuran kertas A4 dengan margin atas 4 cm, bawah 3
cm, kiri 4 cm, kanan
3 cm, minimum 8 halaman, maksimum 14 halaman tidak termasuk gambar/foto atau tabel.
c. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada Microsoft Word
diletakkan terpisah pada halaman setelah daftar pustaka, diberi judul dan nomor tabel
dengan angka arab 1, 2, 3... dst.
d. Gambar dibuat dengan format TIFF, JPG, JPEG, atau BMP, atau format Microsoft Excel/scatter
plot untuk grafk, dikirimkan tersendiri dalam fle terpisah dengan keterangan yang jelas
diberi nama fle sesuai dengan nomor urut gambar.
e.
Judul gambar ditulis dalam format MS Word setelah halaman Tabel. Judul gambar dinomori
dengan angka arab
(1,2,3,... dst).
12. Naskah dapat dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) dan berkas elektronik (dalam bentuk
CD) melalui pos/ kurir atau diantar sendiri ke sekretariat jurnal. Berkas elektronik dapat dikirim
melalui
email
ke
alamat
jf@
ikatanapotekerindonesia.net
atau
jurnalfarmasiindonesia@gmail.com. Naskah dapat juga dikirimkan secara online melalui
jf.iregway.com.
13. Naskah yang diterima akan disaring oleh Redaksi/Editor, kemudian direview oleh Mitra Bestari.
2013
184
Apabila diperlukan, naskah akan diberi catatan dan dikembalikan kepada penulis untuk direvisi,
untuk selanjutnya dikirimkan kembali secara utuh kepada redaksi jurnal untuk diterbitkan.
14. Untuk penelitian klinis yang menggunakan subyek manusia, disertakan Ethical clearance.
Instructions
Jurnal Farmasi Indonesia received the scientifc papers in the form of research article or literature
review related to the feld of pharmacy.
2.
Preferred manuscript is that the paper has never been published in other media, both printed and
electronic. If it has ever been presented in a scientifc meeting, a clear explanation of the name,
place and date of the meeting should be given.
3.
Manuscripts are written in standard Indonesian or English with Cambria 11, compiled by
4.
The title is written in a capital letter followed by lowercase letters, bold, not more than 14 words
The authors name should be written without title, given the superscript numbers, followed by the
affiliation and specify complete address of corresponding author by e-mail address.
6.
Abstract should be written in English and Indonesian respectively , with a maximum of 200 words,
equipped with 3-5 keywords.
7.
Contents / Body:
a.
equipment,
and
methods),
Results
and
Discussion,
8.
References are written sequentially with Arabic numbers (1, 2, 3, ..), in the order of it appearance in
the manuscript. It should be written consistently in accordance with the Index Medicus Cummulated
and / or the Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journal (Ann Intern Med
1979; 90: 95-99).
9.
Journal abbreviations should follow the provisions in Index Medicus; For journal that are not listed
in Index Medicus should not be abbreviated.
Example: Cefalu WT, Padridge WM. Restrictive transport of a lipid-soluble peptide
(cyclosporin) through the blood-brain barrier. J Neurochem 1985; 45; 1954-1956.
10.
11.
12.
Manuscripts can be submitted in hard copy and electronic version (on CD) by post /courier or
delivered to the secretariat of the journal by hand. Electronic fles can be sent via email to
jf@ikatanapotekerindonesia.net or jurnalfarmasiindonesia@gmail.com. Manucripts can also be
submitted online through jf.iregway.com.
185
13.
Manuscript received will be screened by the Editor, and then reviewed, the manuscripts may be
returned to the author and noted to be revised, and be sent back to the editor for decision of
acceptance for publication.
14.
For clinical research using human subjects should include Ethical clearance.