Anda di halaman 1dari 23

JURNAL

Panggil Aku Kartini Saja

Nama: Jesslyn Louwrence


Kelas: 9 Alpine

IDENTITAS BUKU
Diterbitkan dan diluaskan oleh: Lentera Dipantara
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Naskah pernah diterbitkan oleh:
1. NV Nusantara, Bukittinggi Djakarta 1962 (Panggil Aku Kartini
Sadja, jilid 1), edisi Indonesia.
2. NV Nusantara, Bukittinggi Djakarta 1962 (Panggil Aku Kartini
Sadja, jilid 2), edisi Indonesia.
3. Panggil Aku Kartini Sadja, jilid 3 & 4 hilang sebagai korban
vandalsme 1965 (dibakar angkatan Darat)
4. Hasta Mitra, 1997 (Panggil Aku Kartini Saja Jilid 1 dan 2)
Dicetak pada: Februari 2010
Halaman: 304 halaman
ISBN: 979-97312-11-6

Bab 4
1. Keunggulan Dunia Barat
Ringkasan
Kartini

mengetahui

keunggulan

dunia

barat

dari

membaca.

Menurutnya pengetahuan yang ia dapatkan di sekolah tidaklah cukup. Ia


membaca begitu banyak buku tentang sejarah. Setelah mendapatkan
ilmu dari buku-buku yang ia baca, ia memiliki rasa keingintahuan tentang
mengapa negaranya dijajah, apakah hebatnya negara yang menjajah
negerinya? Dan ia mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak tentang
keunggulan-keunggulan yang dimiliki dunia barat. Dengan membaca, ia
dapat memahami bahwa memiliki ilmu pengetahuan adalah sebuah hal
yang penting

dan dengan patriotisme, negara Eropa dapat menjajah

negaranya. Selain itu, menurut Kartini, agama adalah biang keladi atas

peperangan dan perpecahan yang seharusnya adalah karunia bagi umat


manusia yang dapat mempersatukan umat manusia. Dengan begitu
banyaknya

agama,

pendapat-pendapat

baru

muncul

dan

memiliki

pendapat yang berbeda menyebabkan peperangan.


Dari Sejarah Barat, Kartini menyadari makna demokrasi. Menurutnya,
ia merasa harus tinggal sementara waktu di Eropa karena Eropa
merupakan

negeri

yang

sudah

bebas

dari

feodalisme.

Karena

menurutnya, orang-orang harus membebaskan diri dari pengaruhpengaruh yang diberikan oleh pendidikan Pribumi. Dengan begitu ia
merasa dapat mempelajari kebiasaan dan adat nya dalam menjadi bebas,
bebas akan feodalisme. Menurutnya, seharusnya setiap orang berhadaphadapan dengan orang lain adalah sebagai sesamanya, bukan sebagai
tuan

dengan

budak

ataupun

sebaliknya.

Asas

inilah

yang

akan

membentuk demokrasi.
Komentar
Kartini

adalah

seseorang

yang

proaktif.

Ia

tidak

mendapatkan

pelajarannya di sekolah saja, tapi ia juga mendapatkan begitu banyak


ilmu pengetahuan dari membaca. Kartini memiliki rasa keingintahuan
yang luas dari membaca. Ia memiliki pikiran yang terbuka dan dapat
menerima pengetahuan-pengetahuan baru secara terbuka.

2. Kartini dan dunia barat semasa kanak-kanak


Ringkasan
Kartini sudah mengenal dunia barat sejak kecil. Ia mengetahui
perbedaan antara pergaulan barat dan pribumi. Ia diperlakukan berbeda
saat di rumah dan saat di sekolah. Di sekolah, ia berteman dengan orangorang Eropa, dan ia diperlakukan dengan sama. Kartini memahami bahwa
dunia

Barat

bernuansa

kan

Demokrasi.

Di

dunia

pribumi,

yang

diperhatikan adalah darahnya . Pembesar-pembesar pribumi menduduki


pangkat yang tinggi bukan karena ilmu dan pengetahuannya, tetapi
karena darahnya.
Kartini memperlihatkan bakatnya dalam Bahasa Belanda dari sejak
kecil. Ia dengan mudah melakukan kontak langsung dengan dunia Barat.
Ia juga dengan bebas bergaul dengan orang-orang barat yang berjiwa
demokratik. Dalam pergaulannya dengan orang-orang barat lainnya, ia
terbuka atas segala perbedaan yang mereka miliki. Ia meninggalkan sifat
feodalisme

yang

dimiliki

kebanyakan

orang-orang

pribumi.

Kartini

mengetahui bahwa Eropa bukanlah negara yang sempurna, dan memiliki


kekurangan-kekurangan.
Komentar
Saat Kartini masih kecil, ia tidak memilih-milih teman. Semua orang
adalah temannya, dan ia bergaul dengan orang-orang Eropa dengan
sama. Bukan sebagai budak dan tuannya tapi sebagai sesama. Intinya
adalah, bahwa jangan pilih siapa temanmu, tetapi pilih kepada siapa
kamu mendekatkan diri.
3. Segi lain dari Dunia Barat di mata Kartini
Ringkasan
Meskipun negeri Eropa dikagumi oleh Kartini, ia mengetahui sisi gelap
Eropa di bidang-bidang lain. Banyak sekali hal-hal yang masih kurang dari
Eropa seperti contohnya, di Nederland. Nederland dapat menguasai
Hindia, tetapi masih ada kemiskinan di dalam negeri nya sendiri. Karena
ia mengetahui sisi gelap negara Eropa, ia dapat membagi nya menjadi
dua bagian Yang sesungguhnya dan formal dan palsu.
Di dalam surat yang ditulis Kartini kepada Nyonya H.G. de BooijBoissevain, Kartini menyebutkan bahwa hormatnya kepada orang-orang
Eropa telah binasa saat menghadiri sebuah pesta. Di pesta tersebut ia

melihat sandiwara orang-orang Eropa yang menurutnya merupakan


perbuatan yang tidak baik. Ia melihat seorang wanita berbicara dan
berperilaku baik kepada seorang wanita lainnya, seakan-akan mereka
adalah teman baik. Tetapi, dibelakang, mereka berbicara buruk tentang
satu sama lain.
Berdasarkan Konsep yang Kartini buat (bahwa jika nilai positif dari
suatu rakyat dicampurkan dengan nilai positif suatu rakyat yang lain,
akan timbul nilai positif yang lebih baik), ia ingin datang sendiri ke Eropa
agar dapat merasai iklim dan cuacanya, dan merasai segala hal yang
indah dan berguna yang dapat dihasilkan oleh peradaban barat. Kartini
merasa bahwa jika ia pergi ke Holland, pandangannya akan menjadi lebih
luas, dan dapat memperbaiki kemampuannya dalam melakukan tugasnya
sebagai guru.
Komentar
Meskipun Kartini sangat mengagumi negara Eropa, ia tidak dibutakan oleh
hal-hal positif yang dimiliki negara tersebut melainkan ia juga mengetahui
hal-hal negatifnya. Menurutku, Kartini yang masih muda dapat dengan
mudah membuka pikirannya dengan luas dan ia tidak mudah untuk
dibutakan oleh sebuah hal.
4. Barat yang dikenal Kartini dari bacaan
Ringkasan
Kartini mengenal dunia Barat melalui 3 jalan. Pertama adalah yang
disaksikan nya sendiri, kedua adalah observasinya yang mencakup
hubungan pribumi-barat secara luas, dan yang ketiga adalah bacaannya
dari orang-orang Eropa dari berbagai bidang (terutama di bidang
sastra).Bab ini membicarakan tentang penulis-penulis yang karyanya
digemari oleh Kartini.

Dimulai dari Multatuli, Kartini mengagumi dan memujanya karena


karyanya yang besar. Setelah itu ia membaca karya Couperus (Louis
Marie Anne) yang lahir tahun 1873 di s-Gravenhage dan meninggal tahun
1923. Kartini menyukai karyanya karena bahasa yang ia gunakan sangat
indah bagi Kartini. Kartini tidak pernah menuliskan karya-karya Couperus
apa saja yang telah ia baca. Dari karya-karya Couperus yang telah Kartini
baca, tokoh-tokoh didalamnya selalu saja berjiwa sakit.
Pengarang lainnya yang Kartini sukai adalah Augusta de Wit (lahir di
Sibolga , 1864 dan meninggal pada tahun 1939.) Kartini menyukai
karyanya karena menurut Kartini, ia menulis begitu simpatik dalam
bahasa yang indah tentang Hindia. Beberapa waktu setelah Kartini
meninggal, de Wit pernah menulis tentang Kartini.
Kartini juga pernah membaca Veth Java serta artikel-artikel tentang
Hindia yang ditulis oleh Martine Tonnet. Penulis-penulis diatas mempunyai
hubungan persoalan dengan Hindia dan Jawa. Selain itu, Kartini juga
pernah membaca tulisan tentang hal lainnya. Seorang penulis yang
dongeng nya, De Kleine Johannes (Johannes kecil) disukai Kartini bernama
Van Eeden (Frederik). De Kleine Johannes adalah dongengan otobiograf
pengarangnya sendiri yang menceritakan tentang perkembangan masa
kanak-kanak nya.
Setelah ia menceritakan tentang Van Eeden, ia mengubah perhatian
nya kepada bacaan yang lain. Yaitu Vosmer (Carel), yang karyanya
Inwijding disukai Kartini. Inwijding adalah sebuah roman yang belum
selesai. Pengarangnya menempati kedudukan yang sangat penting dalam
sejarah

sastra

Belanda.

Inwijding

adalah

sebuah

potret-diri

dari

pengarangnya. Kartini sebenarnya tidak mementingkan bentuk dalam


sastra, ia lebih mengutamakan isinya.
Selain itu, pengarang lainnya yang disebut oleh Kartini adalah de
Genestet (Petrus Agustus). Ia adalah seorang penyair yang disukai Kartini.
De Genestet telah memberi banyak hiburan bagi Kartini pada hari-hari
berat dan sulit.

Kartini menulis banyak tentang de Genestet, di dalam

surat yang ditulis kartini kepada abangnya, Sostrokartono, selera Kartini


dalam membaca buku terlihat.
Hilda van Suylenburg adalah sebuah karya yang pengarangnya tidak
begitu terkenal tetapi, menurut Kartini, Hilda van Suylenburg adalah Ratu
diantara segala karya tentang Emansipasi wanita. Moderne Vrouwen
adalah buku kedua dari Hilda van Suylenburg, tetapi, menurut Kartini,
buku tersebut telah kehilangan semangat dan ilham yang ada pada buku
yang pertama. Didalam surat Kartini kepada Estelle Zeehandelaar, ia
bercerita tentang Hilda van Suylenburg, ia menceritakan bagaimana
karya tersebut begitu menyeret hatinya.
Buku Hilda van Suylenburg ini adalah buku pertama tentang
Emansipasi wanita yang dibaca oleh Kartini. Buku ini ditulis oleh Nyonya
Goekoop de Jong. Kartini sangat mengagumi Nyonya Gaekoop de Jong,
dan bahkan saat ia akan melahirkan, ia masih menyebut tentang buku
tersebut. Nyonya Gaekoop de Jong setiap hari menggendong anaknya
pergi

bekerja.

Menurut

Kartini,

hal

tersebut

menggambarkan

kepahlawanan seorang ibu. Tetapi, sebenarnya berangkat kerja dengan


bayi dalam gendongan berarti dua kali lebih lemah kedudukan sosialnya.
Buku

ini

membuat

keluarganya,

Kartini

terhadap

mengenal

lingkungan,

kewajiban

masyarakat

wanita

dan

buku

terhadap
tersebut

membuatnya mengenal haknya sebagai wanita.


Setelah buku tersebut, kartini pun dipengaruhi dengan pengarang
wanita Belanda Cornelie Lydie Huygens (seorang feminis dan sosialis.)
Selain itu, Barthold Meryan karangan Huygens, hampir sama pentingnya
dengan buku Hilda van Suylenburg.
Komentar
Kartini

membaca

begitu

banyak

buku

untuk

memperluas

pengetahuannya. Begitu banyak penulis yang ia sukai. Kartini tidak hanya


membaca buku sastra, tetapi ia juga membaca tentang hal lainnya.
Ketertarikan

nya

dengan

Emansipasi

wanita

pun

tumbuh

setelah

membaca sebuah buku tentang Emansipasi Wanita. Buku tersebut


membuatnya mengenal haknya sebagai wanita. Teladan yang bisa diambil
adalah bahwa Kartini tidak hanya memperluas pengetahuannya dengan
satu cara, melainkan dengan 3 cara.
5.
a.

Bacaan Kartini dari luar Nederland.

Ringkasan
Kartini telah membaca begitu banyak buku, tidak hanya
buku tentang Belanda yang telah ia baca, tetapi juga dari
beberapa negara lainnya. Menurutnya, buku terjemahan
sangat jauh dari aslinya, maka ia mempelajari beberapa
bahasa modern seperti bahasa Perancis. Ia membaca buku
dari 2 negara selain Belanda, yaitu dari Perancis dan Jerman.
Pada buku-buku Perancis yang ia baca, ada 3 topik berbeda.
Topik pertama adalah tentang emansipasi wanita, buku yang
memiliki topik tersebut berjudul Moderne Maagden (Perawanperawan modern). Ada juga topik bilateral dan moral sastra
religi. Topik bilateral terdapat pada buku yang berjudul.
Buku tersebut memberikan kesimpulan kepada kartini, bahwa
apa yang bermanfaat di sebuah negara dapat ditukar dengan
yang bermanfaat di negara yang lain dan harus bisa
menguntungkan satu sama lain. Sedangkan topik moral sastra
religi terdapat pada buku yang berjudul Duo Vadis. Dari buku
tersebut ia mendapatkan pembentukan karakter.
Buku-buku yang ia baca tentang Jerman memiliki 2 topik.
Yang pertama adalah tentang Emansipasi dan yang kedua
adalah tentang sosial. Buku tentang Emansipasi tersebut
berjudul dan buku tersebut lebih menceritakan Emansipasi
karena penindasan atas ras dan agama. Buku tentang sosial

berjudul Buku tersebut lebih membicarakan tentang antikapitalisme, ras dan agama. Dari seluruh buku yang ia baca,
ia dapat mengetahui banyak hal, dan ia menyerap seluruh
hal-hal yang baik dan mengabaikan hal-hal yang buruk.
Komentar
Kita harus mencontoh Kartini karena ia dapat menyerap nilainilai positif saja dari negara Eropa dan meninggalkan nilainilai negatinya walaupun ia masih sangat muda. Mungkin
tidaklah mudah bagi orang lain untuk berpikir begitu positif
seperti Kartini, dan banyak orang dapat terpengaruh dengan
nilai-nilai negatif dari sebuah hal. Kartini memperjuangkan
Emansipasi wanita bukan untuk membuat wanita menjadi
manja, ia ingin wanita menjadi mandiri.
b.

Eropa, Nederland, dan Kartini

Ringkasan
Cita-cita Kartini adalah untuk pergi ke Eropa, Khususnya ke
Holland, meskipun ia mengetahui kekurangan-kekurangannya.
Namun, Kartini merasa bahwa ia harus pergi ke sana karena
ia akan mendapatkan segala alat yang diharapkan nya dapat
dikuasai nya untuk negeri dan rakyatnya kelak.
Komentar
Sebagai wanita, Kartini memiliki sebuah semangat dalam
membantu negaranya meskipun ia seorang wanita. Hal ini
menunjukkan

bahwa

tidak

hanya

laki-laki

yang

dapat

membantu negaranya, tetapi wanita juga dapat melakukan


nya.

Bab 5
1. Kesenimanan adalah tugas
Ringkasan
Orang dengan perasaan halus dengan perabaan tajam dan daya cipta
besar pastilah seorang seniman /seniwati. Dengan hal tersebut Kartini
merasakan nafas seni, jiwa puisi. Kartini adalah seorang seniwati, ia
mengatakan

bahwa

pikiran

adalah

puisi,

pelaksanaannya

seni.

Keseniman (Kepengarangan) adalah suatu tugas sosial Seni (Sastra)


adalah alat untuk mewujudkan cita-cita. Ia menulis hal tersebut saat
berumur 21 tahun. Sangat mengherankan Kartini dapat mencapai paham
tersebut, bahwa pertama-tama adalah cita-cita sebagai hasil kehidupan,
kejiwaan dari pemahamannya atas keadilan sosialnya.
Menurut Kartini, seni adalah suatu alat terpenting dalam perjuangan bagi
mereka yang sama sekali tidak mempunyai kebebasan dan kekuasaan
sebagaimana halnya dengan Kartini. Kartini, yang tidak mengetahui
sesuatu apapun berani menceburkan diri kedalam sastra. Intinya,
Barangsiapa tidak berani, dia tidak bakal menang itulah semboyan
Kartini.
CIta-cita Kartini sebagai pengarang bukanlah hal yang mengherankan
karena pamannya telah sukses sebagai pengarang waktu itu. Sebelum
Kartini ingin menjadi seniwati sastra, ia telah menjadi seorang seniwati
sekalipun di bidang lainnya.
Komentar
Kartini merupakan seorang seniwati sastra, dan ia bisa menjadi seorang
seniwati sastra karena keberanian nya. Jika bukan karena keberanian nya,
Kartini

tidak

akan

bisa

menjadi

seorang

seniwati

sastra.

keberanian, kita tidak akan bisa berhasil dalam menjadi seseorang.

Tanpa

2. Beberapa contoh dari tulisan Kartini


Ringkasan
Beberapa tulisan kartini dibuat untuk publikasi dan beberapa tulisannya,
ia tulis kepada dirinya sendiri. Tulisannya yang dibuat untuk publikasi dan
yang dibuat kepada diri nya sendiri memiliki perbedaan. Tulisan yang
ditujukan untuk diri nya sendiri, kebanyakan membicarakan tentang
pendapatnya, perasaanya, dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Tapi
tulisan yang ditujukan untuk publikasi lebih membicarakan tentang topik
yang lebih luas, dari kehidupan pribadinya, pendapatnya tentang
negaranya, dll.
Contoh dari tulisan yang ditujukan untuk publikasi tentang kehidupan
pribadinya

adalah

saat

ia

menulis

tentang

ayahnya

yang

telah

memutuskan hubungan dengan banyak hal untuk membahagiakan nya


dan saudara-saudaranya. Salah satu yang berkesan bagi Kartini adalah
bahwa

ayahnya

memutuskan

hubungan

tradisi

berabad

yang

memerintahkan bahwa gadis-gadis sama sekali tidak boleh bertemu


dengan dunia luar dan dengan itu, ia merasa telah bebas dan dapat
menghirup udara luar yang selama ini tidak dapat ia hirup karena tidak
pernah boleh keluar dari rumahnya.
Komentar
Tulisan yang dibuat untuk publikasi dan tulisan yang Kartini tulis untuk
dirinya sendiri berbeda. Tulisannya untuk publikasi memiliki elemen yang
berbeda dibandingkan dengan tulisan untuk diri nya sendiri. Saat ia
menulis untuk publikasi, seakan-akan ia sedang berbicara pada dunia dan
saat ia menulis untuk diri nya sendiri, seakan-akan ia sedang berbicara di
dalam hati.
3. Abdullah dan Kartini

Ringkasan
Bab ini menceritakan tentang Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dan Kartini.
Mereka berdua adalah tugu dalam sejarah Asia Tenggara, tetapi
perbedaan mereka dapat dilihat dari nilainya. Kartini memiliki pikiran
yang terbuka dan pengetahuan yang lebih luas, tetapi, Abdullah masih
memiliki kekurangan dalam memandang persoalan politik. Sebagai
pengarang, kemampuan Kartini berada di tingkat yang lebih tinggi
dibandingkan Abdullah. Meskipun begitu banyak perbedaan yang mereka
miliki, mereka berdua adalah hasil dari peperangan antara Timur dan
Barat,

dan

mereka

berhasil

mengatasi

keadaan

dan

mengambil

keuntungan dari peperangan tersebut. Mereka berdua sadar bahwa


menimbulkan nilai kebersamaan bagi Timur dan Barat merupakan
tantangan sejarah. Mereka tidak lari darinya seperti yang dilakukan oleh
beberapa budayawan, tetapi mereka menantang diri mereka untuk
memahami, mencernakan dan mengambil keuntungan dan nilai-nilai baru
dari kekuatan asing untuk memperkuat kebudayaan negara mereka.
Komentar
Kartini dan Abdullah merupakan seseorang yang harus dicontoh karena
mereka tidak lari dari masalah, mereka bertindak dengan pintar dan
mengambil keuntungan dan nilai-nilai baru dari kekuatan asing yang
dapat memperkuat kebudayaan negara mereka.
4. Surat-surat Kartini di luar negeri
Ringkasan
Kartini mulai dikenali dan dikagumi oleh dunia dan negaranya sendiri.
Door Duisternis tot licht adalah buku yang dibuat Kartini tentang
Emansipasi wanita, buku tersebut dikagumi oleh berbagai orang di hampir
seluruh belahan dunia. Buku tersebut juga diterjemahkan menjadi

beberapa bahasa(Arab, Perancis, dan Inggris). Surat-surat Kartini juga


dikumpulkan menjadi satu dan dibuat menjadi sebuah buku. Terjemahan
buku tersebut juga dibuat dalam berbagai bahasa (Rusia, Perancis,
Spanyol, TiongHoa, dll.)
Buku yang berisi surat-surat Kartini memang tidak sempurna karena
buku tersebut merupakan dokumen sejarah peralihan dari penjajahan
kuno ke arah imperialisme modern. Buku ini juga merupakan dokumen
sejarah dari peralihan alam pikiran feodalistik-fasistik yang sinetik ke arah
alam

pikiran

demokratik-fasistik.

Kartini

begitu

terkenal

sebagai

seseorang yang berjasa dan ia dikagumi oleh berbagai pengarang, maka


pada waktu itu, banyak yang menulis tentang Kartini.
Komentar
Kartini memang patut dikagumi, karena ia sebagai seorang wanita muda
dapat memiliki pengetahuan yang begitu luas dan juga pikiran yang
begitu terbuka. Saya memang belum pernah membaca buku yang ditulis
Kartini tersebut, tetapi setelah saya mengenal Kartini dari buku ini, buku
yang ia tulis pasti memiliki kata-kata yang begitu indah, yang dapat
membuka

pikiran-pikiran

manusia

yang

masih

terpengaruh

dalam

feodalisme.
5. Habis Gelap Terbitlah terang
Ringkasan
Habis Gelap Terbitlah Terang adalah terjemahan harfah dari buku
Door Duisternis tot Licht. Buku tersebut diusahakan oleh Baginda
Abdoellah Dahlan, dan Baginda Zainoedin Rasad. Tidak ada satu pun dari
ketiga cetakan yang berbahasa Indonesia. (2 cetakan pertama dalam
bahasa Melayu & yang ketiga dalam bahasa Melayu-Belanda) Yang
disebut namanya sebagai penerjemah cetakan yang ketiga adalah Armijn
Pane, tetapi ia bukanlah

penerjemah yang asli dan entah kenapa

namanya lah yang ditulis sebagai penerjemah.

Armijn Pane juga

mengakui bahwa dialah yang menentukan komposisi jalan perjuangan


Kartini menurut jalannya surat-suratnya. Tidak ada bukti yang kuat bahwa
ia lah yang menentukan komposisi tersebut. Kebenaran pengakuan nya
ditanyakan, karena komposisi tersebut lebih banyak terkait dengan Politik
Hindia Belanda. Pengakuan Armijn Pane terbukti salah ketika ada campur
tangan instansi-instansi resmi yang tinggi-tinggi.
Di dalam terbitan Melayu, yang disorot adalah ratap tangis,
manifestasi keputusan, kehilangan akal & ketergantungan nya kepada
Belanda dan bukan tentang perjuangan. Kartini memiliki gaya menulis
yang bebas, menantang tapi tidak meninggalkan batas dan Kesopanan.
Kartini adalah seorang pejuang tunggal, yang pasti akan merasakan
kehilangan semangat, putus asa, hilang akal, dan menangis. Ia tidak bisa
memberitahukan masalah dan perasaannya kepada orang lain, maka ia
memendam nya sendiri.
Komentar
Buku Door Duisternis tot Licht adalah buku yang mengenalkan Kartini
kepada dunia. Buku terjemahannya membawa beberapa permasalahan.
Seperti

masalah

dimana

penerjemah

buku

ke-3

dipertanyakan

kebenarannya. Ditulis bahwa penerjemah buku tersebut adalah Armijn


Pane, tapi ia bukanlah penerjemahnya. Ia juga mengaku bahwa ialah yang
menentukan komposisi jalannya perjuangan Kartini. Tetapi, dari buku
tersebut terlihat bahwa bukanlah dirinya yang menentukan komposisi
tersebut.

Bab 6
1. Sedikit tentang kondisi kejiwaan Kartini
Ringkasan
Kondisi kejiwaan Kartini dipertanyakan, ada kemungkinan kondisi kejiwaan
Kartini yang sebenarnya tidak diketahui oleh orang-orang. Jika kita

menulis tentang seseorang tanpa mengetahui kondisi kejiwaan nya, dan


membuat pendapat orang tersebut menjadi contoh umum yang maju
dan progresif, akan terjadi konflik, karena tidak mengetahui faktanya.
Komentar
Sebelum menulis tentang seseorang ataupun sesuatu, akan lebih baik jika
kita mengetahui seluruh fakta dari orang/kejadian tersebut. Merupakan
hal yang sangat berisiko bagi Pramoedya Ananta Toer, untuk menulis
tentang Kartini jika beberapa hal masih ditanyakan oleh dirinya sendiri.
Jika ia tidak tahu sepenuhnya tentang Kartini, dan menulis sesuka hatinya
tent
2. Sinkretisme yang masih keras
Ringkasan
Kartini mengenal Buddhisme dari buku Buddhisme karangan Fielding
yang diterjemahkan oleh Felix ort. Di dalam buku tersebut diceritakan
tentang buddhisme yang hidup di Burma, namun ia tidak pertama kalinya
mengetahui Buddhisme melewati buku tersebut. Pada saat ia masih kecil,
ia jatuh sakit dan para dokter tidak bisa menyembuhkannya. Lalu seorang
Tionghoa

menawarkan

pertolongan.

Orang

tua

Kartini

menerima

tawarannya dan Kartini pun sembuh. Obat-obat dokter tidak bisa


menyelamatkannya, namun perdukunan lah yang menyelamatkannya.
Kartini diberikan abu sesaji yang dipersembahkan kepada sebuah patung
Tionghoa yang harus ia minum. Karena minuman tersebut, Kartini menjadi
anak orang kudus. Kartini percaya bahwa ada kekuatan dan kekuasaan
gaib yang hidup dan bekerja. Islam hanya sebagai barang warisan yang
tak pernah Kartini kenali dengan baik.
Pandita Ramabai adalah seorang pahlawan bagi Kartini. Ia adalah
seorang wanita Hindia pertama yang melawan perlakuan atas nasib buruk
wanita Hindia yang diakibatkan oleh adat dan agama. Dulu, wanita janda
disebut sebagai pembawa sial yang membunuh suaminya karena

kesialannya. Wanita janda tidak memiliki kebebasan, dan Tuhan mereka


adalah suami mereka. Mereka harus menyerahkan diri mereka sebagai
hamba dan mengikuti jejak suaminya yang meninggal. Perjuangan
Pandita Ramabai ini ditulisnya dalam sebuah buku otobiograf. Rasa
kasihan

Kartini

tumpah

kepada

Ramabai.

Disana,

kaum

wanita

diperlakukan dengan buruk. Bahkan lebih buruk dibandingkan perlakuan


kaum wanita di Indonesia. Karena hal tersebut Ramabai beralih agama
menjadi Nasrani. Pandita Ramabai angkat bicara dan ia membangun
perkumpulan-perkumpulan untuk memberantas perkawinan anak-anak.
Pada saat berumur 25 tahun, Ramabai sudah mempelajari cara-cara
menolong dan merawat orang sakit dan cacat di Inggris. Di dunia barat, ia
melihat bagaimana wanita dan pria diperlakukan dengan sama.
Maka ia kembali ke negaranya, niatnya adalah untuk melanjutkan
mengajar, namun ia mengubah tujuannya dan ia pun membangun
sekolah untuk anak perempuan dan gadis-gadis golongan biasa. Sekolah
tersebut dibangun untuk memperbaiki nasib-nasib janda kanak-kanak.
Sekolah yang ia bangun dengan perlahan berkembang. Pandita Ramabai
mempengaruhi

jalan

perjuangan

Kartini.

Kartini

mencoba

untuk

mencontoh semua hal yang dilakukan oleh Ramabai.


Daya

sinkretik

telah

banyak

membantu

Kartini

dari

kesulitan

keagamaan yang kacau di dalam hidupnya. Yang lebih kuat bekerja


adalah kepercayaan asal, yang Kartini coba untuk sembunyikan, misalnya
dalam sikapnya terhadap kepercayaan Rakyat tentang sultan Mantingan
yang adalah makam keramat. Jika dipersembahkan bunga dan dupa, ada
kemungkinan keinginan kita akan terkabul. Kartini menceritakan kembali
tentang sultan mantingan setelah begitu lamanya namun melalui
pengalaman yang ia alami. Anneke (Annie Glaser, teman baik

Kartini),

ingin meninggalkan Jepara dan kartini menganjurkan untuk meminta


berkah pada sultan mantingan. Maka bersama-sama mereka pergi, dan
setelah itu syukurnya Anneke berhasil meninggalkan Jepara.

Agama Nasrani ia kenal dari sekolah dan saat ia menghadiri


pengtahbisan gereja kedung penjalin. Dan Buddha ia kenal dari tulisan
Fielding. Dari agama buddha, ia mendapatkan patokan hidup baru yaitu,
merebut kebahagiaan melalui penderitaan, bahagia bagi orang-orang lain,
dan menderita bagi dirinya sendiri. Panggil aku Kartini saja, itulah
namaku merupakan hal yang ditulis oleh Kartni. Ia hanya ingin dipanggil
dengan nama nya untuk menunjukkan kebebasannya akan feodalisme
dan dari hubungan dengan alam atas.
Kartini

dipercayai

memiliki

kekuatan

gaib.

Sebuah

sumber

mengatakan bahwa Kartini adalah seorang telepat. Ia pernah meramalkan


beberapa ketentuan dari anak-anak tirinya dan hal tersebut tidak
meleset. Namun kebenaran hal tersebut belum pasti.
Komentar
Sinkretisme: Sinkretisme adalah suatu proses terjadinya pertemuan dua buah
kebudayaan dan tidak menghilangkan jati diri masing-masing.
Kartini mengenali 3 agama yang berbeda, Islam, Buddha, dan agama Nasrani.
Kartini sebenarnya adalah seorang muslim. Tapi, pengetahuannya tentang islam
tidak begitu luas, agama muslim bisa dibilang hanya sebagai statusnya saja.
Buddha dan Nasrani ia kenali dari buku dan juga pengalamannya. Dalam agama
Buddha, Kartini mengenal seorang perempuan yang menurutnya adalah
pahlawan baginya. Kartini pun terpengaruh oleh hal yang dilakukan oleh
perempuan tersebut. Intinya adalah Kartini mempelajari banyak hal dari ketiga
agama, meskipun ia seorang Islam, ia tidak meremehkan agama lain, namun ia
belajar untuk mengenal agama tersebut.

3. Di bidang ketuhanan
Ringkasan
Kartini merupakan seseorang yang religius, namun ia tidak berpegang
pada bentuk-bentuk keibadahan. Ia termasuk dalam golongan Javanis
Jawa/ golongan kebatinan, dimana Tuhan sebagai sumber hidup yang

mengikat setiap orang dengannya, tanpa peduli apa agama yang dianut.
Menurut Kartini, agama adalah kebajikan dan karunia untuk membentuk
ikatan antara semua makhluk Tuhan. Tetapi, manusia tidak melihat, dan
memahami

hal tersebut. Maka, kebencian, peperangan, permasalahan

dll, muncul antar sesama makhluk hidup. Menurut Kartini, keibadahan


hanya soal tradisi. Sebagai orang yang terdiri secara Islam, ia ingin tetap
menjadi Islam dan ia tahu kelemahan-kelemahan dari ajaran tersebut.
Kartini sering menyebut nama Tuhan di dalam surat-suratnya. Tapi, ia
menyebut

nama

Tuhan

dengan

sebuah

istilah.

Lalu,

ia

juga

mencampurkan ajaran Nasrani dengan ajaran Islam yang ia pelajari


secara tradisional. Kartini tidak pernah berkenalan dengan teologi Islam
maupun nasrani dan banyak teori-teori yang muncul dari berbagai
bacaan.
Komentar
Mungkin Kartini memang tidak berpegang kepada satu keyakinan yang
pasti (agama). Tetapi, ia memiliki keyakinan yang menurut saya lebih baik
dari agama lainnya. Karena dengan keyakinan tersebut, peperangan antar
manusia akan berkurang. Meskipun Kartini memiliki keyakinan yang lain,
ia tidak pernah tidak menghormati yang seharusnya adalah agamanya
yang sebenarnya.
4. Paham tentang Tuhan dan akal
Ringkasan
Pemahaman Kartini tentang Tuhan lebih banyak yang bersifat realistik.
Tuhan kami adalah nurani, neraka dan Surga kami adalah nurani kami.
Dengan kejahatan, nurani kamilah yang menghukum kami, dengan
melakukan kebajikan, nurani kami pulalah yang memberi karunia. adalah
pemahaman Kartini atas Tuhan. Kebajikan dan nurani merupakan dua hal
yang berbeda. Namun, keduanya adalah suatu kesatuan.

Ciri

kemodernan

Kartini

adalah

bahwa

segalanya

harus

bisa

dipertanggungjawabkan kepada akal dan sudah tentu dengan kriteria


pemikirannya.

Pertanggungjawaban

Kartini

ia

tunjukkan

saat

ia

mengambil sarinya dan menolak syariat. Di surat, 25 Agustus 1902,


kepada E.C. Abendanon, ia pernah mempertanyakan segala sesuatu. Ia
juga mengungkit tentang agama, ia menulis bahwa ia tidak mau lagi
membaca Quran dan menghafal kalimat-kalimat nya tanpa mengetahui
mengapa. Selain itu, ia juga menyebut bahwa ia tidak lagi mau berpuasa
dan melakukan hal yang lainnya tanpa berpikir terlebih dahulu. Ia ingin
ada seseorang yang dapat menjelaskan hal-hal tersebut kepadanya dan
juga

dapat

mempertanggungjawabkan

perkataannya.

Maka

ia

meninggalkan syariat yang telah menjadi adat tersebut. Tugas manusia


adalah untuk menjadi manusia , manusia memiliki akal, maka mereka
harus menggunakannya.
Kartini berteori sendiri dalam bidang ini, karena tidak ada orang yang
dapat mempertanggungjawabkan perkataannya dalam menjelaskan hal
tersebut. Kartini tidak pernah melawan agamanya tetapi, sesuai dengan
pepatah Melayu, Sekali lancung ke ujian yang juga terdapat dalam
anggapan jawa Sekali bertukar kesetiaan, dia tak punya kesetiaan lagi.
Komentar
Kartini bukannya tidak setia kepada agamanya. Tapi yang ia inginkan
adalah

agar

seseorang

dapat

menjelaskan

berbagai

alasan

yang

berkaitan dengan agamanya, dan juga bisa mempertanggungjawabkan


pernyataan yang ia buat. Tindakan Kartini merupakan hal yang benar,
karena memang seharusnya harus ada alasan untuk setiap persoalan di
bumi ini. Agar kita dapat mengetahui tujuan dari persoalan tersebut.
5. Cinta
Ringkasan

Cinta adalah Surga, dan sekaligus neraka itu juga. Cinta kepada
ayahnya, berjalan erat dengan cintanya kepada rakyat, pada bumi
kelahiran. Posisi dan situasi sangat tragis saat ia memerangi musuh
cintanya yang bernama Poligami, ternyata musuhnya tersebut adalah
ayahnya sendiri. Dan saat ia juga ingin memerangi musuh cintanya yang
bernama feodalisme, musuhnya bukan orang lain, melainkan ayahnya
sendiri sebagai pendukung feodalisme. Kartini tidak bisa melawan
ayahnya, tapi ia juga merasa tidak yakin karena memiliki keinginan untuk
melawan feodalisme dan membantu masyarakat bebas darinya. Ia
menyadari hal tersebut sebagai tugasnya yang harus dipikul, tugas pada
masyarakat, pada bangsanya, pada rakyatnya, pada manusia, pada
generasi-generasi mendatang. Ayahnya lah yang membesarkan nya sejak
kecil, maka ia tidak bisa mengurangi hak-hak feodal ayahnya dan ia
memberikan

seluruh

kepatuhan

nya

kepada

ayahnya.

Ia

merasa

membantu menghapus feodalisme dari negara nya adalah salah suatu


kewajibannya. Namun, ia pun masih bingung akan makna dari kewajiban
itu sendiri.
Kartini sangat membenci egoisme dan menurutnya, hal tersebut
adalah kejahatan yang paling buruk. Ia berharap bahwa ia dan ayahnya
memiliki suatu pemikiran yang sama terhadap feodalisme agar dapat
membuat hidupnya lebih mudah.
Cinta bagi Kartini bukanlah suatu pengertian abstrak akan perasaan
tanpa bentuk dan isi. Cinta itu nyata dan ada batas-batas nya yang hidup.
Ia mencintai ayahnya, tapi karena cintanya kepada generasi mendatang,
ia harus saling bertentangan dengan ayahnya. Kartini meminta restu
ayahnya untuk memasuki dunia perjuangan, tapi tidak mendapatkannya.
Maka ia tidak pergi berjuang. Ia tidak mengkhianati perjuangannya, ia
hanya menundannya. Suatu kali, Kartini menyatakan Cinta tidak pernah
buta.
Komentar

Kartini berada di posisi yang mungkin sangat membingungkan pada saat


itu. Setengah dirinya ingin berjuang melawan feodalisme, tapi setengah
dirinya berkata bahwa ia harus patuh kepada ayahnya. Kartini tidak
pernah egois, bahkan dirinya sendiri membenci egoisme. Ia selalu
mementingkan orang lain terlebih dahulu daripada dirinya.
6. Daya observasi dan intelegensi
Ringkasan
Kartini memiliki intelegensi yang tajam dalam memandang dan
memahami sesuatu, ia mempergunakan sebuah sistem.
tersebut

adalah

mempergunakan

contoh-contoh

Sistemnya
sekelilingnya,

mendapatkan asasnya, dan mengenakannya pada yang selebihnya. Ada


kemungkinan

bahwa

sistem

ini

berasal

dari

barat,

Kartini

telah

mempraktekkan nya dari sejak kecil. Pengaruh barat bekerja dengan


lambat dalam kehidupan pribumi pada saat itu, dan orang-orang tidak
menyadarinya. Namun, kartini dapat melihat dengan jelas mana yang
khas pribumi dan Barat.
Dengan intelegensi nya yang begitu tinggi, pemikiran Kartini sama
tingginya seperti lulusan universitas, dan ia akan mampu mencapai
kemajuan yang sangat tinggi di dalam bidang apapun. Seluruh
kehidupan sosial harus juga kembali pada rakyat adalah pengetahuan
tentang asal dari seluruh kehidupan sosial yang dimiliki Kartini. Kata-kata
tersebut masih ia genggam sampai nafas terakhirnya karena ia masih
sempat membela nasib rakyat terhadap momok pajak pemerintah Hindia
Belanda.
Dengan intelegensinya, ia dapat mengetahui

kekuatan dirinya,

kelemahan dirinya, kekerasan watak, dan kekerasan kemauannya dan ia


bangga

memilikinya.

Dengan

menginstropeksi

diri,

ia

benar-benar

mengetahui cita-citanya, sasaran serta tujuannya. Kecerdasan Kartini


yang luar biasa bisa terlihat lebih nyata lagi dengan situasinya pada

waktu itu. Tidak ada perpustakaan, tidak ada toko buku, tidak ada sekolah
menengah dan lain-lain. Walaupun kita tidak mengetahui kondisi kejiwaan
Kartini sepenuhnya, dapat disimpulkan bahwa Kartini sehat & jernih, dan
ia tetap mempertahankan integritas kepribadiannya sampai meninggal.
Komentar
Kartini memiliki kemauan untuk mengetahui lebih banyak. Ia memiliki niat
yang begitu besar. Dengan niat, kita dapat melakukan apa yang kita
inginkan, dan pasti kita akan berhasil meraihnya.
Language and Literature
Unit 4

Di balik

Due

Selasa, 10

pemikiran

Date

Februari

Kartini

Grade

2015
(Everest dan
Andes)
Rabu, 9
Februari
(Alpine)

Name

Teacher

Bella G. Yosefine Gultom


Hesti Marlina

Achievem

Teache

Teachers

Parents

ent

rs

Signature

Signature

Level

Criteria A
Criteria B
Criteria C
Criteria D

Comme
nt

Anda mungkin juga menyukai