Anda di halaman 1dari 118

MODUL PELATIHAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


MENGGUNAKAN ARCGIS

DAFTAR ISI
Daftar Isi
Fundamental Of Geodatabase : Merancang Skema
Geodatabase
Georeferencing
Input Data: on screen
Editing
Spatial Geoprocessing
Geodatabase Query : Spatial and attribute data
Displaying Data
Symbology, Label and Annotation
Raster Operation in ArcGIS
Fundamental of Geodatabase Topology
Topology
Spatial Adjustment
Spatial Analysis
Bahan Referensi Studi Kasus : Geomorfologi untuk Longsor
Daftar Pustaka

hal
2
4
18
20
29
33
36
44
51
61
65
75
94
113
118

FUNDAMENTAL OF GEODATABASE : MERANCANG SKEMA GEODATABASE


Bagian-bagian dari Arc GIS 9.x
1. Arc Catalog
ArcCatalog

merupakan

alat

atau

fasilitas

untuk

melihat,

mengorganisasi, mendistribusikan, dan mendokumentasikan kumpulan


data SIG.
2. ArcMap
Arc Map merupakan alat atau fasilitas untuk membuat, melihat,
query, mengedit, menyusun, dan mempublikasikan data/peta.
3. ArcToolbox
Arc Toolbox merupakan aplikasi sederhana yang berisikan fasilitasfasilitas untuk melakukan geoprocessing.
Membuat data baru di arc catalog

1. Folder
Folder dapat berisi folder, geodatabase, data sources (raster,
shapefiles, table, dll), dan toolboxes. Beberapa data sources
(coverages, shapefiles, TIN datasets, dan layer) hanya dapat dibuat di
adlam folder. Sedangkan data sources yang lain (raster data, feature
classes, dan tables) dapat diekspor ke dalam geodatabase

2. Personal Geodatabase
Personal Geodatabase dapat dibuat untuk menyimpan serta mengolah
data spasial, di dalam Personal Geodatabase terdapat :

a. Feature Dataset
Feature datasets dapat dibuat di dalam personal geodatabase
maupun ArcSDE geodatabase. Feature datasets berisi feature
classes yang memiliki tingkatan serta system koordinat yang sama
b. Feature Class
Feature

Class

dapat

menyimpan

representasi

kenampakan

geografis seperti titik, garis, polygon, anotasi, data atribut serta


banyak lagi.
c. Table
Tabel berisi elemen-elemen data penyusun yang terletak di dalam
baris dan kolom. Tiap baris menyajikan data tunggal, record, atau
feature, dan tiap kolom menyajikan field tunggal atau nilai
atribut. Table dapat memuat atribut yang dapat digabungkan
dalam datasets untuk penambahan informasi tentang data
geografis.
d. Raster Catalog
Raster Catalog merupakan kumpulan dari raster datasets yang
diorganisasikan dalam tabel. Record dalam table mendefinisikan
dataset raster tunggal yang tercakup dalam catalog. Namun ada
kalanya diperlukan atau diinginkan untuk menampilkan dataset

raster yang bersinggungan atau saling overlap tanpa harus


membuat mosaic yang berukuran besar. Catalog raster dirancang
untuk menghindari pembuatan mosaic.
e. Raster Dataset
Kumpulan dari satu atau lebih band dalam suatu data raster

3. Layer
File layer (.lyr) merupakan file yang memuat referensi ganda data
geografis yang tersimpan dalam computer. Ketika layer dibuka, file
geografis ganda diakses juga. Kebanyakan sumber data yang didukung
oleh ArcCatalog dapat digunakan sebagai acuan. File layer digunakan
untuk menyajikan tampilan kartografis dari data geografis yang kita
miliki.
4. Shapefile
Suatu shapefile disimpan di dalam folder yang berisi feature geografis
beserta data atributnya dan didalamnya menggambarkan kenampakan
titik, garis, dan area.
5. Toolbox
Toolbox berisi fasilitas yang tersedia di dalam toolbox
6. Coverage
Gabungan

dari

feature

classes

yang

menyajikan

kenampakan

geografis.
Latihan : Membuat Rancangan Database
1. Buka ArcCatalog
2. Dari menu pilih New -> Personal Geodatabase, atau anda juga
dapat memilih drive atau folder tempat menyimpan kemudian klik
kanan pilih New -> Personal Geodatabase

3. Setelah Personal Geodatabase anda terbentuk maka rubahlah


namanya menjadi LOANO
4. Setelah itu buat feature dataset. Feature dataset merupakan
kumpulan data yang memiliki suatu system koordinat yang sama.
Klik kanan Personal Geodatabase anda kepudian pilih Feature
Dataset.

5. Setelah itu maka akan muncul dialog property Feature Dataset


yang akan anda buat.

Nama

Theme

Untuk memilih
system proyeksi
dan koordinat

6. Anda harus mengisi system koordinat untuk data yang anda buat
dengan mimilih tombol Edit, maka akan muncul dialog

Anda dapat memilih system koordinat yang telah tersedia di


ArcGIS ataupun mengacu dari data lain yang telah memiliki system
koordinat
7. Apabila anda belum memiliki data yang telah memiliki system
koordinat maka anda harus mengatur system koordinat data anda
yaitu dengan memilih Select
8. Pilih system koordinat yang di kehendaki.

9. Kemudian pindahlah ke Tab X/Y Domain untuk melakukan


pengaturan batas cakupan areal kerja anda

10.Kemudian

pindahlah

ke

Tab

Domain

untuk

melakukan

pengaturan batas ketinggian apabila anda menyajikan data


ketinggian

10

11.Setelah semua pengaturan selesai maka Feature Dataset anda


telah dapat digunakan
12.Setelah Feature Dataset anda selesai maka langkah selanjutnya
membuat Feature Class. Feature Class ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan hasil digitasi yang akan anda lakukan. Klik
kanan Feature Dataset -> New -> Feature Class

11

13.Setelah itu akan muncul dialog seperti di bawah ini, aturlah


kemudian pih Next
Nama

Theme

Tipe Data

12

14.Aturlah tipe data anda yaitu dengan memilih Geometry kemudian


mengatur Geometry Type pada Field Properties

13

15.Anda juga dapat menmbahkan kolom yang berisi informasi pada


saat membuat feature class maupun pada saat anda melakukan
editing data setelah melakukan digitasi

16.Anda juga dapat merencanakan isi masing-masing field.


Perencanaan ini terdapat dua macam yaitu isi tersebut dapat

14

digunakan oleh beberapa feature atau hanya dapat digunakan oleh


feature saja.
Isi field hanya dapat digunakan oleh satu feature

a.

- klik kanan pada feature class anda kemudian pilih property


- masuk ke dalam tab subtypes
subtypes ini hanya digunakan untuk memberikan diskripsi
pada field yang mempunyai type numerik, dimana nilai
numerik tersebut didefinisikan menjadi keterangan.

Isi field dapat digunakan oleh beberapa feature

b.

dalam satu personal geodatabase


1.

klik kanan pada personal geodatabase anda

kemudian pilih property


2.

masuk ke dalam tab domain

15

Nama Kolom

Property kolom

Nilai dari kolom


yang direncanakan

3.

Buat kolom sesuai yang diinginkan, kemudian

atur property kolmnya serta isikan rancangan isi kolom yang


akan dibuat
4.

Setelah table domain selesai dibuat maka

langkah selanjutnya adalah menghubungkan table domain


dengan table dari feature class yang telah dibuat
5.

Buka property dari feature class dengan cara

klik kanan feature class anda kemudian pilih property


6.

Masuk pada tab fields

7.

Kemudian pilih field nama_des dan atur

domainnya

16

Lanjutkan Proses di atas sehingga terbentuk suatu hirarki basis data


seperti di bawah ini

17

GEOREFERENCING
Georefeencing merupakan proses transformasi koordinat pada data
raster dari koordinat digitizer atau scanner ke koordinat real-world.
Georeferencing berdasarkan pada perbandingan koordinat sumber dan
titik tujuan, atau disebut titik kontrol, dalam unsur grafis disebut
displacement links. Kita dapat membuat link secara interaktif atau
mengambil link dari text file atau control points file. Secara matematis
proses transformasi pada georeferencing dapat ditulis
x
X
Y =[T ] y

(X, Y)

(x, y)

LATIHAN :
1.

Buka program ArcMap dari start menu -> Programs

-> ArcGIS -> ArcMap atau dari ArcCatalog dengan mengklik icon
2.

Untuk menampilkan peta yang akan diregistrasi

pilih icon
3.

Setelah peta ditampilkan maka langkah selanjutnya

adalah mengangtifkan tool bar Georeferencing. Klik kanan mouse


pada lokasi tool bar yang kosong kemudian pilih georeferencing.
4.

Fungsi-fungsi icon pada tool bar Georeferencing

18

5.

Untuk menentukan titik kontrol maka icon yang

dipilih adalah

Dimana X (hijau) merupakan source (koordinat

image) dan X (merah) merupakan destination (koordinat sebenarnya).


6.

Titik kontrol yang dipilih atau dibuat minimal 4

buah dan merupakan titik terluar agar tingkat kesalahan dapat


dikurangi
7.

Setelah mendapatkan 4 buah titik kontrol maka

langkah selanjutnya memasukan koordinat peta (destination) dengan


cara mengklik icon
8.

Setelah koordinat peta dimasukkan maka peta yang

akan didigitasi telah memiliki koordinat yang sebenarnya.


9.

Agar

georeferencing

yang

dilakukan

dapat

permanen maka pilih Georeferencing -> Update Georeferencing


Catatan
Pengisian koordinat destination juga dapat dilakukan dengan cara klik
kanan pada saat menentukan control point (klik kiri untuk source
kemudian klik kanan untuk destination)

19

INPUT DATA
Beberapa metode dalam inpu data SIG :
1. Manual Digitizing
Yaitu proses input data dilakukan dengan menggunakan bantuan meja
digitizer
2. On Screen Digitizing
Yaitu proses input data dilakukan langsung pada layer monitor.
Metode ini banyak dikembangkan karena keterbatasan manual
digitizing (harus dengan mengggunakan meja digitizer yang harganya
cukup mahal dan tidak semua instansi / kantor memilikinya)
3. Raster to Vektor
Proses ini digunakan untuk mempercepat proses input data dari data
raster, namun metode ini memiliki kelemahan semua kenampakan
yang ada dijadikan bentuk vector.
4. Live Digitizing
Metode ini dilakukan dengan bantuan alat GPS, dimana pengguna
yang sedang survey lapangan dapat secara otomatis merekam rute
perjalanan mereka dan menjadikannya data spasial format vektor
5. Cogo
Metode ini merupakan metode input data yang memiliki akurasi
sangat baik, dimana pengguna dapat memperoleh posisi, panjang
serta luas sesuai dengan pengukuran di lapangan. Metode ini
dilakukan dengan cara memasukan nilai-nilai koordinat dari suatu
obyek sehingga menjadi suatu data spasial
6. Converting Data
Metode ini merupakan pengubahan format data dari format software
lain. Misal format *.tab (Map Info) dirubah menjadi format *.shp (ESRI
Shapefile)

20

Latihan 1. Digitasi On Screen


1. Masuk ArcMap
2. Tampilkan data Admin.tif yang telah di Georeferencing serta
Feature Class batas_adm sebagai tempat penyimpanan dengan
menekan tombol

3. Aktifkan tool bar editor dengan cara mengklik icon

atau

dengan cara klik kanan mouse pada tools bar kosong dan pilih editor.
4. Langkah selanjutnya adalah menselect theme baru kemudian pada
tools bar Editor klik editor -> start edit

21

5. Setelah theme baru pada keadaaan siap diedit maka anda sudah
dapat melakukan digitasi dengan cara

Pilihan menu Task yang sering digunakan :


a. Crete New feature : membuat obyek baru
b. Cut Polygon feature : untuk memotong-motong suatu poligon
menjadi beberapa bagian
c. Modify feature : meneruskan digitasi suatu featur yang
terselect
Anda juga dapat mengaktivkan snaping dengan cara

Kemudian akan muncul

22

Beri tanda centang pada tipe snaping yang anda inginkan


6. Setelah itu atur zoom peta sesuai dengan output skala yang
diinginkan
7. Mulailah mendigitasi bagian terluar dari polygon tersebut

23

8. Setelah selesai buatlah feature Batas Administrasi menjadi


transparan agar batas desa pada admin.tif dapat terlihat
9. Aktifkan tools effect, klik kanan pada toolbar kemudian pilih
Effect
10.Atur transparency Batas Administrasi menjadi 50 dengan cara klik
tombol Adjust Transparancy

11.Lakukan pembagian batas administrasi tersubut sehingga terdapat


beberapa desa
12. Select Polygon utama dengan cara mengaktifkan icon
kemudian pilih polygon utama
13.Rubahlah Task pada menu Editor menjadi Cut Polygon Features
dan lanjutkan digitasi pada batas desa tersebut. Lakukan sampai
semua desa terbentuk, sehingga hasil digitasi menjadi

24

14.Lakukan digitasi tersebut sehingga semua tema peta terdigitasi


Latihan 2. Raster to Vektor
1. Masuk ArcMap
2. Tampilkan data Admin.tif (salah satu band saja, jangan komposit)
yang telah di Georeferencing serta Feature Class batas_adm sebagai
tempat penyimpanan dengan menekan tombol

3. Kemudian rubah data admin.tif agar menjadi data format 1 bit. Ini
dilakukan karena ArcScan hanya mampu membaca data raster format
1 bit.
4. Klik kanan pada admin.tif -> properties
5. Masuk pada tab symbology dan pilih classified dan rubahlah
menjadi 2 klas

25

6. Maka tampilannya akan menjadi

7. Aktifkan tools ArcScan dengan cara klik kanan pada toolbar


kemudian pilih ArcScan
8. Aktifkan tool bar editor dengan cara mengklik icon

atau

dengan cara klik kanan mouse pada tools bar kosong dan pilih editor.

26

9. Langkah selanjutnya adalah menselect theme baru kemudian pada


tools bar Editor klik editor -> start edit

10.Setelah itu atur zoom peta sesuai dengan output skala yang
diinginkan
11. Kemudian

mulailah

mengaktifkan icon

tracing

batas

terluar

dahulu

dengan

pada tools ArcScan

Tombol-tombol pada Arc Scan

12.Apabila proses tracing terhenti karena ada kenampakan yang tidak


jelas makan tekanlah keyboard huruf S dan lakukan digitasi biasa.
Apabila kemudian gambar sudah jelas lagi lanjutkan tracing anda.
13.Setelah selesai tracing bagian luar maka anda harus membagi
polygon tersebut menjadi beberapa bagian batas desa

27

14.Atur transparency Batas Administrasi menjadi 50 dengan cara klik


tombol Adjust Transparancy pada tools effect agar batas desa pada
admin.tif dapat terlihat

15.Lakukan pembagian batas administrasi tersubut sehingga terdapat


beberapa desa
16. Select Polygon utama dengan cara mengaktifkan icon
kemudian pilih polygon utama
17.Rubahlah Task pada menu Editor menjadi Cut Polygon Features
dan lanjutkan tracing pada batas desa tersebut.

28

EDITING DATA
A. Editing Data Grafis
Kesalahan pada digitasi garis
1. Over Shoot
Kesalahan ini terjadi apabila terdapat dua garis yang tidak
terhubung tetapi saling berpotongan
2. Under Shoot
Kesalahan ini terjadi apabila terdapat dua garis yang tidak
terhubung

Mengedit kesalahan dengan fasilitas Advance Editing


Untuk mengatifkan tools ini, klik kana tools bar kemudian pilih
Advance editing

Keterangan
1.

Copy feature tools

Membuat salinan data yang terseleksi didalam layer yang sedang


diedit
2.

Fillet tools

Membuat kurva / bentuk sudut yang melengkung di antara dua


garis
3.

Extend tools

Menghubungkan suatu garis ke garis yang lain

29

4.

Trim tools

Memotong garis yang berpotongan dengan garis yang lain


5.

Proportion tools

Membagi garis menjadi beberapa bagian dengan panjang sesuai


keinginan
6.

Inverse tools

Menambahkan deskripsi COGO suatu feature kedalam data


atributnya
7.

Transvers tools

Menambahkan feature dari sketsa COGO ke dalam layer aktif


8.

Explode tools

Memisahkan multipart feature menjadi feature terpisah


9.

Generalize tools

Menyederhanakan feature.
10.

Smooth tools

Memperhalus bentuk feature yang terseleksi


11.

Rectangle tools

Menggambar obyek persegi


12.

Circle tools

Menggambar obyek lingkaran

30

B. Editing Data Attribute


1.

Jika proses digitasi telah selesai dilakukan maka langkah

selanjunya adalah pengisian tabel atau data atribut peta tersebut.


2.

Untuk menampilkan data atribut klik kanan pada theme

yang akan ditampilkan data atributnya kemudian pilih open


attribute table.

3.

Kemudian akan muncul data attribute peta tersebut

Mencari suatu data pada table kemudian


menggantinnya
Menselect data berdasarkan suatu criteria tertentu /
query builder
Menselect semua data
Unselect semua data
Menselect data yang tidak terselect dan men Unselect data
yg terselect

Menambahkan kolom pada tabel


Tabel yang terhubung
Membuat grafik dari data atribut yang
sudah ada
Menampilkan tabel pada layout peta
Mengisi kembali data yang tersembunyi
Menyimpan table ke dalam format
yang lain
Untuk mengatur property tabel

31

4.

Jika anda klik kanan mouse anda pada saat berada pada

judul masing-masing kolom maka anda akan mendapatkan menu :


Mengurutkan data dari bawah ke atas
Mengurutkan data dari atas ke bawah
Membuat table baru dari table yang
ada
Kalkulator
Perhitungan statistic
Memindah kolom yang terselect
Menghapus kolom

32

GEOPROCESSING
1. Clip feature based
Perintah ini digunakan untuk memotong suatu feature dengan feature
lainyang memiliki daerah overlap.

2. Split
Perintah ini digunakan untuk memotong suatu feature kemudian
menyimpannya menjadi beberapa feature

+
3. Eraser
Perintah ini digunakan untuk menghilangkan / menghapus bagian
tertentu dari suatu feature yang overlap. Perintah ioni kebalikan dari
Perintah Clip

33

4. Intersect
Perintah ini digunakan untuk mengoverlaykan 2 feature dimana
daerah cakupan yang diambil adalah daerah yang overlap.

5. Symmetrical Different
Perintah ini digunakan untuk menghilangkan feature yang overlap
serta menambahkan feature yang tidak overlap.

6. Union
Merupakan proses overlay yang digunakan untuk menggabungkan 2
feature yang memiliki cakupan daerah yang tidak sama

7. Buffer
Perintah ini digunakan untuk membuat feature dengan jarak tertentu
dari suatu feature yang sudah tersedia

34

35

MENAMPILKAN DATA PADA PETA


Data dasar yang mudah diakses dan dikelola dalam ArcGIS adalah shape
file dan geodatabase. Untuk itu apabila akan mengakses dan mengelola
data yang dihasilkan dari file lain seperti MIF (MapInfo Interchange
Format), DXF (Drawing Exchange Format AutoCAD) dan data koordinat X,
Y maka perlu dilakukan proses konversi terlebih dahulu.
a. Menambah data dari file Shape
(data: ..\Convert\SHP\UTM\KP.shp)
- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Click toolbar New Map File berupa gambar .
- atau click menu File dan pilih New maka akan muncul dialog
dan click OK.
- Click menu File dan pilih Add Data maka akan muncul dialog
dan isikan alamat file shp yang akan ditampilkan.
b. Menambah data dari file MIF
(data: ..\Convert\MIF\KP.mif)
Cara 1:
- Jalankan aplikasi ArcCatalog
- Click menu View dan pilih Toolbars, dan click ArcView 8x
Tools.
- Click MIF to Shapefile dan akan muncul dialog yang meminta
alamat file MIF dan alamat file hasil konversi serta Feature
class yang akan dipilih.
Cara 2:
- Jalankan aplikasi ArcCatalog
- Click kanan file *.mif yang akan dikonversi
- Pilih Export dan click to Shapefile (multiple)
- Kemudian akan muncul dialog dan isikan Input Features
dengan nama file dan pilih feature class yang akan dikonversi.
Isikan Output Folder dengan alamat directory (bukan nama
file) tempat file hasil konversi.
- Click OK maka akan muncul dialog indikator proses konversi
sedang bejalan.
- Setelah berhasil mengkonversi ke file Shape kemudian lakukan
langkah-langkah menambah data dari file Shape.
c. Menambah data dari file CAD
(data: ..\Convert\DXF\KP.dxf)
Cara 1:

36

Jalankan aplikasi ArcCatalog


Click toolbar Show/Hide ArcToolbox Window berupa gambar
, maka akan muncul window yang berisi tree tool untuk
beberapa peruntukan.
Pada ArcToolbox Window click tanda + pada Conversion Tools
dan To Shapefile dan double click Feature Class To Shapefile
(multiple).
Kemudian akan muncul dialog dan isikan Input Features
dengan nama file dan pilih feature class yang akan dikonversi.
Isikan Output Folder dengan alamat directory (bukan nama
file) tempat file hasil konversi.
Click OK maka akan muncul dialog indikator proses konversi
sedang bejalan.

Cara 2:
- Jalankan aplikasi ArcCatalog
- Click kanan file *.dxf yang akan dikonversi
- Pilih Export dan click to Shapefile (multiple)
- Kemudian akan muncul dialog dan isikan Input Features
dengan nama file dan pilih feature class yang akan dikonversi.
Isikan Output Folder dengan alamat directory (bukan nama
file) tempat file hasil konversi.
- Click OK maka akan muncul dialog indikator proses konversi
sedang bejalan.
-

Setelah berhasil mengkonversi ke file Shape kemudian lakukan


langkah-langkah menambah data dari file Shape.

d. Menambah data dari file text berisi koordinat X, Y


(Kasus 1 data: ..\Convert\Non Spatial\KP.txt dan ..\Convert\Non
Spatial\KP1.txt)
Cara 1:
Langkah yang ditempuh adalah merubah file *.txt ke *.dbf,
kemudian dari file *.dbf dapat langsung ditampilkan pada ArcMap
kemudian dilakukan proses penyimpanan menjadi file Shape.
Konversi file *.txt ke *.dbf
- Jalankan aplikasi Microsoft Exel.
- Click menu File dan pilih Open kemudian akan muncul dialog
pilihan nama file yang akan dibuka.
- Pada Files of type pilih Text Files atau All Files.
- Kemudian isikan atau click file *.txt yang akan diproses.
- Click Open.

37

Muncul dialog Wizard. Pada dialog ini kita akan menentukan


bagaimana isi file *.txt yang dipilih tadi dirubah ke format
tabel.
Karena pada file *.txt antar itemnya dipisahkan dengan tab
maka click radio button Delimeted. Kemudian click Next.
Pada check box, check Tab. Kemudian click Next.
Click Finish.
Pada tabel tampilkan semua nilai (tidak ada nilai yang
tertutupi akibat lebar kolom yang lebih kecil dari lebar nilai).
Sorot semua nilai yang akan disimpan dalam *.dbf.
Click menu File dan pilih Save As
Pilih Save as type: DBF (*.dbf)
Tulis nama file pada File name:.
Click Save.

Menampilkan *.dbf ke ArcMap


- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Click menu Tools dan pilih Add XY Data maka akan muncul
dialog.
- Pilih file *.dbf yang berisi data koordinat dan isikan koordiant X
pada X field serta koordinat Y pada Y field.
- Pada panel Spatial Reference of Input Coordinates click
Edit untuk menseting proyeksi peta.
- Apabila proses pemilihan proyeksi peta selesai kemudian click
OK.
Menyimpan ke file Shape
- Pada aplikasi ArcMap.
- Click kanan layer yang akan dieksport kemudian pilih Data dan
Export Data maka akan muncul dialog.
- Isikan feature apa saja yang akan dieksport dan alamat file
hasil export. Click OK.
Cara 2:
Langkah yang ditempuh adalah membuat file *.txt menjadi file
Shape. Semua dikerjakan pada aplikasi ArcCatalog. Langkah ini
dapat dilakukan apabila pemisah item-item pada isi file *.txt
dalam kategori delimiter misalnya tab atau koma.
- Jalankan aplikasi ArcCatalog.
- Click kanan file *.txt dan pilih Create Feature Class From XY
Table kemudian akan muncul dialog.
- Isikan koordiant X pada X field serta koordinat Y pada Y field.
- Click Spatial Reference of Input Coordinates untuk menseting
proyeksi peta.
- Kemudian isikan alamat file hasil konversi dan click OK.

38

Setelah berhasil mengkonversi ke file Shape kemudian lakukan


langkah-langkah menambah data dari file Shape.

(Kasus 2, data: ..\Convert\Non Spatial\KP2.txt)


Pada latihan ini file *.txt berisi data yang pada item-itemnya tidak
dipisahkan oleh tab dan tidak dapat secara langsung diproses
dengan aplikasi ArcCatalog.
Langkah yang ditempuh adalah merubah file *.txt ke *.dbf,
kemudian dari file *.dbf dapat langsung ditampilkan pada ArcMap
kemudian dilakukan proses penyimpanan menjadi file Shape.
Konversi file *.txt ke *.dbf
- Jalankan aplikasi Microsoft Exel.
- Click menu File dan pilih Open kemudian akan muncul dialog
pilihan nama file yang akan dibuka.
- Pada Files of type pilih Text Files atau All Files.
- Kemudian isikan atau click file *.txt yang akan diproses.
- Click Open.
- Muncul dialog Wizard. Pada dialog ini kita akan menentukan
bagaimana isi file *.txt yang dipilih tadi dirubah ke format
tabel.
- Karena pada file *.txt antar itemnya dipisahkan dengan spasi
maka click radio button Fixed width. Kemudian click Next.
Maka akan muncul dialog seperti berikut:

Buat break line untuk memisahkan item-item yang belum


secara otomatis terpisahkan yaitu Coord_X dan Coord_Y.

39

Kemudian click Next. Click Finish.


Pada tabel tampilkan semua nilai (tidak ada nilai yang
tertutupi akibat lebar kolom yang lebih kecil dari lebar nilai).
Sorot semua nilai yang akan disimpan dalam *.dbf.
Click menu File dan pilih Save As
Pilih Save as type: DBF (*.dbf)
Tulis nama file pada File name:.
Click Save.

Menampilkan *.dbf ke ArcMap


- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Click menu Tools dan pilih Add XY Data maka akan muncul
dialog.
- Pilih file *.dbf yang berisi data koordinat dan isikan koordiant X
pada X field serta koordinat Y pada Y field.
- Pada panel Spatial Reference of Input Coordinates click
Edit untuk menseting proyeksi peta.
- Apabila proses pemilihan proyeksi peta selesai kemudian click
OK.
Menyimpan ke file Shape
- Pada aplikasi ArcMap.
- Click kanan layer yang akan dieksport kemudian pilih Data dan
Export Data maka akan muncul dialog.
- Isikan feature apa saja yang akan dieksport dan alamat file
hasil export. Click OK.

40

PENGOLAHAN ATTRIBUTE TABLE


Sistem informasi geografis dibangun dengan relasi antara data spasial
dan data non spasial. Dalam latihan ini kita menyebut data non spasial
sebagai data atribut. ArcGIS di samping mampu mengolah data spasial,
software ini juga mampu melakukan pengolahan data atribut.
Latihan 1:
Pada latihan ini kita akan mengolah data atribut yaitu membuat kolom
yang diisi data hasil perhitungan untuk menghasilkan data kepadatan
penduduk. Sedangkan data yang tersedia adalah data jumlah penduduk
laki-laki, jumlah penduduk perempuan dan data spasial bertipe poligon.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Tambahkan layer dari file pada folder
..\Attribute\SHP1\KP.shp.
- Pada TOC (Table of Content) ArcMap click kanan nama layer
(KP) dan pilih Open Attribute Table maka akan muncul tabel
dari layer KP.
- Click Options dan pilih Add Field
- Muncul dialog dan isikan Name dengan nama field yaitu
Density, Type dengan tipe data yang akan disimpan pada
kolom tersebut yaitu Double, Field Properties Precision
dengan 12 yang menunjukkan jumlah digit yang dapat disimpan
dalam field tersebut, Scale dengan 2 yang menunjukkan
jumlah digit dari nilai desimal. Kemudian click OK.
- Setelah terbentuk field baru kemudian click kanan nama field
Density dan pilih Calculate Values apabila muncul pesan pilih
OK.
- Muncul dialog dan check Advanced dan isikan pada Pre-Logic
VBA Script Code dengan:
Dim Output as double
Dim pArea as IArea
Set pArea = [shape]
Output =( [Pop_Male] + [Pop_Female])/
(pArea.area/1000000)
- Isikan text box dibawahnya dengan Output. Kemudian click
OK.
- Diperoleh hasil perhitungan kepadatan penduduk pada masingmasing area dalam hal ini area desa.
Catatan:
IArea untuk [shape] tipe polygon
ICurve untuk [shape] tipe line

41

IPoint untu [shape] tipe point


Latihan 2:
Pada latihan ini kita akan mengolah data atribut yaitu membuat kolom
yang diisi data koordinat X, Y yang merupakan koordinat titik tengah
poligon.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Tambahkan layer dari file pada folder
..\Attribute\SHP1\KP.shp.
- Pada TOC (Table of Content) ArcMap click kanan nama layer
(KP) dan pilih Open Attribute Table maka akan muncul tabel
dari layer KP.
- Click Options dan pilih Add Field
- Muncul dialog dan isikan Name dengan nama field yaitu
Center_X, Type dengan tipe data yang akan disimpan pada
kolom tersebut yaitu Double, Field Properties Precision
dengan 12 yang menunjukkan jumlah digit yang dapat disimpan
dalam field tersebut, Scale dengan 2 yang menunjukkan
jumlah dari nilai desimal. Kemudian click OK.
- Lakukan 2 langkah di atas untuk membuat field Center_Y.
- Setelah terbentuk field baru kemudian click kanan nama field
Center_X dan pilih Calculate Values apabila muncul pesan,
pilih OK.
- Muncul dialog dan check Advanced dan isikan pada Pre-Logic
VBA Script Code dengan:
Dim Output as double
Dim pArea as IArea
Set pArea = [shape]
Output = pArea.Centroid.X
- Isikan text box dibawahnya dengan Output. Kemudian click
OK.
- Lakukan sekali lagi untuk koordinat Y yaitu click kanan nama
field Center_Y dan pilih Calculate Values apabila muncul
pesan, pilih OK.
- Muncul dialog dan check Advanced dan isikan pada Pre-Logic
VBA Script Code dengan:
Dim Output as double
Dim pArea as IArea
Set pArea = [shape]
Output = pArea.Centroid.Y
- Isikan text box dibawahnya dengan Output. Kemudian click
OK.

42

Latihan 3:
Pada latihan ini kita akan melakukan joint dua tabel. Tabel pertama
berisi data spasial yang dilengkapi dengan kode dan nama administrasi
dalam satu kabupaten. Sedang tabel ke dua berisi data kependudukan
pada satu kecamatan.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Tambahkan layer dari file pada folder ..\Attribute\SHP2\KP.shp
- Pada TOC (Table of Content) ArcMap click kanan nama layer
(KP) dan pilih Joins And Relates kemudian click Join
- Muncul dialog, isikan untuk pertanyaan
No. 1: KODE_DES yang menunjukkan nama field dari
layer KP yang akan dijadikan dasar untuk join.
No. 2: Populasi atau dicari dengan click tombol open
document, dimana Populasi menunjukkan nama tabel
yang akan dijoin.
No. 3: KODE_DES yang menunjukkan nama field dari
tabel Populasi yang akan dijadikan dasar untuk join.
- Click OK. Dan akan muncul pesan untuk membuat index, click
OK.

43

SIMBOLOGI
Gambar dapat menggantikan berjuta kata. Untuk itu agar interpretasi
terhadap gambar dalam hal ini peta tidak salah maka simbologi perlu
mendapat perhatian.
Pada latihan ini kita akan membuat beberapa macam simbol untuk
merepresentasikan beberapa feature.
Latihan 1 (Simbol Titik):
Pada latihan ini kita akan membuat simbol titik yang menunjukkan
gradasi nilai. Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Untuk layer latar belakang tambahkan layer dari file pada
folder ..\Symbology\SHP1\KP.shp
- Untuk layer titik Click menu Tools dan pilih Add XY Data
maka akan muncul dialog.
- Pilih file ..\Symbology\SHP1\ibukota desa.dbf yang berisi data
koordinat dan isikan koordiant X pada X field serta koordinat Y
pada Y field.
- Pada panel Spatial Reference of Input Coordinates click
Edit untuk menseting proyeksi peta.
- Apabila proses pemilihan proyeksi peta selesai kemudian click
OK.
- Click kanan layer ibukota dan pilih Properties kemudian akan
muncul dialog seperti berikut:

44

Pilih tab Symbology, dan pilih Graduate symbols pada


Quantities.
Isikan Value pada Fields dengan Density.
Click tombol Classify dan akan muncul dialog isikan pada
method dengan Equal Interval. Click OK.
Ubah nilai Range dan Label agar mempunyai nilai bilangan
bulat.
Click OK.

Latihan 2 (Simbol Titik):


Pada latihan ini kita akan membuat simbol titik dengan simbol unik.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Untuk layer latar belakang tambahkan layer dari file pada
folder ..\Symbology\SHP1\KP.shp
- Untuk layer titik Click menu Tools dan pilih Add XY Data
maka akan muncul dialog.
- Pilih file ..\Symbology\SHP1\ibukota.dbf yang berisi data
koordinat dan isikan koordiant X pada X field serta koordinat Y
pada Y field.
- Pada panel Spatial Reference of Input Coordinates click
Edit untuk menseting proyeksi peta.

45

Apabila proses pemilihan proyeksi peta selesai kemudian click


OK.
Click kanan layer ibukota dan pilih Properties kemudian akan
muncul dialog.
Pilih tab Symbology dan pilih Categories dan Unique values
Pilih KATEGORI pada Value Field kemudian click tombol Add
All Values, maka akan muncul seperti pada gambar berikut:

Click simbol titik pada kolom Symbol dan akan muncul dialog
yang dapat digunakan untuk customize sigle symbol seperti
gambar berikut:

46

Click tombol Properties, maka akan muncul dialog seperti


gambar berikut:

47

Silahkan eksplorasi segala fasilitas yang disediakan dalam


dialog ini sehingga memenuhi keinginan dalam mengcustom
simbol.

Latihan 3 (Simbol Polygon):


Pada latihan ini kita akan membuat simbol polygon yang menunjukkan
gradasi nilai. Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Tambahkan layer dari file pada folder
..\Symbology\SHP1\KP.shp
- Click kanan layer ibukota dan pilih Properties kemudian akan
muncul dialog.
- Pilih tab Symbology dan pilih Quantities dan Graduated
colors.
- Isikan Value pada Fields dengan Density.
- Click tombol Classify dan akan muncul dialog isikan pada
method dengan Equal Interval. Click OK.
- Ubah nilai Range dan Label agar mempunyai nilai bilangan
bulat. Sehingga pada dialog akan menjadi seperti gambar
berikut:

48

Click OK.

Latihan 4 (Charts):
Pada latihan ini kita akan membuat grafik yang menunjukkan
perbandingan populasi penduduk laki-laki dan perempuan. Langkahlangkah yang ditempuh adalah:
- Jalankan aplikasi ArcMap.
- Tambahkan layer dari file pada folder
..\Symbology\SHP1\KP.shp
- Click kanan layer ibukota dan pilih Properties kemudian akan
muncul dialog.
- Pilih tab Symbology dan pilih Charts dan Bar/Column.
- Pada Field Selection pilih Pop_Female dan Pop_Male,
kemudian pada kolom Symbol double click simbol untuk
mengubah warna bar, sehingga akan diperoleh seperti pada
gambar berikut:

49

- Click tombol warna pada Background untuk mengubah warna


latar belakang.
- Click OK.

50

RASTER OPERATION / PENGOLAHAN DATA RASTER


Lain halnya dengan software SIG yang lain, ArcGIS telah mendukung
pengolahan

dasar

(Georeferencing),

data
Koreksi

Raster

diantaranya

Radiometrik

Koreksi

(Stretching

Geometrik
Histogram),

Composite Band, Mosaic, Clip, dan lain-lain.


A. Koreksi Geometrik
Koreksi geometric pada raster ini sama halnya dengan proses
georeferencing pada peta hasil scaning yang akan digunkan sebagai
refensi input data. Dalam penentuan ground control point ( GCP /
titik ikat ) pada data raster dapat dipih obyek yang tampak jelas pada
data raster tersebut dan dapat terlihat pula di lapangan atau pada
peta yang digunakan sebagai referensi dalam melakukan koreksi
tersebut.
B. Koreksi Radiometrik
1.

Mulailah dengan membuka ArcMap

2.

Tampilkan data raster yang anda miliki dengan mengklik

tombol

51

3.

Untuk melihat histogram dari citra rinjani_B3.tif, klik kanan

nama citra tersebut kemudian pilih properties


4.

Masuk pada tab symbology dan pilih tipe stretched

Tipe Histogram
Menampilkan
Histogram
Data yang
ditampiulkan
pada histogram

52

5.

Pilih tipe histogram dan tampilkan histogramnya serta

lakukanlah stretching histogram tersebut sehingga di dapatkan


hasil yang maksimal
6.

Bandingkanlah hasil stretching histogram tersebut untuk

berbagai type histogram


C. Membuat Komposit dari single band
1.

Mulailah dengan membuka ArcMap

2.

Tampilkan beberapa band data raster yang anda miliki

dengan mengklik tombol

3.

Aktifkan ArcToolBox dengan memilih icon

4.

Pilih fasilitas Composite Band pada ArcToolbox -> Data

Management Tools -> Raster -> Composite Bands

53

Atur data yang akan dikomposit dan tempat penyimpanan lalu


tekan OK
5.

Sekarang data anda telah menjadi komposit

54

D. Mosaic Data
Mosaic ini dilakukan apabila data yang anda miliki terpisah menjadi
beberapa bagian. Mosaic ini berfungsi untuk menggabungkan dua data
yang memiliki area bersebelahan menjadi satu data utuh

1.

Mulailah dengan membuka ArcMap

2.

Tampilkan data raster yang akan di mosaic dengan mengklik

tombol
3.

Aktifkan ArcToolBox dengan memilih icon

4.

Pilih fasilitas Mosaic pada ArcToolbox -> Data Management

Tools -> Raster -> Mosaic

5.

Sekarang data anda telah ter-mosaic

55

E. Clip Data
Clip data merupakan proses pemotongan data sesuai dengan daerah
yang dikehendaki. Dalam melakukan clip data ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu :
berdasar pada bentuk / luasan yang teratur (misal :

lingkaran, persegi)
berdasar titik-titik yang dihubungkan menjadi suatu

polygon

berdasarkan suatu feature yang telah ada

1. Clip data berdasar bentuk lingkaran


a. Mulailah dengan membuka ArcMap
b. Tampilkan data raster yang akan di mosaic dengan mengklik
tombol
c. Aktifkan ArcToolBox dengan memilih icon
d. Pilih fasilitas Extract by Circle pada ArcToolbox -> Spatial
Analyst Tools -> Extraction -> Extract by Circle

e. Kemudian isikan (browse) raster yang akan dipotong pada


Input raster, koordinat titik pusat lingkaran pemotong pada
Cetre point X Coordinate dan Y Coordinate, raster hasil
pemotongan

pada

Output

raster

serta

pemilihan

area

56

pemotongannya pada Extraction area. Jika daerah yang ingin


digunakan adalah luasan yang ada di dalam lingkaran, maka
pada

Extraction

area

dipilih

INSIDE,

sedangkan

jika

menginginkan area yang di luar lingkaran, dipilih OUTSIDE.


f. Setelah semua diatur tekan OK
2. Clip data berdasar data raster yang lain
a. Mulailah dengan membuka ArcMap
b. Tampilkan data raster yang akan di mosaic dengan mengklik
tombol
c. Aktifkan ArcToolBox dengan memilih icon
d. Pilih fasilitas Extract by Mask pada ArcToolbox -> Spatial
Analyst Tools -> Extraction -> Extract by Mask

e. Isikan data raster yang akan dipotong pada kolom Input


raster, dataset yang digunakan untuk memotong pada kolom
Input raster or mask data serta raster hasilnya pada Output
raster
f. Setelah semua diatur tekan OK
3. Clip data berdasar titik-titik yang dihubungkan menjadi suatu
polygon
a. Mulailah dengan membuka ArcMap

57

b. Tampilkan data raster yang akan di mosaic dengan mengklik


tombol
c. Aktifkan ArcToolBox dengan memilih icon
d. Pilih fasilitas Extract by Polygon pada ArcToolbox -> Spatial
Analyst Tools-> Extraction -> Extract by Polygon
Nama raster yang akan
dipotong

Daftar koordinat titik2


pembentuk poligon

Nama raster hasil


Pemilihan area yang
diinginkan

e. Isikan koordinat titik-titik pembentuk poligon yang akan


digunakan untuk memotong data raster,
f. Pada kolom Extraction area pilih INSIDE jika luasan yang
diinginkan adalah yang ada di dalam poligi, atau OUTSIDE jika
luasan yang diinginkan adalah yang ada di luar polygon
g. Setelah semua diatur tekan OK
4. Clip data berdasar Attribute
a. Mulailah dengan membuka ArcMap
b. Tampilkan data raster yang akan di mosaic dengan mengklik
tombol
c. Aktifkan ArcToolBox dengan memilih icon

58

d. Pilih fasilitas Extract by Attribute pada ArcToolbox->


Spatial Analyst Tools-> Extraction -> Extract by Attribute

e. Selanjutnya isikan (browse) file raster yang akan dipotong


pada Input raster, sintax atau argumen pemilihan pada Where
clause dan raster atau dataset hasil pemotongannya pada
Output raster.
f. Where clause berisi query yang dapat dibangun pada dialog
Query builder

g. Setelah semua diatur tekan OK

5. Ekstraksi Nilai Pixel kedalam tabel

59

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan nilai piksel suatu data


raster pada posisi titik-titik tertentu yang telah dibangun sebagai
suatu feature class menjadi feature class baru yang memiliki
informasi nilai piksel dari data raster.
1. Pilih fasilitas Extract Values to Point pada ArcToolbox ->
Spatial Analyst Tools-> Extraction -> Extract Values to Point

2. Aktifkan (check) option Interpolate values at the point


locations jika diinginkan nilai ekstraksi berupa hasil interpolasi
bilinier dari nilai-nilai piksel yang ada di sekitar piksel terpilih,
atau non aktifkan (uncheck) jika diinginkan nilai asli dari piksel
terpilih.
Dengan mengaktifkan option tersebut, maka tidak akan
diperoleh nilai kosong (no data), kecuali jika nilai dari pikselpiksel yang ada di sekitar piksel terpilih juga kosong (no data).
3. Aktifkan option Append all the rasterattribut to the output
point features jika diinginkan penambahan kolom (field) dari
attribut data raster iput ke dalam feature hasil, atau non
aktifkan jika hanya ingin dimasukkan nilai dari data raster saja
ke dalam atribut feature tanpa menambah kolom baru.

60

FUNDAMENTAL OF GEODATABASE TOPOLOGY


Topology:
Dalam geodatabase, satu set aturan/ketetapan (dalam hal ini disebut
sebagai Rule) diterapkan pada kelas feature yang secara eksplisit
mendefinisikan hubungan spasial yang harus ada di antara data feature.
Geodatabase merupakan database relasional yang mencakup informasi
geografis. Geodatabase memuat kelas-kelas/golongan feature dan tabel.
Kelas kelas feature dapat diorganisasikan ke dalam set data feature.
Kelas feature menyimpan feature geografis yang disimbolkan dalam
bentuk titik, garis, polygon, anotasi, dimensi, dan multipatch dan data
atributnya. Semua kelas feature dalam suatu set data feature memiliki
sistem koordinat yang sama. Tabel dapat memuat atribut tambahan
untuk kelas feature atau informasi geografis, misalnya alamat atau
koordinat x, y, z.
Untuk dapat membangun topology geodatabase, maka kita harus masuk
dulu ke dalam dataset, yaitu dengan dobel klik pada geodatabase yang
telah kita buat, lalu dobel klik lagi pada dataset. Pilih File New
Topology

61

Akan muncul pop-up windows New Topology.

Masukkan nama topologi yang akan dibuat, lalu tentukan juga cluster
tolerance.

62

Pilih feature class apa saja yang akan diikutkan dalam topologi yang akan
dibangun. Apabila akan kita pilih semua, tekan tombol Select All.
Feature class yang muncul dalam window New Topology ini adalah
feature class yang terdapat dalam dataset yang sama dengan lokasi
pembuatan topologi ini. Klik Next untuk masuk ke langkah berikutnya.

Masukkan angka rank, lalu klik Next.

63

Muncul window baru yang masih kosong. Untuk memilih Rule atau Aturan
yang akan diterapkan pada tiap-tiap feature class, pilih tombol Add
Rule.

Akan muncul window Add Rule. Rule yang muncul tergantung pada
feature class yang kita pilih pada Features of feature class.

64

Dalam contoh ini, karena feature class yang kita pilih berupa type titik,
maka Rule atau aturan yang bisa dipilih adalah aturan yang berhubungan
dengan feature titik. Pilih salah satu Rule, lalu klik OK. Penjelasan lebih
lanjut tentang Rule atau aturan ini bisa dilihat pada bab berikutnya,
yaitu Topology Rules.

Lakukan langkah yang sama untuk Feature Class yang lain, dengan cara
Add Rule, lalu pada bagian Features of feature class: tinggal diganti
dengan feature class yang belum diberi Rule.
Apabila semua Feature class dalam dataset sudah diberi Rule, lalu klik
NEXT. ArcGIS otomatis akan membangun topology baru. Setelah proses
pembangunan topology selesai, akan muncul pertanyaan:
The new topology has been created. Would you like to validate it
now? Pilih YES!!!. Setelah proses validasi selesai, maka secara otomatis
topology yang kita bangun selesai dibuat.
TOPOLOGY RULES
Topologi rules dapat kita temui pada saat penyusunan topology dalam
dataset (Baca: Fundamental of Geodatabase Topology). Rule atau
aturan-aturan yang berlaku terhadap jenis-jenis feature class tertentu
tergantung kepada jenis/tipe data, apakah titik, garis, ataukah
area/poligon.
Pemilihan salah satu rule baru dapat dilihat pada saat kita mengolah
dataset yang telah kita pilihkan Rule yang sesuai baginya.

65

A. Feature Class Point/Titik


Berikut ini adalah beberapa aturan yang bisa diterapkan pada feature
class point:
1. Must Be Covered By Boundary Of
Feature titik dari satu layer harus bersinggungan dengan
batas dari feature poligon lainnya. Bila feature dari layer
titik berada diluar poligon, titik tersebut dianggap sebagai
suatu kesalahan (error).

2. Must Be Covered By Endpoint Of


Feature titik pada suatu layer harus berada di ujung feature
garis atau layer lainnya.
Bila feature titik tidak berada di ujung/tepi feature garis,
maka titik tersebut dianggap sebagai error.

3. Point Must Be Covered By Line


Feature titik harus terkover oleh feature garis atau feature
lainnya. Titik yang tidak berada diatas feature garis
dianggap sebagai error.

4. Must Be Properly Inside


Feature titik harus benar-benar berada didalam area
poligon suatu layer. Titik yang berada di luar area/poligon
dianggap sebagai error.

66

B. Feature Class Line/Garis


Beberapa set aturan yang dapat diaplikasikan terhadap feature class tipe
garis
1. Must Not Overlap
Suatu feature garis tidak boleh mengoverlap garis lain pada
layer yang sama. garis yang mengoverlap dianggap sebagai
error.

2. Must Not Intersect


Suatu feature garis tidak boleh meng-intersect (memotong)
atau mengoverlap (menumpang) garis lain pada layer yang
sama. garis yang saling menumpang (overlap) atau titik
perpotongan dianggap sebagai error.

3. Must Not Covered by Feature Class Of


Garis dari satu layer harus serupa dengan garis lain dari
layer lainnya. Garis pada layer pertama yang tidak serupa
dengan garis pada layer kedua dianggap sebagai error.

4. Must Not Overlap With

67

Garis dari satu layer harus tidak overlap dengan garis dari
layer lainnya. Garis yang meng-overlap dianggap sebagai
error.

5. Must Be Covered By Boundary Of


Feature garis dari satu layer harus sejajar dengan
tepi/batas feature area dari layer poligon yang ada. Garis
yang tidak sejajar dengan batas feature poligon dianggap
sebagai error.

6. Must Not Have Dangles


Garis pada suatu layer garis kedua ujungnya harus
menyentuh garis pada layer yang sama. Suatu garis yang
tidak menyentuh garis lainnya dianggap sebagai error.

7. Must Not Have Pseudos


Ujung garis pada suatu layer harus menyentuh lebih dari
satu garis dari layer yang sama. Titik ujung dimana garis
menyentuh titik ujung garis lainnya dianggap sebagai error.

8. Must Not Self-Overlap

68

Feature garis pada suatu layer tidak boleh memotong


(intersect) atau menumpang (overlap) dirinya sendiri. Garis
yang menumpang dirinya sendiri dianggap sebagai error.

9. Must Not Self-Intersect


Feature garis pada suatu layer tidak boleh memotong
feature itu sendiri. Garis yang menumpang (overlap)
feature itu sendiri, atau titik dimana feature itu memotong
dirinya sendiri dianggap sebagai error.

10.

Must Be Single Part


Feature garis pada suatu layer tidak boleh terdiri lebih dari
satu bagian. Feature garis yang memiliki lebih dari satu
garis dianggap sebagai error.

11.

Must Not Intersect Or Touch Interior


Garis pada suatu layer harus menyentuh ujung garis dari
layer yang sama. Garis yang menumpang (overlap) atau titik
perpotongan dianggap sebagai error.

12.

Endpoint Must Be Covered By

69

Ujung suatu garis pada suatu layer harus ditutup oleh


fetaure titik layer yang lain. Ujung garis yang tidak ditutup
oleh feature titik dianggap sebagai error.

C. Feature Class Polygon/Area


Beberapa set aturan yang dapat diterapkan pada feature class type
poligon
1. Must Not Overlap
Suatu poligon tidak boleh menumpang (overlap) poligon lain
pada layer yang sama. Poligon yang saling menumpang
(overlap) dianggap sebagai error.

2. Must Not Have Gaps


Ruang kosong tidak boleh ada diantara dua poligon pada
satu layer. Batas/tepi ruang kosong yang ada dianggap
sebagai error.

3. Must Not Overlap With


Poligon pada suatu layer tidak boleh saling menumpang
(overlap) dengan poligon dari layer yang lain. area dimana
fetaure dari layer kedua meng-overlap feature pada layer
pertama dianggap sebagai error.

4. Must Be Covered By Feature Class Of

70

Feature area/poligon pada suatu layer harus menutupi


feature poligon dari layer yang berbeda. Area dimana
feature pada layer kedua tidak ditutupi oleh feature pada
layer pertama dianggap sebagai error.

5. Must Be Cover Each Other


Feature area/poligon pada satu layer dan feature area pada
layer lainnya harus saling menutupi satu sama lain. Area
dimana feature dari kedua layer tidak menutupi layer
lainnya dianggap error.

6. Must Be Covered By
Feature poligon pada suatu layer harus tercakup dalam
feature dari layer yang lainnya. Area pada layer pertama
yang tidak tercakup dalam feature pada layer kedua
dianggap sebagai error.

7. Boundary Must Be Covered By


Tepi suatu poligon dari suatu layer harus ditutupi oleh garis
dari layer yang lain. Batas feature poligon yang tidak
sejajar dengan feature garis dianggap sebagai error.

8. Area Boundary Must Be Covered By Boundary

71

Batas/tepi suatu feature poligon pada suatu layer harus


ditutupi oleh batas/tepi dari featur poligon dari layer yang
lain.
Batas dari suatu featur poligon yang tidak ditutupi oleh tepi
dari poligon lainnya dianggap sebagai error.

9. Contains Points
Feature area/poligon pada suatu layer harus memuat
setidaknya satu feature point dari layer lainnya.
Feature poligon yang tidak memiliki setidaknya satu feature
point dianggap sebagai error.

Penerapan dari Topology Rules


Setelah memahami beberapa aturan diatas, kita dapat mengetahui
aplikasi atau teknis penggunaan dari rule yang telah kita pilih.

72

Dalam contoh berikut ini, kita membangun topologi dengan menampilkan


feature class berupa poligon (dengan nama area_ft), dan memilih rule
berupa Must Not Overlap. Setelah itu, kita bisa menarik atau memanggil
topologi yang kita buat ke dalam ArcMap.

Beberapa fungsi utama yang berkenaan dengan validasi dari topology


yang kita bangun dalam Topology Toolbar antara lain yaitu:
Validate Topology In Specified Area
Tombol ini digunakan apabila kita ingin melakukan validasi terhadap
area tertentu yang kita inginkan.
Validate Topology In Current Extent
Tombol ini digunakan apabila kita ingin melakukan validasi terhadap
feature yang tampil/tercakup dalam view yang ditampilkan.
Validate Entire Topology
Dengan menggunakan tombol ini, kita akan menjalankan keseluruhan
proses validasi.
Fix Topology Error Tool
Tool yang digunakan untuk melakukan koreksi terhadap topology yang
dianggap sebagai kesalahan.
Error Inspector
Fungsi yang digunakan untuk mencari kesalahan, atau item yang
melanggar aturan topologi yang telah dipilih.

Dengan memilih tombol Error Inspector, kita akan membuka window


baru. Tinggal pilih salah satu rule yang telah kita tetapkan, atau Errors
from all rules, lalu klik Search Now. Maka kesalahan atau bagian dari
feature yang melanggar rule atau aturan yang kita tentukan pada saat
penyusunan topologi.

73

Feature yang melanggar aturan yang telah kita tetapkan akan tampil
dalam warna merah, dan dapat dibetulkan melalui langkah editing biasa.

Apabila kita ingin mempertahankan feature yang ada, atau dengan kata
lain kita memaksakan supaya feature yang salah tersebut dianggap
benar, kita bisa memilih Fix Topology Error Tool, klik kanan, lalu pilih
Mark as Exception.

74

Sementara apabila feature yang error, dan sudah kita paksakan untuk
melanggar topology rules dengan cara dianggap sebagai exception atau
perkecualian, kita bisa memilih feature yang salah, lalu klik kanan, pilih
Mark as Error.
Proses penyusunan topologi dianggap final apabila tidak ada lagi feature
yang dianggap salah, atau meskipun masih ada feature yang salah tapi
dianggap sebagai pengecualian/exception.

75

SPATIAL ADJUSMENT
TRANSFORMASI
Proses transformasi mengkonversi data dari satu koordinat sistem satu ke
yang lainnya. Biasanya digunakan untuk konversi data dari digitizer atau
scanner ke koordinat real-world. Selain itu dapat juga digunakan untuk
konversi sistem koordinat data dari feet ke meter. Transformasi
berdasarkan pada perbandingan koordinat sumber dan titik tujuan, atau
disebut titik kontrol, dalam unsur grafis disebut displacement links. Kita
dapat membuat link secara interaktif atau mengambil link dari text file
atau control points file.
ArcMap mempunyai tiga tipe transformasi yaitu: affine, similarity, dan
projective.

Transformasi affine dapat melakukan differential scaling, skew,


rotation, dan translation pada data. Berikut ilustrasinya:

76

Fungsi transformasi affine:


x = Ax + By + C
y = Dx + Ey + F
dimana x dan y adalah koordinat layer input dan x dan y adalah
koordinat hasil transformasi. A, B, C, D, E, dan F diperoleh dari
perbandingan letak

source dan destination control points. Mereka

menskalakan, skew, rotasi, dan translasi koordinat layer. Transformasi


affine memerlukan minimal 3 displacement links.
Transformasi similarity menskalakan, merotasi, dan mentranslasi data
tetap mempertahankan aspek rasio dari feature yang ditransformasikan.
Fungsi transformasi similarity:
x = Ax + By + Cy = -Bx + Ay + F
dimana:
A = s cos t
B = s sin t
C = translation pada arah x
F = translation pada arah y
dan:
s = perubahan skala (sama pada arah x dan y)
t = sudut rotasi, searah jarum jam dari sumbu

77

Transformasi similarity memerlukan minimal 2 displacement links.


Transformasi projective berdasarkan pada formula yang lebih kompleks
yang memerlukan minimal 4 displacement links:
x = (Ax + By + C) / (Gx + Hy + 1)
y = (Dx + Ey + F) / (Gx + Hy + 1)
Metode ini digunakan untuk transformasi data yang diperoleh langsung
dari aerial photography.

Rubber sheeting
Distorsi geometrik pada umumnya menimpa source maps. Dapat
disebabkan karena ketidaksempurnaan dalam

registrasi, kurangnya

kontrol geodetik pada sumber data, atau sebab-sebab lainnya. Rubber


sheeting

mengkoreksi

kesalahan

koordinat

dengan

geometric

adjustment.

Layer Sumberdigambarkan dengan solid lines di-adjust ke


target

yang

direntangkan,

lebih

akurat.

menggerakkan

Selama
feature

rubber

sheeting,

menggunakan

layer

permukaan
transformasi

piecewise yang mempertahankan garis lurus. Sama seperti transformasi,


displacement links yang digunakan dalam
rubber sheeting untuk menggambarkan feature yang dipindah

78

Edgematching
Proses edgematching mengatur features sepanjang edge dari satu layer
ke features dari layer adjoin. Layer yang kurang akurat di-adjust, dan
layer lainnya sebagai kontrol..

Attribute transfer
Attribute transfer biasanya digunakan untuk meng-copy attribut dari
layer yang kurang akurat atau detail ke yang lebih akurat. Misalnya,
digunakan untuk transfer nama feature hidrologi dari peta hasil digitasi
dan generalisasi skala 1:500,000 ke peta skala 1:24,000.
Dalam ArcMap, kita dapat menentukan atribut yang ingin ditransfer antar
layer secara interaktif dengan memilih feature source dan target.

TOOLBAR SPATIAL ADJUSMENT

79

LATIHAN 1. SPATIAL ADJUSTMENT - TRANSFORMASI


1. Mulai ArcMap.
2. Tambahkan data KabDIY.shp dan DIY.shp dari folder C:\LATIHAN\
SPATIAL_ADJ
Add Data Button

80

Data yang akan ditransformasikan yaitu KabDIY.shp di-adjust ke


DIY.shp

3. Aktifkan toolbar Editor di ArcMap.


Editor Toolbar Button

4. Aktifkan toolbar Spatial Adjustment.

81

5. Mulai sesi editing dan aktifkan snapping.

6. Tentukan data yang akan di-adjust.

82

7. Pilih metode spatial adjustment Transformasi - Affine.

8. Buat displacement links.


Displacement Link Tools

9. Tampilkan adjustment.

83

10.Stop dan simpan hasil edit.

11.Coba ulangi proses transformasi, menggunakan projective dan


similarity.

84

LATIHAN 2. SPATIAL ADJUSTMENT - RUBBER SHEETING


1. Mulai ArcMap.
2. Tambahkan

data

jalan1.shp

dan

jalan2.shp

dari

folder

C:\LATIHAN\ SPATIAL_ADJ
Add Data Button

Data yang akan ditransformasikan yaitu jalan2.shp di-adjust ke


jalan1.shp

85

3. Aktifkan toolbar Editor di ArcMap.


Editor Toolbar Button

4. Aktifkan toolbar Spatial Adjustment.

5. Mulai sesi editing dan aktifkan snapping.

86

6. Tentukan data yang akan di-adjust.

7. Pilih metode spatial adjustment Rubbersheet.

87

8. Buat displacement links.


Displacement Link Tools

9. Tampilkan adjustment.

10.Stop dan simpan hasil edit.

88

LATIHAN 3. SPATIAL ADJUSTMENT - EDGE SNAP


1. Mulai ArcMap.
2. Tambahkan

data

jalan1.shp

dan

jalan2.shp

dari

folder

C:\LATIHAN\ SPATIAL_ADJ
Add Data Button

89

Data yang akan ditransformasikan yaitu street2.shp di-adjust ke


street1.shp

3. Aktifkan toolbar Editor di ArcMap.


Editor Toolbar Button

4. Aktifkan toolbar Spatial Adjustment.

90

5. Mulai sesi editing dan aktifkan snapping.

6. Tentukan data yang akan di-adjust.

91

7. Pilih metode spatial adjustment Edge Snap.

8. Buat edge match.

92

Edge Match

9. Tampilkan adjustment.

10.Stop dan simpan hasil edit.

93

SPATIAL ANALYST
ArcGIS Spatial Analyst membantu kita untuk dapat melakukan:

Surface analysis

Surface Analysis tools bermanfaat dalam menurunkan informasi


geospasial dari data ketinggian, seperti
Slope
Aspect
Hillshade
Viewshed

94

Surface creation

Surface Analysis tools mempunyai interpolation tools untuk


membuat surface dari data sampel hasil pengukuran.

Spline

Inverse Distance Weighted

Kriging (Ordinary, Universal)


Raster calculation

Raster calculator untuk menggabungkan bermacam dataset


dengan parameter tertentu
Raster calculator juga merupakan tool untuk :

Calculating map algebra


Map functions
Conducting queries

Distance Analysis

Dapat memberikan informasi seperti:

Jarak ke rumah sakit terdekat pada lokasi tertentu.


Menemukan semua restoran pada lokasi tertentu.
Shortest or least cost path dari satu lokasi ke lokasi lainnya

LATIHAN 1. SPATIAL ANALYST - Outdoor Recreation Index


12.Mulai ArcMap.
13.Tambahkan data dari folder C:\LATIHAN\ SPATIAL_ANALYST
Add Data Button

1.
2.
3.
4.

wisata.shp
jalan.shp
sungai.shp
batas.shp

14.Aktifkan toolbar Spatial Analyst.

15.Atur Proyeksinya.
Pilih View Data Frame Properties
Klik pada Coordinate System tab.
pada Select a Coordinate System window pilih: Predefined
Projected Coordinate Systems, pilih WGS 1984 UTM Zone
49S
Klik OK

16.Atur Distance Units ke dalam meter.

17.Atur Spatial Analysis Options.

Klik pada tab General, lalu atur working directory: C:\LATIHAN\


SPATIAL_ANALYST dan Atur Analysis Coordinate System: Analysis
output will be saved in the same (UTM Zone 49S, WGS 1984)

Klik pada tab Extent, atur Analysis Extent: Same as Layer batas
(area cakupan)

Atur Analysis Cell Size: As Specified Below, isikan Cell Size : 30


(meter berdasarkan satuan unit data)

I. Perolehan informasi Jarak dari Wisata


- Seberapa dekat daerah wisata dari manapun di wilayah ini?
Fungsi ini menurunkan layer grid dimana setiap bagian grid mewakili
jarak pada straight line ke feature terdekat dari grid sumber.
Matikan semua layer vector, kecuali layer wisata dan zoom out
sehingga tampak jelas.

Output cell size: 30 (m)


Output raster: Temporary
Klik OK

Reclassify Cell Values dari Distence to wisata

Klik Classify, lalu Pilih Metode : Natural Breaks dan Classes, dan
nilai baru untuk nilai cell yang terendah diisi 9 dan seterusnya.

Untuk menyimpan file hasil reklasifikasi, klik kanan pada Reclass


of Distance to wisata, pilih Make Permanent

II. Perolehan informasi Density Grid dari Jalan


Matikan semua layer vector, kecuali layer jalan dan zoom out
sehingga tampak jelas.
Pada Menu SA Density

Pilih tipe Density : Kernel

Klik OK.

Reclassify Cell Values dari Distence to wisata

Klik Classify, lalu Pilih Metode : Equal Interval dan Classes, dan
nilai baru untuk nilai cell dari nilai 1 diganti 10, begitu juga
dengan lainnya (ditambahkan 0 dibelakang angka)

Untuk menyimpan file hasil reklasifikasi, klik kanan pada Reclass


of Density of jalan, pilih Make Permanent

II. Perolehan informasi jarak dari sungai


Matikan semua layer vector, kecuali layer sungai dan zoom out
sehingga tampak jelas.

Output cell size: 30 (m)


Output raster: Temporary
Klik OK

Reclassify Cell Values dari Distance to sungai

Klik Classify, lalu Pilih Metode : Natural Breaks dan Classes, dan
nilai baru untuk nilai cell paling jauh dari sungai diganti dengan
nilai 100, dan kelipatan 100 untuk nilai atasnya.

Untuk menyimpan file hasil reklasifikasi, klik kanan pada Reclass


of Distance to sungai, pilih Make Permanent

IV. Menggabungkan hasil reklas tiga grid


Untuk menggabungkan ketiga grid hasil reklasifikasi di atas menggunakan
Raster Calculator.

Masukkan rumus :
[Reclass of Density of jalan] + [Reclass of Distance to wisata] + [Reclass
of Distance to sungai]
Lalu klik Evaluate

Setelah diperoleh hasilnya, kemudian file Calculation dapat


disimpan dengan nama file: recindex

Reclassify Cell Values dari Calculation ke dalam 3 kelas dengan


metode Natural Breaks.

Kemudian pada Reclass of Calculation atur Symbology, ganti nilai


1,2,3 dengan rendah, sedang dan tinggi.

Ganti nama Reclass of Calculation dengan Outdoor Recreation


Index pada tab General.

Pada tab Display atur transparansi sebesar 50%.

Atur tampilan sebagai berikut:

Menghitung Area Cakupan dari tiap Level Index

Buka atribut dari Outdoor Recreation Index, klik kanan pada


Outdoor Recreation Index, pilih Open Attribute Table :

Tambahkan field luas ( dalam meter persegi) dan hitung luasnya.


Klik Add Field..
Name: luas
Type: Long Integer
Klik OK

cell area (30m x 30m = 900m)


dikalikan dengan jumlah cell

LATIHAN 2. SPATIAL ANALYST SURFACE CREATION


1. Mulai ArcMap.
2. Tambahkan

data

DEMOGRID.dbf

dari

folder

C:\LATIHAN\

SPATIAL_ANALYST\TITIK
Add Data Button

3. Klik kanan pada layer DEMOGRID dan pilih Display XY Data.

4. Aktifkan ekstensi Spatial Analyst, pada menu SA pilih Interpolate


to Raster dan tentukan metode interpolasi.

LATIHAN 3. SPATIAL ANALYST SURFACE ANALYSIS


1. Dari file hasil latihan 2, kita gunakan untuk mencoba
menurunkan informasi kontur, slope, aspek hadap lereng, dsb.

2. Tentukan kontur intervalnya, lalu klik OK.

3. Coba lakukan surface analysis untuk memperoleh informasi


lainnya.

STUDI KASUS :
TERAPAN GEOMORFOLOGI UNTUK BENCANA
LONGSOR LAHAN
Longsor merupakan proses alam yang terjadi sebagai akibat dari
menurunnya kemantapan suatu lereng, akibat degradasi tanah/batuan
bersamaan waktu dan usianya.

Longsor merupakan proses alam yang

tetap akan berlangsung dengan atau tidak adanya pengaruh dari


manusia. Hal yang menjadi permasalahan adalah keberadaan pengaruh
manusia yang secara tidak sadar telah mwempercepat terjadinya proses
longsor. Longsor bisa dikatakan sebagai bencana jika telah menyebabkan
kerugian bagi manusia baik yang berupa harta benda ataupun korban
jiwa. Kejadian longsor sering muncul pada jaringan jalan, jaringan
pengairan, dan daerah pemukiman dengan kondisi geologi, morfologi,
hidrologi dan iklim yang kurang menguntungkan.
Kejadian longsor sering menimbukan kerugian material dan nonmaterial yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah
tindakan penyelidikan dan penanggulangan terhadap bencana tersebut.
Tindakan penyelidikan terhadap bencana longsor dilakukan dalam
beberapa tahap yang saling terkait. Tahap awal dalam penyelidikan
longsor adalah identifikasi tingkat kerawanan longsor suatu daerah.
Tingkat kerawanan merupakan potensi suatu medan terhadap kejadian
longsor. Penentuan tingkat kerawanan longsor suatu daerah sangat
berguna dalam arahan tata guna lahan misalnya untuk penentuan
lintasan jalan, lintasan saluran ataupun pemukiman.
Penyusunan tingkat kerawanan longsor yang dilakukan berdasarkan
pada parameter geologi (tingkat pelapukan dan struktur perlapisan),
tanah (tekstur dan kedalaman tanah), kemiringan lereng dan penggunaan
lahan yang ada. Hasil akhir yang dicapai berupa peta tingkat kerawanan
longsor Kecamatan Loano. Peta ini diperoleh dengan metode skoring

parameter yang disesuaikan bobotnya berdasarkan besarnya proporsi


pengaruhnya terhadap kejadian longsor. Peta tingkat kerawanan longsor
yang disusun mempunyai lima kelas yang terdiri dari tingkat kerawanan
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Pengkelasan ini
berdasarkan interval skor total setiap parameter. Berikut adalah skor
untuk setiap parameter berdasarkan parameter lahan yang ada;
Tabel.Kelas Sudut Lereng
Kriteria
No. Deskripsi Lereng
Sudut Lereng
(o)
1
Datar landai
08
2
Agak miring
8 15
3
Miring
15 25
4
Sangat miring
25 45
5
Terjal

sangat
> 45
terjal

Kelas

Harkat

Sangat baik
Baik
Sedang
Jelek
Sangat
Jelek

1
2
3
4
5

Tabel.Kelas Tingkat Pelapukan Batuan


Tingkat
No.
Deskripsi
Harkat
Pelapukan
Pelapukan Batuan masih segar dan belum mengalami
1
1
ringan
perubahan
atau
sedikit
mengalami
perubahan warna dan perubahan warna
baru terjadi pada permukaan
Pelapukan
Batuan mengalami perubahan warna dan
2
2
sedang
pelapukan, perubahan warna lebih besar
dan menembus bagian dalam batuan serta
sebagian dari massa batuan menjadi tanah
Pelapukan
Batuan mengalami perubahan warna dan
3
3
lanjut
lebih dari setengah massa batuan berubah
menjadi
tanah.
Perubahan
warna
menembus ke bahan batuan cukup dalam
tetapi batuan asli masih ada
Pelapukan Seluruh massa batuan terdekomposisi dan
4
4
sangat
berubah luarnya menjadi tanah, tetapi
Lanjut
susunan batuan asal masih bertahan
Berubah
Batuan berubah sempurna menjadi tanah
5
5
sempurna namun tanah yang dihasilkan tidak
mengalami pengangkatan

Tabel. Kelas Struktur Perlapisan Batuan


No.
Struktur Perlapisan Batuan (o)
1
Horisontal (0 3o)
2
Tegak, miring, pada medan datar
sampai berombak (>3 8 o)
3
Tidak berstruktur, pada medan
curam (>20 o), miring pada medan
bergelombang (>8 14 o)
4
Miring dengan perlapisan keras lunak
pada
medan
berombak/bergelombang (>8 20 o)
5
Miring pada perlapisan keras lunak
pada medan bergelombang hingga
berbukit (>20 o)

Kategori
Sangat baik
Baik

1
2
3
4
5

Jelek

Sangat jelek

Harkat

Geluh (loam)
Geluh lempungan, geluh debuan
Geluh pasiran
Lempung pasiran, lempung debuan
Lempung (clay), pasir

1
2
3
4
5

Tabel. Kelas Kedalaman Tanah


No.
1
2
3
4
5

Kelas Solum Tebal Solum (Cm) Harkat


Sangat tipis
0 30
1
Tipis
30 60
2
Sedang
60 90
3
Tebal
90 150
4
Sangat tebal
> 150
5

Tabel. Kelas Penggunaan Lahan


No.
1
2
3
4
5

Penggunaan Lahan
Dasar lembah sungai
Tegalan/ladang/Belukar
Perkebunan
Permukiman
Sawah

Harkat
1
2
3
4
5

1
2

Sedang

Tabel. Kelas Tekstur Tanah


No. Kelas Tektur Tanah

Harkat

Faktor iklim tidak dipertimbangkan karena daerah penelitian


relatif sempit sehingga mempunyai kondisi iklim yang relatif sama.
Parameter yang disajikan pada tabel-tabel di atas masing-masing
mempunyai bobot yang berbeda-beda. Pembobotan masing-masing
parameter adalah sebagai berikut:
Tabel . Pembobotan Karakteristik Lahan yang Berpengaruh pada Gerakan
Massa
No.

Komponen
Lahan

Topografi

Batuan

Tanah

Penggunaan
Lahan

Karakteristik lahan

Bobot

Harkat
Max

Min

Lereng

15

Tingkat pelapukan batuan

Struktur perlapisan

10

Solum tanah

Tekstur

Jenis penggunaan lahan

10

50

10

J u m l a h

Untuk menentukan klas kerawanan gerakan massa digunakan teknik


penjumlahan berdasarkan metode Sturges sebagai berikut:
Interval harkat = harkat max harkat min
5
= 50 10
5
=

Berdasarkan hasil penghitungan interval antar klas maka ditentukan


rentang harkat pada masing-masing klas rawan gerakan massa yang
disajikan pada tabel berikut:

Tabel . Klasifikasi Kerawanan Gerakan massa

No. Interval Klas Deskripsi Klas Rawan


1

10 18

Sangat Rendah

19 24

Rendah

25 32

Sedang

33 40

Tinggi

41 50

Sangat Tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Andy S, Aji P, dan Satrio W, 2005, Petunjuk Teknis Penggunaan Sistem


Informasi Geografis dengan Aplikasi ArcGIS, Laboratorium GIS
Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta
Ibnu Rosyadi, 2006, Petunjuk Singkat Representasi Data Spasial, Digi
Tritama, Yogyakarta
ESRI, 2004, ArcGIS Help and Documentation, RedLand CA
Tim KKN Tematik Fakultas Geografi UGM, 2005, Laporan KKN Tematik
Longsor Lahan Kecamatan Loano Purworejo, UGM, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai