Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(KOPSAK)
A. Pengantar Konseling Psikoanalisis Klasik
Psikoanlisis merupakan salah satu mazhab psikologi yang diperkenalkan oleh
Sigmund Freud sebagai tokoh utama yang mengembangkan teori ini. Psikoanalisis
merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik.
Menurut Eldido Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia,
dimana ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha
untuk menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulankesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang
dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
B. Asumsi Tentang Manusia
Menurut Muhammad Surya (28:2003) Freud berasumsi bahwa manusia pada
hekekatnya bersifat biologis dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku
merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan itu.
Manusia menurut aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini adalah makhluk
yang digerakkan oleh suatu keinginan yang terpendam dalam jiwanya (Homo Volens) (Edwi
Arief Sosiawan.2008, Aliran psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia,
Fokus aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya yang
terpisah.
Berangkat dari teori yang dikembangkan Freud, Eldido, menyatakan, prinsipprinsip psikoanalisis tentang hakekat manusia didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai
berikut:
1. Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
2. Sebagaian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari.
3. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak lahir,
terutama
kecenderungan
mengembangkan
diri
melalui
dorongan
libido
dan
agresifitasnya.
4. Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan
ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan.
5. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis.
6. Pembentukan simpton merupakan bentuk defensive.
yang berbentuk interaksi antara kekuatan-kekuatan psikis yang ada pada diri manusia, yaitu
instink dan pertahanan. (Prochaska, dalam Eldido).
Eldido, berpendapat bahwa dalam proses pemenuhan kebutuahan akan muncul
kecemasan pada individu, yaitu perasaan kekhawatiran yang muncul karena keinginan dan
tuntutan internal tidak dapat terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga
kecemasan dalam individu, yaitu:
1. Kecemasan realitas (reality anxiaty) merupakan kecemasan individu akibat dari
ketakuatan menghadapi realitas sekitarnya.
2. Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), merupakan karena khawatir tidak mampu
mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitif.
3. Kecemasan moral (moral anxiety) merupakan kecemasan akibat dari rasa bersalah dan
ketakutan dihukum oleh nilai-nilai yang ada pada hati nuraninya.
Pada dasarnya setiap individu memiliki kecenderungan untuk selalu menghindari
segala bentuk kecemasannya. Yaitu ketika keinginan tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Cara individu menghindari kecemasan itu biasanya dilakukan mekanisme pertahanan diri
(ego defense mechanism). Diantara bentuk mekanisme pertahan diri tersebut adalah:
1. Distorsi, merupakan pertahanan yang dilakukan dengan melakukan penyangkalan
terhadap kenyatan hidup individu dengan tujuan untuk menghindari kecemasannya.
2. Proyeksi, merupakan upaya menyalahkan orang lain atas kesalahan dirinya sendiri atau
melemparkan keinginannya sendiri yang tidak baik kepada orang lain.
3. Regresi, merupakan mundurnya fase perkembangan individu kesebelumnya yang
dipandang tidak terlalu berat tuntutannya.
4. Rasionalisasi, membuat-buat alasan yang tampak masuk akal guna membenarkan
tindakannya yang salah atau meminimalkan konsekwensi kejiwaan yang didapatkan
akibat dari kesalahannya. Sehingga apa yang dialaminya dapat diterima oleh orang lain
dan terhindar dari rasa cemasnya.
5. Sublimasi, yaitu mengganti dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima secara sosial
kebentuk yang dapat diterima secara sosial.
6. Salah sasaran atau displacement yaitu menggantikan perasaan bermusuhan atau
agresivitas dari sumber-sumber aslinya ke orang atau objek lain yang biasanya kurang
penting.
7. Identifikasi, yaitu menambah rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan orang
lain yang mempunyai nama atau yang sudah terkenal.
8. Kompensasi, yaitu menutupi kelemahan dengan jalan memuaskan atau menunjukkan
sifat tertentu secara berlebihan karena frustrasi dalam bidang lain.
9. Represi, yaitu menolak atau menekan dorongan-dorongan yang muncul dengan cara
tidak mengakui dorongan itu.
10. Fiksasi, yaitu terpaku pada satu tahap perkembangan karena takut memasuki tahap
perkembangan selanjutnya.
pengalaman traumatik masa lampau, atau biasa juga disebut dengan katarsis.
Interpretasi.
Teknik ini digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi,
resistensi, dan transferensi klien. Pada teknik ini, konselor menetapkan, menjelaskan
(penjelasan makna), dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang
termanifestasi dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi klien. Tujuannya
ialah agar ego klien dapat mencerna materi baru dan mempercepat proses penyadaran.
3. Analisis mimpi.
Teknik ini digunakan untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan memberi
kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Mimpi
terjadi karena pada waktu pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang
terdesakpun muncuk ke permukaan. Freud menafsirkan mimpi sebagai jalan raya
terhadap keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari yang diekspresikan.
4. Analisis resistensi.
Untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi, maka
teknik inilah yang digunakan. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan
resistensi. Resistensi : Perilaku untuk mempertahankan kecemasan Menghambat
Sumber:
Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Prayitno. 1998. Konseling Panca Waskita. Padang: BK IKIP Padang
Eldido.2008.http://eldido.blog.friendster.com/2008/11/konseling-dalam-perspektif-psikoanalisis/
Edwi Arief Sosiawan. 2008. http://www.edwias.com