Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

IPA (Reklamasi Pesisir Pantai)

Nama Kelompok :
1. M. Hanif Alawi
2. M. Ridoi
3. M. Saipul Rohman
4. M. Tsalis Fajeri
5. Maisyaroh
6. Mikhatul Khusnah
7. Okki Irianti Safitri
8. Saiful Basri
9. Shinta Silvia Pramita
10. Sunarto
11. Yusuf Anggita Purnama
12. M. Awaludin C. H. U

LEMBAGA PENDIDIKAN MAARIF NU

SMK NAHDLATUL ULAMA LAMONGAN


TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul REKLAMASI PANTAI. Dalam penyusunanya
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan bantuan dukungan, kasih, dan kepercayaan
yang begitu besar. Dari sanalah kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bias memberikan
sedikit kebahagiaandan menuntun langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar
persentasi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

Lamongan,

Januari 2014

Penulis

1. REKLAMASI PANTAI
a. Pendahuluan
semakin sempit. Pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa
dilepaskan dengan masalah kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk
menyejahterakan rakyat yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang
tak terbantahkan.
aktifitas perekonomian Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru
pada suatu daerah perairan/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya
dilatarbelakangi oleh semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan
pesisir, yang menyebabkan lahan untuk pembangunan yang padat seperti pelabuhan,
bandar udara atau kawasan komersial lainnya, dimana lahan eksisting yang terbatas
luasan dan kondisinya harus dijadikan dan diubah Hal ini menyebabkan manusia
memikirkan untuk mencari lahan baru, terutama daerah strategis dimana terjadi menjadi
lahan yang produktif untuk jasa dan kegiatan perkotaan.
Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak keuntungan
ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan disini adalah semakin banyak
kawasan komersial yang dibangun maka dengan sendirinya juga akan menambah
pendapatan asli daerah (PAD). Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu
kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota),
penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat
pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi)
manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan
seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola
arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan.
Undang-undang no. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan bahwa hanya dapat
dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial
dan biaya ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib menjaga dan
memperhatikan beberapa hal seperti a) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan
LAYAH PESISIR masyarakat; b) keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan
penimbunan material.

a. Prinsip Perencanaan Reklamasi Pantai


Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut:

Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi
daratan;

Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan
membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan
kebutuhan yang ada;
Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan
lindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;
Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah
dengan daerah/negara lain.

Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di atas,


terutama yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang alam
secara signifikan perlu disusun rencana detil tata ruang (RDTR) kawasan.
Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah
memenuhi persyaratan administratif seperti a) Memiliki RTRW yang sudah
ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi pantai; b) Lokasi
reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan direklamasi
maupun yang sudah direklamasi; c) Sudah ada studi kelayakan tentang
pengembangan kawasan reklamasi pantai atau kajian/kelayakan properti (studi
investasi); dan d) Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.
Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana struktur
ruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara lain
meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik,
jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi
kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung yang dimaksud dalam
pedoman ini adalah ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan
peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan
laut/penyeberangan, kawasan bandar udara, dan kawasan campuran.
Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial,
ekonomi dan budaya di kawasan reklamasi. Reklamasi pantai memberi dampak
peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang
perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus menyesuaikan 1)
Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan; 2) Selanjutnya, perubahan di atas
berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk
keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan. Aspek sosial, budaya, wisata
dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya, pariwisata, dan
ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.

b. Permasalahan Reklamasi Pantai


Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat
proyek reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah

akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai spesies mangrove,
punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan berbagai keanekaragaman
hayati lainnya.
Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah
meningkatkan potensi banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah
bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi
tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen
sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan tata
air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila dikaitkan
dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global.
Sementara itu, secara sosial rencana reklamasi pantai dipastikan juga dapat
menyebabkan nelayan tradisional tergusur dari sumber-sumber kehidupannya.
Penggusuran itu dilakukan karena kawasan komersial yang akan dibangun
mensyaratkan pantai sekitarnya bersih dari berbagai fasilitas penangkapan ikan milik
nelayan.
Berikut ini adalah beberapa studi kasus dibeberapa wilayah Indonesia:
1. Studi Kasus Reklamasi Kota Manado
Adanya reklamasi pantai di Kota Manado yang dikembangkan sebagai
kawasan fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya
Central Business District (CBD), mengakibatkan adanya perubahan wajah kota
pada daerah pesisir pantai. Pertumbuhan dan perkembangan Kota Manado
menjadi lebih condong ke arah pantai/laut sebingga Kawasan Boulevard lebih
terbuka dan menjadi salah satu bagian depan kota yang berorientasi ke laut. Hal
ini menyebabkan aktivitas masyarakat banyak terserap pada kawasan tersebut,
baik untuk menikmati keindahan pantai ataupun dimanfaatkan oleh sektor
informal untuk mencari nafkah. Kondisi seperti yang disebutkan di atas membawa
pengaruh terhadap keberadaan ruang publik di Kawasan Boulevard.
Pengembangan wilayah reklamasi di sekitar kawasan tersebut
memperlihatkan gejala mulai hilangnya ruang publik yang ada. Akses masyarakat
terhadap view pantai dan pesisirnya mulai berkurang seiring dengan semakin
berkembangnya pembangunan di wilayah tersebut.
Dampak reklamasi di pesisir pantai Kawasan Boulevard telah
mengakibatkan berkurangnya aksesibilitas ruang publik, ketidakberlanjutan
fungsi ruang publik, terciptanya pola penataan ruang publik yang tidak
memberikan keleluasaan akses bagi masyarakat dan munculnya pola penguasaan
ruang publik yang tertutup dan berkesan private-domain.
Strategi pengelolaan ruang publik di Kawasan Boulevard akibat dampak
reklamasi dilakukan dengan pendekatan yaitu, (i) teknis, berupa peralihan fungsi

ruang publik, penataan koridor pesisir pantai akibat reklamasi dan penataan
alokasi ruang bagi sektor informal, (ii) regulasi, berupa penerapan kebijakan
pemanfaatan ruang publik dan penerapan sangsi yang tegas, (iii) kemitraan
pemerintah, swasta dan masyarakat, berupa peningkatan peran seluruh
stakeholders dan penerapan kebijakan insentif - disinsentif.
2. Studi Kasus Reklamasi Teluk Lampung
Reklamasi pantai yang dilaksanakan pada awal tahun 1980-an dan
berlangsung sampai sekarang telah berdampak negatif langsung terhadap nelayan
yang wilayah usahanya pada laut dangkal (Sukaraja) maupun nelayan di Dusun
Cangkeng Kotakarang.
Dampak yang dirasakan oleh nelayan laut dangkal hilangnya beberapa
jenis ikan tangkapan seperti rebun, teri, dan kerapan, semakin jauhnya wilayah
tangkapan, terumbu karang tersedimentasi oleh lumpur, dan usaha menangkap
ikan dengan bubu tidak dapat dilakukan lagi. Akibat dari hal tersebut menurunkan
hasil tangkap nelayan yang akhirnya berdampak terhadap kesejahteraan nelayan.
3. Studi Kasus Reklamasi Jakarta
Dalam Perda Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2007-2012, terutama dalam implementasi Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jakarta, khususnya di Jakarta Utara
direncanakan pengembangan reklamasi Pantura Jakarta. Proyek itu dimaksudkan
selain untuk memperbaiki kualitas lingkungan juga untuk pusat niaga dan jasa
skala internasional, perumahan, dan pariwisata.
Namun, harus disadari pula bahwa reklamasi pantura Jakarta bukan hanya
sekadar mengeruk, kemudian memunculkan daratan baru atau untuk kepentingan
komersial semata. Lebih dari itu, yang harus dipikirkan bagaimana dampak
ekologis kawasan pantai dengan reklamasi tersebut. Contoh saja ketika Pantai
Indah Kapuk dibangun, yang terjadi kemudian adalah akses jalan tol ke bandara
tergenang air sehingga banjir. Lalu, saat PT Mandara Permai membangun
Perumahan Pantai Mutiara di Muara Karang, PLTU Muara Karang pun terganggu.
Padahal, pasokan listrik untuk Jakarta dan sekitarnya berasal dari PLTU Muara
Karang, Jakarta Utara.
4. Studi Kasus Reklamasi Donggala
Reklamasi pantai yang dilakukan sebagai aktifitas proyek jalan lingkar
kota Donggala, Saat ini telah menyebabkan pohon-pohon mangrove yang tumbuh
di kawasan ini menjadi rusak, batu-batu karang yang biasanya terlihat di pinggir
pantai pun sudah tidak tampak lagi, yang terlihat hanyalah tumpukan tanah kapur
hasil reklamasi, yang sebahagiannya telah diratakan.

Karenanya, ditengah perdebatan dan pertentangan terhadap proyek


reklamasi Pantai Donggala, diperlukan kebesaran hati dari pengambil kebijakan
untuk mengevaluasi pelaksanaan proyek ini sembari membuka ruang dialog
dengan berbagai pihak, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat, untuk
duduk bersama guna menimbang untung-rugi proyek ini, apabila benar
menguntungkan dan dilaksanakan dengan komitmen dan kesungguhan maka
kegiatan ini perlu diteruskan. Sebaliknya bila merugikan maka aktifitas ini harus
dihentikan.
Dengan kata lain Pemerintah Kabupaten Donggala dituntut untuk dapat
berkomunikasi, berkonsultasi dan bernegosiasi dengan publik. Hanya dengan
jalan ini maka pembangunan yang dilaksanakan akan benar-benar dapat diterima
semua pihak dan memberikan keuntungan bagi lingkungan hidup dan masyarakat
Donggala.

c. Menyikapi Reklamasi Pesisir dengan Paradigma Baru


Di satu sisi reklamasi mempunyai dampak positif sebagai daerah pemekaran
kawasan dari lahan yang semula tidak berguna menjadi daerah bernilai ekonomis
tinggi. Dan di sisi lain jika tidak diperhitungkan dengan matang dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan. Di sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama
sinergis dari semua komponen stakeholders.
Reklamasi khususnya reklamasi pantai masih diperlukan selama dilakukan
dengan kajian yang komprehensif. Simulasi prediksi perubahan pola arus
hidrodinamika laut secara teknis dapat dilakukan dengan model fisik (laboratorium)
atau model matematik. Dari pemodelan ini dapat diperkirakan dampak negatif yang
terjadi dan cara penanggulangannya.
Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus diarahkan
pada tujuan utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya ketersediaan
lahan darat. Usaha reklamasi janganlah semata-mata ditujukan untuk mendapatkan
lahan dengan tujuan komersial belaka. Reklamasi di sekitar kawasan pantai dan di
lepas pantai dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu diperhitungkan kelayakannya
secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan) terhadap seberapa besar kerusakan
lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja sama yang sinergis antara
Pemerintah dan jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat maka
keputusan yang manis dan melegakan dapat diambil. Jika memang berdampak
positif maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun sebaliknya jika negatif tidak perlu
direncanakan.
Dari semua itu, yang lebih penting adalah adanya perubahan attitude dari
masyarakat dan Pemerintah. Pelaksanaan aturan hukum harus ditaati dan
dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait. Berbagai biaya sosial dan lingkungan

hidup itu seharusnya juga diperhitungkan dalam perencanaan reklamasi. Namun,


sayangnya terdapat paradigma yang memosisikan suatu kota sebagai kota
multifungsi, dimana diharapkan mampu mendatangkan keuntungan yang sebesarbesarnya bagi kesejahteraan warganya. Padahal paradigma itu telah terbukti gagal
total dalam implementasinya di lapangan. Berbagai permasalahan sosial dan
lingkungan hidup dapat timbul dan sulit dipecahkan di daerah reklamasi saat ini
justru disebabkan oleh paradigma tersebut.
Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata
ruang kota. Tata ruang kota yang baru nantinya harus memerhatikan kemampuan
daya dukung sosial dan ekologi bagi pengembangan Kota. Daya dukung sosial dan
ekologi tidak dapat secara terus-menerus dipaksakan untuk mempertahankan kota
sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik. Fungsi kota sebagi pusat perdagangan,
jasa dan industri harus secara bertahap dipisahkan dari fungsi kota ini sebagai pusat
pemerintahan.
Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian
tekhnis terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya
lalu disampaikan secara terbuka kepada publik. Penting diingat reklamasi adalah
bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan
alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal ini tentunya
akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi,
sedimentasi pantai, serta kerusakan biota laut dan sebagainya.
Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata sebagaimana
mestinya dapat hancur atau hilang akibat adanya reklamasi. Akibatnya adalah
kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada akhirnya akan berimbas pada ekonomi
nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang dulunya mempunyai sumber
pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut akan melakukan migrasi ke
daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini tentu saja akan mempengaruhi
pendapatan para nelayan setempat.
Bukan itu saja, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai akan
menyebabkan penaikan masa air dan memicu terjadinya abrasi yang secara perlahanlahan akan menggeser dan menenggelamkan kawasan sepanjang pantai bukan hanya
di kawasan dimana reklamasi itu dilakukan, namun juga dikawasan lain yang dalam
satu kesatuan ekosistim alamiahnya, saat ini di beberapa kawasan, air pasang yang
naik bahkan telah memasuki kawasan pemukiman.
Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan yuridis
juga perlu mendapatkan perhatian. Kajian terhadap landasan hukum rencana
reklamasi, pelaksanaan, serta peruntukannya perlu dipertimbangkan. Ada banyak
produk hukum yang mengatur tentang reklamasi mulai dari Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang menjadi
persoalan adalah konsistensi penerapan dan penegakan aturan.

Menurut Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) dibedakan 4 sistem


pembuatan reklamasi lahan pantai, yaitu:
1. Sistem Timbunan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka
lahan berada di atas permukaan air laut tinggi (high water level)
2. Sistem Polder
Reklamasi yang dilakukan dengan mengeringkan perairan yang akan
direklamasi dengan memompa air yang berada didalam tanggul kedap air untuk
dibuang keluar daerah lahan reklamasi.
3. Sistem Kombinasi (Timbunan dan Polder)
Setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut
sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi
dan muka air laut tidak besar
4. Sistem Drainase
Sistem reklamasi ini digunakan pada wilayah pesisir yang datar dan relatif
rendah dari wilayah disekitarnya, tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih
tinggi daripada elevasi muka air laut.

2. Dampak Positif dan dampak Negatif Reklamasi Pantai


a. Dampak Positif
1. Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan
untuk bermacam kebutuhan.
2. Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi karena konstruksi
pengamanan sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak
laut.
3. Daerah yang ketinggiannya dibawah permukaan laut bisa aman terhadap banjir
apabila dibuat tembok penahan air laut disepanjang pantai.
4. Tata lingkungan yang bagus dengan peletakkan taman sesuai perencanaan, sehingga
dapat berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung
b. Dampak Negative
1. Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam telah
berubah menjadi daratan.
2. Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainnya rawan tenggelam, atau
setidaknya air asin laut naik kedaratan sehingga tanaman banyak yang mati, area
persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi
diarea persawahan pinggir pantai.

3. Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam
menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat
mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet bumi secara total.
4. Pencemaran laut akibat kegiatan diarea reklamasi dapat menyebabkan ikan mati
sehingga nelayan kehilangan lapangan pekerjaan.

3. Cara penanggulangan reklamasi pantai


Cara untuk menanggulangi reklamasi pantai adalah diperlukan kajian mendalam
terhadap proyek reklamasi dengan melibatkan banyak pihak dan interdisiplin ilmu serta
didukung dengan upaya teknologi. Kajian cermat dan komprehensif tentu bisa menghasilkan
area reklamasi yang aman terhadap lingkungan di sekitarnya.
Sementara itu karena lahan reklamasi berada di daerah perairan, maka prediksi dan
simulasi perubahan hidrodinamika saat pra, dalam masa pelaksanaan proyek dan pasca
reklamasi serta sistem drainasenya juga harus diperhitungkan. Karena perubahan
hidrodinamika dan buruknya sistem drainase ini yang biasanya berdampak negatif langsung
terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Yang perlu dipikirkan lagi adalah sumber material urugan. Material urugan biasanya
dipilih yang bergradasi baik, artinya secara teknis mampu mendukung beban bangunan di
atasnya. Karena itulah, biasanya dipilih sumber material yang sesuai dan ini akan
berhubungan dengan tempat galian (quarry). Cara lain yang relatif lebih aman dapat
dilakukan dengan cara mengambil material dengan melakukan pengerukan (dredging) dasar
laut di tengah laut dalam. Sebenarnya, reklamasi pantai bisa sangat bermanfaat jika dikelola
dan dianalis dampaknya dengan baik.
4. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Kegiatan reklamasi dapat menimbulkan keuntungan maupun dampak secara sosial,
ekonomi dan lingkungan.
- Kegiatan reklamasi dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh
lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya, serta memperhatikan dan menjaga
kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan.
- Beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa implementasi kegiatan reklamasi di
lapangan seringkali tidak sesuai dengan perencanaannya sehingga mengakibatkan
kerusakan secara sosial, ekonomi maupun lingkungan, sehingga menimbulkan resistensi
dari masyarakat.
- Diperlukan koordinasi dan komunikasi yang sinergis dari segenap stakeholders dalam
kegiatan reklamasi sehingga prinsip-prinsip reklamasi dapat berjalan dengan baik.
- reklamasi pantai bisa sangat bermanfaat jika dikelola dan dianalis dampaknya dengan
baik. Dengan memikirkan dampak positif dan negativenya serta mempertimbangkan
semua aspek terutama sisi negative dari pembangunan yang akan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai