Pelanggaran Perjanjian
Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20
Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa
Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli
1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I . Hal ini merupakan akibat dari
perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda.
Pasca Perjanjian
Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan
wilayah-wilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, Divisi
Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah.
Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai laskar,
seperti Barisan Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di bawah
pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, mematuhi hasil Persetujuan
Renville tersebut.
Mereka terus melakukan perlawanan bersenjata terhadap tentara
Belanda.
Setelah Soekarno dan Hatta ditangkap di Yogyakarta, S.M. Kartosuwiryo,
yang menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Amir
Syarifuddin, Menganggap Negara Indonesia telah Kalah dan Bubar,
kemudian ia mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Hingga pada 7 Agustus 1949, di wilayah yang masih dikuasai Belanda
waktu itu, Kartosuwiryo (atas nama umat Islam Bangsa Indonesia)
menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
mengenai hal ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua bagian
barat bukan bagian dari serah terima, dan bahwa masalah ini akan
diselesaikan dalam waktu satu tahun.
2. Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch
Belanda sebagai kepala negara
3. Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia
Serikat.
Pembentukan RIS
Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik.
Soekarno menjadi Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana Menteri
membentuk Kabinet Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat telah
dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara
yang memiliki persamaan persekutuan dengan Kerajaan Belanda.
1.
Maret
1947)
Isi perjanjian :
Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni IndonesiaBelanda dan Ratu Belanda selaku ketuanya.
2. Perjanjian Renville (8 Desember 1947 - 17 Januari 1948)
Tokoh yang menghadiri perjanjian Renville :
a. PBB sebagai mediator, diwakili oleh Frank Graham (ketua) dan Kirby (anggota)
b. Delegasi Belanda, diwakili R. Abdul Kadir Wijoyoatmodjo (ketua)
c. Delegasi Indonesia, diwakili Mr. Amir Syarifuddin (ketua)
Isi perjanjian :
Penghentian tembak-menembak.
RI.
Delegasi Belanda
Menyetujui
kembalinya
Indonesia ke Yogyakarta.
pemerintah
Republik
Menjamin
penghentian
gerakan
militer
membebaskan semua tahanan politik.
dan
Masalah Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu satu tahun sesudah
pengakuan kedaulatan.
Akan didirikan Uni Indonesia-Belanda berdasarkan kerja sama.
Pengembalian hak milik Belanda oleh RIS dan pemberian hak konsesi dan izin
baru untuk perusahaan.
RIS harus membayar segala hutang Belanda yang diperbuatnya sejak tahun
1942.