Anda di halaman 1dari 14

PELAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT SEBAGAI LAYANAN UMUM

Rumah

Sakit

Sebagai

BLU:

Tinjauan

Aspek

Pelaporan

Keuangan Dan Pertanggungjawabannya


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja dalam penganggaran
di lingkungan pemerintah. Instansi pemerintah yang tugas pokok dan
fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan
pola

pengelolaan

keuangan

yang

fleksibel

dengan

menonjolkan

produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dalam segala aktivitasnya.


Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan kerja Perangkat
Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan
pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan pada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Organisasi BLU
cenderung sebagai organisasi nirlaba kepemerintahan. Sesuai dengan PP
No:23 tahun 2005 pasal 26 menyebutkan bahwa akuntansi dan laporan
keuangan diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan
(SAK)

yang

Ketentuan

diterbitkan
ini

oleh

mengakibatkan

asosiasi
ketidak

profesi

akuntansi

konsistensian

Indonesia.

yaitu

bahwa

organisasi BLU yang cenderung sebagai organisasi kepemerintahan tetapi


pelaporan

akuntansi

keuangan

), bukan

menggunakan
menggunakan

PSAK
PSAP

(standar

akuntansi

(Standar

akuntansi

pemerintahan).
Standar akuntansi pemerintah disusun oleh komite standar akuntansi
pemerintah(KSAP).

Standar

ini

digunakan

untuk

organisasi

kepemerintahan dan merupakan pedoman dalam penyususnan dan


penyajian laporan keuangan. SAP dinyatakan dalam PSAP. Organisasi
pemerintahan sebagai organisasi yang nirlaba semestinya menggunakan
SAP bukan SAK. Oleh karena itu jika rumah sakit pemerintah sebagai

badan layanan umum semestinya juga menggunakan SAP bukan SAK,


namun dalam PP disebutkan badan layanan umum sebagai institusi yang
nirlaba menggunakan SAK. Dalam hal ini SAK yang tepat adalah PSAK no
45 yaitu standar akuntansi keuangan untuk organisasi nirlaba.
1. Mengukur jasa atau manfaat entitas nirlaba,
2. Pertanggungjawaban manajemen entitas rumah sakit, (disajikan
dalam bentuk laporan aktivtias dan laporan arus kas)
3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa, (disajikan dalam bentuk
laporan posisi keuangan)
4. Mengetahui perubahan aktiva bersih, (disajikan dalam bentuk
laporan aktivitas)
Dengan demikian laporan keuangan rumah sakit pemerintahan akan
mencakup:
1. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak
disebut neraca). Klasifikasi aktiva dan kewajiban sesuai dengan
perusahaan

pada

umumnya.

Sedangkan

aktiva

bersih

diklasifikasikan aktiva bersih tidak terikat, terikat kontemporer dan


terikat permanen. Yang dimaksud pembatasan permanen adalah
pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh
penyumbang.

Sedangkan

pembatasan

temporer

adalah

pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang


menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai
pada periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan
terntentu
2. Laporan aktivitas, (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan
perubahan dalan aktiva bersih)
3. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivtitas operasi,
aktivtais investasi dan aktivtias pendanaan
4. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah
pembatasan permanen atau temporer. dan perubahan klasifikasi
aktiva bersih

Laporan keuangan rumah sakit diaudit oleh auditor independen. Adapun


Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU yang
disusun harus menyediakan informasi untuk:
1. Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;
2. Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam
bentuk laporan aktivitas dan laporan arus kas);
3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk
laporan posisi keuangan);
4. Mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk
laporan aktivitas).
Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal
27 PP No. 23 tahun 2005, maka rumah sakit pemerintah daerah dalam
rangka pertanggung jawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan
pelayanannya, menyusun dan menyajikan :
1. Laporan Keuangan;
2. Laporan Kinerja.
Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran dan atau Laporan Operasional;
2. Neraca;
3. Laporan Arus Kas;
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebelum disampaikan
kepada entitas pelaporan direview oleh satuan pemeriksaan intern,
namun dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, review
dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/ lembaga.
Review ini dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan anggaran
dan penyusunan Laporan Keuangan BLU. Sedangkan Laporan Keuangan
tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal.
BLU sebagai Instansi Satuan Kerja Perangkat Daerah Dipimpin oleh
Pejabat Pengguna Anggaran yang berwenang/bertugas :
1. Menyusun RKA

2. Menyusun DPA
3. Melaksanakan anggaran belanja satker
4. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
5. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
6. Mengelola utang dan piutang
7. Menggunakan barang milik Daerah
8. Mengawasi pelaksanaan anggaran
9. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
Rumah

Sakit

Sebagai

Blu:

Tinjauan

Dari

Aspek

Teknis

Keuangan
Berdasar PP no: 23 tahun 2005 rumah sakit pemerintah telah mengalami
perubahan sebagai badan layanan umum. Perubahan kelembagaan ini
berimbas

pada

pertanggungjawaban

keuangan

bukan

lagi

kepada

departemen kesehatan tetapi kepada departemen keuangan. Anggaran


yang disusun rumah sakit pemeritah juga harus disusun dengan berbasis
kinerja (sesuai dengan Kepmendagri no 29 tahun 2002). Berdasar prinsipprinsip akuntanbilitas, aspek teknis keuangan perlu didukung adanya
hubungan yang baik dan berkelanjutan antara rumah sakit,dengan
pemerintah dan dengan para stakeholder, khususnya dalam penentuan
biaya pelayana kesehatan yang mencakup unit cost, efisiensi dan kualitas
pelayanan. Yang perlu dipertimbangankan lagi adalah adalah adanya
audit atau pemeriksaan bukan saja dari pihak independen terhadap
pelaporan keuangan tetapi juga perlu audit klinik.
Hal-hal yang harus dipersiapkan bagi rumah sakit untuk menjadi BLU
dalam aspek teknis keuangan adalah:
1. Tarif dan Biaya Satuan BLU.
Tarif BLU : Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu
layanan. Dengan demikian rumah sakit pemerintah harus mampu
melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap penentuan segala
macam tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek
penentuan tarif masih berbasis aggaran ataupun subsidi pemerintah

sehingga masih terdapat suatu cost culture yang tidak mendukung


untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan. Tarif tersebut
diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang
diharapkan. Yang perlu diperhatikan adalah usulan tarif jangan
berbasis pada presentase tertentu namun berdasar pada kajian
yang

dapat

dipertanggungjawabkan.

Secara

umum

tahapan

penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari setiap divisi


dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik.
Pemilik rumah sakit pemerintah adalah pemerintah daerah dan
DPRD. Hal-hal yang wajib dipertimbangkan dalam menyusun tarif
adalah sebagai berikut:
1) Kontinuitas dan pengembangan layanan;
2) Daya beli masyarakat;
3) Asas keadilan dan kepatutan;
4) Kompetisi yang sehat
Biaya satuan BLU : Biaya satuan dibuat berdasarkan perhitungan
akuntansi biaya untuk setiap output barang/jasa yang dihasilkan.
Dalam rangka penyusunan biaya satuan per unit layanan, maka
perlu diperhitungkan biaya-biaya yang timbul, yaitu :
a. Biaya langsung; adalah biaya-biaya yang secara khusus dapat
ditelusuri atau diidentifikasi sebagai komponen langsung dari
biaya produk. Total biaya langsung ini dalam beberapa
literatur juga sering disebut dengan istilah biaya utama
(prime cost)
b. Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang tidak dapat
diidentifikasi secara khusus terhadap suatu produk dan
dibebankan kepada seluruh jenis produk secara bersamaan.
Biaya tidak langsung ini sering disebut juga dengan istilah
biaya overhead (overhead cost)
c. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara total seiring
dengan berubahnya volume produk yang dibuat. Sehingga
hubungan antara total biaya variabel dengan total unit barang
yang diperoduksi adalah linier (garis lurus). Sedangkan biaya

per unit-nya adalah tetap. Contoh: Biaya bahan baku langsung


dan tenaga kerja langsung.
d. Biaya tetap (fixed cost), seperti biaya penyusutan dan biaya
sewa akan selalu tetap (constant) dalam suatu rentang
waktu/periode tertentu. Perlu dicatat bahwa biaya tetap akan
selalu

konstan

pada

semua

tingkat

produksi

(volume),

sedangkan biaya tetap per unit akan menurun seiring dengan


meningkatnya volume produksi.
Langkah-langkah perhitungan biaya satuan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan kegiatan berdasarkan program yang telah
ditetapkan;
b. Menentukan indikator kinerja berupa keluaran (output), tolok
ukur kinerja, dan target kinerja;
c. Untuk satu jenis keluaran, tentukan jenis biaya dan besaran
biaya per unit output. Jenis biaya dapat berupa: biaya langsung
variabel, biaya langsung tetap, biaya tidak langsung variabel,
dan biaya tidak langsung tetap.
d. Menghitung biaya per jenis kegiatan dengan mengalikan rincian
biaya dengan satuan biaya.
e. Menjumlahkan seluruh komponen biaya untuk mendapatkan
satuan biaya per kegiatan.
2. Penyusunan anggaran harus berbasis akuntansi biaya bukan hanya
berbasis subsidi dari pemerintah. Dengan demikian penyusunan
anggaran harus didasari dari indikator input, indikator proses dan
indikator output.
Rencana Strategis Bisnis : BLU menyusun rencana strategis
bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga

(Renstra

K/L).

Rencana

strategis

bisnis

merupakan istilah yang pengertiannya sama dengan Renstra bagi


instansi pemerintah. Oleh karena itu penyusunan rencana strategis
bisnis berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran: memuat antara
lain:
a. Kondisi kinerja BLU tahun berjalan;
b. Asumsi makro dan mikro;
c. Target kinerja (output yang terukur);
d. Analisis dan perkiraan biaya per output dan agregat;

Perkiraan harga dan anggaran;


Prognosa laporan keuangan
3. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK 45 yang disusun
e.
f.

oleh organsisasi profesi akuntan dan siap diaudit oleh Kantor


Akuntan Independen bukan diaudit dari pemerintah.
4. Sistem remunerasi yang berbasis indikator dan bersifat evidance
based. Dalam penyusunan sistem remunerasi rumah sakit perlu
memiliki dasar pemikiran bahwa tingkatan pemberian remunerasi
didasari

pada

tingkatan,

yaitu

tingkatan

satu

adalah basic

salary yang merupakan alat jaminan safety bagi karyawan. Basic


salary tidak dipengaruhi oleh pendapatan rumah sakit. Tingkatan
dua adalah incentives yaitu sebagai alat pemberian motivasi bagi
karyawan.

Pemberian incentives ini

sangat

dipengaruhi

oleh

pendapatan rumah sakit. Tingkatan yang ketiga adalah bonus


sebagai alat pemberian reward kepada karyawan. Pemberian bonus
ini sangat dipengaruhi oleh tingkat keuntungan rumah sakit.
Perhitungan

dan

penelusuran

terhadap unit

cost

memerlukan

persyaratan sebagai berikut:


a. Menuntut adanya dukungan dari para stakeholder,
b. Memiliki

keinginan

yang

kuat

dari

rumah

sakit

untuk

berbenah, tanpa meninggalkan misi layanan sosial tetapi


harus

tetap

mengunggulkan

rumah

sakit

sebagai

alat bargaining position,


c. Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari
publik

kepada

rumah

sakit,

khususnya

mengenai

pola

penentuan tariff,
d. Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite medis,
sistem informasi rumah sakit, akuntansi dan costing.
Pendapatan dan belanja BLU tetap merupakan bagian APBD dengan aset
yang tidak dipisahkan. Namun lembaga ini tidak mengutamakan mencari
keuntungan semata, lebih memprioritaskan pelayanan masyarakat. Selain
itu, peran pemerintah daerah dalam pembiayaan juga tetap.

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang

telah menjadi BLU/ BLUD

menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/


pimpinan

lembaga/

gubernur/

bupati/

walikota

sesuai

dengan

kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan


dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan
layanan. Dalam hal rumah sakit pemerintah di daerah (RSUD) maka
standar pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan
peraturan kepala daerah. Standar pelayanan minimal tersebut harus
memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan
pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/
BLUD;
2. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;
3. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung
tingkat pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat
pemanfaatannya;
4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan,
berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi
BLU/ BLUD; dan
5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan
yang telah ditetapkan.
Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit kepada menteri keuangan/
menteri kesehatan/ kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan
kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan/ kepala daerah dengan
peraturan menteri keuangan/ peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang
diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. Daya beli masyarakat;
3. Asas keadilan dan kepatutan;
4. Kompetisi yang sehat

Pembiayaan Rumah Sakit BLU


Rumah sakit BLU memperoleh dana APBN untuk biaya operasional dan
belanja modal. Biaya operasional biasanya digunakan untuk biaya gaji
pegawai dan biaya pemeliharaan aktiva tetap. Sedangkan belanja modal
adalah pengeluaran untuk pembelian tanah dan pembangunan gedung,
yang dikapitalisasi di Neraca dan dicatat sebagai penambahan Aktiva
Tetap. Pada saat pembuatan RBA, BLU mengajukan rencana bisnis dan
anggaran

ke

departemen

induk

untuk

mendapat

persetujuan.

Departemen induk akan memasukkan anggaran yang diminta dalam


Rencana Kerja dan Anggaran (selanjutnya disebut RKA) departemen yang
bersangkutan. RBA BLU dikonsolidasikan dengan RKA dan merupakan
bagian

yang

tidak

terpisahkan

dari

RKA

Kementerian/Lembaga.

Pendapatan dan Belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam


RKA Kementerian/Lembaga.
Surplus

Anggaran

berikutnya,

kecuali

BLU

dapat

atas

digunakan

perintah

KDH,

dalam

tahun

disetorkan

anggaran

sebagian

atau

seluruhnya ke Kas Umum Daerah, dengan mempertimbangakan posisi


Likuiditas BLU. Defisit Anggaran BLU dapat diajukan pembiayaan dalam
tahun anggaran berikutnya kepada PPKD. PPKD dapat mengajukan
anggaran untuk menutupi difisit pelaksanaan anggaran BLU dalam APBD
tahun anggaran berikutnya.
Penerimaan

Lembaga

Dimasukkan

dalam

Anggaran

Pemerintah Pusat atau Daerah


Pendapatan BLU, baik penghasilan operasional maupun non-operasional,
sumbangan pihak ketiga atau hibah, merupakan Penerimaan Negara
Bukan

Pajak

(selanjutnya

dikonsolidasikan

dalam

membawahinya,

yang

disebut
RKA

PNBP).

departemen

kemudian

akan

Pendapatan
atau

BLU

telah

lembaga

yang

digabungkan

dalam

APBN

Pemerintah dan disahkan oleh DPR. Laporan keuangan unit-unit usaha


yang diselenggarakan oleh BLU dikonsolidasikan dalam laporan keuangan.
Laporan

unit-unit

usaha

ini

dapat

dimasukkan dalam pendapatan

operasional

maupun

non-operasional,

misalnya

pendapatan

dari

kerjasama operasi dengan pihak ketiga, pendapatan pengelolaan dan


sewa kantin untuk pegawai atau untuk umum.
Laporan keuangan BLU disampaikan kepada kementerian/ lembaga. RKA
dan Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari

RKA

dan

Laporan

Keuangan

Kementerian

Negara/Lembaga.

pendapatan dan Belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam


RKA Kementerian Negara/Lembaga. Laporan keuangan BLU dilampirkan
pada laporan keuangan kementerian negara/lembaga Laporan keuangan
BLU

digabungkan

dengan

Laporan

Keuangan

kementerian

negara/lembaga sesuai SAP.


Keuntungan BLU Bagi Rumah Sakit
Keuntungan BLU bagi rumah sakit yaitu :
1. Tata

kelola

keuangan RS

lebih

baik

dan

transparan karena

menggunakan pelaporan standar akutansi keuangan yang memberi


informasi tentang laporan aktivitas, laporan posisi keuangan,
laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.
2. RS masih mendapat subsidi dari pemerintah seperti biaya gaji
pegawai, biaya operasional, dan biaya investasi atau modal.
3. pendapatan RS dapat digunakan langsung tidak disetor ke kantor
kas Negara, hanya dilaporkan saja ke Departemen Keuangan.
4. RS dapat mengembangkan pelayanannya karena tersedianya dana
untuk kegiatan operasional RS.
5. Membantu RS meningkatkan kualitas SDM nya dengan perekrutan
yang sesuai kebutuhan dan kompetensi.
6. Adanya insentif dan honor yang bisa diberikan kepada karyawan
oleh pimpinan RS.
Pengelolaan Keuangan dan Barang BLU:
1. Pengelolaan Kas
BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut :
a.

Perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;

b.
c.
d.
e.
f.

Pemungutan pendapatan atau tagihan;


Penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;
Pembayaran;
Perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek;
Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh

pendapatan tambahan
Pengelolaan kas BLU dapat dilakukan melalui:
a. Penarikan dana yang bersumber dari APBN dengan menerbitkan
SPM;
b. Pembukaan Rekening Bank BLU oleh pimpinan BLU, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku kecuali dalam rangka cash management;
c. Investasi jangka pendek dalam rangka cash management (jika
terjadi surplus kas) pada instrumen keuangan dengan resiko
rendah.
2. Pengelolaan Piutang
BLU dapat memberikan piutang terkait dengan kegiatannya, yang
dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung
jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek
bisnis yang sehat dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat
berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang. Kewenangan
penghapusan piutang secara berjenjang ditetapkan dengan Peraturan
Menteri

Keuangan

dengan

memperhatikan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.
3. Pengelolaan Utang
BLU dapat memiliki utang yang dikelola secara tertib, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek
bisnis yang sehat. Pembayaran utang BLU pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab BLU. Utang jangka pendek ditujukan hanya untuk
belanja operasional, sedangkan utang jangka panjang hanya untuk
belanja modal. Hak tagih atas utang BLU kadaluarsa setelah lima
tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh
UU. Perikatan peminjaman/utang dilakukan sesuai dengan jenjang
kewenangan yang diatur oleh Menteri Keuangan.
4. Pengelolaan Investasi
BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas
persetujuan

Menteri

Keuangan.

Investasi

jangka

panjang

yang

dimaksud antara lain adalah penyertaan modal, pemilikan obligasi

untuk masa jangka panjang, atau investasi langsung (pendirian


perusahaan).

Jika

BLU

mendirikan/membeli

badan

usaha

yang

berbadan hukum, kepemilikan badan usaha tersebut ada pada Menteri


Keuangan. Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang
merupakan pendapatan BLU.
5. Pengelolaan Barang
Pengadaan barang dan jasa pada BLU secara khusus diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.02/2006, antara lain
sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada BLU harus dilakukan
berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek
bisnis yang sehat.
b. BLU Penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan
sebagian atau seluruhnya dari ketentuan pengadaan barang dan
jasa pemerintah (Keppres 80/2003) bila terdapat alasan efektivitas
dan/atau efisiensi. Fleksibilitas sebagaimana dimaksud diberikan
terhadap pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal
dari:
1) jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;
2) hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan
lain; dan/atau
3) hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha
lainnya.
6. Pengelolaan Aset BLU
a.

Barang inventaris BLU dapat dihapuskan dan/atau dialihkan kepada


pihak lain dengan cara dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan,
berdasarkan

pertimbangan

ekonomis

dan

dilaporkan

secara

berkala kepada menteri/pimpinan lembaga;


b. BLU tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap,
kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan
hasil penjualan

barang

inventaris/aset

tetap

merupakan pendapatan BLU;


d. Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung
dengan tugas pokok dan fungsi BLU harus mendapat persetujuan

pejabat Pengelola Barang (Menteri Keuangan) sesuai dengan


e.

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;


Tanah
dan
bangunan
disertifikatkan
atas

f.

kementerian/lembaga terkait;
Tanah dan bangunan yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan
tugas

pokok

dan

fungsi

BLU,

dapat

nama

dialihgunakan

oleh

menteri/pimpinan lembaga terkait dengan persetujuan Menteri


Keuangan.
7.

Penyelesaian Kerugian BLU


Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban
yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan
negara,

wajib

mengganti

kerugian

tersebut.

Setiap

pimpinan

kementerian negara/lembaga dapat segera melakukan tuntutan ganti


rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga
yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak
manapun.

Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban BLU :


1. Akuntansi :
BLU menyelenggarakan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntan Indonesia,
jika tidak ada standar akuntansi BLU yang bersangkutan dapat
menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah
mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
2. Pelaporan :
BLU menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan kepada
menteri/pimpinan lembaga berupa Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan dan
Laporan keuangan yang lengkap (termasuk neraca dan ikhtisar
laporan keuangan) pada setiap semester dan tahunan. Laporanlaporan tersebut disampaikan paling lambat satu bulan setelah
periode pelaporan berakhir. Laporan keuangan unit-unit usaha
yang diselenggarakan dikonsolidasikan oleh BLU dan menjadi
lampiran laporan keuangan BLU.
3. Pertanggungjawaban :

Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas keberhasilan


pencapaian sasaran program berupa hasil (political accountability),
sedangkan pimpinan BLU bertanggung jawab atas keberhasilan
pencapaian

sasaran

kegiatan

berupa

keluaran

(operational

accountability) dan terhadap kinerja BLU sesuai dengan tolok ukur


yang ditetapkan dalam RBA.
Daftar pustaka :
https://rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/25/rssebagaibl/
http://triachia.blogspot.com/2013/12/akuntansi-rumah-sakit-sebagaibadan.html

Anda mungkin juga menyukai