STRATEGI PERANCANGAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang,
khususnya di bidang industri seperti industri petrokimia. Seperti halnya industri
petrokimia olefin yang saat ini, hampir semua olefin yang berupa ethylene dan
propylene, diproduksi dengan menggunakan sistem cracking naphta. Sistem ini
membutuhkan bahan baku utama berupa naphta yang merupakan fraksi ringan
yang didapat dari distilasi minyak bumi. Selain itu, alat yang digunakan untuk
proses cracking berupa furnace dengan temperatur operasi yang tinggi berkisar
800oC - 850oC untuk dapat menghasilkan olefin.
Salah satu perusahaan petrokimia yang bergerak di bidang olefin adalah PT
Chandra Asri Petrochemical Tbk yang telah memproduksi ethylene sebesar
600.000 ton/tahun, propylene sebesar 300.000 ton/tahun, py-gas sebesar 242.000
ton/tahun, polyethylene sebesar 300.000 ton/tahun, dan polypropylene sebesar
480.000 ton/tahun dari bahan baku naphta 1,7 juta ton/tahun. Naphta yang
digunakan sebagai bahan baku ada yang berasal dari domestik yang didatangkan
dari Pertamina maupun impor dari beberapa negara seperti Timur Tengah dan
India. Minyak bumi yang merupakan sumber naphta saat ini semakin terbatas
jumlahnya. Selain itu, kondisi saat ini naphta memiliki harga yang cukup tinggi.
Jika dilihat dari kedua hal tersebut, maka dibutuhkan bahan baku alternatif yang
ketersediaanya masih berlimpah diantaranya, yaitu methanol. Methanol bisa
didapatkan dari gas alam maupun dari hasil gasifikasi batubara.
Menurut data kementerian ESDM tahun 2012 dalam Outlook Energi
Indonesia 2014 yang dikeluarkan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi). Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan
terus meningkat. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
(domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini
mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, terutama di
Gambar 1. Peta Lokasi Penyebaran Sumber daya dan Cadangan Batubara status
Desember 2011 (sumber : Badan geologi, Kementerian ESDM)
Dengan tingginya sumber daya serta cadangan batubara di Indonesia,
kebutuhan batubara pada periode 2012 sampai 2035 akan semakin meningkat,
baik untuk pembangkit listrik yang akan meningkat 8,2% per tahun dan untuk
industri diperkirakan akan meningkat 7,4% per tahun. Selain itu, pada tahun 2030
diperkirakan batu bara akan digunakan sebagai bahan baku CTL (coal to liquid)
dengan kapasitas produksi 4,5 juta ton setiap tahunnya. Pada Gambar 2, dapat
dilihat grafik neraca batubara yang berupa proyeksi produksi, impor, ekspor serta
konsumsi batubara di Indonesia pada periode tahun 2012 hingga 2035.
NgroCastuMheOfniP,cl
produksi dan energi yang lebih ekonomis, dan tentunya dengan penggunaan
methanol sebagai bahan bakunya, yaitu teknologi MTO.
dalam industri Olefin selama beberapa tahun terakhir. Teknologi ini merupakan
MTO Process
(Nanjing) Clean Energy Company, Ltd yang terletak di Jiangsu, Jiutai Energy
(Zhungeer) Company, Ltd yang terletak di Ordos, Shandong yangmei hengtong
Chemicals Company, Ltd yang terletak di Shandong, serta Jiangsu-Sailboat yang
terletak di Lianyungang, Jiangsu.
Olefin yang dihasilkan dari proses MTO memiliki kualitas yang tinggi yang
sesuai dengan persyaratan produk polimer, dan dapat menghemat konsumsi energi
dan biaya serta menghasilkan yield ethylene dan propylene yang tinggi berkisar
>89%. Biaya dari bahan baku serta biaya produksi yang dibutuhkan tidak sebesar
dalam proses cracking naphta karena ketersediaan bahan baku yang masih
berlimpah dengan harga yang tidak terlalu tinggi dibandingkan naphta. Selain itu,
proses MTO ini menggunakan suhu operasi yang tidak terlalu tinggi berkisar
300oC-400oC, sehingga biaya produksi dan konsumsi energi tidak terlalu besar.
Penggunaan teknologi MTO ini diharapkan tetap dapat memenuhi kebutuhan
ethylene dan propylene di Indonesia dengan konsumsi biaya dan energi yang lebih
ekonomis.
1.2 Penetapan Kapasitas Produksi
Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik MTO.
Penentuan kapasitas pabrik dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut :
1. Kebutuhan dan kapasitas produksi olefin, khususnya ethylene dan
propylene dalam negeri.
Inaplas (Asosiasi Industri Olefin dan Plastik Indonesia) memprediksi
kebutuhan ethylene di Indonesia akan meningkat menjadi 1,4 juta ton pada tahun
2017. Sedangkan kapasitas produksi di Indonesia saat ini, masih berada di kisaran
angka 600.000 ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan olefin, maka
dibutuhkan tambahan kilang ethylene di Indonesia sebesar 1 juta ton tiap tahun.
Dengan penambahan kilang maka kapasitas produksi ethylene di dalam negeri
bisa mencapai 1,6 juta ton dalam lima tahun ke depan. Selain itu, kebutuhan
propylene yang merupakan bahan baku pembuatan plastik pada 2017 diprediksi
akan mencapai 1,16 juta ton. Saat ini kapasitas propylene yang ada di dalam
negeri baru mencapai 540.000 ton per tahun (www.kemenperin.go.id).
PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk yang merupakan satu-satunya
perusahaan yang memproduksi olefin dari cracker naphta berencana untuk
melakukan ekspansi yang didorong oleh minimnya produksi ethylene di
Indonesia. Kapasitas produksi yang baru berupa 820.000 ton/tahun ethylene serta
440.000 ton/tahun propylene, diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2015.
Proyek ekspansi ini dipersiapkan untuk membantu memenuhi kebutuhan olefin di
Indonesia.
Kebutuhan olefin di masa mendatang yang tidak terpenuhi, akan dilakukan
pengimporan dari luar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik,
proyeksi kebutuhan olefin yang berupa ethylene, dan propylene diperkirakan akan
semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dari Tabel data impor, ekspor dan
kapasitas produksi berikut ini :
Tabel 1. Data kebutuhan ethylene di Indonesia periode 2010-2013
Tahun
2010
2011
2012
2013
kapasita
s
produksi
,
kton/tah
un
600
600
600
600
kapasita
s impor,
kton/tah
un
kapasitas
ekspor,
kton/tahu
n
Kebutuha
n,
kton/tahu
n
589,5287
674,5945
716,5849
628,2783
0,000004
15,85554
13,40724
11,68010
1189,53
1258,74
1303,18
1216,59
kapasitas
produksi,
kton/tah
un
540
540
540
540
kapasitas
impor,
kton/tahu
n
224,9449
233,9368
292,3828
185,5579
kapasita
s ekspor,
kton/tah
un
84,43453
41,14858
35,41529
5,678
Kebutuh
an,
kton/tah
un
680,51
732,79
796,97
719,88
1400
kebutuhan,
kton/tahun
1300
1200
1100
2008
2010
2012
2014
tahun
kebutuhan ethylene,
kton
1263,84
1276,4
1288,96
1301,52
1314,08
1326,64
1339,2
2010
2012
2014
tahun
Tahun
total kapasitas
produksi kton/tahun
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
760,08
778,3
796,52
814,74
832,96
851,18
869,4
Pada metode least square persamaan yang digunakan sama seperti regresi
linier pada metode grafik, yaitu: y= ax + b
a. Perkembangan Kebutuhan Ethylene
Tabel 5. Data perhitungan proyeksi kebutuhan ethylene
dengan metode Least Square
No
1
2
Tahun (x)
2010
2011
2012
2013
tota
l
A=
8046
Berat (y)
1189,52872
1258,739
1303,1777
1
1216,5982
9
4968,0437
1
y . xn x . y
x . xn x2
x.y
2390953
2531324
x2
4040100
4044121
y2
1414979
1584424
2621994
4048144
1698272
2449012
4052169
1480111
9993283
16184534
6177786
A=
B=
B=
y A x
n
Y =12,56 x24032
Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh proyeksi kebutuhan ethylene
untuk 7 tahun yang akan datang yaitu :
Tabel 6. Proyeksi kebutuhan ethylene menggunakan Least Square
Tahu
n
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
kebutuhan ethylene,
kton
1263,84
1276,4
1288,96
1301,52
1314,08
1326,64
1339,2
Tahun (x)
2010
2011
2012
2013
Berat (y)
680,5104
61
732,7882
54
796,9675
09
719,8799
x.y
1367826
1473637
1603499
1449118
x2
404010
0
404412
1
404814
4
405216
y2
463094,5
536978,6
635157,2
518227,2
tot
al
59
2930,146
18
8046
5894080
9
161845
34
A=
y . xn x . y
x . xn x2
A=
B=
B=
2153457
y A x
n
Y =18,22 x35934,6
Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh proyeksi kebutuhan propylene
untuk 7 tahun yang akan datang yaitu :
Tabel 8. Proyeksi kebutuhan propylene menggunakan Least Square
Tahu
n
2014
total kapasitas
produksi kton/tahun
760,48
2015
778,7
2016
796,92
2017
815,14
2018
833,36
2019
851,58
2020
869,8
perusahaan
yang
menggunakan
teknologi
MTO
dalam
Kapasitas
Produksi Olefin
KETERANGAN
295.000 ton/tahun
600.000 ton/tahun
300.000 ton/tahun
833.000 ton/tahun
Sinopec Zhongyuan
Petrochemical
300.000 ton/tahun
Shenhua Baotou
600.000 ton/tahun
Dari data di atas, perkiraan kebutuhan olefin yang berupa ethylene dan
propylene pada tahun 2020 adalah 2,2 juta ton olefin dengan perkiraan produksi
ethylene yang sudah ada pada tahun tersebut hanya mencapai 820.000 ton ethylene
dan 660.000 ton propylene. Selain itu, data kapasitas minimum pabrik MTO yang
sudah beroperasi adalah 295.000 ton/tahun. Karena pertimbangan dari data-data
tersebut, maka ditentukan kapasitas perancangan sebesar 300.000 ton/tahun olefin.
Kapasitas perancangan ini dimaksudkan untuk memenuhi setidaknya 13,6 %
kebutuhan olefin di Indonesia.
Physical Properties
Phase
Color
Molecul Weight (gr/mol)
Odor
Specific Gravity (air=1,0)
Boiling Point (oC)
Surface Tension at 25oC (mN/m)
Flash Point (oC)
Vapor pressure at 25oC, (Kpa)
Density at 25oC, g/ml
Value
Liquid
Colorless
34,04
Slight alcohol
0,792
64,7
97
11
16,96
0,7866
.
11.
2533
Physical Properties
Value
Appearance
White powder
Odor
Odorless
Color
Tan
SiO2 (%)
~10
Al2O2 (%)
~42
3
Volume Pori (cm /g)
0,27
(Sumber: MSDS Advanced Chemicals Supplier Material)
1.3.2 Produk
Produk yang dihasilkan adalah olefin. Olefin inilah yang selanjutnya
dipisahkan agar didapat ethylene, propylene, dan higher olefin.
a. Ethylene (C2H4)
Tabel 12. spesifikasi Ethylene
No
1.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
9.
10
Physical Properties
Phase
Color
Molecul Weight (gr/mol)
Odor
Freezing point (oC)
Boiling Point (oC)
Surface Tension of liquid (mN/m)
Viscosity of Liquid (mPa.s )
Density of Liquid, mol/L
Specific heat of liquid at 25oC (J/mol.K)
.
(Sumber : Kirk Othmer, 1981)
Value
Gas
Colorless
28,0536
Slightly sweet odor
-169,15
-103,71
16,4
0,161
20,20
67,4
b. Propylene (C3H6)
Tabel 13. spesifikasi Propylene
No
1.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Physical Properties
Value
Phase
Gas
Color
Colorless
Molecul Weight (gr/mol)
42
Odor
Sweetish
Boiling Point at 760 mmHg (oC)
-47,6
o
Melting Point ( C)
-185,2
o
Flash Point ( F)
-107,8
Vapor Pressure at 25oC, (kPa)
1020
Density, g/ml
0,612
(Sumber : Propylene safety data sheet Praxair)
1.4 Lokasi
Lokasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mendirikan dan
merancang sebuah pabrik. Hal ini yang merupakan salah satu masalah pokok
dalam menentukan keberhasilan dari pabrik, terutama yang berada pada aspek
ekonomi pabrik yang akan didirikan. Penempatan pabrik yang akan didirikan
harus mencakup penentuan kelangsungan produksi dan laba. Selain itu lokasi
yang akan dipilih harus dapat memberikan adanya kemungkinan perluasan areal
pabrik serta memberikan keuntungan pada jangka panjang.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi secara
teknis dan ekonomis pada pabrik yang akan didirikan akan memberikan
keuntungan antara lain ketersediaan sumber bahan baku, pemasaran produk,
ketersediaan listrik, ketersediaan air, jenis tranportasi dalam pemasaran produk
maupun transportasi bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, keadaan masyarakat
dan karakterisitik lokasi dari pabrik yang akan didirikan.
Setelah mempelajari dan menimbang beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan lokasi pabrik, maka ditetapkan lokasi pabrik methanol to olefin
didirikan di kawasan industri Bontang, komplek pupuk kaltim, Kalimantan Timur
dengan alasan sebagai berikut:
1. Bahan Baku
Bahan baku methanol yang diperlukan berasal dari Brunei Methanol Company
Sdn. Bhd di Sungai Liang Industrial Park (SPARK) Kg. Sungai Liang Daerah
Belait KC1135 Negara Brunei Darussalam dengan kapasitas 850.000 ton/tahun
yang merupakan penghasil methanol yang cukup besar. Selain itu terdapat
penghasil methanol terbesar di Indonesia yaitu PT Kaltim Methanol Indonesia
dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun yang bertempatan di Kalimantan
Timur. Kapasitas pabrik methanol to olefin yang kami buat sebesar 300.000
ton/tahun, maka Brunei Methanol Company Sdn. Bhd dan PT Kaltim Methanol
Indonesia dapat memenuhi kebutuhan bahan baku methanol kami.
2. Pemasaran
Pemasaran produk ethylene dan propylene untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri yang tersebar di daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan daerah lain di
Indonesia. Untuk pemasaran produk perlu diperhatikan letak pabrik dengan pasar
yang membutuhkan produk tersebut guna menekan biaya pendistribusian ke
lokasi pasar dan waktu pengiriman. Produk ethylene dan propylene ini ditujukan
terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pabrik yang memanfaatkan
produk ethylene dan propylene sebagai bahan bakunya kebanyakan berada di
Propinsi Banten dan Jawa. Produk yang berupa ethylene dan propylene akan
diutamakan kepada PT Asahimas Chemical yang berada di Cilegon. Selain itu
dipasarkan kepada pabrik polimer lain dan minyak pelumas, dan sebagian lagi
untuk memenuhi kebutuhan impor dalam negeri.
3. Utillitas
Utilitas yang dibutuhkan adalah keperluan tenaga listrik, air dan bahan bakar.
Kebutuhan tenaga listrik didapat dari PLTU setempat dan dari generator
pembangkit yang dibangun sendiri. Kebutuhan air dapat diambil dari PAM
setempat, sedangkan kebutuhan bahan bakar dapat diperoleh dari Pertamina dan
distributornya sebagai pemasok bahan bakar solar.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja di Bontang, Kalimatan Timur yang dibutuhkan banyak tersedia
baik tenaga kerja menengah dan buruh, namun untuk tenaga ahli dapat
didatangkan dari pulau jawa. Sehingga kebutuhan tenaga kerja dianggap mudah
untuk dicukupi. Tenaga ahli juga dapat didatangkan dari luar negeri jika
diperlukan.
5. Sarana Transportasi
Pengangkutan bahan baku menuju lokasi cukup mudah mengingat fasilitas
pelabuhan yang dimiliki komplek industri Bontang dekat dengan pesisir pantai
dan dekat dengan jalan raya sehingga akses pengiriman bahan baku dan produk
dapat mudah.
a. Faktor Sekunder
1. Limbah Buangan Pabrik
Gas buangan pabrik dibuang dengan cara dibakar terlebih dahulu (flare)
karena masih mengandung sisa reaktan berupa karbon monoksida yang berbahaya
bagi manusia dan lingkungan. Air pendingin yang telah dipakai didinginkan
kembali melalui cooling tower dengan melalui pretreatment terlebih dahulu.
Sedangkan limbah cair yang mengandung bahan kimia yang berasal dari proses
terlebih dahulu masuk kedalam waste water treatment sebelum dialirkan ke
saluran pembuangan.
2. Kebijakan Pemerintah
Sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan industri, Pemerintah telah
menetapkan daerah Bontang, Kalimantan Timur sebagai kawasan industri yang
terbuka bagi investor asing. Pemerintah sebagai fasilitator telah memberikan
kemudahan-kemudahan dalam perizinan, pajak dan hal-hal lain yang menyangkut
teknis pelaksanaan pendirian suatu pabrik.
3. Tanah dan Iklim
Penentuan suatu kawasan industri terkait dengan masalah tanah yaitu tidak
rawan terhadap bahaya tanah longsor, gempa maupun banjir. Jadi, pemilihan
lokasi pabrik di kawasan industri Bontang, Kalimantan Timur sudah tepat,
walaupun masih diperlukan kajian lebih lanjut tentang masalah tanah sebelum
pabrik didirikan. Kondisi iklim di Bontang, Kalimantan Timur seperti iklim di
Indonesia pada umumnya dan tidak membawa pengaruh yang besar terhadap
jalannya proses produksi.
4. Keadaan Masyarakat
Masyarakat di daerah industri akan terbiasa untuk menerima kehadiran suatu
pabrik di daerahnya, selain itu masyarakat juga akan dapat mengambil keuntungan
dengan pendirian pabrik ini, antara lain dengan adanya lapangan kerja yang baru
maupun membuka usaha kecil di sekitar lokasi pabrik.
proses S-MTO. Berikut ini adalah Gambar proses Sinopec methanol to olefins
(S-MTO) :
DICP/SYN/LPE
C
Nama Teknologi
DMTO
Temperatur
Operasi (oC)
Tekanan Operasi
UOP dan
INEOS
UOP/Hydro
MTO
400-500
343-537
14,5-43,5
15-45
Sinopec
SMTO
(psig)
Konversi
Yield
Selektivitas
Rasio
Jumlah Unit
Kapasitas Olefin
99,97 %
85,6 %
80%
E/P : 1,1
18
99,8 %
89 %
96%
P/E : 1,25-1,8
3
Nearly 100%
85-87%
81 %
E/P : 0,6-1,3
4
10,06
1,20
2,00
(juta ton/tahun)
Dari ketiga teknologi, teknologi UOP dan INEOS yang akan dipilih dalam
Berikut ini diagram blok proses pembuatan olefin dari methanol dengan
menggunakan teknologi UOP-INEOS :
methan
ol
Fluidized
bed
catalytic
reactor
Catalyst
regenera
tor
ethan
e
CO2
Quench
tower
CO2
removal
dryer
DeethanizerLight
Heavier
HC
propan
e
Debutanizer
Depropanizer
C3
splitter
methan
e
er HC
Demethanizer
C2
splitter
buta
ne
ethan
e
Aliran
hidrokarbon
ringan
dimasukan
kedalam
de-methanizer.