Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Laporan Kasus
A. Identitas pasien
Nama lengkap

: Ny. R

Umur

: 49 tahun

Status perkawinan : Sudah menikah


Pekerjaan

: Guru

Alamat

: Gebang Baru

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku

: Sasak

Agama

: Hindu

Pendidikan

: Strata 1

Masuk LAB

: Rabu, 21 November 2012

B. Anamnesa
1. Keluhan utama : Kesemutan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien yang merupakan kiriman dari seorang dokter, memeriksakan
diri ke Balai Kesehatan pada tanggal 21 November 2012. Pasien
mengeluh merasa kesemutan pada telapak kaki kiri sejak 4 bulan
yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul. Pasien tengah menderita
penyakit Diabetes Mellitus sejak 8 tahun yang lalu. Pasien rutin
mengkonsumsi obat anti diabetes. Pasien juga mengeluh kencing
tersendat-sendat. Sebelumnya pasien melakukan perjalanan selama
14 hari. Pasien mengaku jarang minum air putih saat melakukan
perjalanan. Pasien rutin mengontrol gula darahnya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus sejak 8 tahun yang lalu,
riwayat Hipertensi (-), riwayat ISK 4 tahun yang lalu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang menderita hal yang sama.

5. Riwayat Penyakit Sosial


Pasien rutin mengontrol gula darah
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
- Tinggi badan
: 153 cm
- Berat Badan
: 60 kg
Vital Sign
- Tekanan darah
: 120/80 mmHg
- Nadi
: 80 x/ menit
- Suhu
: 36,3 C
- Pernapasan
: 18x / menit
Keadaan gizi
: Baik
Kesadaran
: Kompos mentis
Habitus
: Atletikus
Cara berjalan
:Normal
Kepala :
- Mata

: - Exopthalmus
: Tidak
- Kelopak
: Tidak ada kelainan
- Konjungtiva
: normal
- Sklera
: Anikterik
- Lapang penglihatan : Normal
- Enopthalmus
: Tidak
- Lensa
: Jernih
- Visus
: TDP
- Gerak mata
: Normal segala arah
: - Tekanan JVP
: 5-2 cm H20
- Kelenjar tiroid
:
Tidak
ada

- Leher

pembesaran
- Kelenjar Limfe

: Tidak teraba

Thorax :
- Inspeksi : Hemithoraks dekstra = sinistra baik statis
- Palpasi

maupun dinamis
: Fremitus vokal dan taktil hemithoraks

dekstra = sinistra
- Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : Ves +++/+++, Rhonki ---/---, Wheezing
---/-Jantung:
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba pulsasi

- Perkusi

:Batas jantung kanan : Linea Parastrernal


dekstra ICS lV
Batas jantung kiri : Linea Midclavicula

sinistra ICS V
Batas atas : Linea Parasternal sinistra ICS lll
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler murni,

gallop (-), murmur (-)


Abdomen :
- Inspeksi
- Palpasi

: Simetris, distensi (-)


:Dinding perut : distensi (-), nyeri
tekan (-), Hati tidak teraba, Limpa
tidak teraba, Ginjal : Ballotement (-)
:Timpani, Nyeri ketok (-), Shifting

- Perkusi
- Auskultasi
Ekstremitas : Edema : -

dullness (-)
: Peristaltik usus (+) normal

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Gula Darah Puasa dan Gula Darah 2 Jam Post
Prandial
2. Pemeriksaan Darah Lengkap
3. Pemeriksaan Profil Lipid
4. Pemeriksaan Urin Lengkap
Parameter

Hasil

Satuan

Nilai Normal

Pemeriksaan
Gula Darah

Metode
Pemeriksaan

187

mg/dl

75-155

Puasa

WI-MC.1/BLKMPL*

Gula Darah 2

306

mg/dl

< 200

JPP

WI-MC.1/BLKMPL*

Cholesterol

199

mg/dl

< 200

WI-MC.2/BLKMPL*

Trigliserida

219

mg/dl

< 200

WI-MC.3/BLKMPL*

HDL

38

mg/dl

> 35

CHOD-PAP

117,2

mg/dl

< 150

Cholesterol
LDL
Cholesterol

Parameter

Hasil

Satuan

Pemeriksaan

Nilai

Metode

Rujukan

Pemeriksaan

A. KIMIA*
BJ. (1,003-1,030)

Carik-Celup
1.015

1.003-1.030

WIMC.7/BLKMPL*

PH (4,8/7,8)

4,6-8,5

Lekosit

(+)

Negatif

Nitrit

(+)

Negatif

Protein

(+) 1

Negatif

Glukosa/2JPP

(+) 1/(+)4

Negatif

Keton

Negatif

Urobilinogen

Normal

Negatif

Bilirubin

Negatif

Eritrosit

(+)

Negatif

Hemoglobin

Negatif

B. Sedimen

Mikroskopis

Lekosit/LP

10-15

/LPB

Erytrosit/LP

0-3

/LPB

Ephitel

/LPB

Geperng

Banyak

- Bulat

Penuh

Kristal

/LPK

Cylinder

/LPK

Esbach

Gr/Lt

Bakteri

E. Diagnosa : - Suspect Neuropati Diabetikum


- Suspect ISK

BAB 2
PEMBAHASAN

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati


posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting
mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis,
pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit.
Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang
teliti, cepat dan tepat.
Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang
sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca
analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra
analitik kurang mendapat perhatian.
Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar
61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan
kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Prosesproses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman
spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.
A.

Persiapan Pasien
6

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan


pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan
dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus
dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak
menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan
jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien
akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan
instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh
terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan
memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama
juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti
instruksi tersebut dengan baik.
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses
pra-analitik yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium,
tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini
terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet,
stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol,
rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca
transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut
memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan
hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus
selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.
Pada pasien dengan Diabetes Mellitus, sebelum dilakukan
pemeriksaan Laboratorium perlu dilakukan persiapan seperti :
1. Persiapan pasien untuk tes glukosa darah:
a. GDP :
-

Pasien dipuasakan 8 12 jam sebelum tes.

Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan
ditulis pada formulir permintaan tes.

b. GD2PP:
-

Dilakukan 2 jam setelah tes GDP.

Pasien diberikan makanan yang mengandung 100 gram


karbohidrat sebelum tes dilakukan.
7

c.TTGO (WHO, 1994):


-

Tiga (3) hari sebelum tes makan seperti biasa (karbohidrat

cukup).
-

Kegiatan jasmani seperti yang biasa dilakukan.

Puasa minimal 8 jam dimulai malam hari sebelum tes dilakukan,


minum air putih diperbolehkan.

B.

Persiapan pengumpulan spesimen


Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
2. Volume mencukupi
3. Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna,
tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4. Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
5. Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
6. Identitas benar sesuai dengan data pasien
Sebelum

pengambilan

spesimen,

periksa

form

permintaan

laboratorium. Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur,


jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan
klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan
pasien yang akan diambil spesimen.
Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya
diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum
alcohol dan merokok. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obatobatan tertentu, merokok, minum alcohol dan pasca transfusi. Catatan ini
nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.
Untuk pengumpulan spesimen, diperlukan beberapa alat dan bahan, yaitu :
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Bersih, kering
8

b. Tidak mengandung deterjen atau bahan kimia


c. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
d. Sekali pakai buang (disposable)
e. Steril (terutama untuk kultur kuman)
f. Tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai
dengan volume spesimen
2. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang
ditambahkan juga harus tepat.
3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen
Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis
spesimen yang diperlukan, seperti :
a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena
cephalic, atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada
jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula,
fistula
b. Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan),
arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
c.Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis
tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak
kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau
pucat.
d.Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang
sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
4. Waktu Pengambilan
Penentuan

waktu

pengambilan

spesimen

penting

untuk

diperhatikan :
a. Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)
b. Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik

c. Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang


terakhir
d. Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam
e. Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam
f. Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah
bangun tidur
g. Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari
dan setelah puasa 10-12 jam

C.

Pengambilan spesimen
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan
dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang
ada.
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

3. Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada
yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya
infeksi.
4. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk
mencegah spesimen tumpah.
5. Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti
berikut :
a. Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
b.

Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahanlahan agar tidak terjadi hemolisis.

c.

Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan


sampel ke dalam media dilakukan dengan cara aseptic

d.

Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan


tidak keliru.

e.

Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan


dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keraskeras agar tidak hemolisis.
10

6. Menampung spesimen urin


a.

Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh


bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar

b.

Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula


keluar sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.

c.

Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara


pembersihan lebih sempurna :
1.Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian
membilasnya sampai bersih.
2.Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora,
lalu harus merenggangkannya pada waktu kencing.
3.Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan
banyak secret vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum
mengumpulkan specimen.
4.Bagian luar wadah urine segera ditutup dan dikeringkan

7. Menampung spesimen tinja


a.Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat
diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok
dubur.
b.Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka
dengan mudah dan bermulut lebar.
8. Menampung spesimen dahak
Penting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau
sekret hidung.
a.Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan
apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk
pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak
lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan
asam dan dapat menyulitkan penafsiran.
b.Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan
air, bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu,
11

sebaiknya dilepas dulu.


c.Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk
tegak
d.Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 3 kali kemudian
keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali
sampai dahak keluar.
e.Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan
cara mendekatkan wadah ke mulut.
f.Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan
tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 5 ml )
g.Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara
dan secepatnya dikirim ke laboratorium.
9. Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :
a. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :
0

1. Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+


meningkat
2.pH menurun, hemokonsentrasi
3.PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan
ke dalam sirkulasi darah
b. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat,
sedangkan pH menurun

c. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :
1. Trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
2. Kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat

0
1

d. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :


1. Natrium meningkat pada infus saline
2. Kalium meningkat pada infus KCl
3. Glukosa meningkat pada infus dextrose
4. PPT, APTT memanjang pada infus heparine.
5. Kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit
12

menurun pada semua jenis infus


e. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau
keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan
darah.
f. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat,
aminotransferase, LDH, fosfatase asam total

D. Identifikasi spesimen
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus
dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas
meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan
pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama.
Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor
rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat
merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda
khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.
E. Pengiriman spesimen ke Laboratorium
Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.
a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah
memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masingmasing pemeriksaan.
b. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap.
Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah
sama.
d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen
ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah
pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan
perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam
pemeriksaan, seperti :
1. Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka
13

trombosit.
2. Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
3. PPT / APTT memanjang.
4. Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
5. Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
6. Perkembangbiakan bakteri
7. Penundaan pengiriman sampel urine :
a.

Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama


sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam
waktu 2 jam.

b.

Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga


menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.

c.

Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan


terkena sinar matahari.

d.

Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan


terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.

e.

Jamur akan berkembang biak

f.

Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat


keton dapat menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya
dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam
refrigerator/almari es pada suhu 2 8 oC paling lama 8 jam.

8. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya


berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styrofoam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
F. Penanganan spesimen
1. Identifikasi dan registrasi spesimen
2. Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
3. Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
4. Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
5. Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label
6. Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan
14

G. Penyimpanan spesimen
1. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan
dikirim ke laboratorium lain
2.Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan
stabilitasnya
3.Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator
4.Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan
terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
5. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan
6. Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8C, suhu kamar, suhu
-20C, -70C atau -120C jangan sampai terjadi beku ulang.
7. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka
plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
8. Memberi bahan pengawet pada spesimen
9. Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

H. Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :


1. Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator
2. Imunologi : 1 minggu dalam referigerator
3. Hematologi : 2 hari pada suhu kamar
4. Koagulasi : 1 hari dalam referigerator
5. Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator
6. Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

Yang Perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium


terhadap spesimen pada proses analitik adalah :
A. Metode yang digunakan.
Semakin ringkas metode yang digunakan semakin menghemat waktu
pemeriksaan, namun perlu dilihat pula spesifisitas dan sensitifitasnya.
B. Instrumen yang digunakan.
Alat manual akan mengalami waktu yang lama untuk mendapatkan hasil,

15

namun lebih yakin dan teliti. Alat Otomatis walaupun cepat, namun banyak
yang perlu dikendalikan, baik volume pengisapan alat, QC alat, kalibrasi alat,
pemeliharaan yang sulit, kondisi ruangan yang khusus dan mengalami
kesalahan sistematik dan kasar karenanya tidak hati-hati dan menguasainya.
C. Personal yang bekerja.
Tenaga terlatih lebih baik dan cepat dalam bekerja dibandingkan tenaga
yang belum terlatih atau baru bekerja. Tingkat pendidikan berpengaruh juga
terhadap ketepatan dan ketelitian pemeriksaan. Wanita pada umumnya di
Indonesia lebih teliti bekerja dibandingkan pria, namun tidak semuanya
seperti itu.
D. Reagensia yang digunakan.
Reagensia yang telah diakui secara Internasional lebih baik dan baku
dibandingkan dengan produk home industri atau buatan sendiri secara
komersial. Suhu ruangan yang digunakan mempengaruhi terhadap kualitas
reagensia.
E. Ambient.
Kondisi suatu ruangan dan ruang kerja meliputi : suhu, pencahayaaan,
kelembaban, aliran udara sangat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang
akan dilakukan.
F. Suplay Daya.
Inilah yang sangat mempengaruhi secara keseluruhan dalam rangkaian
pemeriksaan laboratorium. Listrik yang tidak stabil dapat mengganggu
pengukuran secara menyeluruh. Daya listrik yang sering mati dan hidup
karena pemadaman listrik dapat merusak peralatan laboratorium terutama
lampu fotometer.
G. Kesehatan.
Status kesehatan personal sangat berpengaruh terhadap ketelitian dan
ketepatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium.
H. Pemeliharaan dan kalibrasi Alat
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction
manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut.
Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan
hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan atau cara
pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus ditulis dalam
16

prosedur tetap.
Untuk setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan
pada atau didekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan
yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan
kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada penanggung
jawab alat tersebut untuk dilakukan perbaikan.
Salah satu faktor yang

dapat

mempengaruhi

hasil pemeriksaan

laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu


dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Alat yang perlu dikalibrasi :
a. Inkubator
1). Catat suhu inkubator pada kartu setiap hari sebelum mulai bekerja.
2). Penyimpangan suhu yang melebihi 2OC, pengatur suhu perlu disetel
kembali.
b. Lemari es
1). Catat suhu setiap hari dengan termometer atau suhu yang terlihat
pada digital display pada freezer. Termometer yang digunakan harus
sesuai dengan suhu alat yang dikalibrasi, misalnya 2-8OC, -20OC
atau -76OC.
2). Secara berkala periksa dengan menggunakan termometer standar
3).Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang ditunjukkan oleh
termometer digital display dengan termometer standar.
c. Oven
1). Secara berkala lakukan pemeriksaan suhu dengan menggunakan
termometer standar.
2). Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang tercantum dalam
oven dengan suhu yang ditunjukkan oleh termometer standar.
d. Pipet
1). Timbang botol timbangan dengan timbangan analitik, kemudian catat
hasilnya, misalnya a mg
2). Isap akuades yang sudah diukur suhunya dengan pipet yang akan
dikalibrasi, masukkan dalam botol timbang.
3). Timbang botol timbang yang sudah berisi akuades dan catat hasilnya
misalnya b mg.
4). Hitung berat akuades yaitu (b-a) mg
17

6). Hitung perbedaan antara volume hasil perhitungan di atas dengan


volume yang dipipet.
e. Rotator
1). Menggunakan Tachometer
Bila kecepatan antara Tachometer dengan alat pengatur kecepatan
pada rotator menunjukkan angka yang sama, berarti alat dalam
keadaan baik.
2). Menggunakan cara sederhana
- Pegang pensil secara tegak di samping plate.
- Jalankan rotator sambil melihat jam.
- Hitung sentuhan plate pada pinsil dalam waktu 1 menit.
-Bila jumlah hitungan sesuai dengan alat pengukur kecepatan, berarti
alat dalam keadaan baik.
f. Sentrifuge
Kalibrasi sentrifuge dilakukan dengan mengukur keepatan permenit dan
waktu. Pada refrigerated centrifuge selain kalibrasi rpm dan waktu juga
perlu kalibrasi suhu.
I. Uji Kualitas Reagen
Uji kualitas reagen harus dilakukan :
a. Setiap kali batch larutan kerja (working solution) dibuat.
b. Setiap minggu (sangat penting untuk larutan pewarna Ziehl Neelsen)
c. Bila sudah mendekati masa daluwarsa.
d.Bila ditemukan / terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul kekeruhan,
perubahan warna, timbul endapan)
e. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan.
Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan :
a. Melakukan pemeriksaan bahan kontrol assayed yang telah diketahui
nilainya dengan menggunakan reagen tersebut.
b. Menggunakan strain kuman.
J. Uji kualitas Antigen-Antisera :
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan antisera :
a. Penggunaannya harus mengikuti petunjuk pabrik.
b. Setiap akan digunakan, antigen atau antibodi dalam botol harus dikocok
dahulu dan sesuaikan suhunya dengan suhu kamar.
18

c. Simpan pada suhu yang dianjurkan.


d. Ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan.
e. Hindari pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.
f. Periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai antigem-antisera bila masa
kadaluarsanya terlampaui.
g. Untuk menguji aglutinasi antisera, gunakan kultur kuman segar dan
murni yang diketahui reaktifitasnya.
h. Pemeriksaan selalu dilakukan dengan mengikutsertakan beberapa serum
kontrol yang sudah diketahui reaktifitasnya.
i. Jika memungkinkan, nyatakan kekuatan serum kontrol dalam UI per ml.
j. Pasangan serum masa akut dan konvalesen dari penderita yang sama
harus diperiksa dengan nomor batch yang sama.
k.Untuk diagnosa serologik sifilis, hanya digunakan prosedur baku
nasional atau internasional.
l. Setiap batch pemeriksaan serologis harus diikuti :
1). Serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas)
2). Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitifitas)
3). Serum reaktif yang kuat (kontrol titrasi)
m. Titer seluruh serum kontrol harus selalu dicatat.
K. Uji kualitas antigen- antisera :
a. Uji kualitas antigen
1). Uji biokimia
2). Uji fisik kimia
3). Uji aglutinasi
4). Uji titrasi
5). Uji kemurnian
6). Uji binatang percobaan
b. Uji kualitas antisera
1). Uji aglutinasi
2). Uji titrasi
3). Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCl
L. Uji Ketelitian
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan
pengobatan dan meramalkan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu
19

menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan
presisi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan kontrol
assayed atau unassayed. Kegiatan yang harus dilakukan adalam pengujian ini
adalah :
a. Periode pendahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai
rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya. Periode ini umumnya dilakukan
baik untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, imunoserologi maupun
kimia lingkungan. Cara :
1).

Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan spesimen


setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan
diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja.

2).

Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam
formulir periode pendahuluan pada kolom x.

3).

Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya


(mean), standar deviasi (SD). Koefisien variasi (CV), batas
peringatan 3 SD). 2 SD) dan batas kontrol

4).

Teliti kembali 3 SD. Bila ada, maka nilaiapakah ada nilai yang
melebihi batas mean 2 SDtersebut dihilangkan. Hitung kembali
nilai mean, SD, CV, mean 3 SD.dan mean

5).

Nilai mean dan S yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan
Periode kontrol.

b. Periode kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada
hari tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang
pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia
lingkungan cara dalah sebagai berikut :
1). Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang
bersangkutan diperiksa.
2). Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
3). Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S
(Standar Deviasi Index) dengan rumus :
Xi - mean
20

Satuan SD = --------------SD
4). Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol. Sumbu X
dalam

grafik

kontrol

menunjukkan

hari/tanggal

pemeriksaan

sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan S.


c. Evaluasi hasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol
(out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati 3
S.batas x
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,
apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang
sama yaitu x + 2 S atau x 2 S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,
apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S
(satu kontrol diatas +2 S, lainnya dibawah -2 S)
4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,
apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S
maupun x S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,
apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai
tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R
4S atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10 x, 1
3S.
L. Uji Ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang
nilai kontrolnya (assayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah
terletak di dalam atau di luar rentang nilai kontrol menurut metode pemeriksaan
yang sama. Bila terletak di dalam rentang nilai kontrol, maka dianggap hasil
pemeriksaan bahan kontrol masih tepat sehingga dapat dianggap hasil
pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar rentang nilai
kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak tepat sehingga hasil
pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat.

21

Selanjutnya adalah prosedur pasca analitik, meliputi :


1. Cara pencatatan hasil
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di laboratorium harus dilaksanakan
dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan
dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan.
Pencatatan

kegiatan

laboratorium

dilakukan

sesuai

dengan

jenis

kegiatannya. Ada 4 jenis pencatatan, yaitu :


a. Pencatatan kegiatan pelayanan
b. Pencatatan keuangan
c. Pencatatan logistik
d. Pencatatan kepegawaian
e. Pencatatan kegiatan lainnya, seperti pemantapan mutu internal, keamanan
kerja dan lain-lain.
Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku
sebagai berikut :
a. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data pasien dan
jenis pemeriksaan
b. Buku register besar/induk berisi : data-data pasien secara lengkap serta hasil
pemeriksaan spesimen.
c. Buku register/catatan kerja harian teap tenaga :
1). Data masing-masing pemeriksaan
2). Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
d. Buku register pemeriksaan rujukan.
e. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan.
f. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift)
g. Buku register perawatan/kerusakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan spesimen yang
sesuai.
b. Penulisan angka yang digunakan.
Khusus mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai
desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun
22

terhadap nilai normal. Bila diperlukan satu angkan bulat, cukup dilaporkan
dalam angka bulat tanpa decimal di belakang koma.
Satuan yang digunakan sebaiknya adalah satuan internasional.
c. Pencantuman nilai normal.
Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai
yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada
pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan yang
digunakan serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas
usia dan jenis kelamin.
Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan hasil
normal.
d. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan 2
kali dan sebagainya.
e. Penyampain hasil.
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut untuk
kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena itu hasil
pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan
selesai dilaksanakan.
f. Dokumentasi/arsip.
Setiap laboratorium harus mempunyai system dokumentasi yang lengkap. Hasil
suatu kegiatan prncatatan dan pelaporan haruslah berupa dokumentasi yang
lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi waktu
penyampaian dokumen tersebut kepada peminta pemeriksa.
g. Perlu pula disediakan buku ekspedisi didalam dan diluar laboratorium. Kasus
tertukar dan hilangnya specimen dapat terjadi baik dalam transportasi didalam
maupun diluar laboratorium, sehingga hal ini harus dihindarkan.
2. Cara menegakkan diagnosis dari hasil pemeriksaan
Spesimen yang telah diperiksa dicatat dan dilaporkan dalam buku register
masing-masing. Bila terjadi pengukuran/pemeriksaan yang abnormal maka
pemeriksaan diulang sebanyak 2 kali atau tiga kali. Bagi laboratorium yang
mempunyai seorang Dokter Spesialis Patologi Klinik, hasil pemeriksaan
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Dokter Spesialis Patologi Klinik.

23

3. Cara pelaporan
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari :
a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
b. Laporan khusus (misal : KLB, HIV)
c. Laporan hasil pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, imunoserologi,
urinalisis dan parameter lainnya sesuai dengan permintaan dicatat dan
dilaporkan dalam bentuk blanko hasil pemeriksaan yang terpisah dan ditanda
tangani oleh penanggung jawab laboratorium atau petugas laboratorium yang
memeriksa.
4. Keselamatan Kerja
Berbagai tindakan yang dilakukan di dalam laboratorium, baik akibat
spesimen maupun alat laboratorium dapat menimbulkan bahaya bagi petugas.
Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium harus
melakukan pekerjaannya menurut praktek laboratorium yang benar.
a. Cara mencegah penyebaran bahan infeksi
- Lingkaran sengkelit ose harus penuh dan panjang tangkai maksimum 6 cm.
- Gunakan alat insinerasi mikro untuk membakai sengkelit. Hal ini untuk
mencegah timbulnya percikan bahan infeksi jika membakar sengkelit di
atas pembakar Bunsen.
- Jangan lakukan tes katalasa di atas objek glass. Sebaiknya gunakan tabung
atau gelas objek yang memakai penutup.
- Dekontaminasi permukaan meja kerja dengan desinfektan yang sesuai
setiap kali habis bekerja.
b. Cara mencegah tertelan dan terkenanya kulit serta mata oleh bahan infeksi.
Selama bekerja, partikel dan droplet (diameter > 5 mm) akan terlepas ke
udara dan menempel pada permukaan meja serta tangan petugas
laboratorium, untuk itu dianjurkan untuk mengikuti hal-hal di bawah ini :
- Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun/desinfektan. Jangan
menyentuh mulut dan mata selama bekerja.
- Jangan makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan
makanan/minuman dalam laboratorium.
- Jangan membubuhkan kosmetik dalam laboratorium
- Gunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat resiko percikan bahan
24

infeksi saat bekerja.


c. Cara mencegah tertusuk bahan infeksi
Jarum suntik, pipet Pasteur dan pecahan kaca dapat menyebabkan luka
tusuk. Untuk menghindarinya dapat dilakukan :
- Bekerja dengan hati-hati
- Mempergunakan jarum suntik sejarang mungkin
- Gunakan semprit dengan kanula tumpul sebagai pengganti
- Pilih pipet Pasteur yang terbuat dari plastik
d. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas
laboratorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti virus
Hepatitis B, HIV dan lain-lain.
1). Mengambil, memberi, melabel dan membawa spesimen :
- Gunakan sarung tangan
- Hanya petugas laboratorium yang boleh melakukan pengambilan darah.
- Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat
khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpan jarum habis pakai.
- Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label bahaya
infeksi.
- Masukkan tabung ke dalam kantong plastik untuk dibawa ke
laboratorium.
2). Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
- Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis kelas I dan
kelas II.
- Gunakan sarung tangan
- Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus kain
kasa.
3). Sediaan darah pada objek glass
Pegang objek glass dengan forsep
4). Kaca dan benda tajam
- Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti
kaca/gelas.
- Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari borosilikat.
- Sedapat mungkin hindari penggunaan alat suntik selain untuk
25

mengambil darah.
5). Melakukan sentrifugasi
- Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup.
- Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup.
e. Peralatan Keamanan Laboratorium
Peralatan yang perlu disiapkan dalam keamanan kerja di laboratorium :
1. Baju khusus untuk bekerja.
2. Sarung tangan.
3.Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfektan) dan air mengalir.
4. Lemari asam (fume hood), dilengkapi dengan exhaust ventilation system.
5. Pipetting aid , rubber bulb
6. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lancet.
7. Pemancur air (emergency shower)
8. Kabinet keamanan biologis kelas I atau II atau III.
f. Pengamanan pada keadaan darurat
1. Sistem tanda bahaya
2. Sistem evakuasi
3. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
4. Alat komunikasi darurat baik didalam atau keluar laboratorium
5. Sistem informasi darurat
6. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
7. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada
lokasi yang mudah dicapai
8. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali
9. Alat pengukur kekuatan radioaktif
10. Nomor telepone ambulan, pemadam kebakaran dan polisi disetiap
ruangan laboratorium.
g. Prosedur Penanganan Kecelakaan
Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan
informasi mengenai cara penanganan yang benar jika terjadi tumpahan
bahan kimia di dalam laboratorium. Agar mudah terbaca, informasi ini
hendaknya dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana dan dipasang pada
dinding dalam ruang laboratorium.
h. Kesehatan Petugas Laboratorium
26

Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan pemeriksaan


kesehatan lengkap, termasuk foto torax dengan sinar X. Keadaan kesehatan
petugas laboratorium harus memenuhi standard kesehatan yang telah
ditentukan di laboratorium. Untuk menjamin kesehatan para petugas
laboratorium harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1). Pemeriksaan radiologi paru-paru setiap tahun bagi petugas yang bekerja
dengan bahan yang diduga mengandung bakteri tuberkulosis, sedangkan
pada petugas lain 3 tahun sekali.
2). Pemberian imunisasi
Setiap laboratorium harus mempunyai proses imunisasi, terutama bagi
petugas yang bekerja di laboratorium tingkat keamanan biologis 2, 3 dan
4.
Vaksin yang diberikan :
- Vaksin hepatitis B untuk semua petugas laboratorium
- Vaksin rubella untuk petugas wanita usia reproduksi. Pada wanita hamil
dilarang bekerja dengan TORCH
3). Perlindungan terhadap sinar ultra violet
Petugas harus menggunakan pakaian pelindung khusus dan alat pelindung
mata. Bila ruangannya tertutup, jam kerja harus sering digilir untuk
mencegah kelemasan.
4). Pemantauan kesehatan
Kesehatan setiap petugas laboratorium harus selalu di pantau

27

BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan, pada pasien tersebut
didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan normal:
A.

Pemeriksaan Kimia Klinis :

GDP

: 187 mg/dl

GD2JPP

: 306 mg/dl

Trigliserida

: 219 mg/dl

B.

Pemeriksaan Urinologi
1. Kimia

Lekosit

: (+)

Protein

: (+) 1

Glukosa/ 2JPP

: (+) 1/ (+) 4

Eritrosit

: (+)

2. Sedimen
-

Lekosit

: 10-15/ LPB

Eritrosit

: 0-3/ LPB

Epithel

- Gepeng

: Banyak

- Bulat

: Penuh

28

Hasil dari pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan hasil anamnesa dan


pemeriksaan fisik, dimana pada pasien ini telah lama menderita penyakit Diabetes
Mellitus dan dalam 4 bulan terakhir ini pasien sering mengalami kesemutan pada
telapak kaki kiri pasien. Pasien dicurigai menderita Nuropati Diabetikum yang
merupakan komplikasi mikroangiopati dari Diabetes Mellitus. Selain itu, pasien
juga mengeluh saat miksi mengalami tersendat-sendat, diduga pada pasien ini
menderita Infeksi Saluran Kemih juga. Dimana pada hasil pemeriksaan urinalisa
pasien ditemukan lekosit, diduga terjadi infeksi pada pasien.

29

Anda mungkin juga menyukai