Taminah BABIV
Taminah BABIV
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut
Undang-Undang
Kesehatan
No.29,
2004
bahwa
melalui
pembangunan
kesehatan
Kabupaten
Majalengka
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah pokok yang diuraikan dalam latar belakang di
atas, maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut : Belum
diketahuinya hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia di Rumah
Sakit Umum Daerah Cideres Tahun 2007.
1.3
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan terjadinya
asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres tahun 2007.
1.4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah secara khusus akan meneliti
tentang BBLR sebagai variabel bebas dan Asfiksia sebagai variabel terikat di
Rumah Sakit Umum Daerah Cideres tahun 2007.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1 Definisi
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran
kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram) (Jumiarni, 1995 : 73). BBLR
adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)
(Prawirohardjo, 2006 : 376).
WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan Berat Badan
Bayi Lahir Rendah. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur.
Bayi dengan berat badan lahir rendah dibagi 2 golongan yaitu :
2.1.1.1 Prematur Murni
Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan
(Ester 2003 : 30-31).
2.1.1.2 Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (Ester 2003 : 30-31).
e. Asfiksia neonatorum
Bayi
dismatur
lebih
sering
menderita
asfiksia
neonatorum
2.1.2 Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Jumarni, dkk., 1994
74), yaitu :
2.1.2.1 Faktor ibu, meliputi penyakit yang diderita ibu misalnya, tosemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis
akut, diabetes melitus, dan lain-lain. Usia ibu saat hamil lebih dari 35
tahun, multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat, dan lain-lain.
Keadaan sosial ekonomi, golongan sosial ekonomi dan perkawinan yang
tidak sah. Sebab lain termasuk karena ibu adalah seorang perokok dan
peminum minuman beralkohol atau pengguna narkotika.
2.1.2.2 Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom,
dan lain-lain.
2.1.2.3 Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal, radiasi dan zat-zat beracun.
2.1.3
10
11
d. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah
lemah (Departemen Kesehatan, 1998 : 33).
2.1.3.2 Faktor Kehamilan
a. Hamil Dengan Hidramnion
Hidramnion
yang
kadang-kadang
disebut
polihidramnion
12
c. Komplikasi Hamil
1. Pre-eklampsia / Eklampsia
Pre-eklampsia / Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran
mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada
ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta, sedangkan
bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan
adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen
yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995 : 5).
2. Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD)
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang
diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks (Mansjoer. 1999 : 310). Pada persalinan normal selaput
ketuban biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan
lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang
penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi ibu (Mansjoer, 1999 : 313).
3. Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam
13
14
2.1.4
Prognosis BBLR
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal, misalnya masa gestasi. Makin muda masa gestasi atau makin
rendah berat bayi makin tinggi angka kematian. Prognosis ini juga
tergantung dari keadaaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal. Bayi Berat Lahir
15
pencernaan
belum
berfungsi
sempurna
sehingga
16
17
gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit
setelah lahir. Hal itu diakibatkan factor paru yang belum matang. (Kosim,
2008).
2.1.5
Penanganan BBLR
18
2.2
Asfiksia
2.2.1 Definisi
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah melahirkan (Prawirohardjo,
2002 : 709). Asfiksia neonatorum dapat diartikan sebagai kegagalan
19
bernapas pada bayi yang baru lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
tubuhnya (Departemen Kesehatan RI, 1996 : 1).
Asfiksia adalah keadaan dimana fetus atau neonatus mengalami
kekurangan oksigen (hipoksia) dan atau menurunnya perfusi (iskemia) ke
berbagai macam organ (Soetomo, 2004 : 1).
Asfiksia adalah keadaan janin dalam rahim yang tertekan, karena
terjadinya hipoksia atau kekurangan nutrisi (Manuaba, 1999 : 255).
2.2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya asfiksia menurut (Manuaba, 1999 : 255 256).
2.2.2.1 Faktor Intrauterin
a.
Keadaan Ibu
1. Hipotensi (syok) dengan berbagai sebab
2. Penyakit kardiovaskuler dan paru
3. Anemia / malnutrisi
4. Keadaan asidosis / dehidrasi
5. Sindrom supin-hipotensi (posisi tidur)
6. Penyakit diabetes melitus
b.
Uterus
1. Kontraksi uterus yang berlebihan
2. Gangguan sistem pembuluh darah uterus
c.
Placenta
1. Gangguan pembuluh darah placenta
20
Tali Pusat
1. Kompresi tali pusat
2. Simpul tali pusat
3. Tali pusat terpuntir pada tempat jelli whartom yang lemah
4. Lilitan tali pusat
5. Prolapsus / tali pusat terkemuka
e.
Fetus
1. Infeksi intrauterin
2. Gangguan pertumbuhan intrauterin
3. Perdarahan pada janin
4. Anemia
21
gangguan
dalam
O2
dan
dalam
menghilangkan
CO2
2. Penurunan aliran darah dari ibu ke placenta atau dari placenta ke fetus
3. Gangguan pertukaran gas yang melalui placenta atau fetus
4. Peningkatan kebutuhan fetal oksigen (Soetomo, 2004 : 3)
2.2.3
2.2.3.1 Asfiksia Livida, ciri-cirinya : warna kulit kebiru-biruan, tonus otot masih
baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognosi lebih baik
22
2.2.3.2 Asfiksia Pallida, ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang,
tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek
2.2.4
2.2.5 Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
anoreksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia dapat dibuat
dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal
yang perlu mendapatkan perhatian (Prawirohardjo, 2005 : 710 - 711) :
23
Klasifikasi
24
Penatalaksanaan
Prinsip resusitasi (Prawirohardjo, 2005 : 711)
2.2.7.1 Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan tetap
bebasnya jalan napas.
2.2.7.2 Memberikan bantuan pernapasan secara aktif kepada bayi dengan usaha
pernapasan buatan.
2.2.7.3 Memperbaiki asidosis yang terjadi.
2.2.7.4 Menjaga agar peredaran darah tetap baik.
Nilai APGAR 7 10 (bayi dinyatakan baik)
Pada keadaan ini bayi tidak memerlukan tindakan istimewa.
penatalaksanaan terdiri dari :
1. Memberikan lingkungan suhu yang baik pada bayi
2. Pembersihan jalan napas bagian atas dari lendir dan sisa-sisa darah
3. Kalau perlu melakukan rangsangan pada bayi
(Kapita Selekta Kedokteran, 1982 : 540).
Nilai APGAR 4 6 (asfiksia ringan sedang)
Cara penanganannya :
1. Menerima bayi dengan kain hangat
2. Letakkan bayi pada meja resusitasi
25
26
timbulnya
komplikasi
pneumotoraks
atau
27
2.3
28
29
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN
demikian
variabel-variabel
yang
akan
penulis
ASFIKSIA
Variabel Bebas
(Independen)
Variabel Terikat
(Dependen)
29
teliti
30
3.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitiannya
adalah sebagai berikut : Ada hubungan antara BBLR dengan terjadinya
asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres tahun 2007.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu :
3.3.1 Variabel Independen
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah BBLR.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah asfiksia.
3.4 Definisi Operasional
Tabel 3.4.1 Definisi Operasional
No.
Variabel
1.
BBLR
2.
Asfiksia
Definisi
Operasional
Bayi baru lahir
di timbang
sejak 0-24 jam
setelah lahir <
2500 gram
Cara
Ukur
Melihat
Rekam
Medik
Bayi setelah
lahir tidak dapat
segera bernapas
secara spontan
dan teratur.
Melihat
Rekam
Medik
Alat
Hasil Ukur
Ukur
Rekam 0 = BBLR jika bayi
Medik
lahir dengan
berat badan <
2500 gram.
1 = Tidak BBLR
jika bayi lahir
dengan berat
badan 2500
gram.
Rekam 1 = Asfiksia jika
Medik
frekuensi napas
bayi < 40 atau
60
kali/menit.
0 = Tidak asfiksia
frekuensi napas
bayi 40 60
kali / menit.
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
31
karakter
atau
variabel
subjek
pada
saat
pemeriksaan
(Notoadmodjo,2002:145-146).
3.5.2
2.2.1
5.1.2
Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi
dijadikan sampel yaitu sebanyak 1073 bayi karena datanya yang
digunakan adalah data sekunder dari Rekam Medik di Rumah Sakit Umum
Daerah Cideres tahun 2007.
3.5.3
32
3.5.4
pengambilan
sampel
dalam
penelitian
ini
adalah
3.5.5.1 Persiapan
a. Izin penelitian dari Institusi Pendidikan ditujukan ke Kesatuan Bangsa
dan Politik.
b. Penjajagan ke lokasi penelitian.
c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
3.5.5.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder
yaitu dengan melihat status pasien mulai bulan Januari Desember 2007
di bagian Rekam Medik di RSUD Cideres.
33
3.5.6
dari
hasil
penelitian.
Umumnya
hasil
analisis
ini
34
x 100%
n
Keterangan :
P = Proporsi
f = Jumlah Kategori Sampel yang diambil
n = Jumlah Sampel
b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat, dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan satu sama lain, dapat dalam kedudukan yang sejajar pada
pendekatan komparasi dan kedudukan yang merupakan sebab akibat
(experimentasi). Tujuan analisis ini untuk melihat hubungan variabel
indefenden (BBLR) dan variabel dependen (Asfiksia) (Badriah, 2006 :
118). Uji yang dipakai adalah Chi-squere dengan batas kemaknaan 0,5
( = 0,05). Bila < 0,05 maka Ho ditolak.
Tes signifikan menggunakan Chi-squere dengan rumus :
N 2
]
2
2
X
(a b)(c d )(a c)(b d )
N [(ad bc )
Apabila terdapat sel yang kosong atau nilai < 5 maka digunakan
Fisher Exact (Sugiyono, 2004 : 120).
Menentukan
uji
kemaknaan
hubungan
dengan
cara
35
Asfiksia
a
c
b + c (n1)
Tidak Asfiksia
b
d
b + d (n2)
a + b (m1)
c + d (m2)
n
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat
4.1.1.1 Kejadian BBLR
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR
Di Rumash Sakit Umum Daerah Cideres
Tahun 2007
Berat Bayi Baru Lahir
BBLR (< 2500 gram)
f
279
%
26,0
794
1073
74,0
100
Pada tabel diatas terlihat bahwa Bayi Baru Lahir yang tercatat
dalam Rekam Medik di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres tahun 2007
bahwa proporsi Bayi Baru dengan BBLR (< 2500 gram) sebanyak 279
bayi (26,0%) dan proporsi Bayi Baru Lahir Normal Tidak BBLR ( 2500
gram) sebanyak 794 bayi (74,0%).
4.1.1.2 Kejadian Asfiksia
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Asfiksia
Di Rumash Sakit Umum Daerah Cideres
Tahun 2007
Bayi Baru Lahir
f
Asfiksia
215
Tidak Asfiksia
Jumlah
Sumber : Penelitian Tahun 2008
858
1073
36
%
20,0
80,0
100
37
Pada tabel diatas terlihat bahwa proporsi Bayi Baru Lahir yang
asfiksia sebanyak 215 bayi (20%) dan proporsi Bayi Baru Lahir yang tidak
asfiksia sebanyak 858 bayi (80%).
ASFIKSIA
Total
Asfiksia
Tidak
Asfiksia
BBLR
Tidak BBLR
107
108
38,4
13,6
172
686
61,6
86,4
279
794
100
100
Total
215
20,0
858
80,0
1073
100
Odd
Ratio
p
value
3,951
0,000
38
4.2 Pembahasan
4.2.1 Keterbatasan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional, oleh karena itu
penelitian ini tidak dapat memberikan penjelasan tentang adanya
hubungan sebab akibat. Hubungan yang ada hanya menunjukkan adanya
keterkaitan saja, bukan hubungan yang kausalistik.
Secara teoritis banyak faktor yang berhubunagn dengan terjadinya
asfiksia, tetapi karena adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka peneliti
hanya meneliti variabel yang masuk dalam kerangka konsep saja.
Peneliti ini menggunakan data sekunder, oleh karena itu kebenaran
data sekunder sering dipengaruhi oleh lengkap tidaknya data yang ada.
Upaya untuk mengetahui hal tersebut, peneliti melakukan pemisahan
terhadap data yang tidak lengkap, sehingga yang dianalisis adalah data
yang lengkap saja.
4.2.2
Bias Penelitian
Penelitian
ini
memiliki
keterbatasan
yang
mungkin
akan
39
40
disebabkan
oleh
kekurangan
surfaktan,
pertumbuhan
dan
41
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
5.1.1
Angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres Tahun 2007
adalah 279 bayi (26,0%) dari 1073 bayi baru lahir.
5.1.2
5.1.3
5.1.4
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi
Dari hasil penelitian ini karena ada hubungan antara BBLR dengan
terjadinya asfiksia, maka penelitian menyarankan untuk penanganan bayi
BBLR harus sesuai dengan standar pelayanan kebidanan agar dapat
mengurangi resiko kematian neonatal.
42
43
peneliti
dapat
mengembangkan
dan
menambah
44
DAFTAR PUSTAKA
45