HEPATITIS
Disusun Oleh :
1. Anisa Widya Amelinda
1061221002
1061221039
3. Devi Yuliana
1061311016
1061311018
5. Dila Tunjungsari
1061311020
1061311089
7. Rima Salamah
1061311090
1061311092
I. PENDAHULUAN
Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan dengan
menyerang hati. Hampir semua virus akut disebabkan oleh salah satu dari kelima
jenis virus yaitu : virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus
hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV). Jenis
virus lain yang ditularkan paska transfusi seperti virus hepatitis G dan virus
hepatitis F telah dapat diidentifikasi namun tidak menyebabkan hepatitis
Di Indonesia berdasarkan data dari rumah sakit hepatitis A masih merupakan
bagian dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu sebesar 39,6%-68,3%.
Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi berkisar dari 2,55%
di Banjarmasin sampai 25,6% di Kupang. Prevalensi hepatitis C pada donor darah
menunjukkan angka diantara 0,5%-3,37% menempati urutan kedua setelah
hepatitis A akut kemudian hepatitis B.
Penyebab hepatitis A adalah virus HAV yang merupakan virus RNA
positif. Virus ini mengganggu fungsi hepar sambil terus berkembangbiak di selsel hepar. Hepatitis B disebabkan oleh virus HBV yang terbungkus oleh genoma
DNA yang melingkar. Akibat serangan ini, sistem kekebalan tubuh kemudian
memberi reaksi dan melawan. Virus hepatitis C disebabkan oleh transfusi darah
atau donor darah, virus ini menyebabkan peradangan berat dengan komplikasi
jangka panjang (Misnadiarly, 2007 : 48).
Saat ini penyakit hati masih merupakan masalah yang besar didunia.
Pengobatan dari penyakit ini masih sulit untuk dijangkau oleh sebagian besar
masyarakat karena biayanya yang sangat mahal untuk obat-obatan antivirus
tersebut.
II. PATOFISIOLOGI
Hati adalah organ terbesar dari tubuh, terletak antara sirkulasi portal dan
general, antara organ saluran pencernaan dan jantung. Fungsi utama hati adalah
untuk mengambil, menyimpan, dan memberikan nutrisi ke organ lain. Selain itu
hati juga berfungsi sebagai alat ekskresi, yaitu dengan cara memecah beberapa
senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat
dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino.
Lobus hati terbentuk dari sel parenkim dan nonparenkim. Sel parenkim
pada hati disebut juga hepatosit. Hepatosit membentuk 70-80% dari massa
sitoplasma hati. Sel-sel hepatosit terlibat dalam sintesis protein, penyimpanan
protein dan transformasi karbohidrat, sintesis kolesterol, garam empedu dan
fosfolipid, detoksifikasi, modifikasi dan ekskresi zat eksogen dan endogen.
Hepatosit juga memprakarsai pembentukan dan sekresi empedu, dengan rata-rata
rentang hidup hepatosit adalah selama 5 bulan, untuk melakukan regenerasi.
Hepatosit dipisahkan oleh saluran pembuluh darah (sinusoid). Hepatosit mampu
mensintesis hormon, seperti faktor pertumbuhan seperti insulin thrombopoietin
IGF-1m, dan juga erythropoietin. Hepatosit juga mensintesis sitokin seperti
interleukin (IL) -8, dan merespon mediator fase akut seperti IL-6, dengan
sintesis protein fase akut seperti protein C-reaktif (CRP) atau serum amiloid A
(SAA) dan banyak lainnya. (Ramadori et al, 2008 : 108)
Virus hepatitis merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi
ratusan juta anak dan orang dewasa. Meskipun ada beberapa virus patogen yang
telah dikaitkan dengan hepatitis, ada tiga macam golongan hepatitis yang telah
populer dikenal oleh masyarakat yaitu hepatitis A, B, dan C. Sedangkan untuk
golongan infeksi hepatitis D dan E infeksi juga penting, meskipun tidak sering
didiagnosis. Hepatitis virus dapat ditularkan secara vertikal (dari ibu ke anak)
dan horizontal (orang ke orang) seperti dicantumkan pada tabel 1. Pencegahan
bervariasi dengan patogen virus tetapi mungkin termasuk vaksinasi, profilaksis
kekebalan tubuh, dan tidak menggunakan atau berbagi barang-barang pribadi
kepada orang yang terinfeksi hepatitis.
HAV
HBV
Penyebaran
Feses,oral,
peminjaman
barang
pribadi,
kontaminasi
makanan,
hubungan
seksual, darah.
Transmisi
perinatal,
hubungan
seksual,
penggunaan
suntikan
narkoba,
transfusi darah.
Penggunaan
suntikan
narkoba,
hubungan
seksual.
Penggunaan
narkoba
suntika,dan
hubungan
seksual.
Feses,darah.
Diagnosis
Adanya
antibodi HAV.
Imunoglobulin
M
virus
hepatitis
A
(HAV
IgG)
muncul lebih
awal.
HbsAg muncul
d awal setelah
adanya infeksi.
Sedangkan
adanya HbeAg
menunjukkan
adanya replikasi
virus
aktif
(penyakit sangat
menular), dan
adanya HbcAg
menunjukkan
penyakit akut
atau kronis.
HbsAg
merupakan
syarat diagnosis
infeksi
HDV.
Selain
itu,
antibodi
terhadap HDV
(IgM dan IgG)
juga diperlukan
dalam diagnosis
HDV.
Mendeteksi
HEV di serum
atau
kotoran,
dan
dengan
mendeteksi
antibodi IgM
Manifestasi
Klinis
Infeksi akut.
Dapat bersifat
akut,namun
dapat
juga
bersifat kronis.
Pencegahan
Imunisasi
Imunisasi
sebelum
sebelum
maupun
maupun
sesudah
sesudah
terinfeksi
terinfeksi
Menjaga
Tidak
kebersihan
mengonsumsi
(mencuci
narkoba
tangan dengan (terutama
HCV
Tidak
mengonsumsi
narkoba,
alkohol.
HDV
HEV
Infeksi akut
Imunisasi
Menghindari
sebelum
konsumsi
air
maupun
yang
sesudah
terkontaminasi
terinfeksi
dan
makanan
dengan vaksin mentah
HBV
Menjaga
Menjaga
kebersihan
kebersihan
tangan
Vaksin
benar,
menghindari
air
dan
makanan
mentah)
Ya
narkoba suntik)
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
(Hall, 2007)
Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit akut yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Absorpsi dalam perut dan usus kecil merupakan awal mula masuknya virus
kedalam sirkulasi, hingga terserap dalam hati. Replikasi virus terjadi didalam
hepatosit dan gastrointestinal epithial. Partikel virus baru akan dilepaskan dalam
darah dan disekresi oleh hati keempedu. Virus akan tereabsorbsi kembali dalam
sirkulasi dan akan diekskresikan melalui feses. Siklus enterohepatik akan terus
berlanjut hingga antibody kembali netral. Mekanisme replikasi dan sekresi virus
hingga saat ini masih belum diketahui namun meluasnya infeksi virus hepatitis A
tidak berhubungan dengan kerusakan pada hati.
Pada
biopsi,
hepatitis
akut
ditandai
dengan
adanya
degenerasi
meninggal akibat sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler (HCC) (Dipiro, 2008 :
711).
Spektrum penyakit dan sejarah alami infeksi HBV kronis beragam dan
bervariasi, mulai dari keadaan tidak aktif pembawa virus hepatitis B kronis
(CHB), yang dapat berkembang menjadi sirosis dan karsinoma hepatoseluler
(HCC). Inang dan faktor virus, serta koinfeksi dengan virus lain, seperti virus
hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), atau human immunodeficiency virus
(HIV) bersama dengan co-morbiditas termasuk penyalahgunaan alkohol dan
obesitas, dapat mempengaruhi perjalanan alami infeksi HBV serta sebagai
penentu efektivitas antivirus. CHB dapat berperan sebagai antigen e hepatitis B
(HBeAg) positif atau HBeAg-negatif.
HBV ditularkan secara seksual, parenteral, dan perinatal . Di daerah
prevalensi tinggi HBV, transmisi perinatal dari ibu ke bayi merupakan hal yang
paling umum, sedangkan di daerah prevalensi menengah, transmisi horisontal dari
anak ke anak merupakan hal yang paling umum. Kontak seksual, baik
homoseksual dan heteroseksual, dan penggunaan narkoba suntikan merupakan
bentuk utama penularan di negara endemik berpenghasilan rendah seperti
Amerika States.19 pada orang yang terinfeksi HBV, konsentrasi tinggi terdapat
pada darah, serum, dan luka eksudat. Virus ini terdeteksi dalam jumlah sedang
pada air mani (sperma), cairan vagina, dan air liur, dan hadir dalam konsentrasi
rendah dalam urin, feses, keringat, air mata, dan payudara. Penularan dapat terjadi
melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi tanpa adanya darah, karena
virus dapat stabil dalam beberapa hari. Di Amerika Serikat pada tahun 2004 ,
tidak ada faktor risiko yang dapat diidentifikasi untuk sebagian besar kasus infeksi
akut dengan HBV (Dipiro, 2008 : 711).
Hepatitis C
Pada banyak kasus, infeksi akut HCV (Hepatitis C Virus) menyebabkan
infeksi kronis. Selama awal fase infeksi, sel pembunuh alami diaktifkan sebagai
HCV RNA yang levelnya meningkat cepat. Kombinasi spesifik CD4 dan CD8 T
limfosit dan interferon dapat menurunkan replikasi virus. Kerusakan hati dan dan
kanker hati berhubungan erat dengan terjadinya apoptosis hepatosit. Rendahnya
apoptosis terkait dengan kemampuan virus. Selain itu, sel CD4 T-helper dapatdan
melindungi respon imun dari dampak buruk lingkungan. Meskipun HCV
menginfeksi kurang dari 10% sel hepatosit, lebih dari 20% sel diaktifkan untuk
apoptosis.
HCV merupakan tantangan untuk sel imun karena perkembangannya yang
cepat. Mutasi genom HCV terdeteksi dalam setahun setelah terinfeksi. Pengatasan
kasus HCV dapat dilakukan dengan meningkatkan respon sel T yang aktif serta
kemampuan CD4 dan CD8 yang kuat. Kesimpulannya CD8 dapat memediasi
dalam proses melindungi kekebalan dengan bantuan CD4 untuk mempertahankan
respon selama virus bermutasi (Dipiro et al., 2008 : 685).
Hepatitis D
Hepatitis D atau hepatitis delta disebabka oleh virus hepatitis delta,yaitu
sebuah virs RNA yang rusak. Infeksi HDV merupakan infeksi berhubungan
dengan infeksi HBV. Hasil penyakit sangat tergantung pada apakah kedua virus
menginfeksi bersamaan (koinfeksi), atau apakah orang HDV-baru tertular adalah
pembawa HBV kronis terinfeksi (superinfeksi) (WHO, 2001).
dengan hepatitis akut fulminan dan parah hepatitis kronis aktif, sering
progresif sirosis (WHO, 2001).
Hepatitis E
HEV dan HAV termasuk penyakit akut yang asimtomatik atau tanda
gejalanya tidak spesifik. Periode inkubasinya 14-50 hari dan gejala mulai sembuh
setelah 3 minggu. Infeksi yang disebabkan HAV dan HEV tidak dapat diketahui
secara klinis dan tidak akan berkembang menjadi kronis. HEV biasa terjadi pada
daerah endemik seperti Afrika dan Asia. HEV ditemukan ada pada domba dan
babi yang telah terkontaminasi karena kondisi lingkungan yang buruk. HEV
sangat beresiko pada wanita hamil terutama pada trimester kehamilan yang
memiliki angka kematian 20-25% serta resiko janin yang tinggi. Penggunaan obat
juga mempengaruhi perkembangan penyakit. Alkohol harus dihindari terutama
yang sudah masuk dalam fase berat. Terapi terbaik yang dapat dilakukan adalah
kebersihan, terutama setelah buang air besar. Vaksin HEV belum ada karena
belum ditemukannya kultur sel yang cocok dalam sistem HEV, namun uji coba
terus dilakukan (Greene and Harris, 2008 : 157-158).
Pencegahan :
Dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan bersih. Misalnya
menjaga kebersihan dan cara makan yang sehat seperti mencuci tangan sesudah
ke toilet, sebelum menyiapkan makanan, atau sebelum makan. Selain itu perlu
diperhatikan kebersihan lingkungan dan sanitasi, pemakaian air bersih,
pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan, pembuatan sumur yang
memenuhi standar, mencegah makanan terkena lalat, memasak bahan makanan
minuman dan sebagainya.
Terapi Farmakologi :
1) Imunisasi pasif
Diberikan sebagai pencegahan kepada anggota keluarga serumah yang
kontak dengan penderita atau diberikan kepada orang-orang yang akan bepergian
ke daerah endemis. Imunisasi pasif menggunakan HBlg (human normal
immunoglobulin) dengan dosis 0,02 ml per kg berat badan. Pemberian paling lama
satu minggu setelah kontak. Kekebalan yang didapat hanya bersifat sementara.
2)
Imunisasi aktif
Menggunakan vaksin hepatitis A (Havrix). Orang dewasa diberikan satu
vial yang berisi satu ml (720 Elisa unit), sedangkan anak berusia kurang dari 10
tahun cukup setengah dosis. Jadwal penyuntikan yang dianjurkan sebanyak 3 kali,
yaitu dengan range pemberian pada 0,1, dan 6 bulan. Pada tempat suntikan
biasanya timbul pembengkakan (edema) berwarna kemerah-merahan yang terasa
nyeri bila ditekan. Kadang-kadang setelah disuntik terasa sakit kepala yang akan
hilang sendiri tanpa pengobatan. Imunisasi tidak diberikan bila sedang sakit berat
atau alergi (hipersensitif) terhadap vaksin hepatitis A. Vaksinasi hepatitis A
terutama diberikan kepada orang-orang yang mempunyai resiko tinggi untuk
tertular penyakit ini. Misalnya anggota keluarga atau orang serumah yang dekat
dengan penderita, dokter, paramedis, petugas laboratrium, anggota ABRI yang
tinggal di barak-barak, wisatawan asing yang mengunjungi daerah endemis
Usia
Havrix
(tahun)
1-18
Vaqta
Dosis
Jumlah
Lama Waktu
720 ELISA
pemberian (bulan)
0,6-12
19
units
1.440 ELISA
0,6-12
1-18
19
units
25 units
50 units
2
2
0,6-18
0.6-18
penularan penyakit.
Pasangan seksual dan rumah tangga harus divaksinasi.
Untuk meminimalkan kerusakan hati lebih lanjut, semua pasien HBV kronis
d.
e.
Terapi farmakologi
Terapi obat bertujuan untuk menekan replikasi virus, dapat dilakukan
dengan menggunakan meningkatkan kekebalan tubuh atau agen antivirus. Di
Amerika Serikat, interferon (IFN)-2b, lamivudine, telbivudine, Adefovir,
entecavir, dan pegylated IFN-2a semua disetujui sebagai lini pertama pilihan
terapi untuk HBV kronis.
a. Alogaritma terapi Hepatitis B
atau
nukleosida analogue.
3) Adefovir
Adefovir dipivoxil adalah analog nukleosida asiklik dari adenosin
monofosfat. Obat bekerja dengan cara menghambat poliferase DNA HBV.
4) Entecavir
Entecavir adalah analog nukleosida guanosin yang bertindak dengan
menghambat HBV DNA polymerase, tidak hanya bekerja pada fase awal
juga pada dua fase berikutnya. kerjanya lebih kuat daripada lamivudine
(Gordon, 2001).
5) Telbivudin
(Kamps,2006: 550)
Riwayat pasien
:-
Keluhan utama
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
bactirom
Vit K
Nicholin 250
Livola
Ozyd
Medixon 125
Ca gluconas
Pelastin/NaCl 100
Tygacil/NaCl100
ATP/20 ws
Sotatik
Comafusin hepar
3x1 g
2 x 1 amp
3 x 2 amp
3amp/12 j
2 x 1 amp
3 x 0,5 amp
1x1 amp (3hr
2 x 1 amp
2 x 1 amp
2 x 1 amp
3 x 1 amp
12 tpm
PO:
Propanolol
3 x 40
Laxadin
2x1C
euthyrax
3 x 100
urdahex
3x1
Rantin 150
2x1
Alpentin 100
3x1
Chloramphenicol 4 x 500
Carpiaton 100
2x1
Allopurinol300
1x1
Anemolat
1x1
Cordaron
2x1
Calos
2x1
Calcit 1 mg
4 x 0,25
Glucan 5
2x2
Aspar K
3 x 2 tb
PENYELESAIAN KASUS
Kasus tersebut diselesaikan dengan metode SOAP
1. Subyektif
Bpk AS, 77 thn
BB
: 62 kg
Diagnosa
Riwayat pasien
:-
Keluhan utama
2. Obyektif
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital saat pertama masuk :
Pemeriksaan
Hasil
Nilai
Keterangan
HR (x/men)
RR
T
TD
120
Normal
60 - 80
Meningkat
24
x/men
18 -22
Meningkat
38,2 C
150/110
resp/men
36,7 C
120/80
Meningkat
Meningkat
mmHg
Kultur cairan pleura jamur pos
X ray : Edema paru sampai efusi pleura kiri
Keterangan
Menurun
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
Meningkat
LED
Lipase
PTTK
Ureum
Trop ultra
HDL kol
SGOT
SGPT
Normal
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Meningkat
Meningkat
100,4
Det
205
0,07
11,2
484,5
394,7
0-15mm/jam
0 160 Unit/L
30 -40 detik
10-50mm/jam
< 0,01 ng/mL
40 -80 mg/dL
10 - 37 IU/L
10 - 40 IU/L
Bilirubin tot
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
HbsAg
Gama GT
Ca
Na
K
Asam urat
6,4
5,45
0,96
(+)
746,5
8,1
130
3,2
12,1
Meningkat
Meningkat
Normal
Hepatitis B
Meningkat
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
3. Assasment
a. Kadar Hb pasien menurun, pasien mengalami anemia dan turrunnya
trombosit yang menunjukkan adanya pendarahan sehingga perlu diberi
vitamin K.
b. Pasien mengalami gejala demam, peningkatan leukosit, neutrofl segmen
dan penurunan monosit serta adanya udem pada paru berikut kultur jamur
pada sputum menunjukkan bahwa pasien mengalami infeksi sehingga
perlu diberikan antibiotik bactirom, Pelastin/NaCl, Tygacil/NaCl dan
chloramphenicol.
c. Kadar Alkali fosfotase yang meninggkat pasien menunjukkan adanya
gangguan hati.
d. Kadar PTTK yang meningkat dan HDL kol menurun menunjukkan telah
terjadi gangguan pembekuan darah.
e. Kadar trombosit menurun, menunjukkan adanya pendarahan.
f. Kadar SGOT, SGPT, bilirubin meningkat drastis dan hasil HBsAg yang
postif menunjukkan pasien mengalami hepatitis B kronik
g. Gama GT meningkat menunjukkan terjadinya gangguan hati dan ginjal.
h. Kadar Ca, Na, dan K yang menurun menunjukkan adanya gangguan
keseimbangan elektrolit.
i. Troponin ultra yang meningkat menunjukkan telah terjadinya trombolisis.
Dosis
Dosis seharusnya
PLAN
3x1 g
0,5 2 g IV/hari
Tetap digunakan
2 x 1 amp
Maksimal 30
Tetap digunakan
Mcg/hari
Nicholin 250
3 x 2 amp
100-300 mg 2x1
Tetap digunakan
Livola
3amp/12 j
10 amp/hari
Tetap digunakan
Ozyd
2 x 1 amp
20 mg sehari
Tetap digunakan
Medixon 125
3 x 0,5 amp
30 mg tiap
Tetap digunakan
Ca gluconas
10-20 ml
Dipertimbangkan
Pelastin/NaCl 100
2 x 1 amp
Tygacil/NaCl100
2 x 1 amp
25 mg/12 jam IV
Tetap digunakan
ATP/20 ws
2 x 1 amp
10 mg
Tetap digunakan
Sotatik
3 x 1 amp
Comafusin hepar
12 tpm
0,5 g/BB/hari
Tetap digunakan
Propanolol
3 x 40
80 mg 2x1
Dipertimbangkan
Laxadin
2x1C
PO:
15-30 ml 1x1 sebelum Tidak digunakan
tidur
Euthyrax
3 x 100
75-200 mcg
Tetap digunakan
Urdahex
3x1
250 mg 3x1
Tetap digunakan
Rantin 150
2x1
150 mg 2x1
Alpentin 100
3x1
300 mg tiap 2 hr
Digunakan
Tetap digunakan
sekali
Chloramphenicol
Carpiaton 100
4 x 500
250 mg PO
Dipertimbangkan
2x1
100 mg 2x1
Tetap digunakan
Allopurinol300
1x1
1-200 mg/hari
Dipertimbangkan
Anemolat
1x1
0,25-1 mg/hari
Tetap digunakan
Cordaron
2x1
Calos
2x1
Calcit 1 mg
Glucan 5
4 x 0,25
0,25-2g/hari
Tetap digunakan
2x2
maksimal 10
Tetap digunakan
tablet/hari
Aspar K
3 x 2 tb
3x1 tablet
Tetap digunakan
Nama obat
Bactirom
Komposisi
Dosis
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
Ceftirom sulfat
0,5-1g IV/hari
Baktericoccus
Hipersensitif untuk
anaerobic, H. influensa,
cefalosporin
Mencegah pendarahan
Hipersensitivitas
Infeksi Helicobactetr
Erlotinib, nelfinavir,
Pylori
rilpivirine
mual, muntah,konstipasi,
S. aureus, S.
pneumonia, dll
2.
Vit K
Vitamin K
Min
30mcg/hari
3.
Ozyd
Omeprazol
20mg/hari
ruam, da batuk
4.
Nicolin
Citicolin
100-300 mg
Ganggua kesadaran
2x1
5.
Livola
L-ornitin-L-
10 amp/hari
aspartat
Hipersensitive
Syok
terhadap citicholin
Mengurangi amonia
pada hepatitis
500 mg
6.
Medixon
Metil
30 mg IV
Lupus, pneumocitis
Jerawat, GI perforasi,
Prednisolon
setiap 12 jam
tidak diobati
selama 5 hari
hipokalemia alkalosis,
insomnia, kejang, vertigo,
dan menambah berat
badan.
7.
8.
9.
Ca Glukonas
Pelastin
Tygacil
Calcium
1 ampul ca
glukonas
gluconas 10%
Imipenem dan
500 mg setiap
celastatin
6 jam
Tygacil
25 mg/12 jam
Hipokalemia
Infeksi pseudomonas
Kelebihan kalsium
Mual,muntah, hipotensi,
sakit kepala
Hipersensitif tehadap
inipenem da celastatin
anemia, pusing,demam
Hipersensitif
IV
10.
ATP
Adenosin
10 mg
Pengobatan penunjang
Hipotensi
jantung
11.
Sotatik
Metoklopramid
10 mg
Antispasmodik
HCl
12.
Comafusin Hepar
Asam amino
Hipersensitif dengan
metoclopramid HCl
0,5 g/BB/hari
Kasus-kasus berat
hipersensitif terhadap
13.
Propanolol
Propanolol
koma eksogenus
silitol
2x 40mg/hari
Digunakan untuk
Hipersensitif terhadap
(Dosis
mengobati tekanan
propanolol
hipotensi
dinaikkan tiap
darah tinggi
Hipersensitif terhadap
fenoftalin
perasaan terbakar,
3-7 hari)
14.
Laxadin
Fenoftalin
1-2 sdm/hari
Obat pencahar
Levothyroxin
12,5-25 mcg
Hipotiroid
PO
Alergi aspirin,
hipersenstif hormon
tremor
tiroid
16.
Urdahex
Asam
ursodeoxycholic
250 mg PO
Kolesistitis akut,
hati kolestatik
obstruksi kandung
muntah, gangguan
empedu, kelainan
17.
18.
Rantin
Alpentine
Ranitidine
Gabapentine
150 mg
100 mg
Penderita gangguan
usus 12 jari
fungsi ginjal
Antikejang
Hipersensitif
Mual, muntah
gabapentin
19.
20.
Chloramphenicol
Carpiaton
Chloramphenico 250 mg PO
Hipersensitif/
Gangguan saluran
mengalami reaksi
pencernaan, reaksi
toksik dengan
neurotoksik, reaksi
negatif
kloramfenicol
hipersensitif
Anria, insufisiensi
Hiperkalemia dan
ginjal akut,
Spironolactone
25-100 mg/hr
PO
hiperkalemia
21.
Allopurinol
Allopurinol
100 mg PO
Gout/kelebihan
Hipersensitif terhadap
allopurinol
22.
Anemolat
Asam folat
0,25-1 mg/hari
Menurunkan LDL
Anemia pernisiosa
Alergi
23.
Cordaron
Amiodaron HCl
0,8-1,6 g/hari
Aritmia ventricular
Toksisitas paru-paru
dan bradikardi
hipotiroid, pusing,
PO
CHF
24.
Calos
Kalsium
500 mg PO
karbonat
Mengurangi asam
Hiperkalciuria,
lambung
hiperkalcemia,
hipofosfat
25
26.
Calcit
Glucan
Calcitriol
Beta
0,25-2g/hari
Maksimal 10
Meningkatkan absorpsi
kalsium
kepala
pasien hiperkalsemi
Agen imunomudulator-
Hipersensitif glucan
imunoregulator alami
serius
27,7% atau
53,75 mg tiap
250 mg tablet
27.
Aspar K
K L-Aspartat
300 mg 3x1
Suplemen tambahan
Hipersensitif, Gagal
300mg
PO
ginjal berat
& hati.
Hiperkalemia
DAFTAR PUSTAKA
Dastgerdi, Elham Shirvani, U lf Herbers, and Frank Tacke. 2012. Molecular and
Clinical Aspects of Hepatitis D Virus Infections. Germany : University
Hospital Aachen. World Journal of Virology, 1 (3) : 71-78
Dipiro, J.T., Talbert, R. L., Yee, E. C., Matzke, G. R., Wells, B. G. And Posey, L.
M., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, Seventh
Edition, 676, 685, The MCGraw-Hill Inc, United States
Gordon, Stuart. 2001. Management of Chronic Viral Hepatitis. Marcel Dekker :
Yew York
Greene, R. J. and Harris, N. D, 2008, Pathology and Therapeutics for
Pharmacist, Third Edition, 157-158, Pharmaceutical Press, London
Hall, Gairy. 2007. Hepatitis A, B, C, D, E, G : An Update. Boston :Northeastern
University. Ethnicity & Disease, Volume 17
Kee, Joyce Lefever. 2003. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Dan
Diagnostik. dialih bahasakan oleh Sari Kurnianingsih. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Kementrian Kesehatan.2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Bakti
Husada
Misnadiarly. 2007. Mengenal, Menanggulangi, Mencegah & Mengobati
Penyakit Hati (LIVER). Jakarta : Pustaka Obor Populer
Pagana, Kathleen Deska and Timothy J. Pagana. 2006. Mosbys Manual Of
Diagnostic and Laboratory Tests. Third edition. Mosby Inc. United
Stated Of America
Pawlotsky, Jean Michel. 2012. New Antiviral Agents For Hepatitis C. Biology
Reports. (4) : 5
Ramadori, G., F. Moriconi, I. Malik, and J. Dudas. 2008. Physiology and
Pathophysiology of Liver Inflammation, Damage and Repair. Germany :
University Goettingen. Journal of Physiology and Pharmacology, No. 59.
Suppl 1, 107-117
Sacher, Ronald A., and Richard A.McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Tatro, David. S., 2008. Drug Interactions Facts. Wolter Kluwer Health. United
State Of America
World Health Organization. 2001. Hepatitis Delta. WHO. Geneva.