PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bandung terletak pada + 768 mdp (mean sea level) dengan kondisi
geografis yang dilingkupi pegunungan, sehingga Bandung merupakan suatu
cekungan (Bandung Basin). Dengan kondisigeografis demikian, Bandung
cenderung memiliki area berbukit-bukit dengan kontur lahan dengan tingkat
gradial yang cukup signifikan, hal tersebut merupakan potensi tersendiri dalam
penataan ruang kota.
Pembangunan Kota Bandung sebagai bagian integral dari pembangunan
regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat
integratif baik dalam tataran perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian
yang dilakukan secara berkeseimbangan dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan kota yang sedemikian pesat menuntut upaya perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dari segala sektor yang ada
secara sinergis, berkesinambungan dan pro lingkungan. Perencanaan Tata
Ruang wilayah yang berlandaskan pada daya dukung dan daya tampung
lingkungan akan menjaga tekanan tekanan eksternalitas maupun internal yang
mempengaruhi terhadap perkembangan Kota Bandung yang semakin tidak
terkendali. Sejalan dengan diundangkannya Undang undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang penataan ruang.
Salah satu perangkat peraturan penataan ruang di Kota Bandung, saat ini
telah tersedia Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2013 yang
telah memiliki kekuatan hukum sebagai Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2004
mengingat seluruh Rencana Tata Ruang wilayah Kota dan Kabupaten di seluruh
Indonesia harus sudah menyesuaikan dengan undang undang tersebut
selambat lambatnya tiga tahun setelah undang undang tersebut ditetapkan.
Sesuai dengan Undang-undang No. 24 tahun 1992 mengenai Penataan Ruang,
rencana tata ruang dalam tataran RTRW Kota harus dijabarkan ke dalam bentuk
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan Rencana Teknis Ruang Kota
(RTRK), karena RTRWK belum cukup untuk dapat mengatur penataan ruang
pada bagian-bagian wilayah kota.
RTRW Kota Bandung 2013 disusun sebagai upaya revisi terhadap RUTR
Kota Bandung 2005 (Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1992) yang dipandang
sudah tidak relevan lagi dengan kondisi Kota Bandung. Mengingat telah tersedia
rencana tata ruang (RTRW Kota) yang baru dan mencermati perkembangan
pemanfaatan ruang di lapangan, maka dipandang perlu untuk segera merevisi
RDTR yang lama guna menyesuaikan terhadap arah kebijakan RTRW Kota
Bandung 2013 sebagaimana yang telah ditetapkan.
Salah satu wilayah pengembangan di Kota Bandung yang mengalami
perkembangan cukup pesat selama 10 tahun terakhir ini adalah Wilayah
Pembangunan Cibeunying yang terdiri dari 6 Kecamatan. Sesuai dengan RTRW
Kota Bandung 2013, wilayah ini ditetapkan peruntukannya dengan arahan
sebagai Pusat Pemerintahan Propinsi Jawa Barat, pusat pendidikan tinggi,
museum terbuka Kota Bandung, dan sebagai daerah konservasi. Fungsi tersebut
menunjukkan bahwa wilayah ini berperan penting dalam membentuk wajah Kota
Bandung secara keseluruhan. Di sisi lain, tidak sedikit permasalahan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat ditemukan
pada wilayah ini. Mempertimbangkan hal tersebut, maka penyusunan RDTR
Kota Wilayah Cibeunying menjadi sangat strategis perannya dalam
mengarahkan penataan ruang di Wilayah Cibeunying sesuai dengan kebijakan
RTRW Kota Bandung 2013, kondisi eksisting saat ini, dan kecenderungannya di
masa depan.
Dalam konstelasi Kota Bandung, WP Cibeunying merupakan wilayah
dengan fungsi pelayanan skala kota dengan jenis kegiatan berupa kegiatan
pemerintahan, perdagangan dan kawasan lindung. WP ini direncanakan
berpusat di Sadang Serang. Kegiatan yang direncanakan berkembang di WP
Cibeunying berupa kegiatan retail, pasar, preservasi bangunan bersejarah (sagar
budaya) dengan dukungn kawasan perlindungan berupa sempadan sungai, mata
air dan pertamanan kota.
Keluarahan Tamansari merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan
Bandung wetan yang merupakan bagian dari wilayah pengembangan
Cibeunying. Kawasan tamansari sendiri memiliki aktivitas pendidikan yang
sangat tinggi, dimana didalam kawasan ini terdiri dari beberapa perguruan tinggi
seperti Universitas Islam Bandung, Universitas Pasundan, Institut teknologi
Bandung dan aktivitas fungsional lainnya, hal ini menyebabkan bangkitan
penduduk tinggi setiap tahunnya. hal ini juga menimbulkan penggunaan lahan
1.2.3
dll.
Menerapakan sistem Teknologi Informasi pada setiap aktivitas di
kampus yang berbasi pada sistem Digital
Sasaran
Berdasarkan tujuan yang dirumuskan diatas, maka sasaran yang ingin
dicapai ialah
a. Teridentifikasinya kawasan deliniasi UNISBA
b. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan pengembangan penataan
Kampus Unisba?
c. Terumuskannya fungsi dan peran Penataan Kampus UNISBA ditinjau
dari Aspek Ekologis Lingkungan, Tata Ruang, Sosial dan Ekonomi, serta
kelembagaan dalam konteks Pembangunan Wilayah Kota Bandung
d. Terumuskan Konsepsi dan strategi Penataan Kampus UNISBA
PETA 1.1
Pendekatan Normatif
Cara pandang untuk memahami suatu permasalahan atau kondisi dengan
berdasarkan pada norma norma yang ada atau pada suatu aturan yang
menjelaskan bagaimana suatu kondisi tersebut seharusnya terjadi. Pendekatan
normatif ini menekankan pada kajian terhadap produk peraturan dan kebijakan
baik di tingkat pusat maupun tingkat daerahyang terkait dengan rencana
penataan Kampus Universitas Islam Bandung.
Pendekatan ini dilakukan mulai dari bagaimana kondisi dan permasalahan
internal maupun eksternal kawasan kampus unisba sampai dengan perumusan
kebijakan dan strategi yan tepat untuk kondisi dan permasalahanyang ada. Oleh
sebab itu perlu juga dengan membandingkan kondisi eksisting dengan kriteria
dan standar yang ada
a. Data
Produk produk peraturan di tingkat kota bandung yang berlaku untuk
seluruh wilayah kajian produk rpoduk peraturan i tingkat wilayah
pengembangan yang hanya berlaku di level wilayah kajian.
b. Penjelasan
Dalam konteks pendekatan normatif dalam penyusunan
Redevelopment Universitas Islam Bandung akan dijabarkan ke dalam
beberapa tahap berikut
- Melakukan tinjauan kebijakan RTRW Kota Bandung, RDTRK
Cibeunying, RPKKP Tamansari untuk melihat kedudukan dan fungsi
1.5.2
1.5.3
1.5.5
atau
Pendekatan Teknis Akademis
Analisa terhadap prasarana dan sarana pendukung fungsional kawasan yang
akan dikembangkan menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan
menyangkut
1.6 Sistematika