Pembahasan
Patofisiologi
1. Obstruktif
- sumbatan lumen.
- hiperplasia jaringan limfoid.
2. Non Obstruktif
- penyebaran infeksi dari luar apendiks
secara hematogen.
Gejala klinis
Pemeriksaan
Rebound Phenomen
Rovsing Sign
Tenhorn Sign
Psoas Sign
Obturator Sign
Colok Dubur
Tambahan : DL, Sedimen urine, BOF
Diagnosa
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa Banding
1.
Gastroenteritis
mual, muntah, dan diare berlebihan mendahului nyeri yang
tidak jelas batasnya atau lebih bersifat kram.
2.
Kelainan Ginekologi
- pecahnya folikel ovarium terjadi pada pertengahan siklus
haid.
- Torsi neoplasma ovarium.
- Ruptur kista ovarium.
- Kehamilan ektopik terganggu.
- Peradangan : salphingitis (lokasi nyeri lebih rendah, pada
RT/ VT didapatkan nyeri genitalia interna.
3.
4.
Komplikasi
1.
Perforasi
a. Meningkatnya nyeri.
b. Spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah.
c. Ileus.
d. Demam.
e. Malaise.
f. Leukositosis semakin jelas.
2.
Massa periapendikuler
- Dinding belum sempurna.
Pus menyebar ke seluruh rongga peritonium, jika perforasi
peritonitis purulenta generalisata.
- Dinding sempurna.
Antibiotik + observasi suhu tubuh, ukuran massa, luasnya
peritonitis.
3.
Abses Periapendikuler
- Adanya riwayat apendisitis akut.
- Teraba massa yang meradang.
- Suhu tubuh meningkat.
Penatalaksanaan
Appendiktomi
Abses : Drainase
Prognosa