Anda di halaman 1dari 64

KONSEP, PRINSIP,

PROSEDUR SANIMAS

SANIMAS ?
Sebagai Matakuliah ?
SANIMAS adalah Sanitasi Masyarakat, berisi
pengetahuan tentang pengelolaan air minum dan
penyehatan lingkungan berbasis masyarakat yang
mengacu pada Kebijakan Nasional Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Tahun
2003

Pengelolaan berbasis masyarakat


Pengembangan Masyarakat (perubahan perilaku)
Teknologi Lingkungan Tepat Guna

Konsep Sanitasi Masyarakat


Masyarakat yang belum
memiliki kesadaran akan
pembangunan air minum
dan penyehatan
lingkungan
Kondisi Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan
yang belum memenuhi
syarat kesehatan dan
lingkungan

Pengembangan
Masyarakat

PROSES
PENGELOLAAN
BERBASIS
MASYARAKAT

Informasi Pilihan
Teknologi Tepat
Guna
Umpan
Balik

Masyarakat yang
memiliki kesadaran akan
pembangunan air minum
dan penyehatan
lingkungan
Kondisi Air Minum dan
Penyehatan Linhkungan
yang memenuhi syarat
kesehatan dan
lingkungan

KOMPONEN SANIMAS
PENGELOLAAN BERBASIS
MASYARAKAT
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TEKNOLOGI SANITASI TEPAT GUNA

PENGELOLAAN BERBASIS
MASYARAKAT

PENGELOLAAN/MANAJEMEN
?
Adalah proses untuk memperoleh
hasil berupa pencapaian tujuan
dengan standar tertentu melalui
orang lain dengan melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu dengan
memanfaatkan sumber-sumber
manajemen dan menerapkan fungsifungsi manajemen dalam pimpinan
seorang manajer.

PROSES MANAJEMEN
1

Manajer

KEMAMPUAN YANG
DILANDASI LMU
PENGETAHUAN DAN
SENI

MANUSIA

2
MELAKUKAN
KEGIATANKEGIATAN :
(PRASARANA)

Planning
(MP,FS,DED)
Construction;
Operation &
Maintenance
Rehabilitation
Renovation
P,D,C,O&M,2R

MEMANFAATKAN
SUMBERSUMBER/UNSUR
MANAJEMEN:

Men
Money
Materials
Methods
Machines
Market
Time

MENERAPKAN
FUNGSI-FUNGSI
MANAJEMEN:

Planning
Organising
Actuating
Controling

P,O,A,C

MENCAPAI HASIL
(TUJUAN)
SECARA :

Efisien
Efektif
Ekonomis
Etis
Produktif

4E + P

6Ms + T

PROSES MANAJEMEN
Sumber : diolah dari Kadarmo.1999:4.
Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan

6
STANDAR :
Waktu
Mutu
Jumlah
Sikap
Prosedur

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

7 KOMPONEN
MANAJEMEN/PENGELOAAN
Seorang Manajer yang memiliki ilmu
pengetahuan dan seni;
Tujuan yang ditetapkan;
Orang-orang yang bekerja sama;
Kegiatan-kegiatan ( penyediaan prasarana
permukiman : planning, design, construction,
operation, maintenance, rehabilitaion,
renovation )
Sumber-sumber manajemen ( man, money,
material, methods, machines, market, time)
Fungsi-fungsi manajemen (planning, organizing,
actuating, controlling )
Standar ( waktu, mutu, jumlah, sikap, prosedur)

KOMPONEN MANAJEMEN
TUJUAN adalah sesuatu yang dengan sengaja
ingin kita capai atau ingin kita hindari.
Singkat, Jelas, Dapat diukur
STANDAR adalah :

pernyataan tertulis yang berisi


spesifikasi atau rincian tentang sesuatu
hal khusus, yang memperlihatkan suatu
tujuan, cita-cita, keinginan, kriteria,
ukuran, patokan, pedoman.
KRITERIA adalah :
persyaratan atau ukuran yang menjadi dasar
penilaian atau penetapan sesuatu.

PENGELOLAAN BERBASIS
MASYARAKAT

Sumber : Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.2003:8

Tipologi Pengelolaan AMPL (Air Minum dan


Penyehatan Lingkungan)

A. Berbasis Lembaga bercirikan


1.
2.

pengelolanya memiliki badan hukum dengan bentuk dinas, perusahaan


atau swasta, yang dapat bersifat profit atau non profit,
pengambilan keputusan berada pada pengelola.

B. Berbasis Masyarakat :
1.

2.

pengelola adalah masyarakat dan/atau lembaga yang ditunjuk oleh


masyarakat, yang tidak memerlukan legalitas formal serta penerima
manfaat diutamakan pada masyarakat setempat, dengan sumber
investasi berasal dari mana saja (kelompok, masyarakat, pemerintah,
swasta ataupun donor).
masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab,

C. Berbasis gabungan Lembaga dan Masyarakat :


1.
2.

pengelolaan bersama antara lembaga dan masyarakat yang mempunyai


aspek legalitas formal maupun non formal,
pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan tanggung jawab
sesuai kesepakatan dan aturan main yang jelas.

Sumber : Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.2003:8

PENGELOLAAN BERBASIS
MASYARAKAT

Pengelolaan dimana pengelolanya adalah


masyarakat dan/atau lembaga yang ditunjuk
oleh masyarakat, yang tidak memerlukan
legalitas formal serta penerima manfaat
diutamakan pada masyarakat setempat,
dengan sumber investasi berasal dari mana
saja (kelompok, masyarakat, pemerintah,
swasta ataupun donor).
Masyarakat sebagai pengambil keputusan dan
penanggung jawab, mulai dari perencanaan,
konstruksi, operasi, pemeliharaan dan evaluasi.
(sumber : Kebijakan Nasional AMPL
BerbasisMasyarakat.2003:9)

PENGEMBANGAN
MASYARAKAT

PENGEMBANGAN MASYARAKAT
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
adalah upaya yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang untuk merubah
kondisi masyarakat ke arah kondisi yang
lebih baik dengan cara memandirikan
masyarakat melalui perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki atas
dasar prakarsa dan kreativitas.
(Sumber : diolah dari Kebijakan Nasional Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.2003: viii)

BAGAIMANA MERUBAH
PERILAKU ?
DENGAN CARA MERUBAH
SIKAP/PERSEPSI, melalui pendidikan
berupa :
1. Pemberian pengetahuan
2. Pemberian pengalaman

Pembentukan Perilaku
Menurut Walgito (2003:16), sebagian
besar perilaku manusia merupakan
perilaku yang dibentuk, yang dipelajari.
Beberapa cara untuk membentuk
perilaku meliputi tiga jenis yaitu :
1. Kondisioning (kebiasaan) ,
2. Pengertian ( insight),
3. Model

Kondisioning
Cara pembentukan perilaku dengan
kondisioning atau kebiasaan ditempuh
dengan cara membiasakan diri untuk
berperilaku seperti yang diharapkan
secara berulang-ulang. Cara ini
didasarkan kepada teori belajar
kondisioning yang dikemukakan oleh
Pavlov, Thorndike dan Skinner dalam
Walgito.(2003:16).

Pengertian
Cara pembentukan perilaku dengan
pengertian (insight) yaitu seseorang
atau masyarakat yang akan dirubah
perilakunya diberi pengertian atau
pengetahuan tentang perilaku yang
akan dirubah. Cara ini didasarkan
kepada teori belajar kognitif Kohler
dalam Walgito.(2003:16).

Model
Cara pembentukan
perilaku dengan
menggunakan model
atau contoh tentang
perilaku yang
diinginkan. Cara ini
didasarkan kepada teori
belajar sosial ( social
learning theory atau
observational learning
theory yang
dikemukakan oleh
Bandura (1977) dalam
Walgito.(2003:17).

Contoh Model Reduce :


Furoshiki

Di Jepang, terdapat seni membuat kantong dari kain biasa untuk membawa
barang keperluan sehari-hari termasuk barang yang dibeli dari toko atau
pasar, yaitu Furoshiki . Kain tersebut sebelum digunakan, biasanya dilipat
secara rapi, dan disimpan dalam tas tangan yang digunakan sehari-hari.

PERMASALAHAN SANITASI

Contoh Perilaku dalam Sanitasi

Permasalahan Air Minum


Tingkat pelayanan air minum ratarata masih di bawah 100 %.
Terbatasnya air baku

Program Strategis Bidang PLP


1. Bidang Persampahan

- Penyiapan dan Pembangunan TPA Regional


- Penyiapan dan Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat (3R)
- Peningkatan Kinerja TPA (PP No 16/2005)
- Bantek & Diseminasi NSPM Bidang Persampahan
- Bintek Pengelolaan Persampahan kepada kota/kab (Perencanaan &
Pembangunan)
2. Bidang Air LImbah
- Optimalisasi pembangunan jaringan air limbah sistem terpusat
- Evaluasi kinerja dan pembangunan air limbah sistem terpusat
- Bantek Perencanaan Sistem Air Limbah Terpusat
- Replikasi SANIMAS
- Bantek & Diseminasi NSPM Bidang Air Limbah
- Bintek Pengelolaan Air Limbah kepada kota/kab
3. Bidang Drainase
- Pembangunan Driainase Primer untuk Kota Besar dan Kota Metro
- Bintek Pengelolaan Drainase kepada kota/kab (Perencanaan & Pembangunan)
- Bantek & Diseminasi NSPM Bidang Drainase

Permasalahan Bidang Persampahan

Target MDGs Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 harus sudah
memberi pelayanan Pengelolaan Persampahan hingga cakupan 80%
(Jawa Tengah baru mencapai 65%).
Keterbatasan wewenang unit Pengelola
diperlukan Perkuatan Kelembagaan.

Persampahan

sehingga

Biaya Operasi & Pemeliharaan Bidang Persampahan sangat rendah,


rata-rata 1 % s/d 3 % dari APBD. Idealnya biaya Operasi &
Pemeliharaan bidang Persampahan adalah 5 % - 10 % dari APBD
Mendukung pengurangan kuantitas sampah hingga 20 % pada tahun
2010.
Pengoperasian TPA cenderung dioperasikan secara open dumping
(99%). Pada tahun 2008, 60% TPA kondisinya sudah tidak memenuhi
persyaratan teknis (umur TPA sudah habis). Diperlukan lahan baru
untuk pengganti TPA.
Peningkatan kualitas TPA (Inovasi Teknik) :
Controlles Landfill untuk kota sedang dan kecil
Sanitary Landfill untuk kota metro dan besar
Tidak ada TPA Open Dumping
Peran serta masyarakat sangat rendah dalam masalah kebersihan

Permasalahan Bidang Drainase

Target MDGs Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 harus sudah memberi pelayanan
Pengelolaan Drainase hingga cakupan 60% (Jawa Tengah baru mencapai 40%).
Keterbatasan dan ketidakjelasan wewenang unit Pengelola Drainase sehingga diperlukan
Perkuatan Kelembagaan.
Biaya Operasi & Pemeliharaan Bidang Drainase sangat rendah, rata-rata 0 % s/d 1 % dari
APBD, bahkan ada beberapa kabupaten / kota yang 0 % (tidak ada biaya Operasi &
Pemeliharaan). Idealnya biaya Operasi & Pemeliharaan bidang Drainase adalah 2 % - 5 %
dari APBD.
Naiknya muka air pasang sehingga menimbulkan rob pada kawasan Pantai Utara.
Turunnya muka tanah yang disebabkan karena proses pengambilan air tanah dalam yang
berlebihan.
Terjadinya perubahan tata guna tanah di daerah hulu menjadi pemukiman dengan sangat
pesat mengakibatkan debit menjadi besar dan kapasitas saluran drainase berkurang.
Kondisi lahan kota yang cukup padat terbangun sehingga kurang memungkinkan
dilakukannya pengembangan jaringan drainase kota.
Diharapkan dapat berkurangnya wilayah genangan permanen dan temporer hingga 75 % dari
kondisi saat ini.
Peran serta masyarakat sangat rendah dalam pemeliharaan drainase (sampah dibuang ke
drainase) sehingga diperlukan kampanye hidup bersih

Permasalahan Bidang Air Limbah


Target MDGs Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 harus sudah memberi
pelayanan Pengelolaan Air Limbah hingga cakupan 75% (Jawa Tengah baru
mencapai 51%).
Kelembagaab pengelolaan Air Limbah tidak jelas, karena aturan yang ada
belum bisa memenuhi bentuk-bentuk kelembagaan pengelolaan air limbah
yang sesuai dengan daerah
Lebih dari 12% penduduk perkotaan di Jawa Tengah sama sekali tidak memiliki
akses ke sarana jamban
Adanya kebocoran septiktank, yang mengakibatkan 70% air tanah di daerah
perkotaan tercemar berat bakteri tinja.
35% jamban di kawasan perkotaan tidak ada air, tidak ada atap atau tidak
tersambung ke septiktank (jamban asal-asalan)
Banyak truk tinja membuang langsung muatannya ke sungai, karena tidak
adanya IPLT/IPLT tidak berfungsi
Pelayanan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik eksisting belum
optimum
Pendapatan operasi sistem pengelolaan air limbah (SPAL) tidak bisa menutupi
biaya operasi
Masyarakat masih melakukan aktivitas harian di sungai akibat terbatasnya
akses masyarakat terhadap sarana MCK dan air bersih.
Kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi masih rendah
Bentuk partisipasi masyarakat belum optimal, terbatasnya pada tarif/restribusi

TEKNOLOGI SANITASI
TEPAT GUNA

TEKNOLOGI SANITASI
TEKNOLOGI SANITASI meliputi :
1.
2.
3.
4.

TEKNOLOGI
TEKNOLOGI
TEKNOLOGI
TEKNOLOGI

AIR MINUM
AIR LIMBAH
PERSAMPAHAN
DRAINASE

PRINSIP DISAIN DAPAT DIPELAJARI DI


MATA KULIAH :
1.
2.
3.
4.

PBPAM
PBPAB
PERSAMPAHAN
DRAINASE

CONTOH TEKNOLOGI AIR


MINUM

CONTOH TEKNOLOGI AIR MINUM:

Broncapturing

CONTOH TEKNOLOGI AIR MINUM:

Penampung Air Hujan (PAH)

CONTOH TEKNOLOGI AIR MINUM:

Sumur Dalam dan Reservoir

CONTOH TEKNOLOGI AIR


LIMBAH

6 PRINSIP UTAMA SANIMAS


Demand Responsive
Approach (Pendekatan yang
tanggap terhadap kebutuhan)
Self Selection Process
(Seleksi sendiri)
Technical Option (Opsi-opsi
teknis sarana)
Participative (Melibatkan
Masyarakat)
Contribution
(Kontribusi/pendanaan) dari
berbagai sumber (Pemerintah
Pusat, Pemda, Masyarakat,
Sumber lain / swasta)
Capacity Building
(Pemberdayaan Masyarakat)

SANIMAS KOTA SEMARANG


(KEL. PURWODINATAN)

SANIMAS KOTA SURAKARTA


(KEL. SANGKRAH)

MODEL-MODEL PILIHAN
TEKNOLOGI SANIMAS
IPAL Sistem
Komunal
dengan
Pemipaan

Septikta
nk
Bersama

MCK Plus
++

MCK

CONTOH TEKNOLOGI
PERSAMPAHAN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
SAMPAH MENJADI KOMPOS

TEKNOLOGI MENGURANGI
SAMPAH

CONTOH TEKNOLOGI
DRAINASE

BIOPORI

SUMUR RESAPAN AIR


HUJAN

PELAKSANAAN
PERENCANAAN
PENGELOLAAN BERBASIS
MASYARAKAT

PERENCANAAN
Suatu proses yang mempersiapkan
seperangkat keputusan untuk
melakukan tindakan di masa depan.
(Dror (1963) dlm Hadi(200019)
Suatu proses untuk menentukan masa
depan melalui suatu urutan pilihan.
(Davidoff & Raener (1962), Robinson
(1972) Faludi ( 1973) dalam Hadi,
(2000:19))

7 LANGKAH PERENCANAAN
1. RUMUSAN MASALAH
2. TENTUKAN TUJUAN (SASARAN)
3. ANALISIS KONDISI ( bisa dengan teknik
analisisi SWOT)
4. AJUKAN ALTERNATIF SOLUSI
5. TENTUKAN SOLUSI (ada kegiatan
menentukan kriteria pemilihan solusi )
6. RENCANAKAN IMPLEMENTASI ( ada
kegiatan kajian/analisis Solusi )
7. RENACANAKAN CARA MENGEVALUASI
IMPLEMENTASI SOLUSI

FORUM/MEDIA
PELAKSANAAN
PERENCANAAN

DISKUSI KELOMPOK TERFOKUS


( FOCUS GROUP DISCUSSION )
Perlu diperhatikan :
Peserta
Tempat diskusi
Bahan diskusi
Proses diskusi

PROSES PERENCANAAN BERBASIS


MASYARAKAT (contoh :dalam Focus
Group Discussion)

1. IDENTIFIKASI MASALAH
(contoh)
No.
1

Masalah
Pembuangan

Akibat dari Masalah

Penyebab adanya Masalah

Mencemari tanah, air

Tidak

terjangkau

layanan

sampah di TPA dan udara warga dekat

Seksi Kebersihan Dinas LH

liar

Kudus

lokasi TPA liar

Tidak ada pengolahan sampah


pada sumbernya

Jadwal

Sampah

pengumpulan

wadah

berada
depan

di

Petugas nyambi kerja di tempat

rumah lain.

sampah jadi lama lebih lama


3

Gaji

petugas Petugas perlu mencari Uang iuran warga kecil

sampah kecil

kerja tambahan

2. Penetapan tujuan
(contoh)

Tujuan Akhir ( Goals)


Peserta sepakat untuk mewujudkan :
perumahan yang bersih, rapih, dan
sejuk seperti syair yang terkandung
dalam Mars PKK. Mars PKK selalu
dinyanyikan oleh warga pada saat
pertemuan bulanan yaitu menjaga
lingkungan dan sekitarnya.
Juga ingin memiliki lingkungn seperti
kampung Banjarsari Jakarta Selatan.
Kondisi lingkungan yang ingin dicapai
dapat dilihat pada gambar 4.12.

Sasaran (Objectives)
1. Sampah warga tidak dibuang di TPA
liar
2. Setiap rumah tangga menanam
tanaman
3. Warga melakukan penghijauan
jalan-jalan di perumahan Pankis
Griya.

3. Analisis kondisi Lingkungan


(contoh)

Analisis Kondisi adalah kegiatan mengkaji


kondisi lingkungan di perumahan,
meliputi lingkungan fisik dan non fisik.
Analisis Lingkungan Fisik dan Non Fisik
dilakukan terhadap hal-hal yang terkait
dengan pengelolaan sampah terpadu
3R.
1.Tidak ada lahan untuk TPS, TPA
2.Ada Lapak di dekat perumahan
3.Masyarakat bersedia melakukan
pengelolaan sampah 3R

4. Pengajuan Alternatif Solusi


(contoh)
Pengajuan alternatif solusi dengan
cara meniadakan penyebab masalah
yang sudah diidentifikasi di tahap
Identifikasi masalah
Alternatif solusi diajukan dengan
mempertimbangkan masalah, tujuan
dan hasil analisis kondisi fisik dan
non fisik lingkungan perumahan.

No.
1

Masalah

Penyebab adanya Masalah

Alternatif Solusi

Pembuangan sampah di TPA 1.

Tidak terjangkau layanan Seksi 1.

Mengajukan layanan ke Dinas Lingkungan Hidup

liar

Kebersihan

Kudus.

Dinas

Lingkungan

Hidup Kudus
2.

2.

Melakukan pengolahan sampah pada sumbernya

Tidak ada pengolahan sampah pada

dengan cara memilah sampah menjadi sampah

sumbernya

organic basah untuk dibuat kompos dan sampah


kering untuk diberikan kepada petugas sampah
aagar dijual pada Lapak yang berada dekat dengan
perumahan.

Jadwal pengumpulan sampah


menjadi lebih dari 2 hari

Petugas nyambi kerja di tempat lain 1.


untuk menambah pendapatan

2.

Menaikkan gaji petugas supaya tiap hari bertugas.


Memilah sampah menjadi sampah organic basah
untuk dibuat kompos dan sampah kering supaya
yang dikumpulkan hanya sampah kering saja
sehingga

tidak

busuk

di

halaman

rumah

menunggu petugas sampah.


3

Gaji petugas sampah kecil

Uang iuran warga kecil

1.

Menaikkan iuran warga untuk menambah gaji


petugas sampah

2.

Memilah sampah menjadi sampah organic basah


untuk dibuat kompos dan sampah kering supaya
yang dikumpulkan hanya sampah kering saja yang
dapat dapat dijual ke lapak oleh petugas sampah
sebagai tambahan penghasilan.

5. Pemilihan solusi (contoh )


Pemilihan alternative solusi didasarkan
pada criteria pemilihan dengan parameter
pemilihan sebagai berikut :
Mudah dalam pelaksanaannya, hal ini
mengingat sasaran pelaksana pengelola adalah
para Ibu. Bila mudah diberi nilai =1, bila sulit
diberi nilai = 0
Tidak memerlukan biaya berupa uang, hal ini
mengingat iuran warga yang ditarik selama ini
belum didukung oleh seluruh warga, masih ada
warga yang tidak bersedia untuk iuran. Bila
tidak perlu biaya diberi nilai = 1, bila perlu biaya
diberi nilai = 0

No.

Alternatif Solusi

Pelaksanaan
Mudah

1.

Mengajukan layanan ke Dinas Lingkungan

Sulit

Biaya
Tanpa

Total

Dengan
0

skor
0

Hidup Kudus.
2.

Melakukan

pengolahan

sampah

pada 1

sumbernya dengan cara memilah sampah


menjadi sampah organic basah untuk dibuat
kompos dan sampah kering untuk diberikan
kepada petugas sampah agar dijual pada
Lapak

yang

berada

dekat

dengan

perumahan.

Menaikkan gaji petugas supaya tiap hari

bertugas.
4

Menaikkan iuran warga untuk menambah


gaji petugas sampah

6. Rencana Implementasi
(contoh)

6a. Analisis/Pengkajian
Solusi

Tahap I : Implementasi untuk Kader


Pengelolaan Sampah 3R
Tahap II : Edukasi warga untuk
menggugah kesadaran warga
mengelola sampah 3R.
Tahap III : Pembiasaan seluruh warga
perumahan.

7. Rencana Evaluasi
Implementasi Solusi
Evaluasi dilakukan terhadap hasil
( indikator ketercapaian ) dengan
rencana implementasi solusi.

Anda mungkin juga menyukai