PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan
reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan
sistem pencatatan single entry. Pada
pembiayaan
dalam
pelaporan
pelaksanaan
anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
(APBN)
atau
Anggaran
masalah
informasi
(information
asymmetric)
antara
akrual
diharapkan
dapat
meningkatkan
relevansi,
keuangan
pemerintah
sebagai
bagian
dari
upaya
peningkatan tata kelola sektor publik yang lebih baik (Halim dan
Kusufi, dalam Titik 2012).
Dalam penerapan SAP 2010 tentang standar akuntansi
berbasis akrual masih banyak kendala yang dihadapi pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah, hal ini dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan terhadap laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD) pada Semester kedua
Tahun 2013. Dari hasil tersebut terlihat masih sedikit laporan
keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang
memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Dari hasil pemeriksaan terhadap 108
LKPD Tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 7 LKPD, opini
WDP atas 52 LKPD, opini TW atas 2 LKPD, dan opini TMP atas 47
LKPD.
Adapun permasalahan-permasalahan atas LKPD Tahun 2012
yang tidak memperoleh opini WTP antara lain adalah adanya
pembatasan lingkup pemeriksaan, aset tetap yang belum
dilakukan inventarisasi dan penilaian, penatausahaan kas yang
tidak sesuai dengan ketentuan, kelemahan pengelolaan yang
material pada akun aset tetap, kas, piutang, persediaan,
investasi permanen dan non permanen, aset lainnya, belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Selain
permasalahan diatas, salah satu yang menyebabkan terjadinya
LKPD yang tidak mendapatkan opini WTP dari BPK RI adalah
yang
memadai
untuk
menyelenggarakan
ini
dirasa
lebih
sulit
jika
dibandingkan
dengan
yakni
tingkat
pemahaman,
pelatihan,
dan
aparatur)
secara
parsial
adalah
signifikan
maka
dapat
diidentifikasi
masih
belum
menerapkan
standar
akuntansi
3. Mengetahui
apakah
tingkat
aparatur
pemerintah
pemahaman
daerah
dan
berpengaruh
pelatihan
terhadap
pelatihan
pemerintah
daerah
terhadap
penerapan
penelitian
ini
diharapkan
dapat
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1
Perkembangan
Daerah
Penerapan
dilakukan
Akuntansi
akuntansi
reformasi
pada
pengelolaan
Pada
Pemerintah
pemerintahan
keuangan
sebelum
negara,
telah
sistem
ekonomi
dilakukan
dengan
mencatat
satu
kali,
penerimaan
dan
transaksi
ekonomi
yang
berakibat
reformasi
pengelolaan
Undang-Undang
Perbendaharaan
Negara.
Nomor
Pada
Tahun
2004
Undang-Undang
tentang
tersebut
pada
pemerintah
pusat
maupun
pemerintah
daerah,
tentang
Pemerintahan
Daerah.
10
Dilanjutkan
dengan
ditetapkan
Undang-Undang
No.
33
tahun
2004
tentang
11
Lebih
(Laporan
Perubahan SAL),
Neraca,
Laporan Operasional (LO),
Laporan Arus Kas (LAK),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Laporan Finansial
LO
LPE
Neraca
menggunakan
basis
kas,
sedangkan
penyusunan
12
2.1.2
Pemahaman
dan
Pelatihan
Aparatur
dapat
diartikan
sebagai
usaha
untuk
simbol-simbol
ini
dapat
dikatakan
berasal
dari
dalam
(www.wikipedia.org)
menyatakan,
pelatihan
anggaran,
kekayaan,
dan
kewajiban
yang
13
2.1.3
pelaporan
berbasis
akrual
bermanfaat
dalam
pengguna
dapat
pemerintah
dan
mendanai
kegiatannya
mengidentifikasi
perubahannya,
posisi
keuangan
bagaimana
pemerintah
dengan
kemampuan
sesuai
untuk
mengidentifikasi
sumberdaya
masa
kesempatan
depan
dan
dalam
mewujudkan
basis
kas
(cash
basis),
maka
Laporan
Realisasi
saat
kas
dikeluarkan
dari
rekening
kas
umum
15
ditetapkannya
PP
No.71
Tahun
2010
maka
mempunyai
kewajiban
untuk
dapat
segera
menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual. Hal ini
sesuai
dengan
pasal
mengamanatkan
pertanggungjawaban
32
bahwa
UU
No.17
bentuk
pelaksanaan
Tahun
dan
APBN/APBD
2003
isi
yang
laporan
disusun
dan
disajikan sesuai dengan SAP. Dan hal ini ditegaskan dalam pasal
4 ayat (1) PP No.71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Pemerintah
menerapkan SAP berbasis akrual. SAP tersebut disusun oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen
dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat
16
bahwa
tingkat
pendampingan
secara
simultan
pemahaman,
dan
parsial
pelatihan,
mempunyai
Akuntansi
Berbasis
Akrual
Pada
Penyusunan
Nama
Judul
(Tahun)
Penelitian
Halen dan Pengaruh
Tingkat
Diana
Pemahaman, Pelatihan
(2013)
Dan
Pendampingan
Aparatur
Pemerintah
Daerah
Terhadap
Penerapan
Accrual
Basis
Dalam
Pengelolaan Keuangan
Daerah
Titik
Setyanings
ih
Studi Eksplorasi Tingkat
(2012)
Pemahaman Aparatur
Pemerintah Daerah dan
Anggota
DPRD
terhadap
Standar
Akuntansi
Berbasis
Akrual
Khoirul
(2014)
Variabel
penelitian
Independen
:
Tingkat
Pemahaman,
Pelatihan
Dan
Pendampingan
Aparatur
Pemerintah
Daerah
Dependen
:
Accrual
Basis
Dalam
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Hasil
Penelitian
Tingkat pemahaman,
pelatihan,
pendampingan
secara simultan dan
parsial mempunyai
pengaruh
yang
signifikan terhadap
penerapan
accrual
basis.
Tingkat pemahaman
aparatur pemerintah
: Kota
Surakarta
terhadap SAP 2010
ternyata
masih
rendah
Independen
Tingkat
Pemahaman
Aparatur
Pemerintah
Daerah
dan
Anggota DPRD
Dependen
:
Standar
Tingkat
Pemahaman Akuntansi
Terdapat perbedaan
Akuntansi
Berbasis Berbasis Akrual
tingkat pemahaman
Akrual
Pada
penyusunan laporan
Penyusunan
Laporan
keuangan
berbasis
Keuangan Pemerintah Independen
: akrual dilihat dari
Daerah
Tingkat
pendidikan,
Pemahaman
pelatihan
yang
Akuntansi
diikuti
dan
Berbasis Akrual
pengalaman
kerja
Dependen
: aparatur pemerintah
18
Penyusunan
Laporan
Keuangan
Pemerintah
Daerah
daerah
2.1.5
Kerangka Berfikir
Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010, standar akuntansi
pemerintahan
keuangan
yang
pemerintah
berlaku
dalam
daerah
penyusunan
(LKPD)
adalah
laporan
SAP
2010.
pemerintah
daerah
akan
berkontribusi
dalam
dapat
diartikan
sebagai
usaha
untuk
simbol-simbol
ini
dapat
dikatakan
berasal
dari
pada
karyawan
untuk
memperoleh
yang
mengelola
19
anggaran,
kekayaan,
dan
keuangan
atas
dasar
akuntansi
yang
diselenggarakannya.
Telah dilakukan penelitian sebelumnya oleh Halen dan
Diana (2013) tingkat pemahaman, pelatihan, pendampingan
secara
simultan
dan
parsial
mempunyai
pengaruh
yang
(2012)
bahwa
tingkat
pemahaman
aparatur
masalah
dan
kesediaan
teoritis
tentang
penelitian
dan
dengan
pelatihan
judul
Pengaruh
Tingkat
Aparatur
Pemerintah
Daerah
20
Dasar Teori
Raharjo (2008:24) Pemahaman
dapat diartikan sebagai usaha untuk
menafsirkan
dan
mengungkapkan
makna sesuatu pada simbol-simbol,
simbol-simbol ini dapat dikatakan
berasal dari pemaknaan manusia atau
sesuatu, sehingga memaknai simbol
berarti usaha untuk menyingkap dan
menangkap sesuatu yang terkandung
dalam simbol itu.
Halen dan Diana () Pelatihan
merupakan suatu proses pendidikan
jangka
pendek
pada
karyawan
operasional
untuk
memperoleh
keterampilan
teknis
operasional
secara sistemantis.
Hafiz
(2011:10)
Entitas
akuntansi
merupakan
unit
pada
pemerintahan
yang
mengelola
anggaran, kekayaan, dan kewajiban
yang menyelenggarakan akuntansi
dan menyajikan laporan keuangan
atas
dasar
akuntansi
yang
21
diselenggarakannya.
Penelitian Terdahulu
Tingkat
pemahaman,
pelatihan, pendampingan secara
simultan dan parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
penerapan accrual basis (Halen dan
Diana)
Tingkat pemahaman aparatur
pemerintah
Kota
Surakarta
terhadap SAP 2010 ternyata masih
rendah ( Titik, 2012)
Terdapat perbedaan tingkat
pemahaman penyusunan laporan
keuangan berbasis akrual dilihat
dari pendidikan, pelatihan yang
diikuti
dan
pengalaman
kerja
aparatur
pemerintah
daerah
( Khoirul, 2014)
X :
Standar
Akuntansi
Berbasis
Akrual
(Y)
Gambar 1 : Kerangka Berpikir
2.1.6
Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:30),
Hipotesis
merupakan
Pengaruh
Daerah
Tingkat
Terhadap
Pemahaman
Penerapan
Aparatur
Standar
Daerah
Terhadap
22
Penerapan
Standar
Terdapat
Pemerintah
Pengaruh
Daerah
Tingkat
Terhadap
Pelatihan Aparatur
Penerapan
Standar
Terdapat
Pelatihan
Pengaruh
Aparatur
Tingkat
Pemerintah
Pemahaman
Daerah
dan
Terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Peneliitian
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
yang bertujuan menjelaskan suatu fenomena empiris yang
disertai data statistik, karakteristik dan pola hubungan antar
variabel. Penelitian kuantitatif bermula dari teori menuju data,
dan
berakhir
pada
penerimaan
23
atau
penolakan
terhadap
yang
melukiskan
diselidiki
keadaan
dengan
subjek
atau
menggambarkan
objek
penelitian
atau
orang,
yang
terlihat
atau
sebagaimana
adanya.
Penelitian
adanya
Pemahaman
Dan
pengaruh
Pelatihan)
antar
variabel
(Tingkat
dengan
variabel
(Standar
Standar Akuntansi
Berbasis Akrual
(Y)
a. Pemahaman
Pemahaman
dapat
diartikan
sebagai
usaha
untuk
simbol-simbol
ini
dapat
dikatakan
berasal
dari
24
dalam
(www.wikipedia.org)
menyatakan,
pelatihan
25
adalah
bagian
dari
populasi
yang
mempunyai
ini
mengambil
sampel
dinas
dikarenakan
dinas
sebagai
berinteraksi
langsung
Penghasilan
dengan
Asli
Daerah
masyarakat
(PAD)
sebagai
yang
obyek
transaksi
ditingkat
SKPD,
dan
Pejabat
yang
Dan Pertamanan,
'Dinas
26
Perhubungan Informasi
Dan
terstruktur.
Data
utama
dikumpulkan
dengan
27
(X2)
dan
pendampingan
(X3
)terhadap
variabel
perhitungan
statistik
disebut
signifikan
secara
28
3.5.1
Uji Asumsi Klasisk
Model regresi linear dapat disebut sebagai model yang baik
jika model tersebut memenuhi asumsi klasik statistik yang terdiri
dari
asumsi
normalitas,
Autokorelasi,
Multikolinearitas,
Heteroskedestisitas.
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variable
dependen dan independen berdistribusi normal, mendekati
normal atau tidak. Pengujian asumsi normalitas tersebut dengan
melakukan pengujian terhadap hipotesis sebagai berikut:
Ho: Data variabel dependen berdistribusi normal.
Hi: Data variabel dependen tidak berdistribusi normal.
: 5%
Kriteria uji: Tolak Ho jika nilai siknifikansi yang diperoleh kecil
dari , terima Hi dalam hal lainya.
Untuk
pengujian
ini
digunakan
jasa
komputer
berupa
dalam
persamaan
regresi
mempunyai
korelasi
(hubungan) yang erat satu sama lain. Jadi pengujian ini untuk
mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi maka
dinamakan terdapat problem multilinieritas.
29
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamataan ke pengamatan yang lain. Jika variansnya
berbeda
maka
dikatakan
heteroskedastisitas,
namun
jika
baik
adalah
homokedatisitas
atau
tidak
terjadi
t=
S
Dimana,
30
berdasarkan
probabilitas
berdasarkan
(signifikansi)
Probabilitas > 0,05 jadi Ho diterima
Probabilitas 0,05 jadi Ho ditolak
31
probabilitas