Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi adalah

ilmu

yang mempelajari

interaksi antara organisme dengan

lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos
(ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk
hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi
pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk
hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Dalam ekologi lingkungan fisik disebut juga komponen fisik, komponen tak hidup,
komponen nonhayati atau komponen abiotik. Komponen ini terdiri atas tanah air udara,
cahaya matahari dan benda-benda alam lainnya. Di samping itu ada dikenal komponen
hidup yang disebut juga komponen hayati atau komponen biotik, dan komponen ini
terdiri atas tumbuhan, hewan dan semua makhluk hudup lainnya.
Setiap komponen biotik dan abiotik selalu berintertaksi membentuk hubungan yang
saling ketergantungan, misalnya makhluk hidup memerlukan udara untuk bernapas,
tumbuhan hijau memerlukan cahaya untuk berfotosintesis. Selain itu ketergantungan
komponen abiotik terhadap komponen biotik, misalnya cacing tanah menggemburkan
tanah, tumbuhan untuk menahan erosi, tumbuhan hijau untuk mengurangi pencemaran
udara. Interaksi antar komunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan
organisme, tetapi juga aliran energi dan makanan.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan
keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan
ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan
mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan
baru.
Untuk ekosistem perairan akan dilaksanakan pada dua lokasi yaitu ekosistem lentik atau

perairan yang mengalir seperti kolam dan ekosistem lotik atau perairan yang mengalir
seperti sungai.
Berdasarkan proses terbentuknya, ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu
ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami adalah ekosistem yang
terbentuk secara alami misalnya danau, rawa, hutan. Ekosistem buatan adalah ekosistem
yang sengaja dibuat manusia. Contohnya sawah, kolam, dan aquarium.
Kebutuhan akan air dari waktu-waktu semakin meningkat. Di dalam ekosistem terjadi
suatu interaksi dan keseimbangan antara komponen satu dengan yang lainnya.
Ekosistem buatan ini menggambarkan sebagian kecil dari ekosistem air tawar yang ada
di biosfer ini.
Oleh karena itu diadakan penelitian ekosistem perairan air tawar di kolam Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman untuk menambah wawasan yang sesuai dengan
kelangsungan hidup organisme perairan, sehingga kita dapat mengaplikasikan hal
tersebut di bidang perairan dan konservasi alam.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui ekosistem lentik.
2. Untuk menentukan kualitas fisik dan kimia yang ada pada ekosistem lentik.
3. Untuk mengetahui faktor pembatas yang mempengaruhi ekosistem lentik.

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistems
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, karena ekosistem
meliputi makhluk hidup dengan lingkungan organisme (komunitas biotik) dan
lingkungan abiotik, masing-masing mempengaruhi sifat-sifat lainnya dan keduannya
perlu untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan, keselarasan dan
keserasian alam di bumi ini. Dalam hal ini fungsi utama ekosistem di bumi
penekannanya pada hubungan wajib, ketergantungan dan hubungan sebab akibat, yang
merupakan perangkaian komponen-komponen untuk membentuk satuan-satuan
fungsional (Irwan, 2010).
Sifat universal dari setiap ekosistem, apakah itu ekosistem alami atau ekosistem buatan
manusia yang meliputi ekosistem daratan, ekosistem air tawar atau ekosistem laut
maupun ekosistem laneskap dan ekosistem pertanian serta ekosistem lainnya adalah
interaksi dan komponen-komponen autotropik dan heterotropik. Oleh karena itu
ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi. Dengan konsep ekosistem,
komponen-komponen lingkungan hidup harus dilihat secara terpadu sebagai komponen
yang berkaitan dan tergantung satu sama lain dalam satu sistem. Cara inilah yang di
maksudkan dengan pendekatan ekosistem atau pendekatan holistic. Ekosistem dapat
dipahami dan dipelajari dalam berbagai ukuran. Apakah itu sebuah kolam, danau, atau
sebidang kebun, hutan atau laneskap. Bahkan sebuah laboratorium pun merupakan
satuan ekosistem yang dapat diamati. Selama komponen-komponen pokok ada dan
berinteraksi membentuk kerja sama untuk mencapai suatu kemantapan fungsional,
walaupun hanya dalam waktu singkat, kesatuan tersebut dapat disebut ekosistem
(Irwan, 2010).

2.2 Kaidah-kaidah Ekosistem


1. Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah.
2. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan
berimbang. Di atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi terkendali, dengan
akibat menimbulkan perubahan-perubahan lingkungan atau krisis lingkungan yang
3

tidak lagi berada dalam keadaan lestari bagi kehidupan organisme.


3. Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan

yang

saling

mempengaruhi dan bersifat timbal-balik.


4. Interaksi terjadi antara:
a. Komponen-komponen biotis dengan komponen-komponen abiotis.
b. Sesama komponen biotis.
c. Sesama komponen-komponen abiotis.
5. Interaksi itu senantisa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil, untuk
mencapai suatu optimum mengikuti setiap yang stabil, untuk mencapai suatu
optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam
ukuran batas-batas kesanggupannya.
6. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas di samping yang umum dan secara
bersama-sama dengan ekosistem lainnya mempunyai peranan terhadap ekosistem
keseluruhannya (biosfer).
7. Setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat, waktu
dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan di antara ekosistem itu
sendiri sebagai pencerminan sifat-sifat yang khas.
8. Antara satu dengan lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk
memilih interaksinya pula secara tertentu (Irwan, 2010).
Didalam suatu tata ruang yang sempit, berbagai individu akan berdesakan. Disitu
diperlukan terbentuknya suatu struktur yang berlapis-lapis. Di zaman ada rumput,
semak, belukar, pohon dan pohon yang tinggi sekali memayungi semuanya. Didalam
sistem semuanya ini menempati fungsi masing-masing. Dan diantara berbagai jenis
tumbuhan yang lebih bersama itu ada interaksi kimiawi (alleopati) antara suatu individu
tumbuhan tertentu dengan tumbuhan tertentu dengan tumbuhan lain di sekitarnya
(Irwan, 2010).
Dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, setiap pembangunan
harus dapat menjaga berfungsinya komponen-komponen lingkungan. Oleh karena itu
suatu ekosistem harus dipertahankan kelestariannya, karena memiliki dampak yang
menentukan tingkat kehidupan manusiawi maupun organisme lainnya di dunia ini
(Irwan, 2010).

2.3 Energi dalam Ekosistem


Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Misalnya, manusia
4

memerlukan energi untuk berjalan, untuk berpikir, dan untuk aktivitas lainnya. Bentukbentuk energi yang nyata berguna bagi organisme hidup dapat berupa energi mekanik,
energi kimia, energi radiasi, dan energi panas (Odum, 1993).
Energi yang dimiliki oleh setiap organisme hidup adalah energi kimia yang diperoleh
dari makanannya dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak dan sebagainya. Energi
tersebut diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen, yaitu tumbuhan hijau dengan
mengubah energi matahari ke dalam bentuk energi potensial. Energi potensial adalah
energi yang tersimpan dan dapat digunakan untuk melakukan kerja, contohnya protein,
karbohidrat, dan lemak. Adapun energi kinetik merupakan enrgi yang terlepaskan atau
energi yang dibebaskan oleh organisme berupa energi gerak.
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Ciri-ciri
ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak mencoolok, penetrasi cahaya kurang,
dan dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem perairan air tawar dibedakan menjadi
ekosistem lentik atau atau perairan mengalir. Kualitas suatu perairan dapat ditentukan
oleh sifat kimia dan fisika. Interaksi antara sifat kimia dan fisika di perairan sungai dan
kolam dapat menentukan kemampuan perairan tersebut untuk mendukung kehidupan
yang ada di dalamnya.

2.4 Komponen Biotik dan Komponen Abiotik


Komponen biotik meliputi manusia, hewan, tumbuhan, beserta mikroorganisme yang
terdapat dalam ekosistem tersebut (Irwan, 2010).
Komponen abiotik (benda mati atau nonhayati), yaitu komponen fisik dan kimia yang
terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari, dan lain sebagainya yang berupa medium
atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan. Komponen biotik dari suatu ekosistem
dapat meliputi senyawa dari elemen inorganik misalnya tanah, air, kalsium, oksigen,
karbonat, fosfat, dan berbagai ikatan senyawa organik. Selain itu, juga ada faktor-faktor
fisik yang terlibat misalnya uap air, angin dan radiasi matahari.
a) Angin
Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Angin disebabkan
5

oleh perbedaan tekanan atmosfer antara tempat yang satu dengan tempat yang lain.
Udara bergerak dari tempat yang mempunyai tekanan tinggi ke tempat bertekanan
rendah. Gerak udara vertikal sangat penting dalam pembentukan awan dan hujan,
tetapi nilainya sangat kecil dibandingkan gerak udara horizontal. Gerak udara
vertukal lebih tepat disebut arus bukan angin (Tjasyono, 1987).
Angin selalu di beri nama dari arah mana angin datang. Sebagai contoh angin dari
timur ke barat di sebut angin timur, angin dari laut berhembus ke darat disebut angin
laut, dan sebagainya. Arah angin dinyatakan dengan derajat (Tjasyono, 1987).
b) Cuaca dan Iklim
Faktor yang mempengaruhi unsur iklim sehingga terjadi perbedaan iklim antara
tempat satu dengan tempat yang lain di sebut kontrol iklim. Control iklim meliputi
control iklim meliputi cahaya matahari dan lintang geografis, distribusi darat dan air.
Sel-sel semi permanen dari tekanan tinggi dan tekanan rendah, massa udara,
ketinggian tempat, barisan pegunungan, arus laut dan badai.
c) Air
Air terdapat dalam bentuk cair dengan kisaran suhu yang di temukan di sebagian
besar bumi dan di luarnya itu kehidupan diperlambat atau dihentikan seluruhnya.
Sekalipun suhu turun di bawah titik bekunya, es yang terbentuk terapung di
permukaan air memberikan penahanan termal untuk air cair dan juga penghuni di
bawahnya. Bentuk padat semua zat lain lebih pekat daripada bentuk cairnya. Jika ini
pun benar bagi es, perairan akan membeku dari dasar ke atas dan dalam banyak hal
tidak pernah mencair seluruhnya selama musim panas (Kimball, 1983).
d) Tanah
Tanah merupakan titik pemasukkan sebagian besar bahan ke dalam benda hidup.
Melalui akar-akarnya tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, seng, dll.
(Kimball, 1983).
Odum mengemukakan bahwa semua ekosistem apabila ditinjau dari segi struktur
dasarnya terdiri atas emat komponen. Ekosistem ditinjau dari segi penyusunnya terdiri
atas empat komponen, yaitu komponen abiotik, komponen biotik yang mencakup
6

produsen, konsumen, dan pengurai. Masing-masing dari empat komponen tersebut


diuraikan sebagai berikut (Indriyanto, 2008).
1. Komponen abiotik (benda mati atau nonhayati), yaitu komponen fisik dan kimia
yang terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari, dan lain sebagainya yang berupa
medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan.
2. Komponen biotik dari suatu ekosistem dapat meliputi senyawa dari elemen
inorganik misalnya tanah, air, kalsium, oksigen, karbonat, fosfat, dan berbagai ikatan
senyawa organik. Selain itu, juga ada faktor-faktor fisik yang terlibat misalnya uap
air, angin dan radiasi matahari.
3. Komponen produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya berupa
tumbuhan hijau. Produsen menggunakan energi radiasi matahari dalam proses
fotosintesis, sehingga mampu mengasimilasi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O)
menghasilkan energi kimia yang tersimpan dalam karbonat. Energi kimia inilah
sebenarnya merupakan sumber energi yang kaya senyawa karbon. Dalam proses
fotosintesis tersebut, oksigen dikeluarkan oleh tumbuhan hijau kemudian
dimanfaatkan oleh semua mkahluk hidup di dalam proses pernafasan.
4. Kompoen konsumen, yaitu organisme heterotrofik misalnya binatang dan manusia
yang makan organisme lain. Jadi, yang disebut sebagai konsumen adalah semua
organisme dalam ekosistem yang menggunakan hasil sintesis (bahan organik) dari
produsen atau dari organisme lainnya. Berdasarkan kategori tersebut, maka yang
termasuk konsumen adalah suatu ekosistem. Konsumen dapat digolongkan ke
dalam: konsumen pertama, konsumen kedua, konsumen ketiga, dan mikrokonsumen
( Indriyanto, 2008)
a. Konsumen pertama adalah golongan herbivora, yaitu binatang yang makan
tetumbuhan hijau. Contoh organisme yang termasuk herbivora adalah serangga,
rodensia, kelinci, kijang, sapi, kerbau, kambing, zooplankton, crustaceae, dam
mollusca.
b. Konsumen kedua adalah golongan karnivora kecil dan omnivora. Karnivora
kecil, yaitu binatang yang berukuran tubuh lebih kecil dari karnivora besar dan
memakan binatang lain yang masih hidup, misalnya anjing, kucing, rubah, anjing
hutan, burung prenjak, burung jalak, dan burung gagak. Omivora yaitu,
organisme yang memakan herbivora dan tumbuhan, misalnya manusia dan
burung gereja.
c. Konsumen ketiga adalah golongan karnivora besar (karnivora tingkat tinggi).
7

Karnivora besar, yaitu binatang yang memakan atau memangsa karnivora kecil,
herbivora, maupun omnivora, misalnya singa, harimau, serigala, dan burung
rajawali.
d. Mikrokonsumen adalah tumbuhan atau binatang yang yang hidupnya sebagai
parasit, scavenger, dan saproba. Parasit tumbuhan maupun binatang hidupnya
bergantung kepada sumber makanan dri inangnya. Sedangkan scavenger dan
saproba hidup dengan memakan bangkai binatang dan tumbuhan yang telah
mati.
5. Komponen pengurai, yaitu mikroorganisme yang hidupnya bergantung kepada
bahan organik dari organisme mati (binatang, tumbuhan, dan manusia yang telah
mati). Mikroorganisme pengurai tersebut pada umumnya terrdiri atas bakteri dan
jamur. Berdasakan atas tahap dalam proses penguraian bahan organik dari organisme
mati, maka organisme pengurai terbagi atas dekomposer dan transformer.
Dekomposer, yaitu mikroorganisme yang menyerang bangkai hewan dan sisa-sisa
tumbuhan mati, kemudian memecah bahan organik kompleks ke dalam ikatan yang
lebih sederhana, dan proses dekomposisi itu disebut humifikasi yang menghasilkan
humus. Transformer, yaitu mikroorganisme yang meneruskan proses dekomposisi
dengan mengubah ikatan organik sederhana ke dalam bentuk bahan anorganik yang
siap dimanfaatkan lagi oleh produsen (tetumbuhan), dan proses dekomposisi itu
disebut minetralisasi yang menghasilkan zat hara (Indriyanto, 2008).
Pada semua ekosistem dengan tingkat organisasi yang berbeda-beda di dalamnya selalu
terdapat empat komponen utama, selalu terjadi interaksi antar komponen, terdapat
proses ekologi yang secara umum sama. Perbedaan antar ekosistem yang tingkat
organisasinya berbeda itu hanya terletak pada beberapa hal antara lain:
1. Jumlah spesies organisme produsen yang menjadi komponen ekosistem.
2. Jumlah spesies organisme konsumen yang menjadi komponen ekosistem.
3. Jumlah spesies organisme pengurai yang menjadi komponen ekosistem.
4. Jumlah dan jenis komponen abiotik yang terdapat dalam ekosistem.
5. Kompleksitas atau kerumitan interaksi antar komponen dalam ekosistem serta.
6. Tiap-tiap proses ekologi yang berjalan dalam ekosistem (Indriyanto, 2008).
Dalam ekologi lingkungan fisik disebut juga komponen fisik, komponen tak hidup,
komponen non hayati atau komponen abiotik. Komponen ini terdiri atas tanah air udara,
cahaya matahari dan benda-benda alam lainnya. Di samping itu ada dikenal komponen
hidup yang disebut juga komponen hayati atau komponen biotik, dan komponen ini
8

terdiri atas tumbuhan, hewan dan semua makhluk hudup lainnya.


Suatu konsep sentral dalam ekologi yang ialah ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Menurut pengertian, suatu sistem terdiri atas komponen-komponen
yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen
hidup dan tak hidup di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang
teratur.
Ketentuan itu terjadi oleh adanya arus materi dan energi yang terkendalikan oleh arus
informasi. Beberapa populasi yang bersama-sama pada suatu waktu menghuni suatu
wilayah tertentu disebut komunitas. Jadi manusia, tumbuhan dan hewan-hewan yang
pada waktu kedapatan bersama-sama di suatu lingkungan merupakan suatu komunitas.
Komposisi suatu komunitas bisa berubah-ubah. Pada suatu waktu pasti hanya ada satu
populasi yang dominan. Pernyataan ini dikenal sebagai prinsip Gause, seorang
biologiwan Rusia, 1932.
Berdasarkan kenyataan, bahwa sifat suatu komunitas sangat di pengaruhi oleh keadaan
lingkungan, orang membedakan pembedaan antara komunitas darat, komunitas
perairan, selanjutnya komunitas darat dirinci menjadi komunitas tanah kering,
komunitas tanah basah, komunitas tanah kapur, komunitas tanah liat, komunitas tanah
gembur. Demikian pula komunitas perairan dapat dirinci menjadi komunitas air tawar
(kolam, sungai, danau), komunitas air payau, komunitas air laut.
Antara sesama warga suatu komunitas, juga antara komunitas dengan lingkungan fisik
tadi terdapat hubungan timbal-balik. Hubungan ini merupakan suatu sistem yang kita
beri nama ekosistem. Seperti halnya komunitas, kita mengenal ekosistem darat dan
ekosistem perairan, masing-masing dapat dirinci seperti di atas. Sebidang tanah
berumput di depan rumah, suatu kubangan kecil, kaleng yang berisi air hujan, akuarium,
adalah contoh ekosistem mini. Hutan, danau, laut adalah contoh-contoh ekosistem luas.

2.5 Ekosistem Perairan


Ekosistem perairan terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air
laut. Pembagian ini berdasarkan perbedaan fisik dan kimia yang mempengaruhi
9

komunitas perairan tersebut. Bioma air tawar umumnya memiliki konsentrasi garam
kurang dari 1%, sedangkan bioma laut umumnya memiliki garam 3%.
2.5.1 Ekosistem Air Tawar
2.5.1.1 Ekosistem Lentik dan Lotik
Ekosistem air tawar umumnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu lentik dan lotik.
Lentik merupakan habitat air yang tidak terdapat arus air yang mengalir terus,
contohnya adalah danau. Adapun lotik adalah habitat air yang mengalir, contohnya
adalah sungai.
1) Danau
Danau memiliki ciri khas air tenang sehingga kondisi biotik dan abiotiknya relatif
stabil. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari memungkinkan terjadinya
fotosintesis disebut daerah fotik. Adapun daerah yang tidak dapat di tembus cahaya
matahari disebut daerah afotik.
Pada umumnya, danau mempunyai tiga zona, yaitu litoral, zona limnetik dan zona
profundal. Zola litoral adalah daerah dangkal berdekatan dengan tepi danau, dan
dapat mendapat cahaya dengan optimal. Tumbuhan yang berakar dan alga
mengapung merupakan ciri-ciri zona litoral.
Zona limnetik merupakan daerah yang jauh dari tepi danau, namun masih dapat
ditembus cahaya. Pada zona ini, fitoplankton dan tumbuhan yang berfotosintesis
menyediakan makanan bagi zooplankton, ikan-ikan dan hewan lainnya.
Zona profundal merupakan daerah yang tidak dapat ditembus cahaya (afotik). Pada
zona ini hidup predator heterotof dan bentos (hidup di dasar air) yang
mendekomposisi (menguraikan) limbah-limbah organik. Selain itu pada zona
profundal terdapat banyak baktreri dan makhluk hidup lain yang dapat hidup secara
anaerob.
2) Sungai
Sungai adalah air yang mengalir searah dari hulu menuju hilir. Aliran air yang

10

konstan, mengikis tanah dan membentuk habitat unik yang menjadi penunjang
kehidupan beberapa organisme. Selain itu aliran sungai mempengaruhi penumpukan
sedimen, suplai oksigen dan nutrisi.
Kecepata aliran sungai dapat berbeda-bedaa pada beberapa titik. Gesekan pada sungai
dan dasar sungai mengurangi kecepatan arus sehingga alga dapat menempel pada
permukaan batuan, akar tanaman dapat menancap, dan hewan dapat hidup di dasar
sungai tanpa terbawa arus.

2.5.2 Ekosistem Air Laut


Ekosistem laut biasa disebut ekosistem bahari. Ekosistem bahari adalah ekosistem
paling luas yang ada di permukaan bumi. Lebih dari dua pertiga permukaan bumi,
ekosistem ini meliputi ekosistem perairan laut dalam, ekosistem perairan laut dangkal
(litoral), dan ekosistem daerah pasang surut.
Lautan seperti juga danau, dapat digambarkan dalam istilah zone, dan banyak
persamaan di antara keduanya (tapi sayangnya, ada pemisahan istilah yang digunakan
untuk masing-masing). Pinggiran lautan disebut zona intertidal. Daerah ini terdiri atas:
pasir pantai, karang, muara, dan di daerah tropik dan subtropik, ada rawa mangrove dan
gosong karang. Beberapa dari habitat ini, misalnya, rawa pantai adalah sangat produktif,
didukung oleh kekayaan dan keanekaragaman populasi dari produsen dan konsumen.
Banyak dari organisme di zona intertidal telah beradaptasi sehingga mereka dapat
bertahan terhadap tenaga gelombang dan keterbukaan periodik terhadap tenaga
gelombang dan keterbukaan periodik terhadap udara.
Lautan yang relatif dangkal yang meluas ke pinggiran selat benua dinamakan zona
neritik. Zona oseanik terdapat di atas lembah lautan. Produktivitas primer di zona
neritik dan zona oseanik bergantung pada algae planktonik yang hidup sejauh cahaya
matahari dapat sampai. Aktivitas ini menunjang zooplankton yang pad gilirannya,
menunjang konsumen sekunder dan konsumen yang lebih tinggi (umpamanya ikan)
dalam lebih baik daripada yang terdapat di padang pasir.
Dasar lembah lautan ialah dataran abisal. Daerah gelap yang relatif tidak beragam ini
banyak dihuni oleh populasi tipis konsumen bentik dan yang bergantung pada bahan
11

organik yang mengalir dari bagian atas laut. Akan tetapi, eksplorasi baru-baru ini di laut
dalam menyingkapkan bahwa ada komunitas yang kompleks terhadap di sekitar celahcelah. Celah-celah ini menimbulkan retak-retak di dasar laut. Meskipun tidak ada
cahaya sampai sejauh itu, produktivitas primer energi yang di jamin oleh oksidasi
belerang dalam air yang mengalir keluar dari retak-retak dasar laut. Bakteri ini
menunjang populasi hewan yang besar. Diantara yang paling menonjol ialah cacing
(tergolong filum kecil yang disebut Pognophora) yang tidak mempunyai sistem
pencernaan. Sementara cacing ini dapat menyerap beberapa molekul organik dari alam
sekitarnya, mereka juga menyimpan (dalam jaringan khusus di dalam tubuh mereka)
sejumlah besar bakteri, kemoasutotrofik yang dapat menyediakan kalori bagi mereka.

2.6 Parameter Kualitas


Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan
kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mencuci, air untuk pengairan
pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi.
Apabila air yang diperlukan dalam kegiatan industri dan teknologi itu diperukan dalam
jumlah besar, maka perlu dipikirkan dari mana air itu diperoleh. Pengambilan air dari
sumber air tidak boleh mengganggu keseimbangan air lingkungan. Faktor
keseimbangan air lingkungan ini tidak hanya berkaitan dengan jumlah volume air
(debit) yang digunakan saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana menjaga
air lingkungan tidak menyimpang dari keadaan normal.

2.6.1

Parameter fisika

Indikator atau tanda bahwa suatu perairan dikatakan baik atau tidak baik dapat di
parameterkan secara fisika. Dengan memperhatikan perubahan suhu, kedalaman,
kecerahan.
1. Suhu
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertasi dengan timbulnya panas
reaksi atau panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri
dan mesin-mesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka
12

panas akan yang terjadi harus dihilangkan. Apabila air yang panas tersebut dibuang
ke sungai, maka air sungai menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik akan
mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen
yang terlalu dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air.
Makin tinggi kenaikan air makin sedikit oksigen yang larut di dalamnya.
2. Kedalaman
Kedalaman adalah parameter fisika yang mendasar dan berpengaruh pada aspek
lainnya. Dengan meningkatnya kedalaman air menyebabkan penurunan nilai
tekanan parsial.
3. Kecerahan
Penetrasi cahaya merupakan besaran untuk mengetahui sampai kedalaman berapa
cahaya matahari dapat menembus lapisan suatu ekosistem perairan. Nilai ini sangat
penting dalam kaitannya dengan laju fotosintesis. Besar nilai penetrasi cahaya ini
dapat diidentifikasikan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih
berlangsungnya proses fotosintesis. Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh
intensitas cahaya matahari, kekeruhan air serta kepadatan plankton di suatu
perairan. Menurut Haerlina (1987), penetrasi cahaya merupakan faktor pembatas
bagi

organisme

fotosintetik

(fitoplankton)

dan

juga

penetrasi

cahaya

mempengaruhi migrasi vertikal harian dan dapat pula mengakibatkan kematian


pada organisme tertentu.
2.6.2

Parameter Kimia

Parameter kimia yang banyak berperan dalam suatu ekosistem perairan adalah
Oksigen (O2) terlarut, kandungan Karbondioksida (CO2) bebas, pH air (derajat
keasaman), Alkalinitas, Ammonia (NH3 dan NH4), Asam Sulfida (H2S), dan Salinita

13

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada hari Rabu tanggal 30 Oktober 2013 pukul 11.00 WITA di kolam
Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Secchi Disc
2. Pipa pengukur kedalaman
3. pH meter yang memiliki pengukur suhu
4. Botol air mineral bekas
3.2.2 Bahan
1. Air kolam

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengukuran Kedalaman Kolam
1. Disiapkan tongkat pengukur kedalaman, untuk mengukur kedalaman kolam.
2. Dimasukkan tongkat pengukur kedalaman kedalam kolam, sampai ujung tongkat tepat
menyentuh dasar kolam.
3. Diamati sampai pada batas berapa kedalaman tongkat pengukur kedalaman.
4. Dilihat angka yang tertera pada tongkat pengukur kedalaman,angka yang dilihat
merupakan angka pada tongkat yang berada tepat dipermukaan kolam.
5. Dicatat angka tersebut sebagai data hasil pengamatan pengukuran kedalaman kolam.
3.3.2 Pengukuran Kecerahan Kolam
1. Disiapkan secchi disc, untuk mengukur kecerahan air kolam.
14

2. Dimasukkan secchi disc kedalam kolam.


3. Diamati secchi disc yang telah dimasukkan, hingga warna putih pada secchi disc tidak
tampak dari permukaan.
4. Dilihat angka yang tertera di tali secchi disc pada permukaan kolam.
5. Dicatat angka tersebut sebagai data hasil pengamatan pengukuran kecerahan air.
3.3.3 Pengukuran pH dan Suhu Air
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Disiapkan pH meter, untuk mengukur pH dan suhu air.


Diambil air kolam sebagai sample.
Dimasukkan air sample kedalam botol sampler.
Dimasukkan pH meter kedalam botol sampler.
Ditekan tombol Hold pada yang ada pada pH meter.
Diamati angka yang tertera pada pH meter , pada bagian atas adalah angka yang

menyatakan pH dan di bagian bawah menyatakan suhu air.


7. Di catat angka tersebut sebagai data hasil pengukuran pH dan suhu air.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
15

No.
1
2
3
4

Parameters
Suhu
Kecerahan
Kedalaman
pH

Hasil Analisis
27,9 C
20 cm
73cm
5,76

4.2 Pembahasan
Ekosistem air tawar umumnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu lentik dan lotik. Lentik
merupakan habitat air yang tidak terdapat arus air yang mengalir terus, contohnya adalah
danau. Adapun lotik adalah habitat air yang mengalir, contohnya adalah sungai. Pada
penelitian kali ini dilakukan pada ekosostem lentik, tepatnya di kolam Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman.
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003).
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi
parameter fisik dan kimia.
Pengukuran suhu dan pH air di kolam Fakultas Teknik Universitas Mulawarman dilakukan
dengan menggunakan pH meter dengan cara mencelupkan pH meter kedalam sampel air.
Setelah pH meter menunjukkan angka yang konstan (tetap), maka baca hasilnya. Dalam
praktikum ini menghasilkan suhu dan pH permukaan air di permukaan adalah 27,9C dan
5,76. Ini artinya pH air di kolam Fakultas Teknik Universitas Mulawarman bersifat asam.
Temperatur udara adalah tingkat atau derajat panas dari kegiatan molekul dalam atmosfer
yang dinyatakan dengan skala Celcius, Fahrenheit, Reamur. Perlu diketahui bahwa suhu
udara antara daerah satu dengan daerah lain sangat berbeda. Hal ini sangat di pengaruhi
oleh hal-hal tersebut.
1. Sudut Datangnya Sinar Matahari
Matahari sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh arah datangnya
16

sinar matahari dengan permukaan bumi. Semakin tegak sudut datang sinar, semakin kuat
intensitas penyinaran matahari dan semakin tinggi pula suhu udara di daerah tersebut.
Sebaliknya, semakin miring sudut datang sinar, semakin lemah intensitas penyinarannya
dan semakin rendah suhu udaranya. Oleh karena itu pada tengah hari suhu udara kita
rasakan sangat panas terik, sedangkan pada pagi dan sore hari suhu udara kita rasakan
sejuk
2. Lama Waktu Penyinaran
Semakin lama penyinaran matahari semakin tinggi suhu udara di suatu tempat. Bagi
kawasan Indonesia yang beriklim tropis, di mana periode waktu siang dan malam
senantiasa relatif sama yaitu sekitar 12 jam, perbedaan suhu saat musim panas dan dingin
tidak terlalu mencolok. Akan tetapi di daerah-daerah lintang sedang dan tinggi di mana
perbedaan panjang waktu siang dan malam pada periode musim panas dan dingin sangat
mencolok, perbedaan suhu udara antara kedua musim pun sangat tinggi.
3. Ketinggian Tempat
Semakin tinggi suatu daerah dari permukaan laut, semakin rendah suhu udara. Gejala
gradien thermometrik, di mana rata-rata suhu udara akan mengalami penurunan sekitar
0,5C0,6C setiap tempat mengalami kenaikan 100 meter. Berdasarkan hasil penelitian,
rata-rata suhu udara harian di daerah pantai kawasan tropis seperti Indonesia adalah
sekitar 26C. Dengan kedua data tersebut kita dapat memprediksi rata-rata suhu udara di
suatu daerah dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
4. Awan
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu daerah terjadi
awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan oleh
sinar matahari tertutup awan dan kemampuan awan menyerap panas matahari.
Permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas,
sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan lambat pula melepas

17

panas. Apabila udara pada siang hari di selimuti oleh awan, maka temperatur udara pada
malam hari akan semakin dingin.
Pengukuran kecerahan dalam praktik kali ini menggunakan secchi disc .Dalam praktik ini
batas tidak tampak yang dihasilkan adalah 20 cm. Ini artinya kecerahan dikolam Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman dikategorikan sedang yaitu kurang lebih 30 cm.
Pada pengukuran dilakukan dengan menggunakan tongkat pengukur kedalaman . Dalam
praktikum ini kedalaman yang diperoleh adalah 73 cm.
4.2.1 Pengaruh Faktor Pembatas
Kualitas fisik dan kimia yang ada pada ekosistem lentik di kolam Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman yang di ukur dengan pengukuran pH, suhu, kecerahan air, dan
kedalaman memperlihatkan hasil bahwa kualitas kolam tersebut rendah.
Pengaruh faktor pembatas dalam ekosistem suhu air, pengukuran pH, kedalaman air dan
kecerahan air.
Suhu air sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup beberapa organisme yang hanya bisa
hidup di suhu rendah maupun suhu tinggi dan mempengaruhi metabolisme mikroorganisme
dalam mendegradasi bahan organik dan anorganik
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8.
Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir jika pH rendah. Toksisitas meperlihatkan penigkatan pada pH rendah.
Kedalaman perairan dimana proses fotosint esis dengan proses respirasi disebut kedalama
kompensasi. Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya didalam kolam air
hanya tinggal 1% dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penentrasi dipermukaan
air.
Kecerahan air sangat berpengaruh terhadap masukknya sinar matahari ke kolam.Sinar
matahari berpengaruh pada penetrasi cahaya perairan. Apabila kekeruhan tinggi maka sinar
18

matahari yang masuk sedikit.


4.2.2 Perbandingan Hasil Praktikum
Pada pengamatan ini dilakukan pengukuran terhadap kedalaman air kolam, tingkat
kecerahan air kolam, serta pH dan suhu air kolam. Setelah dilakukan pengukuran terhadap
masing-masing aspek, maka di dapatlah hasilnya. Hasil yang di dapat setiap kelompok
berbeda. Perbedaan yang sangat mencolok adalah kedalaman dan kecerahan air. Sedangkan
untuk pH dan suhu air untuk setiap pengukuran yang dilakukan kelompok adalah sama,
karena sampel air yang digunakan berasal dari tempat yang sama. Perbedaan kedalaman
dan kecerahan air kolam tersebut terjadi karena beberapa faktor, baik dari praktikan
maupun faktor keadaan saat melakukan praktikum. Keadaan ini meliputi cuaca atau iklim,
daerah melakukan pengukuran yaitu tepat ditengan atau dipinggir kolam.
Setelah melakukan pengamatan tersebut maka didapat hal-hal yang mempengaruhi
kedalaman maupun kecerahan air kolam. Hal-hal tersebut adalah :
1. Lokasi Pengukuran
Lokasi pengukuran ini maksudnya adalah tempat pada saat dilakukannya pengamatan,
yaitu tengah atau pinggir kolam. Karena daerah tengah pada kolam dalam dan pinggir
kolam ketinggiannya rendah (dangkal).
2. Cuaca atau Iklim
Cuaca atau iklim pengaruhnya pada cahaya matahari yang masuk sebagai penetrasi air
kolam tersebut. Jika langit dalam keadaan berawan, otomatis cuaca akan mendung atau
bahkan gerimis. Maka hal tersebut mempengaruhi proses penetrasi cahaya matahari
terhadap air kolam. Cahaya matahari akan terhalang oleh awan, sehingga susah untuk
menembus masuk ke perairan kolam. Jika seandainya masuk, intensitas sinar matahari
nya pun tidak maksimal.
Tabel 4.2. Tabel Perbandingan Hasil Praktikum.
Kelompok
1 dan 2

Kecerahan
20 cm

Kedalaman
73 cm

pH
5,76

Suhu
27,9oC
19

3 dan 4

20 cm

75 cm

5,76

27,9oC

5 dan 6
7 dan 8

30 cm
30 cm

59 cm
70 cm

5,76
5,76

27,9oC
27,9oC

Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Hasil Praktikum.


Pada pengamatan ini hasil yang di dapat setiap kelompok berbeda. Perbedaan yang sangat
mencolok adalah kedalaman dan kecerahan air. Hasil ukur kedalaman yang didapat
kelompok 1 dan 2 adalah 73 cm, kelompok 3 dan 4 sedalam 75 cm, kelompok 5 dan 6
sedalam 59 cm, dan kelompok 7 dan 8 sedalam 70 cm. Untuk kecerahan air kelompok 1
dan 2 sedalam 20 cm, sedangkan kelompok 3 sampai 8 sedalam 30 cm. Sedangkan untuk
pH dan suhu air untuk setiap pengukuran yang dilakukan kelompok adalah sama, karena
sampel air yang digunakan berasal dari tempat yang sama. Perbedaan kedalaman dan
kecerahan air kolam tersebut terjadi karena beberapa faktor, pertama adalah lokasi
pengukuran.Lokasi pengukuran ini maksudnya adalah tempat pada saat dilakukannya
pengamatan, yaitu tengah atau pinggir kolam.Karena daerah tengah pada kolam dalam dan
pinggir kolam ketinggiannya rendah (dangkal).Yang kedua cuaca atau iklim.Cuaca atau
iklim pengaruhnya pada cahaya matahari yang masuk sebagai penetrasi air kolam tersebut.
Jika langit dalam keadaan berawan, otomatis cuaca akan mendung atau bahkan gerimis.

20

Maka hal tersebut mempengaruhi proses penetrasi cahaya matahari terhadap air kolam.
Cahaya matahari akan terhalang oleh awan, sehingga susah untuk menembus masuk ke
perairan kolam. Jika seandainya masuk, intensitas sinar mataharinya pun tidak maksimal.
Adapun kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengamatan biasanya dilakukan oleh
praktikan itu tersebut. Misalnya kurangnya ketelitian saat pengukuran serta kelalaian
praktikan saat melakukan pengamatan. Kurangnya ketelitian saat melakukan pengukuran
mengakibatkan kesalahan penulisan data hasil pengukuran. Sedangkan kelalaian praktikan
saat melakukan pengamatan mengakibatkan rusaknya alat-alat yang digunakan pada saat
pengamatan. Misalnya pada saat melakukan pengukuran tingkat kecerahan air, saat
menjatuhkan secchi disc ke dalam kolam tiba-tiba pemberat yang terletak dibawah secchi
disc jatuh ke dalam kolam.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum Ekologi Perairan air tawar adalah:

21

1. Ekositem kolam merupakan suatu ekosistem aquatik. Kolam merupakan tempat hidup
dari hewan-hewan air dan vegetasi air. Vegetasi dan hewan air menjadikan kolam
sebagai suatu sistem yang mempunyai fungsi tertentu. Sedangkan ekosistem air tawar
merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar. Kondisi
permukaan air tidak selalu tetap, adakalnya naik atau adakalanya turun, bahkan suatu
ketika dapat mengering.
2. Kualitas fisika dan kimia yang yang ada pada ekosistem dilihat dari hasil pengamatan
dari pengukuran pH yang bernilai 5,76, suhu air yang bernilai 27,9 oC, kecerahan air
bernilai 20 cm yang berarti perairan berkecerahan sedang, dan kedalaman air bernilai 73
cm dari dasar kolam.
3. Faktor pembatas yang mempengaruhi ekosistem lentik adalah derajat keasamaan (pH)
air, suhu air, kecerahan air, kedalaman air dan konduktivitas.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan prosedur kerja sekaligus
perhitungan dari tiap-tiap parameter pengukuran yang dilakukan sehingga nantinya akan
didapatkan hasil yang optimal. Dan diharapkan alat yang digunakan dapat lebih di lengkapi,
agar penelitian lebih akurat.

22

23

Anda mungkin juga menyukai