Anda di halaman 1dari 18

a.

Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
b. Morfologi dan Daur Hidup
Daur hidup keempat spesies malaria pada manusia umumnya sama. Proses ini terdiri
dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual
(skizogoni) dalam badan hospes vertebrata.
Fase aseksual mempunyai 2 daur, yaitu:
1) Daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit)
2) Daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit) atau stadium jaringan dengan
a) Skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit primer) setelah sporozoit masuk dalam
sel hati.
b) Skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati.
Hasil penelitian pada malaria primata menunjukkan bahwa ada dua populasi
sporozoit yang berbeda, yaitu sporozoit yang secara langsung mangalami pertumbuhan dan
sporozoit yang tetap tidur (dormant) selama periode tertentu (disebut hipnozoit), sampai
menjadi aktif kembali dan mengalami pembelahan skizogoni. Pada infeksi P.falciparum dan
P.malariae hanya terdapat satu generasi aseksual dalam hati sebelum daur dalam darah
dimulai; sesudah itu daur dalam hati tidak dilanjutkan lagi. Pada infeksi P.vivax dan P.ovale
daur eksoeritrosit berlangsung terus sampai bertahun-tahun melengkapi perjalanan penyakit
yang dapat berlangsung lama (bila tidak diobati) disertai banyak relaps.
1) Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)
a) Fase jaringan
Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam
kelenjar liurnya menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam air liurnya masuk
melalui probosis yang ditusukkan kedalam kulit. Sporozoit segera masuk dalam
peredaran darah dan setelah jam sampai 1 jam masuk dalam sel hati. Banyak yang
dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian masuk dalam sel hati dan berkembangbiak.
Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Inti parasit membelah diri berulang-ulang
dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong, menjadi besar sampai
berukuran 45 mikron. Pembelahan inti disertai oleh pembelahan sitoplasma yang
mengelilingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit berinti satu dengan

ukuran 1,0 sampai 1,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi tidak ada reaksi di
sekitar jaringan hati.
Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk di
peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di sinusoid hati
tetapi beberapa difagositosis. Pada P.vivax dan P.ovale sebagian sporozit yang
menjadi hipnozoit setelah beberapa waktu (beberapa bulan sampau 5 tahun) menjadi
aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap
sebagai penyebab timbulnya relaps jangka panjang atau rekurens. P.falciparum dan
P.malariae tidak mempunyai fase eksoeritrosik; relapsnya disebabkan oleh proliferasi
stadium eritrositik dan dikenal sebagai rekrudesensi. Rekrudesensi yang panjang
kadang-kadang dijumpai pada P.malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik
yang menetap dalam sirkulasi mikrokapiler jaringan.
b) Fase aseksual dalam darah
Waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalam
darah tepi disebut masa pra-paten. Masa ini dapat dibedakan dengan masa
tunas/inkubasi yang berhubungan dengan timbulnya gejala klinis penyakit malaria.
Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan nulai menyerang eritrosit. Invasi
merozoit bergantung pada interaksi reseptor pada eritrosit, glikoforin dan merozoit
sendiri. Sisi enterior merozoit melekat pada membran eritrosit, kemudian membran
merooit menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit, lalu melakukan
invaginasi, membentuk vakuol dengan oarasit berada di dalamnya. Pada saat
merozoit masuk, selaput permukaan dijepit sehingga lepas. Seluruh proses ini
berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Stadium termuda dalam darah berbentuk
bulat, kecil; beberapa di antaranya mengandung vakuol sehingga sitoplasma
terdorong ke tepi dan inti berada di kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai
bentuk lingkaran, maka parasit muda disebut bentuk cincin. Selama pertumbuhan,
bentuknya berubah menjadi tidak teratur. Stadium muda ini disebut trofozoit. Parasit
mencernakan hemoglobin dalam eritrosit dan sisa metabolismenya berupa pigmen
malaria (hemozoin dan hematin). Pigmen yang mengandung zat besi dapat dilihat
dalam parasit sebagai butir-butir berwarna kuning tengguli hingga tengguli hitam
yang makin jelas pada stadium lanjut. Setelah masa pertumbuhan, parasit
berkembangbiak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut skizogoni.
Inti parasit membelah diri menjadi sejumlah inti yang lebih kecil. Kemudian
dilanjutkan dengan pembelahan sitoplasma untuk membentuk skizon. Skizon matang
mengandung bentuk-bentuk bulat kecil, terdiri dari inti dan sitoplasma yang disebut

merozoit. Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepaskan
dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian merozoit memasuki eritrosit baru dan
generasi lain dibentuk dengan cara yang sama. Pada daur eritrosit, skizogoni
berlangsung secara berulang-ulang selama infeksi dan menimbulkan parasitemia
yang meningkat dengan cepat sampai proses dihambat oleh respons imun hospes.
Perkembangan parasit dalam eritrosit menyebabkan perubahan pada eritrosit,
yaitu menjadi lebih besar, pucat dan bertitik-titik pada P.vivax. Perubahan ini khas
untuk spesies parasit. Perodisitas skizogoni berbeda-beda, tergantung dari spesiesnya.
Daur skizogoni (fase eritrosit) berlangsung 48 jam pada P.vivax dan P.ovale, kurang
dari 48 jam pada P.falciparum dan 72 jam pada P.malariae. Pada stadium permulaan
infeksi dapat ditemukan beberapa kelompok (broads) parasit yang tumbuh pada saat
yang berbeda-beda sehingga gejala demam tidak menunjukkan periodisitas yang
khas. Kemudian periodisitasnya menjadi lebih sinkron dan gejala demam memberi
gambaran tersian atau kuartan.
c) Fase seksual dalam darah
Setelah 2 atau 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoit
tumbuh menjadi bentuk seksual. Proses ini disebut gametogoni (gametositogenesis).
Bentuk seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk
yang berbeda pada berbagai spesies: pada P.falciparum bentuknya seperti
sabit/pisang bila sudah matang; pada spesies lain bentuknya bulat. Pada semua
spesies Plasmodium dengan pulasan khusus, gametosit betina (makrogametosit)
mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan pada gametosit
jantan (mikrogametosit) sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan int
besar dan difus. Kedua macam gametosit mengandung banyak butir-butir pigmen.
2) Parasit dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif)
a) Eksflagelasi
Bila nyamuk Anopheles betina mengisap darah hospes manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit aseksual dicernakan bersama dengan eritrosit,
tetapi gametosit dapat tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4
sampai 8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang (flagel)
dengan ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak
sebentar dan kemudian melepaskan diri. Proses ini (eksflagelasi) hanya berlangsung
beberapa menit pada yang sesuai dan dapat dilihat dengan mikroskop pada sediaan
darah basah yang masih segar tanpa diwarnai. Flagel atau gamet jantan disebut
mikrogamet; makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi
gamet betina atau makrogamet. Dalam lambung nyamuk mikrogamet tertarik oleh

makrogamet yang membentuk tonjolan kecil tempat masuk mikrogamet sehingga


pembuahan dapat berlangsung. Hasil pembuahan disebut zigot.
b) Sporogoni
Pada permulaan, zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak, tetapi
dalam waktu 18-24 jam menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak; stadium seperti
cacing ini berukuran panjang 8-24 mikron dan disebut ookinet. Ookinet kemudian
menembus dinding lambung melalui sel epitel ke permukaan luar lambung dan
menjadi bentuk bulat, disebut ookista. Jumlah ookista pada lambung Anopheles
berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus buah. Ookista makin lama
makin besar sehingga merupakan bulatan-bulatan semitransparan, berukuran 40-80
mikron dan mengandung butir-butir pigmen. Letak dan besar butir pigmen dan
warnanya adalah khas untuk tiap spesies Plasmodium. Bila ookista makin membesar
sehingga berdiameter 500 mikron dan intinya membelah-belah, pigmen tidak tampak
lagi. Inti yang sudah membelah-belah di kelilingi oleh protoplasma yang merupakan
bentuk-bentuk memanjang pada bagian tepi sehingga tampak sejumlah besar bentukbentuk yang kedua ujungnya runcing dengan inti di tengahnya (sporozoit) dan
panjangnya 10-15 mikron. Kemudian ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan
bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur, Nyamuk betina
sekarang menjadi infektif. Bila nyamuk ini mengisap darah setelag menusuk kulit
manusia, sporozoit dimasukkan ke dalam luka tusuk dan mencapai aliran darah
hospes perantara. Sporogoni yang dimulai dari pematangan gametosit sampai
menjadi sporozoit infektif, berlangsung selama 8 sampai 35 hari, bergantung pada
suhu luar dan spesies parasit.
c. Patologi dan Gejala Klinis
1) Plasmodium vivax
Masa tunas intrinsik biasanya berlangsung 12-17 hari, tetapi pada beberapa
strain P.vivax dapat sampai 6-9 bulan atau mungkin lebih lama. Serangan pertama
dimulai dengan siindrom prodromal: sakit kepala, sakit punggung, mual dan malaise
umum. Pada relaps sindrom prodromal ini ringan atau tidak ada. Demam tidak teratur
pada 2-4 hari pertama, tetapi kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata
pada pagi dan sore hari, suhu meninggi kemudian turun menjadi normal. Kurva demam
pada permulaan penyakit tidak teratur, disebabkan karena adanya beberapa kelompok
(broad) parasit yang masing-masing mempunyai saat sporulasi tersendiri, hingga demam
tidak teratur, tetapi kemudian kurva demam menjadi teratur, yaitu dengan periodisitas 48
jam. Serangan demam terjadi pada siang atau sore hari dan mulai jelas dengan stadium
menggigil, panas dan berkeringat yang klasik. Suhu badan dapat mencapai 40,6 0C

(1050F) atau lebih. Mual dan muntah serta herpes pada bibir dapat terjadi. Pusing,
mengantuk atau gejala lain yang ditimbulkan oleh iritasi serebral dapat terjadi tetapi
hanya berlangsung sementara. Anemia pada serangan pertama biasanya belum jelas atau
tidak berat, tetapi pada malaria menahun menjadi lebih jelas.
Limpa pada serangan pertama mulai membesar, dengan konsistensi lembek
danmulai teraba pada minggu kedua. Pada malaria menahun menjadi sangat besar, keras,
dan kenyal. Pada permulaan serangan pertama, jumlah parasit P.vivax kecil dalam
peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung, jumlahnya bertambah
besar. Kira-kira satu minggu setelah serangan pertama, stadium gametosit tampak dalam
darah. Suatu serangan tunggal yang tidak diberi pengobatan, dapat berlangsung beberapa
minggu dengan serangan demam yang berulang-ulang. Pada kira-kira 60% kasus yang
tidak diberi pengobatan atau yang pengobatannya tidak adekuat, relaps timbul sebagai
rekrudensi.
2) Plasmodium malariae
Masa inkubasi pada infeksi P.malariae berlangsung 18 hari dan kadang-kadang
sampai 30-40 hari. Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria vivaks.
Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit P.malariae cenderung
menghinggapi eritrosit yang lebih tua. Kelainan ginjal yang disebabkan oleh P.malariae
bisa bersifat menahun dan progresif dengan gejala lebih berat dan prognosisnya buruk.
Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat. Anemia kurang jelas daripada malaria vivaks
dan penyulit lain agak jarang. Splenomegali dapat mencapai ukura yang besar.
Parasitemia asimtomatik tidak jarang danmenjadi masalah pada donor darah untuk
transfusi. Mekanisme rekurens (relaps jangka pankang) pada malaria malariae disebabkan
oleh parasit dari daur eritrosit yang menjadi banyak; stadium aseksual daur eritrosit dapat
bertahan di dalam badan, dalam beberapa hal parasit-parasit ini dilindungi oleh
pertahanan sistem kekebalan selular dan humoral manusia; ada faktor evasi, yaitu parasit
dapat menghindarkan diri dari pengaruh zat anti dan fagositosis dan disamping itu
bertahannya parasit-parasit ini tergantung pada variasi antigen yang terus-menerus
berubah dan dapat menyebabkan relaps.
3) Plasmodium ovale
Gejala klinis malaria ovale mirip dengan malaria vivaks. Serangannya sama
hebat tetapi penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit
sering tetap berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang
lebih virulen. Parasit ini baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap.
4) Plasmodium falciparum

Masa tunas intrinsik malaria falsiparum berlangsung antara 9-14 hari.


Penyakitnya mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan dingin,
mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan dan penderita
tidak tampak sakit; diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamnesis tentang
kepergian penderita ke daerah endemi malaria sebelumnya.
Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan ekstremitas lebih hebat
dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental.
Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan periodisitas yang jelas. Keringat keluar
banyak walaupun demamnya tidak tinggi. Nadi dan napas menjadi cepat. Mual, muntah,
dan diare menjadi lebih hebat, kadang-kadang batuk oleh karena kelainan pada paru-paru.
Limpa membesar dan lembek pada perabaan. Hati membesar dan tampak ikterus ringan.
Kadang-kadang dalam urin ditemukan albumin dan torak hialin atau torak granular. Ada
anemia ringan dan leukopenia dengan monositosis. Bila pada stadium dini penyakit dapat
didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi.
Malaria falsiparum berat adalah penyakit malaria dengan P.falciparum stadium
aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk gejala klinis tersebut di
bawah ini (WHO,1990) dengan menyingkirkan penyebab lain(infeksi bakteri atau virus):
a) Malaria otak dengan koma
b) Anemia normositik berat
c) Gagal ginjal
d) Edema paru
e) Hipoglikemia
f) Syok
g) Perdarahan spontan/DIC
h) Kejang umum yang berulang
i) Asidosis
j) Malaria hemoglobinuria
d. Anamnesis
1) Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan
nyeri otot atau pegal-pegal.
2) Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.
3) Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
4) Riwayat sakit malaria.
5) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
6) Riwayat mendapat transfusi darah.
7) Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Malaria Ringan

a) Demam (pengukuran dengan termometer 37,5C)


b) Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c) Pembesaran limpa (splenomegali)
d) Pembesaran hati (hepatomegali).
2) Malaria Berat
a) Mortalitas :
-

Hampir 100% tanpa pengobatan,

Tatalaksana adekuat: 20%

b) Definisi: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan berikut:
c) Malaria serebral
d) Gangguan status mental
e) Kejang multipel
f) Koma
g) Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL
h) Distress pernafasan
i)

Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen

j)

Hipotensi

k) Oliguria atau anuria


l)

Anemia: hematokrit <20% atau menurun dengan cepat

m) Kreatinin > 1,5 mg/dL


n) Parasitemia > 5%
o) Bentuk Lanjut (tropozoit lanjut atau schizont) P. falciparum pada apusan darah tepi
p) Hemoglobinuria
q) Perdarahan spontan
r) Kuning
f.

Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan dengan mikroskop
a) Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit
untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif), spesies dan
stadium plasmodium, serta kepadatan parasit. Sebagai standar emas pemeriksaan
laboratoris demam malaria pada penderita adalah mikroskopik untuk menemukan
parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan :
-

Ada/tidaknya parasit malaria.

Spesies dan stadium Plasmodium

Kepadatan parasit

b) Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++)

: ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB

(+++)

: ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB

(++++)

: ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB

c) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau sediaan
darah tipis.
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam
sampai 3 hari berturut-turut.
b) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
1) Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah
terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu. Hal yang penting
lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam
freezer pendingin.
2) Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari parasitemia. Titer >1:200
dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.
3) Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
a) Darah rutin
b) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah.
c) EKG
d) Foto toraks

e) Analisis cairan serebrospinalis


f) Biakan darah dan uji serologi
g) Urinalisis.

Gambar 4 : Apus darah tebal

Gambar 5. Stadium-stadium dalam siklus hidup P. falciparum. A: Bentuk cincin (tropozoid awal).
B: Schizont matur, jarang terlihat di sediaan apus darah perifer karen sekuestrasi mikrovaskular.
C: Gametosid, bentuk pisang.
g. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
1) Malaria Falsiparum
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera dibawah ini:

Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin


Setiap kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu blister
amodiakuin terdiri dari 12 tablet @ 200 mg = 153 mg amodiakuin basa, dan blister artesunat
terdiri dari 12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi diberikan per-oral selama tiga hari dengan
dosis tunggal harian sebagai berikut:
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi < 1 tahun, dan penderita
defisiensi G6-PD
Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut kelompok
Hari
1
2
3

Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-1
2-11
1-4
5-9
10-14
15

Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun


Artesunat
1/4
1/2
1
2
3
4
Amodiakuin 1/4
1/2
1
2
3
4
Primakuin
*)
*)

1 1/2
2
2-3
Artesunat
1/4
1/2
1
2
3
4
Amodiakuin 1/4
1/2
1
2
3
4
Artesunat
1/4
1/2
1
2
3
4
Amodiakuin 1/4
1/2
1
2
3
4
Tabel 3. Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut kelompok
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama

tidak efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Kina tablet
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7 (tujuh) hari.
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa adalah
4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kgbb/hari. Doksisiklin
tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia <8 tahun. Bila tidak ada doksisiklin, dapat
digunakan tetrasiklin.
Tetrasiklin

Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis 4 - 5 mg/kgbb/kali
Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak dengan umur di bawah.
8 tahun dan ibu hamil.
Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama.
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari

Jenis Obat

0-11

1-4 Tahun

5-9

10-14

>15 Tahun

Kina
Doksisiklin

Bulan
*)
-

3 X 1/2
-

Tahun
3X1
-

Tahun
3 X 11/2
2X

3 X (2-3)
2 X 1**)

Primakuin
Kina
Doksisiklin

*)
-

3 X 1/2
-

11/2
3X1
-

1**)
2
3 X 11/2
2X

2-3
3 X (2-3)
2 X 1**)

1**)

*) Dosis diberikan kg/bb


**) 2x50 mg Doksisiklin
***) 2x100 mg Doksisiklin

Hari

Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-11
1-4
5-9
10-14
>15 Tahun

Kina
Tetrasiklin
Primakuin
Kina
Tetrasiklin

Bulan
*)
*)
-

2-7

Tahun
3X

3X
-

Tahun
3X1
11/2
3X1
-

Tahun
3 X 11/2
*)
2
3 X 11/2
*)

3 X (2-3)
4 X 1**)
2-3
3 X (2-3)
4 X 1**)

*) Dosis diberikan kg/bb


**) 4x250 mg Tatrasiklin
Tabel 4. Pengobatan lini kedua untuk malaria falciparum

Untuk penderita malaria mix (P.falciparum + P.vivax) dapat diberikan pengobatan


obat kombinasi peroral selama tiga hari dengan dosis tunggal harian sebagai berikut:
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb ditambah dengan
primakuin 0,25 mg/ kgbb selama 14 hari.
Malaria mix = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin

Hari
1
2
3
3-14

Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-1
2-11
1-4
5-9
10-14

Bulan
Bulan Tahun Tahun
Tahun
Artesunat
1/4

1
2
3
Amodiakuin
1/4

1
2
3
Primakuin
-)
1/2
1
1 1/2
Artesunat
1/4

1
2
3
Amodiakuin
1/4

1
2
3
Primakuin
1/2
1
1 1/2
Artesunat
1/4

1
2
3
Amodiakuin
1/4

1
2
3
Primakuin
1/2
1
1 1/2
Tabel 5. Pengobatan malaria mix (P. Falciparum + P. Vivax)

>15 Tahun
4
4
2
4
4
2
4
4
2

2) Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale, malaria malariae


a) Malaria vivaks dan ovale
Lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale adalah seperti yang tertera
dibawah ini :
Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivaks dan
malaria ovale.
Klorokuin
Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb.
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari dan
diberikan bersama klorokuin.Seperti pengobatan malaria falsiparum, primakuin tidak
boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi <1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD.

Hari

Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-1
2-11
1-4
5-9
10-14
>15 Tahun
Bulan

Bulan

Tahun

Tahun

Tahun

1
2
3
4-14

Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Primakuin

1/4
1/4
1/8
-

1
1/4
1
1/4
1/2
1/4
1/4

2
1/2
2
1/2
1
1/2
1/2

3
3/4
3
3/4
1 1/2
3/4
3/4

3-4
1
3-4
1
2
1
1

Tabel 6. Pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale


Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin
Lini kedua : Kina + Primakuin
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari. Seperti
pengobatan malaria pada umumnya, primakuin tidak boleh diberikan kepada Ibu hamil, bayi
< 1tahun, dan penderita defisiensi G6-PD.
*) Dosis kina adalah 30mg/kgbb/hari yang diberikan 3 kali per hari. Pemberian kina pada
anak usia di bawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan berat badan.
Dosis dan cara pemberian primakuin adalah sama dengan cara pemberian primakuin pada
malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb perhari selama 14 hari.

Hari
1-7

Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-1
2-11
1-4
5-9
10-14
>15 Tahun

Kina

Bulan
*)

Bulan
*)

Tahun
3X

Tahun
3X1

Tahun
3X1

3X3

1/2
1/4

1/2

1/2
3/4

1-14
Primakuin
*) Dosis diberikan kg/bb

Tabel 7. Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin


3) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) sama dengan regimen sebelumnya
hanya dosis perimakuin ditingkatkan Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari,
dengan dosis total 25 mg basa/kgbb dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mg/kgbb/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan memakai tabel dosis berdasarkan
golongan Umur penderita malaria vivaks yang relaps.

Hari

1
2
3
4 -14

Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-1
2-11
1-4
5-9
10-14
>15 Tahun

Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun


Klorokuin
1/2
1
2
3
Primakuin 1/2
1
1 1/2
Klorokuin 1/4
1/2
1
2
3
Primakuin 1/2
1
1 1/2
Klorokuin 1/8
1/4
1/2
1
1 1/2
Primakuin 1/2
1
1 1/2
Primakuin 1/2
1
1 1/2
Tabel 8. Pengobatan malaria vivaks yang relaps (kambuh)

3-4
2
3-4
2
2
2
2

Khusus. untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat
(golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), maka pengobatan diberikan secara
mingguan.
Klorokuin diberikan 1 kali per-minggu selama 8 sampai dengan 12 minggu, dengan
dosis 10 mg basa/kgbb/kali Primakuin juga diberikan bersamaan dengan klorokuin setiap
minggu dengan dosis 0,76 mg/kgbb/kali.
Lama
minggu
8 s/d12
8 s/d12

Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-1
2-11
1-4
5-9
10-14
>15 Tahun

Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun


Klorokuin 1/4
1/2
1
2
3
3-4
Primakuin 3/4
1 1/2
2 1/4
3
Tabel 9. Pengobatan malaria vivaks penderita defislensi G6PD

Kadar Hb normal menurut Dacie :


Dewasa laki-laki 12,5 18,0 gr%
Dewasa Wanita 11,5 16,5 gr %
Bayi < 3 bulan 13,5 19,5 gr %
Bayi >3 bulan 9,5 13,5 gr%
Umur 1 tahun 10,5 13,5 gr%
Umur 3-6 tahun 12,0 14,0 gr%
Umur 10 12 tahun 11,5 14,5 gr%

Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam
volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah
ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk
pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti
koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu,
maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca
berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati normal pada laki
laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa adalah 41%.
Pada umumnya, penetapan salah satu dari tiga nilai ini sudah memberikan gambaran umum,
apakah konsentrasi SDM seseorang cukup atau tidak. Akan tetapi, bila terjadi anemia kerap kali
juga diperlukan informasi lebih lanjut, bagaimana konsentrasi rata-rata hemoglobin / SDM.
Volume SDM diperoleh dari membagi hematokrit ( mL/L darah ) dibagi dengan jumlah SDM
( juta/ml darah ). Satuan yang digunakan adalah fL dan nilainya berkisar antara 80 94 fL,ratarata 87 fL konsentrasi Hb/SDM diperoleh dengan membagi konsentrasi hemoglobin / SDM.
Hasilnya dinyatakan dengan satuan pg ( pikogram, 1pg = 10-12g ), pada orang dewasa sehat nilai
ini berkisar antara 27 32 pg dengan rata-rata sebesar 29,5 pg.
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari
volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena / kapile

Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik,
lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat
antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya
adalah Hb < 5 gram/dL.

Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis
kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada
penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

Hematokrit
Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%
Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%

Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar,
hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.

Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan
Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan
polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.

Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung,
perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht
<15%.

Leukosit (Hitung total)


Nilai normal 4500-10000 sel/mm3
Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3, Anak 10 tahun
4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, postpartum 9700-25700 sel/mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan
sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:

Anemia hemolitik

Sirosis hati dengan nekrosis

Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)

Keracunan berbagai macam zat

Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi,
dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina,
kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

Leukosit (hitung jenis)


Nilai normal hitung jenis

Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)

Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)

Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)

Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)

Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)

Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)

Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi di
mana eosinofil sering ditemukan meningkat.

Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan
monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the
left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat
menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka
bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.

Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil


disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya merupakan
infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara lain
keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

Trombosit
Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000 sel/mm3.

Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah dengue,


anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.

Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis,


polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi
oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika
>1.000.000 sel/mm3.

Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th edition.
Saunders-Elsevier, 2008

Anda mungkin juga menyukai