Definisi
Definisi
Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
b. Morfologi dan Daur Hidup
Daur hidup keempat spesies malaria pada manusia umumnya sama. Proses ini terdiri
dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual
(skizogoni) dalam badan hospes vertebrata.
Fase aseksual mempunyai 2 daur, yaitu:
1) Daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit)
2) Daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit) atau stadium jaringan dengan
a) Skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit primer) setelah sporozoit masuk dalam
sel hati.
b) Skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati.
Hasil penelitian pada malaria primata menunjukkan bahwa ada dua populasi
sporozoit yang berbeda, yaitu sporozoit yang secara langsung mangalami pertumbuhan dan
sporozoit yang tetap tidur (dormant) selama periode tertentu (disebut hipnozoit), sampai
menjadi aktif kembali dan mengalami pembelahan skizogoni. Pada infeksi P.falciparum dan
P.malariae hanya terdapat satu generasi aseksual dalam hati sebelum daur dalam darah
dimulai; sesudah itu daur dalam hati tidak dilanjutkan lagi. Pada infeksi P.vivax dan P.ovale
daur eksoeritrosit berlangsung terus sampai bertahun-tahun melengkapi perjalanan penyakit
yang dapat berlangsung lama (bila tidak diobati) disertai banyak relaps.
1) Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)
a) Fase jaringan
Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam
kelenjar liurnya menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam air liurnya masuk
melalui probosis yang ditusukkan kedalam kulit. Sporozoit segera masuk dalam
peredaran darah dan setelah jam sampai 1 jam masuk dalam sel hati. Banyak yang
dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian masuk dalam sel hati dan berkembangbiak.
Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Inti parasit membelah diri berulang-ulang
dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong, menjadi besar sampai
berukuran 45 mikron. Pembelahan inti disertai oleh pembelahan sitoplasma yang
mengelilingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit berinti satu dengan
ukuran 1,0 sampai 1,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi tidak ada reaksi di
sekitar jaringan hati.
Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk di
peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di sinusoid hati
tetapi beberapa difagositosis. Pada P.vivax dan P.ovale sebagian sporozit yang
menjadi hipnozoit setelah beberapa waktu (beberapa bulan sampau 5 tahun) menjadi
aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap
sebagai penyebab timbulnya relaps jangka panjang atau rekurens. P.falciparum dan
P.malariae tidak mempunyai fase eksoeritrosik; relapsnya disebabkan oleh proliferasi
stadium eritrositik dan dikenal sebagai rekrudesensi. Rekrudesensi yang panjang
kadang-kadang dijumpai pada P.malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik
yang menetap dalam sirkulasi mikrokapiler jaringan.
b) Fase aseksual dalam darah
Waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalam
darah tepi disebut masa pra-paten. Masa ini dapat dibedakan dengan masa
tunas/inkubasi yang berhubungan dengan timbulnya gejala klinis penyakit malaria.
Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan nulai menyerang eritrosit. Invasi
merozoit bergantung pada interaksi reseptor pada eritrosit, glikoforin dan merozoit
sendiri. Sisi enterior merozoit melekat pada membran eritrosit, kemudian membran
merooit menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit, lalu melakukan
invaginasi, membentuk vakuol dengan oarasit berada di dalamnya. Pada saat
merozoit masuk, selaput permukaan dijepit sehingga lepas. Seluruh proses ini
berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Stadium termuda dalam darah berbentuk
bulat, kecil; beberapa di antaranya mengandung vakuol sehingga sitoplasma
terdorong ke tepi dan inti berada di kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai
bentuk lingkaran, maka parasit muda disebut bentuk cincin. Selama pertumbuhan,
bentuknya berubah menjadi tidak teratur. Stadium muda ini disebut trofozoit. Parasit
mencernakan hemoglobin dalam eritrosit dan sisa metabolismenya berupa pigmen
malaria (hemozoin dan hematin). Pigmen yang mengandung zat besi dapat dilihat
dalam parasit sebagai butir-butir berwarna kuning tengguli hingga tengguli hitam
yang makin jelas pada stadium lanjut. Setelah masa pertumbuhan, parasit
berkembangbiak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut skizogoni.
Inti parasit membelah diri menjadi sejumlah inti yang lebih kecil. Kemudian
dilanjutkan dengan pembelahan sitoplasma untuk membentuk skizon. Skizon matang
mengandung bentuk-bentuk bulat kecil, terdiri dari inti dan sitoplasma yang disebut
merozoit. Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepaskan
dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian merozoit memasuki eritrosit baru dan
generasi lain dibentuk dengan cara yang sama. Pada daur eritrosit, skizogoni
berlangsung secara berulang-ulang selama infeksi dan menimbulkan parasitemia
yang meningkat dengan cepat sampai proses dihambat oleh respons imun hospes.
Perkembangan parasit dalam eritrosit menyebabkan perubahan pada eritrosit,
yaitu menjadi lebih besar, pucat dan bertitik-titik pada P.vivax. Perubahan ini khas
untuk spesies parasit. Perodisitas skizogoni berbeda-beda, tergantung dari spesiesnya.
Daur skizogoni (fase eritrosit) berlangsung 48 jam pada P.vivax dan P.ovale, kurang
dari 48 jam pada P.falciparum dan 72 jam pada P.malariae. Pada stadium permulaan
infeksi dapat ditemukan beberapa kelompok (broads) parasit yang tumbuh pada saat
yang berbeda-beda sehingga gejala demam tidak menunjukkan periodisitas yang
khas. Kemudian periodisitasnya menjadi lebih sinkron dan gejala demam memberi
gambaran tersian atau kuartan.
c) Fase seksual dalam darah
Setelah 2 atau 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoit
tumbuh menjadi bentuk seksual. Proses ini disebut gametogoni (gametositogenesis).
Bentuk seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk
yang berbeda pada berbagai spesies: pada P.falciparum bentuknya seperti
sabit/pisang bila sudah matang; pada spesies lain bentuknya bulat. Pada semua
spesies Plasmodium dengan pulasan khusus, gametosit betina (makrogametosit)
mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan pada gametosit
jantan (mikrogametosit) sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan int
besar dan difus. Kedua macam gametosit mengandung banyak butir-butir pigmen.
2) Parasit dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif)
a) Eksflagelasi
Bila nyamuk Anopheles betina mengisap darah hospes manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit aseksual dicernakan bersama dengan eritrosit,
tetapi gametosit dapat tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4
sampai 8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang (flagel)
dengan ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak
sebentar dan kemudian melepaskan diri. Proses ini (eksflagelasi) hanya berlangsung
beberapa menit pada yang sesuai dan dapat dilihat dengan mikroskop pada sediaan
darah basah yang masih segar tanpa diwarnai. Flagel atau gamet jantan disebut
mikrogamet; makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi
gamet betina atau makrogamet. Dalam lambung nyamuk mikrogamet tertarik oleh
(1050F) atau lebih. Mual dan muntah serta herpes pada bibir dapat terjadi. Pusing,
mengantuk atau gejala lain yang ditimbulkan oleh iritasi serebral dapat terjadi tetapi
hanya berlangsung sementara. Anemia pada serangan pertama biasanya belum jelas atau
tidak berat, tetapi pada malaria menahun menjadi lebih jelas.
Limpa pada serangan pertama mulai membesar, dengan konsistensi lembek
danmulai teraba pada minggu kedua. Pada malaria menahun menjadi sangat besar, keras,
dan kenyal. Pada permulaan serangan pertama, jumlah parasit P.vivax kecil dalam
peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung, jumlahnya bertambah
besar. Kira-kira satu minggu setelah serangan pertama, stadium gametosit tampak dalam
darah. Suatu serangan tunggal yang tidak diberi pengobatan, dapat berlangsung beberapa
minggu dengan serangan demam yang berulang-ulang. Pada kira-kira 60% kasus yang
tidak diberi pengobatan atau yang pengobatannya tidak adekuat, relaps timbul sebagai
rekrudensi.
2) Plasmodium malariae
Masa inkubasi pada infeksi P.malariae berlangsung 18 hari dan kadang-kadang
sampai 30-40 hari. Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria vivaks.
Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit P.malariae cenderung
menghinggapi eritrosit yang lebih tua. Kelainan ginjal yang disebabkan oleh P.malariae
bisa bersifat menahun dan progresif dengan gejala lebih berat dan prognosisnya buruk.
Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat. Anemia kurang jelas daripada malaria vivaks
dan penyulit lain agak jarang. Splenomegali dapat mencapai ukura yang besar.
Parasitemia asimtomatik tidak jarang danmenjadi masalah pada donor darah untuk
transfusi. Mekanisme rekurens (relaps jangka pankang) pada malaria malariae disebabkan
oleh parasit dari daur eritrosit yang menjadi banyak; stadium aseksual daur eritrosit dapat
bertahan di dalam badan, dalam beberapa hal parasit-parasit ini dilindungi oleh
pertahanan sistem kekebalan selular dan humoral manusia; ada faktor evasi, yaitu parasit
dapat menghindarkan diri dari pengaruh zat anti dan fagositosis dan disamping itu
bertahannya parasit-parasit ini tergantung pada variasi antigen yang terus-menerus
berubah dan dapat menyebabkan relaps.
3) Plasmodium ovale
Gejala klinis malaria ovale mirip dengan malaria vivaks. Serangannya sama
hebat tetapi penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit
sering tetap berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang
lebih virulen. Parasit ini baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap.
4) Plasmodium falciparum
b) Definisi: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan berikut:
c) Malaria serebral
d) Gangguan status mental
e) Kejang multipel
f) Koma
g) Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL
h) Distress pernafasan
i)
j)
Hipotensi
Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan dengan mikroskop
a) Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit
untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif), spesies dan
stadium plasmodium, serta kepadatan parasit. Sebagai standar emas pemeriksaan
laboratoris demam malaria pada penderita adalah mikroskopik untuk menemukan
parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan :
-
Kepadatan parasit
b) Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++)
(+++)
(++++)
c) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau sediaan
darah tipis.
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam
sampai 3 hari berturut-turut.
b) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
1) Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah
terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu. Hal yang penting
lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam
freezer pendingin.
2) Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari parasitemia. Titer >1:200
dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.
3) Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
a) Darah rutin
b) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah.
c) EKG
d) Foto toraks
Gambar 5. Stadium-stadium dalam siklus hidup P. falciparum. A: Bentuk cincin (tropozoid awal).
B: Schizont matur, jarang terlihat di sediaan apus darah perifer karen sekuestrasi mikrovaskular.
C: Gametosid, bentuk pisang.
g. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
1) Malaria Falsiparum
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera dibawah ini:
Jenis Obat
1 1/2
2
2-3
Artesunat
1/4
1/2
1
2
3
4
Amodiakuin 1/4
1/2
1
2
3
4
Artesunat
1/4
1/2
1
2
3
4
Amodiakuin 1/4
1/2
1
2
3
4
Tabel 3. Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut kelompok
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama
tidak efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Kina tablet
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7 (tujuh) hari.
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa adalah
4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kgbb/hari. Doksisiklin
tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia <8 tahun. Bila tidak ada doksisiklin, dapat
digunakan tetrasiklin.
Tetrasiklin
Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis 4 - 5 mg/kgbb/kali
Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak dengan umur di bawah.
8 tahun dan ibu hamil.
Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama.
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari
Jenis Obat
0-11
1-4 Tahun
5-9
10-14
>15 Tahun
Kina
Doksisiklin
Bulan
*)
-
3 X 1/2
-
Tahun
3X1
-
Tahun
3 X 11/2
2X
3 X (2-3)
2 X 1**)
Primakuin
Kina
Doksisiklin
*)
-
3 X 1/2
-
11/2
3X1
-
1**)
2
3 X 11/2
2X
2-3
3 X (2-3)
2 X 1**)
1**)
Hari
Jenis Obat
Kina
Tetrasiklin
Primakuin
Kina
Tetrasiklin
Bulan
*)
*)
-
2-7
Tahun
3X
3X
-
Tahun
3X1
11/2
3X1
-
Tahun
3 X 11/2
*)
2
3 X 11/2
*)
3 X (2-3)
4 X 1**)
2-3
3 X (2-3)
4 X 1**)
Hari
1
2
3
3-14
Jenis Obat
Bulan
Bulan Tahun Tahun
Tahun
Artesunat
1/4
1
2
3
Amodiakuin
1/4
1
2
3
Primakuin
-)
1/2
1
1 1/2
Artesunat
1/4
1
2
3
Amodiakuin
1/4
1
2
3
Primakuin
1/2
1
1 1/2
Artesunat
1/4
1
2
3
Amodiakuin
1/4
1
2
3
Primakuin
1/2
1
1 1/2
Tabel 5. Pengobatan malaria mix (P. Falciparum + P. Vivax)
>15 Tahun
4
4
2
4
4
2
4
4
2
Hari
Jenis Obat
Bulan
Tahun
Tahun
Tahun
1
2
3
4-14
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Primakuin
1/4
1/4
1/8
-
1
1/4
1
1/4
1/2
1/4
1/4
2
1/2
2
1/2
1
1/2
1/2
3
3/4
3
3/4
1 1/2
3/4
3/4
3-4
1
3-4
1
2
1
1
Hari
1-7
Jenis Obat
Kina
Bulan
*)
Bulan
*)
Tahun
3X
Tahun
3X1
Tahun
3X1
3X3
1/2
1/4
1/2
1/2
3/4
1-14
Primakuin
*) Dosis diberikan kg/bb
Hari
1
2
3
4 -14
Jenis Obat
3-4
2
3-4
2
2
2
2
Khusus. untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat
(golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), maka pengobatan diberikan secara
mingguan.
Klorokuin diberikan 1 kali per-minggu selama 8 sampai dengan 12 minggu, dengan
dosis 10 mg basa/kgbb/kali Primakuin juga diberikan bersamaan dengan klorokuin setiap
minggu dengan dosis 0,76 mg/kgbb/kali.
Lama
minggu
8 s/d12
8 s/d12
Jenis Obat
Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam
volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah
ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk
pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti
koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu,
maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca
berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati normal pada laki
laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa adalah 41%.
Pada umumnya, penetapan salah satu dari tiga nilai ini sudah memberikan gambaran umum,
apakah konsentrasi SDM seseorang cukup atau tidak. Akan tetapi, bila terjadi anemia kerap kali
juga diperlukan informasi lebih lanjut, bagaimana konsentrasi rata-rata hemoglobin / SDM.
Volume SDM diperoleh dari membagi hematokrit ( mL/L darah ) dibagi dengan jumlah SDM
( juta/ml darah ). Satuan yang digunakan adalah fL dan nilainya berkisar antara 80 94 fL,ratarata 87 fL konsentrasi Hb/SDM diperoleh dengan membagi konsentrasi hemoglobin / SDM.
Hasilnya dinyatakan dengan satuan pg ( pikogram, 1pg = 10-12g ), pada orang dewasa sehat nilai
ini berkisar antara 27 32 pg dengan rata-rata sebesar 29,5 pg.
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari
volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena / kapile
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik,
lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat
antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya
adalah Hb < 5 gram/dL.
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis
kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada
penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
Hematokrit
Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%
Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar,
hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.
Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan
Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan
polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung,
perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht
<15%.
Anemia hemolitik
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi,
dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina,
kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi di
mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan
monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the
left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat
menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka
bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
Trombosit
Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000 sel/mm3.
Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th edition.
Saunders-Elsevier, 2008