Anda di halaman 1dari 24

CASE SCIENCE SESSION (CSS)

SESSION
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELETROLIT PADA LANSIA
Oleh:
Melisa, S.Ked
G1A108067

Dosen Pembimbing : dr.Hj. Elfiani, SpPD. FINASIM


KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FKIK UNIVERSITAS JAMBI
2014

BAB 1
PENDAHULUAN

Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit sangat


sering pada lansia dehidrasi, hipernatremia dan
hiponatremia
Data amerika serikata : 7% px lansia usia > 60 tahun
dengan angkar mortilitas 50%
data depertemen ilmu penyakit dalam RSUPN-CM
tahun 2000-2001 45%dehidrasi
Hipernatremi 1% pada lansia >60 tahun dengan angka
mortilitas >40%
Hiponatremia 11%

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan Sitem tubuh pada proses menua


1. Perubahan pada Sistem Sensoris
2. Penglihatan
3. Pendengaran
4. Perabaan
5. Pengecapan
6. Penciuman
7. Perubahan pada Sistem Integumen
8. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
9. Perubahan pada Sistem Neurologis
10. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular
11. Perubahan Struktur
12. Perubahan pada Sistem Pulmonal
13. Perubahan pada Sistem Endokrin
14. Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria
15. Perubahan pada Sistem Reproduksi

CAIRAN DAN ELETROLIT

Cairan tubuh adalah : larutan yang terdiri dari air


dan zat terlarut
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Caiaran dan elektrolit
masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman
dan cairan intravena dan didistribusikan ke seluruh
bagian tubuh

Distribusi cairan
Cairan tubuh total :
60%

Cairan intra sel


: 40%

Cairan
Intertisial : 15%

Cairan extra sel :


20%

Cairan
intravaskuler/plas
ma : 5%

Cairan transeluler 12%: Rongga synovial,


cerebrospinal, liquor
humos, intra okuler
liquor

Gangguan keseimbangan cairan dan


eletrolit pada usia lanjut

Dehidrasi

berkurangnya cairan tubuh total, dapat


berupa hilangnya air lebih banyak dari
natrium (dehidrasi hipertonik), atau
hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang
sama (dehidrasi isotonik),atau hilangnya
natrium yang lebih bnyak dari air (dehidrasi
hipotonik)

Dehidrasi hipertonik :ditandai dengan tinggi


kadar natrium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan
peningkatan osmolalitas efektif serum ( lebih
dari 285 mosmo/liter)
Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya
kadar natrium serum (135-145 meq/L dan
osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter).
Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya
kadar natrium serum (kurang dari 135 mEg/L)
dan osmolalitas efektif serum( kurang dari 270
mosmol/liter):

ETIOLOGI

Infeksi kronik atau akut


Kehilngan urin berlebihan

Guna salah diuretik


Glikosuria
Hiperkalsiuria
Manitol
Zat kontras radiologi
Peningkatan nitrogen urea darah
Diabetes Insipidus : Sentral, Nefrogenik
Hipoaldosteronism : penyakit addison, hipoaldosteronisme
hiporeninemik
Supresi vasopresin ;fenitoin, etano, pasca takiaritmia atrial

Diuresis pasca obstruksi


Kehilangan gastrointestinal

Traktus gastrointestinal atas: muntah, kerusakan nasogaster,diet


interal dengan cairan hipertonik.
Traktus gastrointestinal bawah : guna salah laksatif/persiapan usus,
diare infeksius/sekretori
Pintas bedah/fistula
Iskemia usus
kolektomi

Kehilngan darah berlebihan


Lingkungan-berhubungan dengan kehilngan
cairan

Gelombang panas
Hipotermi

Pergeseran cairan ke interstisial


Hipoalbuminemia
Pankreatitis
Asites
Anafilaksis
Luka bakar
Dialisat peritoneal hipertonik

Terbatasnya akses terhadap cairan


Keterbatasan fisik
Keterbatasan gerak
Buruknya ketajaman penglihatan

Retriksi cairan

Persiapan tindakan operasi


Menghindari mengompol atau tersedak
Terapi edema atau hiponatremia

Perubahan sensoris

Berkurangnya tingkat kesadaran: sedatif,neuroleptik, narkotik,


kerusakan sistem saraf pusats secara metabolik, demam
Berkurangnya tingkat kewaspadaaan : Demensia,delirium,
mania,psikosis,depresi

Gangguan gastrointestinal

Gangguan menelan
Obstruksi usus : mekanik,metabolik,iskemik
Obat-obtan antikolinergik

Perubahan mekanisme rasa haus

Adipsia primer
Terkait obat : glikosida jantung.amfetamin
Berhubungan dengan patologi sistem saraf pusat fokal

GEJALA
DEHIDRASI
Klasik dehidrasi : rasa haus,lidah

kering,penurunan turgo dan mata cekung sering


tidak jelas
Gejala klinik : penurunan berat badan lebih dari
3%, hipotensi ortostatik
Berdasarkan studi divisi geriatri : aksila
lembab/basah,suhu tubuh meningkat dari suhu
basal, diuresis berkurang, BJ urin lebih dari
atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya
glukosuria dan proteinuria), serta rasio Blood
Urea Nitrogen/Kreatinin lebih dari atau sama
dengan 16,9 ( tanpa adanya perdarahan aktif
swaluran cerna)

TATALAKSANA DEHIDRASI PADA


USIA LANJUT

Terapi Rehidrasi Oral


Dehidrasi ringan : secara oral 1500-2500 ml/24 jam
(30ml/kgbb/24 jam) perhatikan tanda-tanda kelebihan
cairan: ortopnea,sesak napas,perubahan pola tidur
Dehidrasi hipertonik : air atau minuman dengan
kandungan sodium yang rendah, jus buah seperti
apel,jeruk,dan anggur
Dehidrasi Isotonik : cairan yang di anjurkan adalah air
dan suplemen yang mengandung sodium (jus tomat),
juga dapat diberikan larutan isotonik yang ada di
pasaran.
Dehidrasi Hipotonik : cairan yang di anjurkan seperti di
atas tetapi dibutuhkan kadar sodium yang lebih tinggi

Terapi Rehidrasi Parenteral

Rumus :

Defisit Cairan (liter)= berat badan total (BBT)


saat ini
BBT = kadar Na serum x BBT saat ini
140
BBT saat ini (pria) = 50% x berat badan (kg)

BBT saat ini (wanita) = 45% x berat badan (kg)

Dehidrasi isotonik : NaCL 0,9% atau destrosa 5%


dengan 25-30%
Dehidrasi hipertonik : NaCL 0,45%
Dehidrasi hipotonik : mengatasi penyebab yang
mendasri, penambahan diet natrium dan bila
perlu pemberian cairan hipertonik.

2. Hipernatremia
Hipernatremia pada usia lanjut paling sering
disebabkan kombinasi dari asupan cairan yang tidak
adekuat dan bertambahnya kehilangan cairan.
Gangguan mekanisme rasa haus dan hambatan akses
terhadap cairan (sekunder dari ganggusn mobilitas
atau menelan) turut berkontribusi dalam timbulnya
hipernatremi pada usia lanjut selain adanya
keterlambatan ekskresi natrium.

Kehilangan air murni pada kedaaan demam,


hiverventilasi,atau diabetes insipidus. Lebih
sering, kehilangan air hipotonik disebabkan oleh
problem saluran cerna, luka bakar, terapi
diuretika atau diuresis osmotik. Seringkali
deteksi hipernatremia pada usia lanjut
terlambat dilakukan sehingga usia lanjut yang
lemah dapat dengan mudah jatuh pada keadaan
hipernatremia yang bermakna.

GEJALA HIPERNATREMIA
Gejalnya sering tidak khas
Gejala sistem saraf pusat utama karena
berkurangnya cairan di sel-sel otak : iritabilitas,
letargi,kejang otot,spatisitas dan hiperrefleksi

Tatalaksana Hipernatremia
Defisi

cairan : (natrium plasma 140) X air tubuh

total
Mengoreksi 50% defisit cairan dalam 12-24 jam
pertama dan sisanya diberikan dalam satu hingga
dua hari berikutnya
Memburuk status neurologis selama pemberian
cairan dapat menunujukkan terjadi edma serebral
dan membutuhkan segera dan penghentian
sementara cairan.

3. HIPONATREMIA
Pada usia lanjut sehat, terdapat penurunan
sekita 1 mEq/L per dekade rata-rata 141 4
mEq/L pada usia dewasa muda. Pada usia lanjut
,
hiponatremia
dilusionalkan
merupakan
mekanisme mendasar yang cukup sering terjadi
namun yang paling sering adalah karena
syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
secretion (SIADH

Hipotermi sring menandakan penyakit berat


yang mendasari dengan prognosis buruk dan
mortalitas tinggi. Risiko utama timbulnya
perburukan hiponatremi adalah pemberia cairan
hipotonik. Rendahnya asupan natrium disertai
pengaruh proses menua dengan gangguan ginjal
dalam menahan natrium memudahkan
terjadinya kehilangan natrium dan hiponatremi.
Banyak pasien yang mendapat dukungan nurtisi
melalui NGT mengalami hiponatremia
intermiten atau persisten karena rendahnya
kandungan natrium dalam diet tersebut.

Gejala klinis hiponatremia


Tergantung rendahnya kadar natrium dan
cepatnya penurunan kadar natrium serum
tersebut.
Hiponatremia kronik ringan bisa saja tidak
bergejala.
Kadar natrium serum <125 mEq/L dapat
menimbulkan letargi, kelelahan, anoreksia,
mual, dan kram otot. Dengan memburuknya
hiponatremia, gejala-gejala susunan saraf
pusat mengemukan dan bervariasi dari
kebingunan hingga koma dan kejang, terdapat
risiko kematian bila kadar natrium serum <
110 mEq/L

TATALAKSANA HIPONATREMIA
Faktor penyebab harus disingkirkan: biasanya terjasi pada kondisi
SIADH disebabkan infeksi, hematom subdural, medikamentosa,
penyakit paru dan kaker
Hiponatremia ringan : diet cair/NGT. Koreksi dengan menambahkan
karutan salin atau tablet NaCL yang dihaluskan kedalam cairan
enteral.
Restriksi cairan
Defisit natrium (pria) = (0.6xberat badan kering (kg)) x (120-kadar
natrium plasma)
Defisit natrium (wanita) =(0,5x berat badan kering (kg))x (120-kadar
natrium plasma)
Perhitungan di atas tidak dapat digunakan pada kehilangan cairan
yang isoosmotik : 120 mEq/L yang di ikuti peningkatan secara
bertahap menuju kadar normal. Menurut Laureno dan karp kurang
dari 10 mEq/L dalam 24 jam.

KESIMPULAN

Proses menua normal disertai dengan perubahan


berikut yang berpengaruh pada regulasi cairan dan
natrium : 1) Gangguan persepsi rasa haus, 2)
penurunan laju filtrasi glomerulus, 3) gangguan
kapsitas ginjal untuk memekat urin, 4) Gangguan
kapasitas ginjal untuk menahan natrium, sebagai
konsekuensi perubahan-perubahan ini, kapasitas
seseorang berusia lanjut menghadapi berbangai
penyakit, obat-obatan dan stresfisiologi menjadi
berkurang sehingga meninggalkan risiko timbulnya
perubahan keseimbangan cairan dan natrium yang
bermakna secara klinis. Diperlukan kewaspadaan
yang tinggi mengenai terdapat kemampuan
homeostasis ini guna mengantisipasi akibat oenyakit
dan obat-obatan terhadap status volume dan eletrolit
pasien usia lanjut hingga intervensi terapi dan
tatalaksana menjadi rasional.

DAFTAR PUSTAKA

Sari KN,Kuswardhani T. 2009, Dehidrasi dan gangguan eletrolit dalam Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, ed. V, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Arya G R, Harimurti K,Setiti S. 2009, proses menua dan Implikasi Kliniknya
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, ed. V, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Setyohadi B, dkk. Kegawat daruratan dalam penyakit dalam (emergency in
internal medicine (EIMED)). Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2012.
Price, S.A., & Wilson, L.M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Guyton, Arthur C. 1990. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Tamher dan Noorkasiani.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai