1. Latar Belakang
Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan
mutu dan kualitas bahan galian. Karna umumnya material bahan berharga pada
saat proses penambangan masih belum bisa digunakan secara langsung karna
masih bercampur dengan impurutis atau zat pengotor (Tailing) yang umumnya
berasal dari material koalisinya. Setelah proses pengolahan awal, bahan galian
utama biasanya didapatkan dalam bentuk konsentrat bahan galian
b. Sizing
2. Konsentrasi, pada tahap ini konsentrat dipisahkan dari material koalisinya.
a. Aliran air Horizontal
b. Aliran air vertical
c. Berdasarkan Specific Grafity
d. Berdasarkan sifat kemagnetan
e. Berdasarkan sifat elektricity
f. Reaktifitas terhadap udara
3. Dewatering, adalah proses Pemisanhan unsur padat dan cair.
a. Filtrasi
b. Drying
c. Thicktening
BAB II
PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
1. Sluice Box
Sluice Box biasa digunakan pada tambang semprot untuk lapisan alluvial. Dimana
lapisan alluvial ini disemprot dengan air bertekanan tinggi menggunakan pompa
sederhana utnuk melepaskan butiran material berharga dengan fragmen alluvial.
Selanjutnya aliran lumpur alluvial ini disemprotkan ke dalam sluice box tersebut
untuk dilakuan proses pemisahan awal. Material berharga yang dicari dengan
menggunakan metode ini umumnya adalah bijih emas dan timah.
Didalam sluice box, lumpur hasil penyedotan konsentrat yang mengandung emas
yang terdapat didalam aliran lumpur dapat ditangkap (terendapkan karena berat
jenisnya tinggi) dengan bantuan dasar sluice box yang dilapisi karpet. Setelah itu
karpet dasaran dari sluice box ini kemudian dicuci dalam drum tertutup, agar
butiran material berharga telepas dan terkumpul didalamnya. Kosentrat yang berisi
campuran mineral berat selanjutnya didulang untuk mendapatkan butiran emasnya.
Pada saat proses ini biasanya masih banyak material berharga yang ikut terbawa
bersama tailing. Untuk menghindari proses tersebut, pada saat pendulangan
campuran konsentratnya dicampurkan dengan air raksa (Hg), Hal ini memanfaatkan
sifat emas yang hanya mau bersenyawa dengan Unsur air raksa tersebut. Proses
tersebut disebut disebut proses Amalgamisasi. Kemudian campuran air raksa dan
emas lalu tersebut disaring menggunakan kain saring untuk mendapatkan
konsentrat murni dari emasnya, konsentrat ini boasanya disebut Bulion. Bulion ini
kemudian dibakar untuk memisahkan kembali campuran antara air raksa dan unsur
emasnya.
2. Humprey Spiral
Pada metode ini, prinsip utama yang diterapkan adalah pola aliran horizontal.
Adapun gaya-gaya utama yang bekerja pada sistem pengolahan dengan
menggunakan alat humprey spiral ini adalah :
setelah dilakukan proses ekstraksi, ada sekitar 10% - 20% yang hilang.
Proses-proses dalam flotasi ini antara lain : Pengahancuran, peggilingan (biasanya 2
proses ini adalah proses awal dalam pengolahan), Pengapungan, dan pengeringan.
Penghancuran dan penggilingan bertujuan untuk mererduksi ukuran bijih agar
sesuai dengan kapasitas alat flotasi. Flotasi sendiri dapat diartikan pengapungan,
dimana yang diapungkan disini adalah material berharga yang reaktif terhadap
adanya gelembung udara dan tingkat kejenuhan terhadap air. Sehingga jika suatu
material sudah jenuh terhadap air, maka dia cenderung akan bereaksi dengan
gelembung udara dan terangkat kepermukaan sel flotasi dalam bentuk buih.
Awalnya konsentrat halus hasil penggilingan yang mengandung unsur emas atau
tembaga tadi dicampur dengan Reagen untuk membuat bubur konsentrat (slurry)
didalam sel flotasi, lalu dimasukkan udara bertekanan untuk proses
pengadukannya. Reagen sendiri adalah media yang digunakan untuk membuat
gelembung udara pada saat poses, reagen type ini dapat berupa kapur. Kemudian
dimasukkan juga reagen type Collector, fungsinya adalah mempengaruhi semua
partikel-partikel sulfida yang biasanya berupa logam agar bersifat menolak air.
Setelah partikel sulfida terpengaruh oleh reagen collector. Maka partikel tersebut
akan mengikuti gelembung dan mengapung kepermukaan sel flotasi. Partikel ini
akan berbentuk buih seperti detergen yang berwarna metalik dan akan masuk ke
palung konsentrat. Hasil dari proses flotasi ini harus mengalami proses lanjutan
berupa proses pengeringan.
5. Conveyor Magnetic Separator
Metode ini biasanya digunakan untuk memisahkan material berupa bijih yang
memiliki sifat kemagnetan. Metode yang digunakan hampir sama dengan Drum
magnetic separator, namun pada alat ini, magnet tidak berbentuk drum yang
berputar dan memiliki arus magnet induksi, melainkan sebuah belt conveyor yang
terbuat dari lempeng logam. Bentuk dan mekanisme kerja alat dari Conveyornya
sama dengan conveyor yang biasa digunakan pada proses pemindahan material
hasil proses crushing. Namun conveyor logam ini memiliki arus magnet induksi.
Prisnsip kerjanya adalah dengan menjatuhkan material curah hasil proses crushing
di atas conveyor yang sedang berjalan. Material yang tidak memiliki sifat
kemagnetan akan jatuh diujung landasan conveyor dan masuk kedalam Waste port
untuk selanjutnya dialirkan dengan aliran air ke tailing pit. Sedangkan material yang
memiliki sifat kemagnetan akan terus berjalan bersama dengan belt conveyor, lalu
belt conveyor akan dibersihkan oleh scrap, agar material magnetic terlepas dari belt
conveyor ketempat penampungannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tujuan Pengolahan awal adalah untuk meningkatkan kualitas bahan galian.
2. Hasil dari pengolahan ini adalah konsentrat dan tailing.
3. Konsentrat adalah material berharga (bahan galian utama).
4. Tailing adalah zat pengotor (material asosiasi).
5. Didalam proses ini kemungkian akan didapatkan bahan galian ekonomis ikutan
dan campuran.
6. Sebelum melakukan pengolahan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
untuk penentuan peralatan pengolahan, antara lain :
a. Warna dan Kilap
b. Ikatan Mineral