Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TUGAS AKHIR

STUDI ANALISIS BEBAN LISTRIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP


PERFORMA GENSET DI PT. TITIS SAMPURNA (CNG)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Kelulusan
Program Strata Satu ( S1 ) Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu

Disusun oleh :
ELVIN ROZZAQ
10250102
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STRATA SATU ( S1 )
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI RONGGOLAWE CEPU
2014

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

STUDI ANALISIS BEBAN LISTRIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP


PERFORMA GENSET DI PT. TITIS SAMPURNA (CNG)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan
Program Strata Satu ( S1 ) Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu

Telah diperiksa dan disetujui pada :


Hari

Tanggal

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro

Calon Dosen Pembimbing

( Suprawikno, ST )

( Bambang Haryoko, M )

Abstrak
Dalam suatu industry pasokan energy listrik adalah menjadi hal utama, bisa dari pasokan
PLN maupun generator diesel. Generator adalah suatu mesin yang mengubah energy putar
menjadi energy listrik. Tidak terkecuali di PT. CNG nglobo, dimana dalam hal ini mereka
memilih pembangkitan sendiri dengan menggunakan generator daripada menggunakan pasokan
dari PLN. Beban beban disana jiaka

Daftar isi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar batubara
berdasarkan pada Peraturan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2006 tanggal 05 Juli 2006 tentang
penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan Percepatan Pembangunan
Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan batubara. Perpres ini menjadi dasar bagi
pembangunan 10 PLTU di Jawa dan 25 PLTU di Luar Jawa Bali atau yang dikenal dengan
nama Proyek Percepatan PLTU 10.000 MW. Pembangunan proyek proyek PLTU tersebut
guna mengejar pasokan tenaga listrik yang akan mengalami defisit sampai beberapa tahun

mendatang, serta menunjang program diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik ke
non bahan bakar minyak (BBM) dengan memanfaatkan batubara berkalori rendah (4200
kcal/kg). Dengan mulai beroperasinya PLTU Rembang yang berada di Desa Sluke Rembang
pada bulan September 2011 ikut mendukung tercapainya percepatan proyek 10.000 MW.
PLTU Rembang terdiri dari 2 buah generator 300 MW yang berperan menyuplai daya
pada jaringan transmisi 150 kV untuk mencukupi kebutuhan pelanggan, khusus nya di sistem
Jawa Tengah (Pati dan Rembang) maka memerlukan keandalan sistem kelistrikan serta
kontinuitas dari operasi pembangkit. Salah satu metoda yang dilakukan untuk memperoleh
keandalan sistem adalah performa sistem proteksi dengan koordinasi relay relay
pengamannya. Oleh sebab itu untuk meningkatkan perfoma sistem proteksi perlu dilakukan
analisis terhadap setelan dan koordinasi relay yang ada khususnya relay pengaman arus
lebih. Analisis ini dapat dilakukan dengan menggambarkan kurva karakteristik relay
pengaman arus lebih. Dengan menganalisis hal ini, diharapkan akan dapat mencegah atau
membatasi kerusakan jaringan beserta peralatannya ketika terjadi ganguan dan juga
mencegah putusnya suplai daya listrik pada daerah yang tidak ada gangguan

1.2 Maksud Dan Tujuan


Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
1. Mengetahui koordinasi relay sistem pengaman yang terpasang pada jaringan tenaga
listrik pada transformator auxiliary yang ada pada PLTU Rembang.
2. Mendapatkan setting relay yang ideal untuk sistem pengamanan dalam jaringan tenaga
listrik di PLTU Rembang
1.3 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas didalam tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana respon sistem pengamanan kelistrikan pada PLTU Rembang ketika terjadi
gangguan sehingga dapat mengisolasi gangguan segera sehingga tidak menimbulkan
dampak yang lebih luas.

2. Menentukan nilai setting relay yang ideal dalam sistem pengamanan kelistrikan pada
PLTU Rembang.
1.4 Batasan Masalah
1. Studi analisa koordinasi relay pengaman hanya difokuskan pada relay arus lebih ( Over
current relay ) dan relay ganguan tanah ( ground fault relay ).
2. Studi analisa dilakukan pada jaringan distribusi untuk pemakaian sendiri pada PLTU
Rembang.
1.5 Sasaran
Dapat mengetahui dan mendapatkan setting relay arus lebih dan relay gangguan tanah
yang sesuai pada sistem pengaman jaringan tenaga listrik pada penggunaan sendiri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Hubung Singkat


Pada sistem tenaga listrik tidak terlepas dari terjadinya berbagai macam ganguan. Pada
sistem tenaga listrik, gangguan (fault)yang terjadi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Gangguan listrik
Jenis gangguan ini adalah gangguan listrik yang timbul dan terjadi pada bagian
bagian listrik.
2. Gangguan mekanis
Jenis gangguan ini terjadi dikarenakan adanya kerusakan secara fisik dari peralatan.
3. Gangguan sistem

Jenis gangguan ini terjadi berhubungan dengan kondisi parameter pada sistem.
Bila ditinjau dari segi lamanya gangguan, jenis gangguan dapat dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu:
1. Gangguan temporer.
2. Gangguan permanen.
2.2 Relay Arus Lebih ( Overcurrent Relay )
Relay arus lebih merupakan suatu jenis relay yang bekerja berdasarkan besarnya arus
masukan, dan apabila besarnya arus masukan melebihi suatu harga tertentu yang dapat diatur
(Ip) maka relay arus lebih bekerja. Dimana Ip merupakan arus kerja yang dinyatakan
menurut gulungan sekunder dari trafo arus (CT). Bila suatu gangguan terjadi di dalam daerah
perlindungan rele, besarnya arus gangguan ( If ) yang juga dinyatakan terhadap gulungan
sekunder CT juga. Relay akan bekerja apabila memenuhi keadaan sebagai berikut
If > Ip relay bekerja (trip)
If < Ip tidak bekerja (blok)
2.3 Setting Relay Pengaman
1. SettingArus
Pada dasarnya batas penyetelan relay arus lebih adalah relay tidak boleh bekerja pada saat
beban maksimum. Arus settingnya harus lebih besar dari arus beban maksimumnya.
2. Setting Waktu
Penyetelan waktu kerja relay terutama dipertimbangkan terhadap kecepatan dan
selektivitas kerja dari rele, sehingga relay tidak salah operasi, yang dapat menyebabkan
tujuan pengaman tidak berarti.
2.4 Relay Gangguan ke Tanah (Ground Fault Relay )
Gangguan yang sering terjadi di sistem tenaga listrik ialah gangguan fasa ke tanah. Oleh
karena itu perlu dipasang relay pengaman untuk mengamankan sistem dari terjadinya
gangguan tersebut. Relay yang berfungsi untuk mengamankannya ialah Groud Fault Relay
(GFR). Relay ini dilengkapi zero sequence current filter. Relay gangguan ketanah dapat
digunakan pada sistem yang mampu membatasi arus gangguan ketanah. Misalnya sistem
dengan pentanahan resistansi dimana impedansi yang rendah mampu mengurangi arus

gangguan ketanah. Rangesetting dari relay ini misal 20% - 80% dari rating arusnya atau
bahkan lebih rendah, referensi lain menggunakan 10% - 50% [2].Pengaman ini akan aktif
jika arus sisa Iresidu = Ia+Ib+Ic yang mengalir naik melebihi setting arus.

Gambar 1. Residual CT

Gambar 2. Zero CT
2.5 Penelitian Terdahulu
1. pada tahun 2014 LUTHFAN BAGUS SAPUTRA dalam kesimpulan tugas akhirnya
yang berjudul STUDI EVALUASI SETING RELAY PROTEKSI HUBUNG
SINGKAT TRANSFORMATOR 21 KV/ 512,5 KV TERHADAP GANGGUAN
HUBUNG SINGKAT 3 FASA DI PT. YTL mengatakan Seting waktu relay proteksi
hubung singkat pada unit 5 dan 6 di PT. YTL kurang tepat. Karena relay ini akan
menyuruh circuit breaker untuk membuka jika waktu gangguan hubung singkat (tF)
sama dengan 3 detik dan ini tidak sesuai dengan batas kemampuan transformator
untuk menahan lamanya waktu gangguan hubung singkat (tF) yaitu maksimal selama
2 detik. Agar sesuai dengan batas kemampuan transformator menahan gangguan
hubung singkat, maka seting waktu relay tersebut yang tepat adalah 2 detik.
2. Pada tahun 2009 irfan affandi dalam kesimpulan tugas akhirnya yang berjudul
ANALISA SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN RELAY GANGGUAN TANAH
PADA PENYULANGAN SADEWA DI CAWING. Menyatakan dari hasil
perhitungan dapat dilihat bahwa besarnya arus gangguan hubung singkat dipengaruhi
oleh jarak titik gangguan, semakin jauh jarak titik gangguan maka semakin kecil arus
gangguan hubung singkatnya, begitu pula sebaliknya.

Bab iii metedologi penelitian


a. studi literatur
penelitian dimulai dengan studi literatur mengenai topik terkait. Topic terkait yang
dimaksud antaranya mengenai teory dasar perhitungan arus hubung singkat, teori dasar
untuk setting relay arus lebih dan relay gangguan tanah dan juga teori teori yang
pernah dipakai pada penelitian penelitian terdahulu.
Studi literatur ini dilakukan antara lain dengan membaca buku, membaca jurnal,
membaca hasil penelitian yang sejenis atau berkaitan, mencari di internet, dan berdiskusi
dengan pembimbing atau teman.
b. pengumpulan data
setelah mendalami dan mengerti teori- teori yang berkaitan dengan penelpitian, langkah
selanjutnya adalah pengumpilan data yang diperlukan untuk proses analisa, seerti data
peralatan- peralatan listrik yang ada pada sistem kelistrikan serta gambar diagram line
dari sistem kelistrikannya. Pengumpulan data diperoleh dari perusahaan yang
bersangkutan dengan penelitian ini.
c. pengolahan data
pada tahap ini penulis melakukan perhitungan- perhitungan mulai dari :
1. perhitungan dasar arus listrik

V
Z

Dimana :
= arus yang mengalir pada hambatan
V =tegangan sumber
Z = impedansi jaringan
2. perhitungan gangguan 3 fasa
E
I hs 3 ph
Z1
3. perhitungan arus hubung singkat 2 fasa
3 E
I hs 2 ph
Z1 Z 2

4. perhitungan arus hubung singkat 1 fasa

Anda mungkin juga menyukai