TUK, sebelum membahas lebih dalam mengenai TUK sudah seharusnya kita memahami apa arti dari TUK itu sendiri. Banyak yang berpendapat bahwa TUK merupakan singkatan dari Tolak Ukur Keberhasilan. Namun yang benar adalah Tolok Ukur Keberhasilan. Perbadaan antara tolak dan tolok terletak pada makna katanya sendiri. Tolak memiliki makna dari dorongan, sorong. Sedangkan tolok memiliki makna imbangan atau banding. Tolok Ukur Keberhasilan merupakan suatu patokan terukur untuk menilai dari keberhasilan suatu kegiatan, suatu sasaran minimal yang harus dicapai dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan adanya TUK, suatu kegiatan menjadi dapat dinilai keberhasilannya dengan mengedepankan unsur objektivitas berdasarkan kesepakatan antara pantita-panitia yang terlibat di dalam kegiatan tersebut. TUK juga berfungsi sebagai tool untuk penyempurnaan kegiatan kedepannya. TUK sendiri dalam pembentukannya memiliki syarat syarat agar menjadi suatu patokan yang memang dapat dinilai secara objektif. TUK haruslah jelas. TUK yang jelas artinya TUK itu harus jelas terperinci dan detail. Misal TUK yang jelas adalah, Ketercapaian suatu kegiatan liga futsal dengan TUK ikut mendaftarnya 12 tim futsal. Kejelasan terletak pada jumlah peserta yang mendaftar. TUK juga harus Realistis, TUK yang realistis dimana TUK yang ditentukan merupakan TUK yang memang mungkin bisa diusahakan, menyesuaikan dengan AKL dari kegiatan tersebut. TUK yang realistis tidak harus TUK yang mudah dicapai, TUK yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam pemenuhannya merupakan salah satu ciri TUK yang baik (asalkan TUK masih memiliki korelasi dengan kegiatan) karena mampu memotivasi internal tim kerja dan menjadi tantangan tersendiri untuk menciptakan suatu kegiatan yang memang hebat. Syarat TUK yang terakhir adalah disepakatinya TUK oleh seluruh elemen panitia yang terlibat. TUK tidak boleh ditetapkan oleh satu pihak saja. TUK harus disosialisasikan ke seluruh elemen panitia dan disepakati bersama. Karena TUK yang ditetapkan satu pihak saja ditakutkan akan membuat TUK dianggap sebagai acuan yang tidak adil, sehingga elemen pelaksana tidak mau melaksanakan dengan maksimal. Hal hal yang harus diperhatikan dalam membuat TUK adalah dana, waktu, kepanitiaan dan partispan. Dari segi waktu penilaian TUK dapat berupa intensitas kegiatan tersebut berlangsung ataupun ketepatan waktu acara tersebut dilaksanakan. Misal TUK dari kegiatan CEIE HIMATEKK yaitu terlaksannya minimal 5x dalam satu kepengurusan. Dari segi dana dapat berupa target pencapaian/keuntungan yang didapat dalam suatu kegiatan misal TUK dari proker biro fund rasing ENDEV HIMATEKK yang mencantumkan nilai nilai keuntungan yang harus didapat dalam satu kepengurusan. Dari segi partisipan dapat berupa jumlah peserta yang mengikuti kegitan tersebut. Dan dari segi kepanitiaan dapat berupa penilaian mengenai performance dari panitia yang dinilai dari PA (Performance Appraisal) dan KPI (Key Performance Index) dan jumlah panitia yang ikut dalam kegiatan itu sendiri. Teknik penetuan TUK sendiri antara lain penetuan TUK sebisa mungkin dicantumkan dalam bentuk kuantitatif. Agar pencapaian memang terukur dan sifat pengukuran objektif. Kemudian cara kedua dalam menentukan TUK adalah mencantumkan mutu minimal yang intinya nilai-nilai yang paling minimal dan harus dicapai untuk keberhasilan suatu kegiatan. Dengan adanya mutu minimal ini syarat pencapaian keberhasilan acara semakin jelas dan diharapkan tidak meninggalkan kesan ambigu. Sehingga panitia yang mengetahui TUK tersebut dapat bekerja efektif dengan adanya TUK tersebut