Makalah Kelompok 2
Makalah Kelompok 2
Kelompok 2
1. Annisa Larasati
1306405723
2. Aulia Rahmi H.
1306370631
3. Mutiara Primaster
1306405723
4. Putri Rokhmayati
1306370543
5. Raudina
1306370594
BAB I
ISI
1. Persamaan Schrdinger
Persamaan Schdinger merupakan suatu bentuk fungsi gelombang yang
digunakan untuk mengetahui perilaku gelombang dari suatu partikel.
Persamaan Schrdinger memiliki dua bentuk yaitu persamaan yang melibatkan
waktu sebagai variabel dan persamaan yang tidak melibatkan waktu sebagai
variabel. Pada subbab ini, akan dibahas mengenai persamaan Schrdinger yang
tidak melibatkan waktu sebagai variabel (keadaan tetap).
Persamaan Schrdinger dikatakan sebagai postulat. Untuk kasus satudimensi, bentuk persamaannya adalah:
2 2
2
+ () =
8 2
Dimana m adalah massa dari suatu partikel, U(x) adalah energi potensial
saat posisi (x) tertentu dan adalah fungsi gelombang.
Fungsi gelombang dapat digunakan untuk mendapatkan berbagai properti.
Sebagai contoh, densitas probabilitas saat berbagai nilai x. Densitas probabilitas
ini didapatkan melalui nilai kuadrat fungsi solusi, , saat posisi x. Untuk
menentukan kemungkinan kedua, tidak dapat ditulis 2 namun dimana
adalah konjugat dari .
1.1. Contoh Partikel pada Sebuah Garis
Diibaratkan terdapat sebuah partikel dengan massa m bergerak pada
sebuah garis dengan panjang a. Dianggap energi potensial pada titik
tersebut adalah nol, dengan energi potensial diluar titik tersebut sangat
tinggi.
Saat 0 < x < a, dimana U(x) = 0, persamaan Schrdinger menjadi:
2 2
=
8 2 2
0<<
Energi potensial pada x < 0 dan x > a sangat tinggi, dan probabilitas
partikel pada wilayah ini adalah 0. Sehingga diluar garis, nilai 2 , dan juga
nilai adalah nol. Untuk menghindari diskontinuiti pada x = 0 dan x = a,
fungsi di sepanjang garis harus bernilai 0 saat x = 0 dan x = a.
2
= sin
= 1, 2, 3,
2 2
= 2 ( 2 )
=
82
= 1, 2, 3,
= cos sin
sin =
cos =
+
2
1.3. Normalisasi
Untuk sistem satu-dimensi, didapatkan:
2 = 1
0
2 = 1
0
dan didapatkan:
2 2
0
= 1
2 2
0
2 2
=
Sehingga:
2
1
= (
) = ( 2 2 + 2 )
2
4
2
1 2 2
=
2
2
1 1
= cos 2
2 2
Dapat ditulis integral berupa:
=
0
1 1
sin 2
( cos 2) = (
)0 =
2 2
2
4
2
Menjadi:
2 2
0
= 2 = 1
2
2
= ( )
2
sin
0
2
2
1
= 2 0 [(
=
(+)
(+)
) (
()
()
[2 cos( + )
2 cos( ) ]
2 0
)]
2
2 2 2
(
+
+
) + [() + () + ()] =
8 2 2
2
2
2
1 2 ()
1 2 ()
1 2 ()
[
+
+
]
8 2 () 2
() 2
() 2
+ [() + () + ()] =
Selain bentuk di atas, terdapat dua jenis lain persamaan Schrdinger yaitu:
2
1 2 ()
2
+ () =
8 () 2
atau
2 2 ()
+ ()() = ()
8 2 2
2 2
=
82
= 1, 2, 3,
() =
2 2
=
82
= 1, 2, 3,
() =
2 2
=
82
= 1, 2, 3,
2
82
(1)
(
+
+
) + (, , )] =
(2)
(3)
b. Dua operator dasar untuk sifat fisika yaitu operator untuk posisi dan
operator untuk momentum.
(5)
c. Dua situasi berbeda ketika nilai semua properti dari sistem mekanika
kuantum terdiri dari fungsi eigen dengan operator yang sesuai dengan
properti fisiknya tersebut.
(6)
(7)
(8)
1
(
)(
)
2 2 2
=
2 2
8 2 2
(9)
(10)
,
2
2
2
2
= 2 ( 2+
+
)
8
2 2
(11)
(12)
(13)
2 2
8 2
(14)
2
2
(15)
(16)
Energi pada partikel yang bergerak bebas ini adalah energi kinetik,
sehingga KE = mv2 = (mv)2/2m atau (mv)2 = 2mKE. Dengan
mensubstitusikan persamaan energi kinetik (14), didapatkan
10
2 = 2
2 2
2 2
=
8 2
4 2
(17)
. kembali ke persamaan
2
2
+ cos
(18)
= 2/ + 2/
Dan
(19)
4. Metode Variasi
Metode ini digunakan ketika persamaan Shroedinger tidak dapat
menentukan hasil dari persamaannya.
4.1. Penyusunan Persamaan Schroedinger
Energi dari sebuah sistem mekanika kuantum diperoleh jika fungsi
solusi dapat ditemukan untuk operator Hamiltonian.
=
(3)
(20)
11
(20)
Nilai yang bergantung pada pilihan dari tidak lah lebih kecil dari nilai
eingen terendah E0 untuk persamaan eigen = E .
0
(21)
Kesamaan dari rumus ini hanya berlaku untuk sebuah kasus khusus di
mana adalah sebuah fungsi eigen yang berkaitan dengan E0. Rumus ini
yaitu persamaan (21) disebut sebagai prinsip variasi.
5. Rotation In A Plane
Momentum sudut merupakan suatu komponen fisika yang penting dari atom
dan molekul. Nilai momentum sudut digunakan untuk mengelompokkan tingal
elektronik dari atom dan beberapa molekul, serta untuk molekul gas pada posisi
rotasional.
5.1. Operator Momentum Sudut
Arah dan magnitude dari momentum sudut dapat dijabarkan dengan
menggunakan vector yang tegak lurus terhadap bidang yang memiliki
vector radius dan vector momentum linear. Jika kita magnitude ini ditulis
dengan x dan y pada koordinat Cartesian, dan nilai momentum sudut
sebagai px dan py, maka :
= =
Persamaan di atas dapat digunakan untuk membuat operator mekanika
quantum. Untuk mendapatkan operator ini, maka kita menggunakan posisi
12
(
)
2
Untuk partikel pada cincin dan beberapa jenis masalah lain dimana
kita harus menghitung momentum sudut, koordinat polar lebih mudah
digunakan dibandingkan dengan koordinat Cartesian. Persamaan yang
menghubungkan titik-titik koordinat Cartesian dan koordinat polar adalah
pada x dan y,
() +
() =
=
+
=
=
2
2
13
1
2 2
(
)= 2
2 2 2
8 2
2 2
=
8 2
= menjadi = menjadi 2 = 2 = 2
14
= 82 2 = 0, 1, 2, 3,
Kita dapat menyelesaikan persamaan fungsi eigen dengan mengevaluasi A.
Pertama, kita melakukan perhitungan integrasi
2
= )( ) = 2 = 2 2
0
1
2
1
2
= 0, 1, 2, 3,
()
=
=
2 2
2 2
Sehingga,
=
Fungsi
eigen
yang
energi
15
1
2
sudut, maka keraguan pada momentum sudut sama dengan nol. Jika prinsip
keraguan dilakukan, maka keraguan pada posisi ini harus tidak terhingga,
dimana kita tidak memiliki informasi apapun mengani posisi sudut.
5.6. Fungsi Eigen Lokalisasi
Pemecahan terhadap contoh partikel pada cincin dihitung secara
berpasangan, kecuali keadaan energi paling rendah. Untuk menghitung dua
keadaan pada tiap energi maka || merupakan nilai pasti dari nomor
quantum m. Kemudian fungsi eigen selain m=0, dapat ditulis sebagai
+ =
1
2
|| dan =
1
2
||
16
cos(||) dan =
sin(||)
Gbr 1
Persamaan Schrodinger:
17
dengan
dan
18
Gbr 1.2
Energi partikel E terbatas pada nilai-nilai
Kita lihat bahwa energi itu terkuantitasi dan tidak bergantung pada
m. Karena terdapat
bersesuaian dengang energy yang sama (satu untuk setiap nilai m ) maka
tingkat dengan bilangan kuantum l merupakan degenerasi dengan lipatan
(2+1)
19
Maka tinggi nilai , makin besar jumlah garis simpul (posisi dengan
=0) pada fungsi gelombang. Ini menunjukkan kenyataan bahywa semakin
tinggi momentum sudut, makin tinggi energy kinetiknya, sehingga fungsi
gelombangnya makin melengkung tajam. Dan dalam keadaan yang sesuai
dengan momentum sudut yang tinggi disekitar sumbu z merupakan
keadaan dengan kebanyakan simpul memotong ekuator. Ini menunjukkan
energy kinetic yang tinggi adalah yang berasal dari gerakan sejajar dengan
ekuator, karena pada arah itu, lengkungannya terbesar.
Penulisan persamaan dalam , sehingga persamaan differensial yang
dipenuhi oleh harmonis bola:
20
21
Gbr 1.3
Model vector momentum sudut walaupun hanya merupakan
gambaran aspek mekanika kuantum, ternyata sangat berguna untuk
membahas struktur dan spectra atom.
Gbr 1.4
7. Elektron Spin dan Fungsi Elektron Spin
System yang mengandung beberapa electron dibedakan oleh fungsi
gelombang dan fungsi spin. Menurut hukum kuantum hanya ada dua elektron
yang dapat menempati orbital yang sama. Aturan ini berkaitan dengan
momentum sudut khusus yang disebut sebagai spin elektron.
7.1. Electron yang Tidak Dapat Dibedakan
adalah yang menyatakan fungsi gelombang untuk suatu atom atau
molekul yang mengandung dua electron atau lebih. Dari fungsi gelombang
ini kita dapat menghitung beberapa kuantitas fisika, dengan membentuk
22
23
24
= 2,2
=1
=0
= 1,0,1
= 0
simetris
antisimetris
26
BAB II
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Untuk partikel pada cincin dan beberapa jenis masalah lain dimana
kita harus menghitung momentum sudut, koordinat polar lebih
mudah digunakan dibandingkan dengan koordinat Cartesian.
Fungsi
eigen
yang
energi
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Borrow, Gordon M. 1996. Physical Chemistry. USA: McGraw-Hill Companies
29